Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Keuangan dan Bisnis

Vol. 5, No. 2, Juli 2013

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAEAH DAN DANA PERIMBANGAN DAERAH


TERHADAP PERTUMBUHAN, PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN 33
PROVINSI DI INDONESIA

Budi Santosa
(busan_228@yahoo.com)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of local revenue (PAD), the General Allocation
Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK), and Revenue-Sharing Fund (DBH) on the
growth, unemployment, and poverty, either directly or indirectly. The sample used is the data of
33 provinces in Indonesia in the period 2007-2011. The analytical method used is Path
Analysis. The result of this study is that the PAD and DAU have no effect on economic growth
in the region, while DAK and DBH influence on regional economic growth. Meanwhile, the
PAD and DAU have an influence on the decreasing in the number of regional unemployment,
but DAK and DBH have no effect on local unemployment reduction.
PAD, DAU, DAK, and DBH have an influence on poverty reduction in the region, in
contrast to the economic growth of the area, which had no effect on local unemployment and
poverty reduction. Based on the analysis directly against each of these variables, hence,
indirectly there is a good influence PAD, DAU, DAK, or DBH against unemployment and
poverty reduction through economic growth in the region.

Keywords : PAD, DAU, DAK, DBH, Growth, Unemployment, Poverty

PENDAHULUAN daripada pemerintah pusat. Dengan


otonomi daerah diharapkan pemerintah
Pembangunan daerah adalah suatu
daerah dapat menyelesaikan
proses dimana pemerintah daerah dan
permasalahannya dalam mengelola
masyarakatnya mengelola sumber-sumber
daerahnya, sehingga berada dalam posisi
daya yang ada serta membentuk suatu pola
lebih baik, untuk memobilisasi sumber daya
kemitraan antara pemerintah daerah dengan
secara mandiri serta untuk pencapaian
sektor swasta untuk menciptakan lapangan
tujuan pembangunan daerah.
pekerjaan baru selain juga merangsang
Salah satu pelaksanaan otonomi
perkembangan kegiatan ekonomi dalam
daerah adalah adanya desentralisasi fiskal,
wilayah tersebut (Arsyad, 1999).
yaitu pemberian sumber-sumber
Di dalam pelaksanaannya,
penerimaan bagi daerah yang dapat digali
pembangunan daerah di Indonesia banyak
dan digunakan sendiri sesuai dengan
mengalami hambatan, apalagi bila sistem
potensinya masing-masing. Secara teoritis
pembangunan ekonomi masih bersifat
pengukuran kemandirian daerah diukur dari
sentralistik. Untuk mengatasi hambatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber
tersebut, pemerintah menetapkan otonomi
PAD berasal dari pajak daerah, hasil
daerah mulai tahun 2001 sampai saat ini.
retribusi daerah, hasil perusahaan milik
Salah satu tujuan otonomi daerah adalah
daerah, dan hasil pengolahan kekayaan
untuk menjadikan pemerintah lebih dekat
daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-
dengan rakyatnya, sehingga pelayanan
lain pendapatan daerah yang sah.PAD
pemerintah dapat dilakukan dengan lebih
mencerminkan local taxing power yang
efisien dan efektif. Hal ini berdasarkan
“cukup” sebagai necessary condition bagi
asumsi bahwa pemerintah daerah memiliki
terwujudnya otonomi daerah yang luas
pemahaman yang lebih baik mengenai
(Kuncoro, 2004). Dengan adanya
kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka

130
2013 Budi Santosa

desentralisasi fiskal, daerah mempunyai pembangunan, pengadaan, peningkatan,


kewenangan yang lebih besar untuk dan perbaikan sarana dan prasarana fisik
mengoptimalkan PAD-nya, sehingga dengan umur ekonomis yang panjang,
seharusnya porsi PAD sebagai komponen termasuk pengadaan sarana fisik penunjang,
penerimaan daerah juga meningkat. dan tidak termasuk penyertaan modal.
Peningkatan PAD yang dianggap sebagai Dengan adanya pengalokasian DAK
modal, secara akumulasi akan lebih banyak diharapkan dapat mempengaruhi belanja
menimbulkan eksternalitas yang bersifat modal, karena DAK cenderung akan
positif dan akan mempercepat pertumbuhan menambah aset tetap yang dimiliki
ekonomi. pemerintah guna meningkatkan pelayanan
Desentralisasi fiskal disatu sisi publik. Sedangkan Dana Bagi Hasil (DBH)
memberikan kewenangan yang lebih besar adalah dana yang bersumber dari
dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain pendapatan APBN yang dialokasikan
memunculkan persoalan baru. Setiap daerah kepada daerah berdasarkan angka
mempunyai kemampuan yang tidak sama persentase untuk mendanai kebutuhan
dalam mendanai kegiatan operasional daerah dalam rangka pelaksanaan
didaerahnya masing-masing, sehingga desentralisasi. DBH dilakukan berdasarkan
menimbulkan ketimpangan fiskal antar prinsip by origin (daerah penghasil) dan
daerah (Haryanto dan Adi, 2007).Sumber penyaluran berdasarkan realisasi
pembiayaan utama atau dominan penerimaan.
penyelenggaraan pemerintahan dan Salah satu tujuan instrumen fiskal dari
pembangunan daerah, baik provinsi, dana perimbangan yaitu berguna untuk
kabupaten dan kota mestinyaberasal dari mendorong pertumbuhan ekonomi, melalui
kemandirian daerah yang bersumber dari belanja pembangunan dan investasi swasta.
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tetapi Kontribusi belanja pembangunan akan
dalam realisasinya, Kuncoro (2004) menarik investor untuk dapat berinvestasi
menemukan bahwa PAD hanya mampu di daerah sehingga akan memperluas basis
membiayai belanja pemerintah daerah kegiatan ekonomi di berbagai sektor, dan
paling tinggi sebesar 20%. Untuk mengatasi secara khusus memperluas lapangan usaha
ketimpangan tersebut, Pemerintah pusat dan menurunkan tingkat pengangguran.
mentransfer Dana Perimbangan untuk Ciri utama yang menunjukkan suatu
masing-masing daerah yang terdiri dari daerah otonom mampu berotonomi, yaitu
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi terletak pada kemampuan daerah untuk
Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil mengurus rumah tangganya sendiri dengan
(DBH). mengandalkan kemampuan keuangan
Berdasarkan Undang-Undang No. 33 daerahnya sendiri. Berkaitan dengan hal itu,
Tahun 2004, Dana Alokasi Umum strategi alokasi belanja daerah memainkan
merupakan dana yang berasal dari peranan yang tidak kalah penting guna
pemerintah pusat yang diambil dari APBN meningkatkan penerimaan daerah. Semakin
yang dialokasikan dengan tujuan banyak pendapatan yang dihasilkan oleh
pemerataan keuangan antar daerah untuk daerah, baik dari Dana Perimbangan
membiayai kebutuhan pengeluaran maupun Pendapatan Asli Daerah, daerah
pemerintah daerah dalam rangka akan mampu melaksanakan pembangunan
pelaksanaan desentralisasi. Dengan dana di daerahnya masing-masing.
tersebut pemerintah daerah mengunakannya Permasalahan yang terjadi dalam
untuk memberi pelayanan yang lebih baik Pemerintah Daerah saat ini adalah
kepada publik. Sementara Dana Alokasi peningkatan pendapatan tidak selalu diikuti
Khusus merupakan dana yang bersumber dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi
dari APBN yang dialokasikan kepada dan pada akhirnya tidak diikuti oleh
daerah tertentu dengan tujuan untuk penurunan pengangguran dan
membantu mendanai kegiatan khusus yang kemiskinan.Peningkatan pendapatan
merupakan urusan daerah dan sesuai seharusnya menghasilkan kinerja
dengan prioritas nasional. Pemanfaatan pembangunan daerah yang semakin baik,
DAK diarahkan pada kegiatan investasi yang diukur dari pertumbuhan ekonomi,

131
130 - 143 Jurnal Keuangan & Bisnis Juli

pengangguran dan kemiskinan. Tetapi dari yang terdiri dari PAD dan Dana
variabel makro ekonomi yang dicapai, Perimbangan (DAU, DAK, dan DBH) yang
ternyata belum sepenuhnya mengatasi diterapkan akan benar-benar berpengaruh
permasalahan yang dihadapi daerah. positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
Permasalahan tersebut antara lain sehingga baik secara langsung maupun
pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah, tidak langsung akan menurunkan
pengangguran yang relatif tinggi dan pengangguran dan kemiskinan yang ada di
kemiskinan yang relatif masih tinggi. daerah, dengan mengamati kondisi di 33
Penelitian Kusumadewi provinsi di Indonesia.
(2010)menyatakan bahwa dana
perimbangan berpengaruh positif terhadap TINJAUAN PUSTAKA
pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian
Desentralisasi Fiskal: Pendapatan Asli
Pujiati (2008) juga membuktikan bahwa
Daerah dan Dana Perimbangan
DBH berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Begitu juga Adi Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
(2006) serta Lin dan Liu dalam Adi (2006), tentang Pemerintahan Daerah,
membuktikan bahwa DAK berpengaruh desentralisasiadalah penyerahan wewenang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada
Namun Parhah (2002) dalam Setiyawati daerah otonom untuk mengatur dan
dan Hamzah (2007) menemukan bahwa mengurus urusan pemerintahan dalam
desentralisasi fiskal tidak berpengaruh sistem Negara Kesatuan Negara Republik
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Indonesia. Menurut Siddik (2002),
Begitu juga Setiyawati dan Hamzah (2007) desentralisasi merupakan sebuah instrumen
menemukan bahwa DAK tidak berpengaruh untuk mencapai salah satu tujuan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan, bernegara, yaitu terutama memberikan
Pujiati (2008) serta Setiyawati dan Hamzah pelayanan publik yang lebih baik dan
(2007) menemukan bahwa DAU menciptakan proses pengambilan keputusan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan publik yang lebih demokratis. Dengan
ekonomi. desentralisasi, akan diwujudkan dalam
Penelitian Azzumar (2011) serta pelimpahan kewenangan kepada tingkat
Setiyawati dan Hamzah (2007) pemerintahan yang lebih rendah untuk
membuktikan bahwa PAD berpengaruh melakukan pembelanjaan, kewenangan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. untuk memungut pajak terbentuknya
Sedangkan Pujiati (2008) menemukan Dewan yang dipilih oleh rakyat, Kepala
bahwa PAD berpengaruh negatif terhadap Daerah yang dipilih oleh DPRD, dan
pertumbuhan ekonomi. Setiyawati dan adanya bantuan dalam bentuk transfer dari
Hamzah (2007) menyimpulkan bahwa Pemerintah Pusat.
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif Desentralisasi Fiskal adalah penyerahan
terhadap kemiskinan. Okun dalam Putong kewenangan fiskal dari pemerintah pusat
(2003) membuktikan bahwa pertumbuhan kepada pemerintahan daerah. Menurut Bahl
ekonomi mengurangi jumlah (2008) dalam Widjayanto (2013), manfaat
pengangguran. Tetapi, Setiyawati dan desentralisasi fiskal, pertama adalah
Hamzah (2007) menyimpulkan bahwa efisiensi ekonomis.Anggaran daerah untuk
pertumbuhan berpengaruh positif terhadap pelayanan publik bisa lebih mudah
pengangguran. disesuaikan dengan preferensi masyarakat
Banyaknya hasil studi yang berbeda- setempat dengan tingkat akuntabilitas dan
beda mengenai kebijakan desentralisasi kemauan bayar yang tinggi;kedua adalah
fiskal ini menunjukkan masih adanya peluang meningkatkan penerimaan pajak
research gap. Hal ini menarik peneliti dari pajak daerah.Pemerintah daerah bisa
untuk mencoba menganalisis kembali menarik pajak dengan basis konsumsi dan
penelitian-penelitian sebelumnya dengan aset yang tidak bisa ditarik oleh pemerintah
menggunakan indikator-indikator yang Pusat. Sedangkan kelemahannya adalah
sesuai, yang dapat mempertajam penjelasan lemahnya kontrol pemerintah pusat
mengenai apakah Desentralisasi Fiskal terhadap ekonomi makro, sulitnya

132
2013 Budi Santosa

menerapkan kebijakan stabilitas ekonomi, otonomi daerah. DAU untuk suatu


sulitnya menerapkan kebijakan daerah dialokasikan berdasarkan
pembangunan ekonomi dengan pemerataan, formula yang terdiri atas celah fiskal
serta besarnya biaya yang harus ditanggung dan alokasi dasar. Celah fiskal
pemerintah daerah daripada keuntungan merupakan selisih antara kebutuhan
yang didapat.
fiskal dan kapasitas fiskal. Kebutuhan
Sumber pembiayaan pemerintah
fiskal diukur dengan menggunakan
daerah yang diatur dalam UU No.33
variabel jumlah penduduk, luas
Tahun 2004, tentang Perimbangan
wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
(IKK), Produk Domestik Regional
Daerah, salah satunya adalah
Bruto (PDRB) per kapita, dan Indeks
pembiayaan melalui pendapatan asli
Pembangunan Manusia (IPM).
daerah. Pendapatan asli daerah menurut
Kapasitas fiskal diukur berdasarkan
Undang-undang No.22 Tahun 1999
Pendapatan Asli Daerah dan DBH.
pasal 79 terdiri dari hasil pajak daerah,
Alokasi dasar dihitung berdasarkan
hasil retribusi daerah, hasil perusahaan
jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS)
milik daerah, dan hasil pengelolaan
Daerah. Tujuan dan Fungsi Dana
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
Alokasi Umum (DAU) adalah untuk
lain-lain pendapatan asli daerah yang
pemerataan kemampuan keuangan antar
sah.
daerah yang dimaksudkan untuk
Dana perimbangan merupakan dana
mengurangi ketimpangan kemampuan
yang bersumber dari APBN yang
keuangan antar daerah melalui
dialokasikan kepada daerah untuk
penerapan formula yang
mendanai kebutuhan daerah dalam
mempertimbangkan kebutuhan dan
rangka desentralisasi. Selain untuk
potensi daerah.
membantu daerah dalam mendanai
Dana Alokasi Khusus merupakan
kewenangannya, dana perimbangan
dana yang bersumber dari APBN yang
juga bertujuan untuk mengurangi
dialokasikan kepada daerah tertentu
ketimpangan sumber pendanaan antara
dengan tujuan untuk membantu
pemerintah pusat dan daerah serta antar
mendanai kegiatan khusus yang
pemerintah daerah. Dana perimbangan
merupakan urusan daerah dan sesuai
merupakan sistem transfer dana dari
dengan prioritas nasional. DAK
pemerintah yang merupakan satu
bertujuan 1) Diprioritaskan untuk
kesatuan yang utuh. Dana Perimbangan
membantu daerah-daerah dengan
terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana
kemampuan keuangan di bawah rata-
Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil.
rata nasional, dalam rangka mendanai
Dana Alokasi Umum merupakan
kegiatan penyediaan sarana dan
salah satu transfer dana Pemerintah
prasarana fisik pelayanan dasar
pusat kepada Pemerintah Daerah yang
masyarakat yang telah merupakan
bersumber dari pendapatan APBN, yang
urusan daerah, 2) Menunjang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan
percepatan pembangunan sarana dan
kemampuan keuangan antar daerah
prasarana di daerah pesisir dan pulau-
untuk mendanai kebutuhan daerah
pulau kecil, daerah perbatasan dengan
dalam rangka pelaksanaan
negara lain, daerah tertinggal/terpencil,
desentralisasi. DAU bersifat “block
daerah rawan banjir/longsor, serta
grant” yang berarti penggunaannya
termasuk kategori daerah ketahanan
diserahkan kepada daerah sesuai dengan
pangan dan daerah pariwisata, 3)
prioritas dan kebutuhan daerah untuk
Mendorong peningkatan produktivitas
peningkatan pelayanan kepada
perluasan kesempatan kerja dan
masyarakat dalam rangka pelaksanaan

133
130 - 143 Jurnal Keuangan & Bisnis Juli

diversifikasi ekonomi terutama di Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB),


pedesaan, melalui kegiatan khusus di Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan
bidang pertanian, kelautan dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan
perikanan, serta infrastruktur, 4) (PPh); Sumber Daya Alamberasal
Meningkatkan akses penduduk miskin dariKehutanan yaitu Iuran Izin Usaha
terhadap pelayanan dasar dan prasarana Pemanfaatan Hutan (IIUPH), Provisi
dasar melalui kegiatan khusus di bidang Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana
pendidikan, kesehatan, dan Reboisasi (DR); Pertambangan
infrastruktur, 5) Menjaga dan Umumberasal dari Iuran Tetap
meningkatkan kualitas hidup, serta (Landrent), Iuran Eksplorasi dan Iuran
mencegah kerusakan lingkungan hidup, Eksploitasi (Royalty); Perikananberasal
dan mengurangi risiko bencana melalui dari: Pungutan Pengusahaan Perikanan
kegiatan khusus di bidang lingkungan dan Pungutan Hasil Perikanan;
hidup, mempercepat penyediaan serta Pertambangan Minyak Bumi. dibagi
meningkatkan cakupan dan kehandalan dengan imbangan 84,5% untuk
pelayanan prasarana dan sarana dasar Pemerintah Pusat dan 15,5% untuk
dalam satu kesatuan sistem yang Pemerintah Daerah; Pertambangan Gas
terpadu melalui kegiatan khusus di Bumidibagi dengan imbangan 69,5%
bidang infrastruktur, 6) Mendukung untuk Pemerintah Pusat dan 30,5%
penyediaan prasarana di daerah yang untuk Pemerintah Daerah;
terkena dampak pemekaran pemerintah Pertambangan Panas Bumi, untuk
kabupaten, kota, dan provinsi melalui daerah sebesar 80% dan dibagi dengan
kegiatan khusus di bidang prasarana rincian 16% untuk provinsi yang
pemerintahan, 7) Meningkatkan bersangkutan, 32% untuk
keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan kabupaten/kota penghasil dan 32%
yang didanai dari DAK dengan kegiatan untuk seluruh kabupaten/kota lainnya
yang didanai dari anggaran dalam provinsi yang bersangkutan (UU
Kementerian/Lembaga dan kegiatan Perimbangan Keuangan Pusat dan
yang didanai dari APBD, dan 8) Daerah).
Mengalihkan secara bertahap dana
dekonsentrasi dan tugas pembantuan Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan
yang digunakan untuk mendanai Ekonomi, Pengangguran, dan
kegiatan-kegiatan yang telah menjadi Kemiskinan
urusan daerah ke DAK. Dana yang Todaro & Smith (2006) mengartikan
dialihkan berasal dari anggaran pembangunan ekonomi adalah suatu proses
Departemen Pekerjaan Umum, yang bersifat multi dimensional yang
Departemen Pendidikan Nasional dan mencakup berbagai perubahan mendasar
Departemen Kesehatan. atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat,
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana dan institusi-institusi nasional, disamping
tetap mengejar akselerasi pertumbuhan
yang bersumber dari pendapatan APBN
ekonomi, penanganan ketimpangan
yang dialokasikan kepada daerah pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.
berdasarkan angka persentase untuk Jadi pada hakekatnya, pembangunanitu
mendanai kebutuhan daerah dalam harus mencerminkan perubahan total suatu
rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH masyarakat atau penyesuaian sosial secara
dilakukan berdasarkan prinsip by origin keseluruhan tanpa mengabaikan
(daerah penghasil) dan penyaluran keanekaragaman kebutuhan dasar
bedasarkan realisasi penerimaan.DBH dankeinginan individual maupun
dapat diklasidikasikan berdasarkan kelompok-kelompok sosial di dalamnya
sumbernya, terdiri dari Pajak, yaitu untuk bergerak maju menuju suatu kondisi
kehidupan yang lebih baik, secara material

134
2013 Budi Santosa

maupun spiritual. Berdasarkan arti pertumbuhan ekonomi, belanja publik


pembangunan ekonomi tersebut, maka secara langsung tidak berpengaruh secara
terdapat tiga unsur penting yang terdapat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
dalam pembangunan ekonomi, pertama dan secara tidak langsung melalui
pembangunan ekonomi menggambarkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh
suatu proses terjadinya perubahan secara secara signifikan terhadap kemiskinan dan
kontinu, kedua, pembangunan ekonomi penggangguran, dan pertumbuhan ekonomi
mengindikasikan adanya keberhasilan secara langsung berpengaruh secara
dalam meningkatkan pendapatan perkapita, signifikan terhadap kemiskinan tetapi tidak
dan ketiga, bahwa kenaikan pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap
perkapita tersebut berlangsung untuk penggangguran.
jangka waktu yang panjang. Penelitian Azzumar (2011), bertujuan
Perry et.al. (2006) berpendapat bahwa mengetahui seberapa besar pengaruh
pertumbuhan ekonomi penting untuk variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD),
pengentasan kemiskinan. Manfaat dari Dana Perimbangan, Investasi Swasta,
pertumbuhan ekonomi yang cepat akan Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan
menyebar ke seluruh segmen dalam ekonomi kabupaten atau kota di Jawa
masyarakat. Pandangan ini berdasarkan Tengah Tahun 2005-2009 di era
pada teori Trickle Down yang sangat desentralisasi fiskal. Jenis data penelitian
dominan dalam teori-teori pembangunan ini adalah data panel (pooled data) dengan
pada era 1950-an dan 1960-an. Teori menggunakan data sekunder berdasarkan
Trickle Down Effect menyebutkan adanya urutan waktu (time series) dan berdasarkan
aliran menetes ke bawah, dari kelompok urutan observasi (cross section). Data yang
kaya ke kelompok miskin melalui fungsi- dikumpulkan dianalisis dengan teknik data
fungsi dalam ekonomi. Pertumbuhan harus panel menggunakan program eviews 6.
berjalan secara beriringan dan terencana, Metode yang digunakan dalam penelitian
mengupayakan terciptanya pemerataan ini adalah OLS (Ordinary Least Square)
kesempatan dan pembagian hasil-hasil dengan pendekatan fixed effect atau LSDV
pembangunan dengan lebih merata. Dengan (Least Square Dummy Variabel). Dari hasil
demikian maka daerah yang miskin, penelitian diketahui ada pengaruh yang
tertinggal dan tidak produktif akan menjadi positif antara pendapatan asli daerah, dana
produktif, yang akhirnya akan mempercepat Perimbangan, investasi Swasta, dan tenaga
pertumbuhan itu sendiri. Strategi kerja. Akan tetapi dana perimbangan dan
pembangunan ini dikenal dengan istilah investasi swasta tidak berpengaruh
“Redistribution With Growth”. signifikan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Berbeda halnya dengan
Penelitian Sebelumnya pendapatan asli daerah dan tenaga kerja
yang mempunyai pengaruh yang signifikan
Hamzah (2009), meneliti hubungan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
antara pengaruh pendapatan asli daerah,
Pujiati (2008) menganalisis pengaruh
dana perimbangan dan belanja publik
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
terhadap pertumbuhan ekonomi,
Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil
kemiskinan dan pengangguran : pendekatan
(DBH) dan tenaga kerja terhadap
analisis jalur (studi pada 38 kota/kabupaten
pertumbuhan ekonomi kabupaten/ kota di
di provinsi Jawa Timur periode 2001-
wilayah Karesidenan Semarang. Jenis data
2006). Penelitian ini menggunakan sample
yang digunakan adalah data panel yaitu
pada 38 daerah Kabupaten/Kota di Jawa
gabungan antara Time Series dan Cross
Timur. Kesimpulan dalam penelitian ini
Section. Data Time Series dari tahun 2002-
adalah PAD dan dana perimbangan secara
2006 dan obyeknya adalah 6 kabupaten/
langsung tidak berpengaruh secara
kota di wilayah Karesidenan Semarang
signifikan terhadap belanja publik, PAD
yaitu Kota Semarang, Kota Salatiga,
dan dana perimbangan secara langsung dan
Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal,
tidak langsung melalui belanja publik tidak
Kabupaten Demak, dan Kabupaten
berpengaruh secara signifikan terhadap
Grobogan. Model yang digunakan untuk

135
130 - 143 Jurnal Keuangan & Bisnis Juli

mengestimasi persamaan regresi dalam Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi


penelitian ini adalah Fixed Effects model. Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil
Sedangkan metode yang dipilih adalah (DBH). Dana Alokasi Umum dialokasikan
Metode GLS (Generalized Least Squares). dengan tujuan pemerataan keuangan antar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD daerah untuk membiayai kebutuhan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran pemerintah daerah, untuk
pertumbuhan ekonomi, DBH berpengaruh memberi pelayanan yang lebih baik kepada
positif dan signifikan terhadap publik. Sementara Dana Alokasi Khusus
pertumbuhan ekonomi, DAU berpengaruh dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
negatif dan signifikan terhadap tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
pertumbuhan ekonomi serta tenaga kerja khusus yang diarahkan pada kegiatan
sebagai faktor utama dalam mempercepat investasi pembangunan, pengadaan,
pertumbuhan ekonomi mempunyai peningkatan, dan perbaikan sarana dan
pengaruh yang positif dan signifikan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang
terhadap pertumbuhan ekonomi. panjang, termasuk pengadaan sarana fisik
penunjang. Sedangkan Dana Bagi Hasil
Kerangka Konseptual (DBH) dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase untuk
Pelaksanaan otonomi daerah melalui
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
desentralisasi fiskal adalah pemberian
pelaksanaan desentralisasi. Tujuan
sumber-sumber penerimaan bagi daerah
instrumen fiskal dari dana perimbangan
yang dapat digali dan digunakan sendiri
yaitu berguna untuk mendorong
sesuai dengan potensinya masing-masing.
pertumbuhan ekonomi, melalui belanja
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber
pembangunan dan investasi daerah. Dengan
dari pajak daerah, hasil retribusi daerah,
meningkatnya dana perimbangan,
hasil perusahaan milik daerah, dan hasil
kontribusi belanja pembangunan akan
pengolahan kekayaan daerah lainnya yang
menarik investor untuk dapat berinvestasi
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah
di daerah sehingga akan memperluas basis
yang sah. Peningkatan PAD yang dianggap
kegiatan ekonomi di berbagai sektor, dan
sebagai modal, secara akumulasi akan lebih
secara khusus memperluas lapangan usaha
banyak menimbulkan efek positif dan akan
dan menurunkan tingkat pengangguran dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
kemiskinan.
Selanjutnya peningkatan PAD pada
Berdasarkan uraian diatas, maka
akhirnya akan dapat mengurangi
dapatlah dibuat skema kerangka konseptual
pengangguran dan kemiskinan daerah.
yang ditunjukkan oleh gambar 1.
Dana Perimbangan untuk masing-
masing daerah yang terdiri dari Dana

Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual

136
2013 Budi Santosa

Hipotesis METODE PENELITIAN


Desain Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka,
penelitian sebelumnya dan kerangka Penelitian ini menggunakan metode
konseptual yang sudah dipaparkan kausal yang menguji pengaruh PAD dan
sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan
ini adalah sebagai berikut: Ekonomi, Pengangguran dan Kemiskinan
di 33 Provinsi di Indonesia.Data yang
H1 : Pendapatan Asli Daerah
dipakai dalam penelitian ini adalah data
berpengaruh positif terhadap
sekunder, terdiri dari data yang diperoleh
pertumbuhan ekonomi
dari Badan Pusat Statistik, serta Direktorat
H2 : Dana Alokasi Umum berpengaruh Jendral Perimbangan Keuangan
positif terhadap pertumbuhan Departemen Keuangan Republik Indonesia,
ekonomi dalam website www.bps.co.id dan
H3 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh www.djpk.depkeu.go.id. Data yang
positif terhadap pertumbuhan digunakan dalam penelitian ini dari tahun
ekonomi 2007-2011.Teknik yang digunakan untuk
H4 : Dana Bagi Hasil berpengaruh mendapatkan sampel yang representatif
positif terhadap pertumbuhan adalah purposive sampling, yaitu pemilihan
ekonomi sampel secara tidak acak yang informasinya
H5 : Pendapatan Asli Daerah diperoleh dengan pertimbangan tertentu,
berpengaruh negatif terhadap yang disesuaikan dengan tujuan atau
pengangguran masalah.Dengan menggunakan pendekatan
H6 : Dana Alokasi Umum berpengaruh Tabachnick dan Fidell (1998) dalam
negatif terhadap pengangguran Ferdinand (2006) dan Hair et.al. (1998)
H7 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh ukuran sampel yang dibutuhkan adalah
antara 10 – 25 kali jumlah variabel
negatif terhadap pengangguran
independen. Karena model penelitian ini
H8 : Dana Bagi Hasil berpengaruh menggunakan 6 (enam) variabel
negatif terhadap pengangguran independen maka jumlah sampel yang
H9 : Pendapatan Asli Daerah dibutuhkan adalah antara 60 – 150 sampel.
berpengaruh negatif terhadap Dalam penelitian ini digunakan 165 sampel.
kemiskinan
H10 : Dana Alokasi Umum berpengaruh
negatif terhadap kemiskinan Metode Analisis Data
H11 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh Metode analisis data dalam penelitian
negatif terhadap kemiskinan ini adalah dengan menggunakan Analisis
H12 : Dana Bagi Hasil berpengaruh Jalur (Path Analysis), dengan bantuan
negatif terhadap kemiskinan program AMOS seri 18. Persamaan jalur
H13 : Pertumbuhan berpengaruh negative yang dibangun adalah sebagai berikut:
terhadap pengangguran
H14 : Pertumbuhan berpengaruh negative Pertumbuhan Ekonomi Daerah
terhadap kemiskinan = β1PAD + β 2DAU + β3DAK +
H15 : Terdapat pengaruh tidak langsung β4DBH+ e 1
PAD, DAU, DAK, dan DBH
terhadap pengangguran dengan Pengangguran Daerah
adanya pertumbuhan = β5PAD + β 6DAU + β7DAK +
β8DBH+ β9Pertumbuhan + e 2
H16 : Terdapat pengaruh tidak langsung
PAD, DAU, DAK, dan DBH
Kemiskinan Daerah
terhadap kemiskinan dengan
= β10PAD + β 11DAU + β12DAK +
adanya pertumbuhan
β13DBH+ β14Pertumbuhan + e 3

137
130 - 143 Jurnal Keuangan & Bisnis Juli

Uji normalitas dapat dilakukan


Keterangan : dengan menggunakan kriteria 0ne-Sample
= Beta, koefisien regresi Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji
e = galat model menunjukkan bahwa setelah
mentransformasi data menjadi berbentuk
logaritma, terbukti nilai K-S untuk variabel-
HASIL dan PEMBAHASAN
variabel yang akan diuji berada di atas α =
HASIL 0,05. Ini berarti variabel-variabel yang akan
dianalisis terdistribusi secara normal
Pengujian Evaluasi Asumsi Model
(Tabel 1).
Uji Normalitas Data

Tabel 1
Uji Normalitas Data

Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig


PAD 0,684 0,737
DBH 1,180 0,123
DAU 1,346 0,053
DAK 1,131 0,155
PERTUMBUHAN 0,645 0,800
PENGANGGURAN 0,945 0,335
KEMISKINAN 0,883 0,416
Sumber : Data Sekunder Diolah

Uji Kesesuaian Model (Goodness-of-fit kelayakan model). Berdasarkan uji


Test) kesesuaian, maka dapat dikatakan bahwa
model penelitian ini secara umum dapat
Ada beberapa indeks kesesuaian dan
diterima (Tabel 2).
cut-off value-nya untuk menguji diterima
atau ditolaknya sebuah model (uji

Tabel 2
Uji Kesesuaian Model (Goodness of fit index)
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi model
1. Absolute Fit Measures
Chi-Square (CMIN) 1,859 ≤ 5.991465; ά=0,05; df = 1 Fit
Probability 0,173 ≥ 0.05 Fit
Chi-Square relative (CMIN/DF) 1,859 ≤2 Fit
RMSEA 0,080 ≤ 0,08 Fit
2. Incremental Fit Measures
TLI 0,926 ≥ 0,95 Fit
NFI 0,985 ≥ 0,95 Fit
CFI 0,992 ≥ 0,95 Fit
3. Parsimonious Fit Measures
PNFI 0,647 ≥ 0,60 Fit
Sumber : Data Sekunder Diolah

138
2013 Budi Santosa

Pengaruh dan Signifikansi antara terhadap hipotesis yang diajukan dapat


Variabel dilihat dari hasil koefisien standardized dan
unstandardized regression. Hasil estimasi
Estimasi nilai parameter dilakukan
adalah seperti yang disajikan dalam
dengan default model yang digunakan
gambar 2.
adalah maximum likelihood. Pengujian

Sumber : Data Sekunder Diolah


Gambar 2. Hasil Analisis Jalur (Standarized Estimates)

Hasil pengujian menunjukkan apakah hipotesis yang lebih kecil dari 0,01, 0,05
semua jalur yang dianalisis menunjukkan atau 0,1. Pengujian ini juga menunjukkan
critical ratio (CR) yang signifikan, terlihat besaran dari efek menyeluruh, efek
dari besarnya koefisien jalur (estimate dan langsung serta efek tidak langsung dari satu
standardized estimate) dengan nilai CR variabel terhadap variabel lainnya. Hasilnya
yang mempunyai tingkat signifikansi uji seperti yang disajikan di Tabel 3.

139
130 - 143 Jurnal Keuangan & Bisnis Juli

Tabel 3
Pengaruh dan Signifikansi antar Variabel

R2 Efek
HIPOTESI

Pertumbuhan 0.046 Standardised


C.R. Keterangan
Pengangguran 0.102 Estimate (β)
(t P
S

(loading Direct Indirect Total


Kemiskinan 0.231 hitung)
factor)
Hubungan Kausalitas

Tidak
H1 PERTUMBUHAN<--PAD 0.013 0.149 0.882 0.013 - 0.013
Signifikan
Tidak
PERTUMBUHAN<--DAU 0.031 0.345 0.730 0.031 - 0.031
H2 Signifikan

H3 PERTUMBUHAN<--DAK 0.251 2.255 0.024** Signifikan 0.251 - 0.251

H4 PERTUMBUHAN<--DBH 0.208 1.807 0.071* Signifikan 0.208 - 0.208

H5 PENGANGGURAN<--PAD -0.211 -2.503 0.012** Signifikan -0.211 -0.001 -0.212

H6 PENGANGGURAN<--DAU -0.150 -1.751 0.080* Signifikan -0.150 -0.002 -0.152

Tidak
H7 PENGANGGURAN<--DAK -0.142 -1.365 0.172 -0.142 0.010 -0.132
Signifikan
Tidak
H8 PENGANGGURAN<--DBH -0.024 -0.226 0.821 -0.024 0.008 -0.016
Signifikan

H9 KEMISKINAN<--PAD -0.361 -4.605 *** Signifikan -0.361 0.002 -0.359

H10 KEMISKINAN<--DAU -0.222 -2.716 0.007*** Signifikan -0.222 -0.004 -0.226

H11 KEMISKINAN<--DAK -0.294 -3.012 0.003*** Signifikan -0.294 0.028 -0.266

H12 KEMISKINAN<--DBH -0.178 -1.748 0.081* Signifikan -0.178 0.023 -0.155

PENGANGGURAN<-- Tidak
H13 -0.040 -0.519 0.603 -0.040 - -0.040
PERTUMBUHAN Signifikan
KEMISKINAN<-- Tidak
H14 -0.110 -1.520 0.128 -0.110 - -0.110
PERTUMBUHAN Signifikan
Sumber : Data Sekunder Diolah
Keterangan: *** Signifikan pada p=0,01 kuat sekali;
** Signifikan pada p=0,05 kuat;
* Signifikan pada p=0,10 lemah.

Nilai koefisien determinasi (R2) untuk berpengaruh terhadap peningkatan


model faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah, namun DAK
variabel pertumbuhan ekonomi daerah dan DBH berpengaruh terhadap peningkatan
sebesar 0.046, sementara untuk model yang pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara
mempengaruhi pengangguran daerah itu, PAD dan DAU berpengaruh terhadap
adalah sebesar 0.102, Sedangkan untuk penurunan jumlah pengangguran daerah,
model yang memepengaruhi kemiskinan sedangkan. DAK dan DBH tidak
daerah adalah sebesar 0,231. berpengaruh terhadap penurunan jumlah
Tabel 3 menunjukkan bahwa penelitian pengangguran daerah. Penelitian ini juga
ini menemukan PAD dan DAU tidak membuktikan bahwa PAD, DAU,DAK dan

140
2013 Budi Santosa

DBH berpengaruh terhadap penurunan DBH adalah dana yang bersumber dari
jumlah kemiskinan daerah, tetapi pendapatan APBN yang dialokasikan
pertumbuhan ekonomi daerah tidak kepada daerah berdasarkan angka persentase
berpengaurh terhadap penurunan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
pengangguran dan kemiskinan daerah. rangka pelaksanaan desentralisasi. Sehingga
Selain itu, ternyata tidak terdapat pengaruh pengaruh DAK dan DBH terhadap
tidak langsung baik PAD, DAU, DAK, peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah
maupun DBH terhadap penurunan memang semestinya signifikan.
pengangguran maupun kemiskinan melalui Sementara itu, PAD dan DAU
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. berpengaruh terhadap penurunan jumlah
pengangguran daerah, sedangkan DAK dan
PEMBAHASAN DBH tidak berpengaruh terhadap penurunan
jumlah pengangguran daerah. Pengaruh
Penelitian ini menemukan PAD dan
PAD terhadap penurunan jumlah
DAU tidak berpengaruh terhadap
pengangguran di daerah dapat dilihat
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
sebagai keberhasilan PAD sebagai cermin
Penelitian Parhah (2002) dalam Setiyawati
dari produktivitas dan pendapatan akibat
dan Hamzah (2007) juga menemukan
kemunculan usaha baru (ekstensifikasi) atau
bahwa desentralisasi fiskal tidak
pula dapat terjadi ada perkembangan secara
berpengaruh terhadap pertumbuhan
intensifikasi yang menyerap banyak tenaga
ekonomi daerah. PAD merupakan salah satu
kerja. Sedangkan peran DAU dalam
sumber dana pembangunan yang
menurunkan pengangguran di daerah
memanfaatkan potensi daerah. Tidak
memang sudah sesuai dengan tujuannya
terdapat pengaruh yang signifikan dari
yakni untuk pemerataan keuangan antar
kebijakan dalam peningkatan PAD terhadap
daerah, membiayai kebutuhan pengeluaran
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah,
pemerintah daerah,dan memberi pelayanan
kemungkinan karena kebijakan dalam
yang lebih baik kepada publik dalam bentuk
penarikan PAD memberatkan masyarakat,
gaji PNS dan belanja pegawai lainnya.
dan pungutan PAD yang diperoleh, serta
Sementara tiadanya pengaruh DAK
penerimaan DAU dari pemerintah pusat
terhadap penurunan pengangguran di daerah
tidak didukung oleh pengeluaran pemerintah
bisa dimengerti mengingat penggunaan
yang tepat dan produktif serta menunjang
DAK yang lebih diarahkan untuk mendanai
untuk pertumbuhan ekonomi.
kegiatan khusus bersifat jangka panjang
DAK dan DBH berpengaruh terhadap
yang tidak berdampak pada penyerapan
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
tenaga kerja secara langsung dalam waktu
Penelitian Pujiati (2008), juga menemukan
singkat. Demikian pula dengan Dana Bagi
bahwa DBH berpengaruh positif terhadap
Hasil (DBH).
pertumbuhan ekonomi daerah. Adi (2006)
Penelitian ini juga membuktikan bahwa
serta Lin dan Liu dalam Adi (2006),
PAD, DAU, DAK dan DBH berpengaruh
menemukan hasil yang sama bahwa DAK
terhadap penurunan jumlah kemiskinan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
daerah. Temuan ini sungguh
ekonomi daerah. Memang, didalam
menggembirakan mengingat sudah sangat
pengalokasiannya, DAK lebih difokuskan
sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan
pada kegiatan investasi pembangunan,
otonomi daerah yang memang ditujukan
pengadaan, peningkatan, dan perbaikan
meningkatkan kesejahteraan dan
sarana dan prasarana fisik dengan umur
kemakmuran masyarakat di daerah.
ekonomis yang panjang, termasuk
Pertumbuhan ekonomi daerah tidak
pengadaan sarana fisik penunjang, dan tidak
berpengaruh terhadap penurunan
termasuk penyertaan modal. Dengan adanya
pengangguran dan kemiskinan daerah.
pengalokasian DAK diharapkan dapat
Penelitian ini menunjukkan hasil yang
mempengaruhi belanja modal, karena DAK
berbeda dengan penelitian Setiyawati dan
cenderung akan menambah asset tetap yang
Hamzah (2007) yang menyimpulkan bahwa
dimiliki pemerintah guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif
pelayanan publik. Demikian juga dengan
terhadap kemiskinan. Okun dalam Putong

141
130 - 143 Jurnal Keuangan & Bisnis Juli

(2003) yang membuktikan bahwa SIMPULAN dan SARAN


pertumbuhan ekonomi mengurangi jumlah
Simpulan
pengangguran. Serta penelitian Setiyawati
dan Hamzah (2007) yang menyimpulkan Penelitian ini bertujuan untuk
bahwa pertumbuhan berpengaruh positif menganalisis pengaruh PAD dan Dana
terhadap pengangguran.Selain itu, ternyata PerimbanganDaerah terhadap pertumbuhan,
tidak terdapat pengaruh tidak langsung baik pengangguran dan kemiskinan daerah dari
PAD, DAU, DAK, maupun DBH terhadap 33 Propinsi di Indonesia. Penelitian ini
penurunan pengangguran maupun diperoleh hasil bahwaPAD dan DAU tidak
kemiskinan melaluipeningkatan berpengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi daerah.Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, sedangkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dirasakan DAK dan DBH berpengaruh terhadap
banyak orang tidak memberikan pemecahan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
masalah kemiskinan ketika tingkat Sementara PAD dan DAU berpengaruh
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut terhadap penurunan jumlah pengangguran
tidak diikuti oleh menurunnya tingkat daerah, namun DAK dan DBH tidak
pengangguran dan pengangguran semu di berpengaruh terhadap penurunan jumlah
daerah pedesaaan maupun perkotaan. pengangguran daerah. Penelitian ini juga
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata menemukan bahwa PAD, DAU,DAK dan
telah gagal untuk menghilangkan atau DBH berpengaruh terhadap penurunan
bahkan mengurangi besarnya kemiskinan jumlah kemiskinan daerah, berbeda halnya
absolut di daerah. dengan pertumbuhan ekonomi daerah, yang
Keyakinan mengenai adanya efek mana tidak berpengaurh terhadap penurunan
menetes ke bawah (trickle down effects) pengangguran dan kemiskinan daerah. Dari
dalam proses pembangunan telah menjadi analisis penganuh antar variable secara tidak
pijakan bagi sejumlah pengambil kebijakan langsung tidak terdapat pengaruh baik PAD,
dalam pembangunan. Dengan keyakinan DAU, DAK, maupun DBH terhadap
tersebut maka strategi pembangunan yang penurunan pengangguran maupun
dilakukan akan lebih terfokus pada kemiskinan melalui peningkatan
bagaimana mencapai suatu laju pertumbuhan ekonomi daerah.
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam
suatu periode yang relatif singkat. Untuk Saran
mencapai tujuan tersebut, konsekuensi
negatif yang dapat muncul sebagai akibat Dengan memperhatikan kesimpulan dari
jalan pintas yang diambil berdasarkan penelitian ini, maka dapat disarankan bahwa
pengalaman masa lalu adalah pusat pemerintah daerah diharapkan terus dapat
pembangunan ekonomi daerah selalu meningkat PAD dan mengelola baik PAD
dimulai pada wilayah-wilayah yang telah maupun dana perimbangan yang terdiri dari
memiliki infrastruktur lebih memadai. DAU, DAK dan DBH dengan seksama dan
Selain itu pembangunan akan difokuskan bijaksana, sehingga penerimaan tersebut dapat
pada sektor-sektor yang secara potensial menjadi stimulus untuk meningkatkan
memiliki kemampuan besar dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Sehingga,
menghasilkan nilai tambah yang tinggi masing-masing baik PAD, DAU, DAK
terutama sektor industri dan jasa, dengan maupun DBH dapat secara langsung maupun
harapan dapat memberikan multiplayer tidak langsung melalui terjadinya peningkatan
effect bagi pembangunan berkelanjutan di pertumbuhan ekonomi daerah dapat
bawahnya. Sehingga gagalnya pertumbuhan menurunkan pengangguran maupun
ekonomi untuk memecahkan masalah kemiskinan di daerah.
pengangguran maupun kemiskinan daerah Untuk penelitian lebih lanjut, akan
sebenarnya bukanlah karena kurangnya menarik apabila obyek penelitian lebih
sumber daya alam, melainkan karena faktor difokuskan pada daerah tingkat dua baik
non-alamiah, yaitu kesalahan dalam kota maupun kabupaten. Kemungkinan
kebijakan ekonomi. beberapa variable tidak signifikan karena
obyek penelitian dilakukan di tingkat

142
2013 Budi Santosa

propinsi. Mengingat bahwa dengan adanya Kusumadewi, Indriasari. (2010). Pengaruh


otonomi daerah, maka desentralisasi fiscal Desentralisasi Fiskal di Tingkat
akan lebih berperan di daerah tingkat dua. Provinsi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah Analisis Data Panel
1999-2008. Tesis dipublikasikan,
DAFTAR PUSTAKA Universitas Indonesia.
http://www.lontar.ui.ac.id/ . Diakses
Adi, Priyo Hari. (2006). Hubungan antara tanggal 24 Pebruari 2013.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Perry GE, Arias OS, Lopez JH, Maloney
Pembangunan dan Pendapatan Asli WF, Serven L. (2006). Poverty
Daerah. Simposium Nasional Akuntansi Reduction and Growth : Virtuous and
IX. Padang. Vicious Circles. New York : World
Arsyad, Lincolin. (1999). Pengantar Bank .
Perencanaan dan Pembangunan Pujiati, Amin. (2008). Analisis
Ekonomi Daerah. Edisi Pertama. Pertumbuhan Ekonomi di Karesidenan
Yogyakarta : BPFE. Semarang di Era Desentralisasi Fiskal.
Azzumar, Mochamad Rizky. (2011). Jurnal Ekonomi Pembangunan. Kajian
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Ekonomi Negara Berkembang, Hal: 61-
Dana Perimbangan, Investasi Swasta, 70.
dan Tenaga Kerja terhadap Putong, Iskandar. (2003). Ekonomi Mikro
Pertumbuhan Ekonomi di Era dan Makro. Edisi Kedua. Jakarta :
Desentralisasi Fiskal Tahun 2005-2009 Penerbit Ghalia Indonesia.
(Studi Kasus Kabupaten/Kota Provinsi Setiyawati, Anis., dan Hamzah, Ardi.
Jawa Tengah). Tesis. Fakultas Ekonomi (2007). Analisis Pengaruh PAD, DAU,
Universitas Diponegoro Semarang. DAK dan Belanja Pembangunan
Ferdinand, Augusty. (2006). Metode terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
Penelitian Manajemen: Pedoman Kemiskinan dan Pengangguran:
Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Pendekatan Analisis Jalur. Jurnal
Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Desember 2007, Vol. 4. No. 2, Hal
Diponegoro. 211-228.
Hair, J. R., R.E. Anderson, R. Thatam and Siddik, Machfud. (2002). Kebijakan,
Balcak W. (1995). Multivariat Data Implementasi, dan Pandangan ke
Analysis with Reading. New Jersey : Depan Perimbangan Keuangan Pusat
Prentice Hall, Englewood Cliff. dan Daerah.
Hamzah, Ardi. (2009). Pengaruh Todaro, Michael P, dan Smith, Stephen C.
Pendapatan Asli Daerah, Dana (2006). Pembangunan Ekonomi di
Perimbangan dan Belanja Publik Dunia Ketiga Edisi Kedelapan, Jakarta
terhadap Pertumbuhan Ekonomi, : Penerbit Erlangga.
Kemiskinan, dan Pengangguran : Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Pendekatan Analisis Jalur. (Studi Pada Tentang Pemerintah Daerah.
38 Kota/Kabupaten di Propinsi Jawa Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Timur Periode 2001-2006). Jurnal : Tentang Perimbangan Keuangan Pusat
Balitbang Depdagri. dan Daerah.
Haryanto, David. dan Adi, Priyo Hari. Widjayanto, Wahyu. (2013). Modul
(2007). Hubungan Antara Dana Tinjauan dampak Kebijakan
Alokasi Umum, Pendapatan Asli Desentralisasi Fiskal bagi Kemampuan
Daerah, Belanja Modal, dan Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan Perkapita. Simposium Daerah. Pusat Pendidikan dan
Nasional Akuntansi X, Makasar. Pelatihan Kekayaan Negara dan
Kuncoro, Mudrajat. (2004). Otonomi dan Perimbangan Keuangan Badan
Pembangunan Daerah : Reformasi, Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Perekonomian, Strategi dan Peluang.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

143

Anda mungkin juga menyukai