Anda di halaman 1dari 68

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN LUKA BAKAR”

DOSEN PENGAMPU :

ARIA WAHYUNI, M.Kep.,Ns.Sp.Kep,M.B

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3 (KEPERAWATAN 5A)

1. DAVID MUSNELDI (1814201008)


2. SHERA NUR SHADRINA (1814201020)
3. SINTA WULANDARI (1814201037)
4. NADYA AHSA NINISA (1814201038)

SEMESTER VA PROGRAM STUDI S1 ILMU


KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III tentang “Asuhan Keperawatan
pada pasien Luka Bakar”

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Lubuk Sikaping, 14 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


Daftar Isi .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................4
D. Manfaat Penulisan………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi............................................................................................6
B. Etiologi............................................................................................6
C. Manifestasi Klinis...........................................................................8
D. Patofisiologi....................................................................................9
E. Klasifikasi.......................................................................................10
F. Komplikasi….…………………………………………………….13
G. Indikasi…………………...………………………………………14
H. Pencegahan……………………………………………………….14
I. Pemeriksaan Penunjang…………………….…………………….14
J. Penatalaksanaan…………………………………………………..15
K. Pengobatan……………………………………………………….23
L. Terapi Diet………………………………………………………..25
M. Terapi Komplementer…………………………………………….26

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Kasus……………………………………………………………..28
B. Pengkajian Keperawatan…………………………………………29
C. Data Fokus………………………………………………………..33
D. Analisa Data……………………………………………………...34
E. Diagnosa………………………………………………………….35
F. Rencana Keperawatan……………………………………………35
G. Implementasi Dan Evaluasi………………………………………41
H. Mapping………………………………………………………….46

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian……………………………………………………….48
B. Diagnosa Prioritas………………………………………………..49
C. Intervensi………………………………………………………...50

ii
BAB V ANALISA JURNAL
A. Ringkasan Jurnal...........................................................................56
B. Analisa Pico..................................................................................57

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………...62
B. Saran…………………………………………………………….62

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................63

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana
saja baik di rumah, di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat
lain. Anakanak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko
tinggi untuk mengalami luka bakar. Penyebab luka bakar pun bermacam-
macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran listrik
dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan
kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan
luka bakar disesuaikan dengan penyebab luka bakar, luas luka bakar dan
bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam
memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar
yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiram
air panas dengan luka bakar karena terkena zat kimia atau radiasi
membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya
sama.
Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan
rehabilitasnya masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang
mahal, tenaga terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya masalah dan
komplikasi yang dapat dialami pasien, maka pasien luka bakar
memerlukan penanganan yang serius.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang
dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang
terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua
sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua

1
puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan
tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi
gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%.
Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai
harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini
untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan
luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka
bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan
tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya,
penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan
permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang
panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari
pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi
ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang
berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang
lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar
pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien
dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh
yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit,
patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan
derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan
hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan
langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur,
status kesehata sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi
2
beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar
sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau
kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien
luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih
baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai
pada luka bakar tertentu.
World Health Organization’s (WHO) melaporkan pada tahun 2004,
angka kejadian luka bakar diseluruh dunia rata-rata 110/100.000 orang tiap
tahunnya dan diperkirakan 310.000 orang meninggal akibat luka bakar
(Othman et al., 2010). Pada tahun 2015, sekitar 486.000 kejadian luka
bakar yang terjadi di Amerika Serikat, 40.000 diantaranya membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan 30.000 yang perlu dirawat dipusat-pusat
perawatan luka bakar (ABA, 2016).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari luka bakar?
2. Apa sajaetiologi dari luka bakar?
3. Apa saja manifestasi klinis dari luka bakar?
4. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
5. Apa saja klasifikasi dari luka bakar?
6. Apa saja komplikasi dari luka bakar?
7. Apa saja indikasi dari luka bakar?
8. Bagaimana pencegahan dari luka bakar?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari luka bakar?
10. Apa saja penatalaksanaan dari luka bakar?
11. Bagaimana pengobatan dari luka bakar?
12. Apa saja terapi diet dari luka bakar?
13. Apa saja terapi komplementer dari luka bakar?
14. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari luka bakar?
15. Bagaimana mind map dari luka bakar?

3
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
a. Mahasiswa mampu memahami konsep teoritis kasus luka bakar.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada
pasien luka bakar.
2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari luka bakar?

b. Mahasiswa mampu memahami apa sajaetiologi dari luka bakar?

c. Mahasiwa mampu memahami apa saja manifestasi klinis dari


luka bakar?

d. Mahasiswa mampu memahami bagaimana patofisiologi dari


luka bakar?

e. Mahasiwa mampu memahami apa saja klasifikasi dari luka


bakar?

f. Mahasiswa mampu memahami apa saja komplikasi dari luka


bakar?

g. Mahasiswa mampu memahami apa saja indikasi dari luka bakar?

h. Mahasiwa mampu memahami bagaimana pencegahan dari luka


bakar?

i. Mahasiswa mampu memahami apa saja pemeriksaan penunjang


dari luka bakar?

j. Mahasiswa mampu memahami apa saja penatalaksanaan dari


luka bakar?

k. Mahasiswa mampu memahami bagaimana pengobatan dari luka


bakar?

4
l. Mahasiswa mampu memahami apa saja terapi diet dari luka
bakar?

m. Mahasiswa mampu memahami apa saja terapi komplementer


dari luka bakar?

n. Mahasiswa mampu memahami bagaimana Asuhan Keperawatan


dari luka bakar?

o. Mahasiswa mampu memahami bagaimana mind map dari luka


bakar?

D. MANFAAT PENULISAN

Diharapkan dengan disusun nya makalah ini, mahasiswa nantinya dapat


memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan benar bagi pasien
penderita luka bakar dan dapatmengurangi rasa sakit  serta angka kematian
karena luka bakar dalam masyarakat.

5
BAB II
TEORITIS KASUS

A. DEFINISI
Luka bakar adalah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau
terpapar dengan zat termal, Chemical, elektrik, atau radiasi yang
menyebabkan luka bakar (Luckmanandsorensen”s, 1993) Luka bakar
adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang disebabkan oleh panas,
listrik, zat kimia, gesekan atau radiasi. Luka bakar yang hanya
mempengaruhi kulit bagian luar dikenal dengan luka bakar superfisial atau
derajat 1. Bila cedera menebus beberapa lapisan dibawanya, hal ini disebut
luka bakar sebagian lapisan kulit luar atau derajat II. Pada luka bakar yang
mengenai seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera meluas ke seluruh
lapisan kulit. Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan cedera
kejaringan yang lebih dalam, seperti otot atau tulang. (Wikipedia) Luka
bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel lainnya
(Donna, 1991).

B. ETIOLOGI
Secara garis besar ada lima mekanisme penyebab timbulnya luka
bakar, yaitu terutama adalah sbb.:
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit

6
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia
diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion
pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada
dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
5. Luka Bakar Cair
kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.

Luka bakar disebabkan oleh dari sumber panas ke tubuh. Panas


tersebut mungkin di pindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar,
beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak
dengan sumber panas (misalnya suhu benda yang membakar, jenis pakaian
yang terbakar, sumber panas: api, air panas dan minyak panas), listrik, zat
kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang
tertutup. Faktor yang mempengaruhi beratnya luka bakar antara lain:
1. Keluasan luka bakar
2. Kedalaman luka bakar
3. Umur pasien
7
4. Agen penyebab
5. Fraktur atau luka lain yang menyertai
6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, ginjal, jantung, dll.
7. Obesitas
8. Adanya trauma inhalasi

C. MANIFESTASI KLINIS
Derajat luka bakar
1. Derajat I
Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit
kering, sangat nyeri dan sering disertai sensasi “menyengat”. Jaringan
yang rusak hanya epidermis, lama sembuh ± 5 hari dan hasil kulit
kembali normal.
2. Derajat II
a. Derajat IIa
Jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana folikel rambut dan
kelenjar keringat utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi merah atau
kuning, lepuh, luka basah, lama sembuh ± 7 – 14 hari dan hasil kulit
kembali normal atau pucat.
b. Derajat IIb
Jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya kelenjar
keringat saja yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat Iia, lama
sembuh ±14-21 hari. Hasil kulit pucat, mengkilap, kadang ada
cikatrix atau hipertrofi.
3. Derajat III
Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat,
abu – abu gelap atau hitam, tampak retak – retak atau kulit tampak
terkelupas, avaskuler, sering dengan bayangan trombosis vena, tidak
disertai rasa nyeri. Lama sembuh >21hari dan hasil kulitnya menjadi
cikatrik dan hipertropi.
D. PATOFISIOLOGI
8
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas
ke tubuh, yang mungkin dipindahkan melalui konduksi dan radiasi
elektromagnetik.Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab
dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas tersebut.Dalamnya luka
bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gamgguan integritas kulit dan
kematian sel-sel.
Akibat luka bakar fungsi kulit yang normal hilang, berakibat terjadi
perubahan fisiologis :
1. hilang daya lindung terhadap infeksi
2. cairan tubuh terbuang
3. hilang kemampuan mengendalikan keringat
4. banyak kehilangan reseptor sensoris

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meningkat. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga terjadi
anemia. Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga air,
natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dalam sel dan
menyebabkan edema dan menimbulkan bula dengan membawa serta
elektrolit. Hal itu akan menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler dan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang
berlebihan. Jika keadaan berlanjut akan terjadi syok hipovolemik dengan
gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, serta produksi urine berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan. Maksimal terjadi setelah 8 jam.
Kehilangan cairan tubuh dapat disebabkan beberapa faktor (Donna;1991):
 peningkatan mineralokortikoi
-Retensi air, natrium, klorida
-Ekresi kalium

9
 peningkatan permeabilits pembuluh darah, keluarnya elektrolit dan
protein dari pembuluh darah
 perbedaan tekanan osmotik intra-ekstrasel

Bila luka bakar terjadi dimuka kerusakan mukosa jalan napas


karena gas, asap atau uap yang terhisap. Edema laring yang terjadi
dapat menyebabkan gangguan hambatan jalan napas. Gejala yang
timbul adalah seseka napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak
berwarna gelap.

Tingkat hipovolemi dimulai dari terjadinya luka bakar dan


berlangsung sampai 48-72 jam pertam. Kondisi disertai dengan
pergeseran cairan dari kompartemen vaskular keruang interstitium.
Bila terjadi syok hipovolemi dan terjadi penurunan desakan darah
yang berat dan terjadi pengaliran cairan yang tidak adekuat ke ginjal
yang memburuk kondisi syok dan timbul anuri. Akibat pergeseran
cairan bisa mnyebabkan dehidrasi kepada jaringan yang tidak
menderita kerusakan. Jadi menimbulkan banyak cairan dan gara
mhilang dari kapiler pada protein. Perfusi jaringan yang tidak
sempurna menyebabkan metabolisme anaerob dan hasil akhir produk
asam ditahan karena rusaknya fungsi ginjal. Selanjutnya timbul
asidosis metabolik. (Sjamsuhdajat,1998)

E. KLASIFIKASI
Luka bakar digambarkan dengan kedalaman, keparahan, dan gen
penyebab. Keparahan cedera luka bakar diklasifikasikan berdasarkan pada
resiko mortilitas dan resiko kecacatan fungsi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keparahan cedera termasuk sebgai berikut :
1. Kedalaman luka bakar

10
Umumnya luka bakar mempunyai kedalaman yang tidak sama. Setiap
area mempunyai tiga zona cedera yaitu :
a. zona koagulasi terjadi kematian seluler
b. zona statis disebut are pertengahan, tempat terjadinya gannguan
suplay darah, inflamasi, dan cedera jaringan
c. zona hiperemia merupakan area terluar, berhubungan dengan luka
bakar derajat I yang seharusnya sembuh dalam seminggu.

2. Keparahan luka bakar


Cedera luka bakar dapat berkisar dari lepuh kecil sampai luka bakar
masif derajat III. Luka bakar dikategorikan kedalam luka bakar :
a. Cedera luka bakar minor/ ringan
Cedera ketebalan partial <15% dari luas permukaan tubuh total
orang dewasa, <10% luas permukaan tubuh total anak-anak, atau
cedera ketebalan penuh <2% luas permukaan tubuh total. Biasanya
mendapat perawatan awal di UGD, kemudian dipulangkan dengan
instruksi dibagian rawat jalan.
b. Cedera luka bakar sedang/ moderat/ pertengahan
Cedera ketebalan partial dengan 15% sampai 25% dari luas
permukaan tubuh total (LPTT) pada orang dewasa, 10% sampai
20% LPTT pada anak-anak, atau cedera dengan ketebalan penuh
kurang dari 10%LPTT yang tidak berhubungan dengan komplikasi.
Umumnya ditangani dibagian rawat inap.
c. Cedera luka bakar berat/mayor
Biasanya dibawa ke fasilitas perawatan luka bakar khusus, setelah
mendapatkan perawatan kedaruratan ditempat kejadian. Cedera
luka bakar mayor adalah :
 cedera ketebalan partial >25% LPTT orang dewasa atau 20%
LPTT anak-anak
 cedera ketebalan penuh 10% LPTT atau lebih

11
 Luka bkar yang mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki,
dan perineum
 cedera inhalasi
 cedera listrik
 luka bakar yang berkaitan dengan cedera lain misalnya : cedera
jaringan lunak, fraktur, trauma lain. (long.C Barbara,1996)

3. Lokasi luka bakar


Luka bakar pada kepala, leher, dan dada seringkali berkaitan dengan
komplikasi akar wajah menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar
telinga membuat mudah terserang kondritis aurikular dan rentan
terhadap infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar
pada tangan dan persendian sering membutuhkan terapi fisik dan
okupasi yang lama dan memberikan dampak kecacatan fisik menetap.
Luka bakar pada perineum membuat midah terserang infeksi akibat
autokontaminasi oleh urine dan feses. Luka bakar sirkum ferensial
ekstremitas dapat menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh
darah dan mengarah pada gangguan vaskular distal. Luka bakar
sirkum ferensial toraks dapat mengarah kepada inadekuat ekspansi
dinding dada dan finsufisiensi pulmonal.

4. Agen penyebab luka bakar


Pada situasi misalnya kebakaran, gunung meletus,atau ledakan mobil
akan mengakibatkan pasien tidak hanya mengalami luka bakar, tetapi
juga menghirup udara panas/ keracunan monoksida (CO) sehingga
mengakibatkan pasien mengalami gangguan pada saluran napas yang
dapat menyebabkan kegagalan pernapasan sehingga menimbulkan
kematian.

5. Ukuran luka bakar

12
Ukuan luka bakar (presentase cedera pada kulit) ditentuka ndengan
dua metode yaitu :
a. Rule of nine
Digunakan sebagai alat untuk memperkirakan ukuan luka bkar
yang cepat. Dasar dari perhitungan ini dengan membagi tubuh
kedalam bagian-bagian anatomi, yang setiap bagian mencerminkan
9% dari LPT, tidak membutuhka ndiagram untuk menentukan
presentase LPT yang mengalami cedera.
b. Diagram bagan Lund & Browder
Ditujukan untuk menetukan keluasan luka bakar yang terjadi pada
anak-anak dan bayi dimana dalam bagian ini usia yang berbeda
mempunyai keluasan yang berbeda. Bagan ini memberikan
penilaian yang lebih akuat.

6. Usia korban luka bakar


Usia klien mempengaruhi keparaha ndan keberhasilan dalam
perawatan luak bakar.

F. KOMPLIKASI

1. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial ( luka bakar
pada ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia
dari gagal napas restriktif) ( cegah dengan eskaratomi segera).
2. Awal
a. Infeksi ( waspadai steptococcus ) obati infeksi yang timbul ( 10%
organisme pada biopsi luka ) dengan antibiotik sistemis.
b. Ulkus akibat stres ( ulkus cerling) ( cegah dengan antasida, broker
H2 atau inhibitor pompa proton profilaksis)

13
c. Hiperkalsemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan
insulin, dekstrosa.

G. INDIKASI

1. Luka bakar grade II:


2. Dewasa > 20%
3. Anak/orang tua > 15%
4. Luka bakar grade III.
5. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.

H. PENCEGAHAN

1. Jangan lupa mematikan kompor setelah memakainya.


2. Gunakan pelindung tangan saat memasak.
3. Hindari merokok di dalam rumah atau gedung.
4. Jangan lupa mematikan alat setrika ketika sudah selesai
menggunakannya.
5. Siapkan alat pemadam api ringan di rumah.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan
adalah :
1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
14
2. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera
jaringan, hipokalemia terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema
jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7. EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar selanjutnya.

J. PENATALKSANAAN

1. Penanganan keperawatan
a. Penanganan awal ditempat kejadian
Tindakan yang dilakukan terhadap luka bakar :
1) Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api, jangan
biarkan korban berlari, anjurkan korban untuk berguling – guling
atau bungkus tubuh korban dengan kain basah dan pindahkan
segera korban ke ruangan yang cukup berventilasi jika kejadian
luka bakar berada diruangan tertutup.
2) Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban
3) Kaji kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan
korbam dan oksigen bila diperlukan
4) Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang
bersuhu 200C selama 15 – 20 menit segera setelah terjadinya luka
bakar
5) Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan
air sebanyak – banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari
tubuhnya

15
6) Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar
serta cedera lain yang menyertai luka bakar
7) Segera bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut

b. Penanganan luka bakar di unit gawat darurat


Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pettama
yaitu :
1) Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A : Airway (jalan
nafas), B : Breathing (pernafasan), C : Circulation (sirkulasi)
2) Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
3) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran
pernafasan
4) Kaji adanya faktor – faktor lain yang memperberat luka bakar
seperti adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti
diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll)
5) Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III
biasanya dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter)
6) Pasang kateter urin
7) Pasang NGT jika diperlukan
8) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
9) Berikan suntikan ATS / toxoid
10) Perawatan luka :
 Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)
 Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada
sendi yang mengganggu pergerakan
 Selimuti pasien dengan selimut steril
11) Pemberian obat – obatan (kolaborasi dokter)
 Antasida H2 antagonis
 Roborantia (vitamin C dan A)
 Analgetik

16
 Antibiotic
12) Mobilisasi secara dini
13) Pengaturan posisi
Keterangan :
 Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan
 Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan
 Pada 8 jam III diberikan sisanya

c. Penanganan luka bakar di unit perawatan intensif


Hal yang perlu diperhatikan selama pasien dirawat di unit ini
meliputi :
1) Pantau keadaan pasien dan setting ventilator. Kaji apakah pasien
mengadakan perlawanan terhadap ventilator
2) Observasi tanda – tanda vital; tekanan darah, nadi, pernafasan,
setiap jam dan suhu setiap 4 jam
3) Pantau nilai CVP
4) Amati neurologis pasien (GCS)
5) Pantau status hemodinamik
6) Pantau haluaran urin (minimal 1ml/kg BB/jam)
7) Auskultasi suara paru setiap pertukaran jaga
8) Cek asalisa gas darah setipa hari atau bila diperlukan
9) Pantau status oksigen\
10) Penghisapan lendir (suction) minimal setiap 2jam dan jika perlu
11) Perawatan tiap 2jam (beri boraq gliserin)
12) Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes mata setiap 2
jam
13) Ganti posisi pasien setiap 3jam (perhatikan posisi yang benar
bagi pasien)
14) Fisoterapi dada
15) Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP,
kateter dan tube setiap hari

17
16) Ganti kateter dan NGT setiap minggu
17) Observasi letak tube (ETT) setiap shift
18) Observasi setiap aspirasi cairan lambung
19) Periksa laboratorium darah : elektrolit, ureum/kreatinin, AGD,
proteim (albumin), dan gula darah (kolaborasi dokter)
20) Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit
21) Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter

d. Perawatan luka bakar di unit perawatan luka bakar


Terdapat dua jenis perawatan luka selama dirawat di bangsal yaitu :
1) Perawatan terbuka
Yakni luka yang telah diberi obat topical dibiarkan terbuka tanpa
balutan dan diberi pelindung cradle bed. Biasanya juga dilakukan
untuk daerah yang sulit dibalut seperti wajah, perineum, dan lipat
paha
Keuntungan :
 Waktu yang dibutuhkan lebih singkat
 Lebih praktis dan efisien
 Bila terjadi infeksi mudah terdeteksi
Kerugian :
 Pasien merasa kurang nyaman
 Dari segi etika kurang
2) Perawatan tertutup
Yakni penutupan luka dengan balutan kasa steril setelah dibeikan
obat topical.
Keuntungan :
 Luka tidak langsung berhubungan dengan udara ruangan
(mengurangi kontaminasi)
 Pasien merasa lebih nyaman
Kerugian :
18
 Balutan sering membatasi gerakan pasien
 Biaya perawatan bertambah
 Butuh waktu perawatan lebih lama
 Pasien merasa nyeri saat balutan dibuka

Urutan prosedur tindakan perawatan luka pada pasien luka bakar


antara lain :
1) Cuci / bersihkan luka dengan cairan savlon 1% dan cukur rambut
yang tumbuh pada daerah luka bakar sperti pada wajah, aksila,
pubis, dll
2) Lakukan nekrotomi jaringan nekrosis
3) Lakukan escharotomy jika luka bakar melingkar (circumferential)
dan eschar menekan pembuluh darah. Eskartomi dilakukan oleh
dokter
4) Bullae (lepuh) dibiarkan utuh sampai hari ke 5 post luka bakar,
kecuali jika di daerah sendi / pergerakan boleh dipecahkan dengan
menggunakan spuit steril dan kemudian lakukan nekrotomi
5) Mandikan pasien tiap hari jika mungkin
6) Jika banyak pus, bersihkan dengan betadin sol 2%
7) Perhatikan ekspresi wajah dan keadaan umum pasien selama
merawat luka
8) Bilas savlon 1% dengan menggunakan cairan NaCl 0,9%
9) Keringkan menggunakan kasa steril
10) Beri salep silver sulfadiazine (SSD) setebal 0,5cm pada seluruh
daerah luka bakar (kecuali wajah hanya jika luka bakar dalam
[derajat III] dan jika luka bakar pada wajah derajat I/II, beri salep
antibiotika)
11) Tutup dengan kasa steril (perawatan tertutup atau biarkan
terbuka (gunakan cradle bed)

e. Terapi psikiater

19
Mengingat pasien dengan luka bakar mengalami masalah
psikis maka perawat perlu bekerja sama dengan psikiatri untuk
membantu pasien mengatasi masalah psikisnya, namun bukan berarti
menggantikan peran perawat dalam memberikan support dan empati,
sehingga diharapkan pasien dapat dapat menerima keadaan dirinya
dan dapat kembali kemasyarakat tanpa perasaan terisolasi.
Hal lain yang perlu diingat bahwa sering kali pasien
mengalami luka bakar karena upaya bunuh diri atau mencelakakan
dirinya sendiri dengan latar belakang gangguan mental atau depresi
yang dialaminya sehingga perlu terapi lebih lanjut oleh psikiatris.
f. Terapi fisioterapis
Pasien luka bakar mengalami trauma bukan hanya secara
fisik namun secara psikis juga. Pasien juga mengalami nyeri yang
hebat sehingga pasien tidak berani untuk menggerakkan anggota
tubuhnya terutama ynag mengalami luka bakar. Hal ini akan
mengakibatkan berbagai komplikasi terhadap pasien diantaranya
yaitu terjadi kontraktur dan defisit fungsi tubuh.
Untuk mencegah terjadinya kontraktur, deformitas dan
kemunduran fungsi tubuh, perawat memerlukan kerjasama dengan
anggota tim kesehatan lain yaitu fisioterapis. Pasien luka bakar akan
mendapatkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan fisiknya.
Dengan pemberian latihan sedini mungkin dan pengaturan posisi
yang sesuai dengan keadaan luka bakar, diharapkan terjadinya
kecacatan dapat dicegah atau dinminimalkan. Rehabilitasi dini dapat
dilakukan sejak pasien mengalami luka bakar. Hal yang dapat
dilakukan oleh perawat adalah dengan memberi posisi.
g. Terapi nutrisi
Ahli gizi diharapkan dapat membantu pasien dalam
pemenuhan nutrisi yang tidak hanya memenuhi kecukupan jumlah
kalori, protein, lemak, dll tapi terutama juga dalam hal pemenuhan
makanan dan cara penyajian yang menarik karena hal ini akan sangat
mempengaruhi nafsu makan pasien. Dengan pemberian nutrisi yang
20
kuat serta menu yang variatif, diharapkan pasien dapat mengalami
proses penyembuhan luka secara optimal.
Ahli gizi bertugas memberikan penyuluhan tentang gizi
pada pasien dan dengan dukungan perawat dan keluarga dalam
memberikan motivasi untuk meningkatkan intake nutrisinya maka
diharapkan kebutuhan nutrisi yang adekuat bagi pasien terpenuhi.

2. Penanganan medis
Tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pasien luka bakar antara
lain terapi cairan dan terapi obat – obatan topical.
a. Pemberian cairan intravena
Tiga macam cairan diperlukan dalam kalkulasi kebutuhan pasien :
1) Koloid termasuk plasma dan plasma expander seperti dextran
2) Elektolit seperti NaCl, larutan ringer, larutan Hartman atau
larutan tirode
3) Larutan non elektrolit seperti glukosa 5%

Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus


ditentukan secara teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan
diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan
cairan ini.
Pemberian cairan ada beberapa formula :
1) Formula Baxter hanya memakai cairan RL dengan jumlah : %
luas luka bakar x BB (kg) x 4cc diberikan ½ 8 jam I dan ½ nya 16
jam berikut untuk hari ke 2 tergantung keadaan.
2) Formula Evans
 Cairan yang diberikan adalah saline
 Elektrolit dosis : 1cc x BB kg x % luka bakar
 Koloid dosis : 1cc x Bb kg x % luka bakar
 Glukosa : Dewasa : 2000cc, Anak : 1000cc
3) Formula Brook

21
 Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat
 Elektrolit : 1,5cc x BB kg x % luka bakar
 Koloid : 0,5cc x Bb kg x % luka bakar
 Dektros : Dewasa : 2000cc, Anak : 1000cc
4) Formula farkland
 Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat
 Elektrolit : 4cc x BB kg x % luka bakar

b. Terapi obat – obatan topical


Ada berbagai jenis obat topical yang dapat digunakan pada pasien
luka bakar antara lain :
1) Mafenamid Acetate (sulfamylon)
Indikasi : Luka dengan kuman pathogen gram positif dan negatif,
terapi pilihan untuk luka bakar listrik dan pada telinga.
Keterangan : Berikan 1 – 2 kali per hari dengan sarung tangan
steril, menimbulkan nyeri partial thickness burn selama 30 menit,
jangan dibalut karena dapat merngurangi efektifitas dan
menyebabkan macerasi.
2) Silver Nitrat
Indikasi : Efektif sebagai spectrum luas pada luka pathogen dan
infeksi candida, digunakan pada pasien yang alergi sulfa atau
tosix epidermal nekrolisis.
Keterangan : Berikan 0,5% balutan basah 2 – 3 kali per hari,
yakinkan balutan tetap lembab dengan membasahi setiap 2 jam.
3) Silver Sulfadiazine
Indikasi : Spektrum luas untukmicrobial pathogen ; gunakan
dengan hati – hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau
hati.
Keterangan : Berikan 1 – 2 kali per hari dengan sarung steril,
biarkan luka terbuka atau tertutup dengan kasa steril.
4) Povidone Iodine (Betadine)

22
Indikasi : Efektif terhadap kuman gram positif dan negatif,
candida albican dan jamur.
Keterangan : Tersedia dalam bentuk solution, sabun dan salep,
mudah digunakan dengan sarung tangan steril, mempunyai
kecenderungan untuk menjadi kerak dan menimbulkan nyeri,
iritasi, mengganggu pergerakan dan dapat menyebabkan asidosis
metabolik.

Dengan pemberian obat – obatan topical secara tepat dan


efektif, diharapkan dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan
mencegah sepsis yang seringkali masih menjadi penyebab kematian
pasien.

K. PENGOBATAN
1. Aliri dengan air
Cara pertama yang dapat kamu lakukan saat kulit terbakar adalah
mengalirinya dengan air kran selama 10–20 menit hingga rasa perih
akibat luka bakar ini terasa lebih ringan. Selain itu, kamu juga bisa
memberi kompres dingin pada luka bakar selama 5–15 menit
menggunakan handuk kecil atau kain yang telah dibungkus es. Namun,
jangan terlalu sering mengompres kulit dengan air dingin sebab bisa
memperparah iritasi.
2. Lidah buaya
Bahan alami selanjutnya yang bisa kamu gunakan untuk mengobati
luka bakar adalah lidah buaya. Adanya kandungan antiradang,
antibakteri, dan antioksidan pada lidah buaya bisa berfungsi untuk
merangsang penyembuhan luka sekaligus melembabkan kulit. Bahkan
ada berbagai riset yang membuktikan, bahwa gel atau salep yang
mengandung ekstrak lidah buaya dipercaya ampuh untuk mengobati
luka bakar. Oleh karena itu, tidak salah kalau lidah buaya sering
dijadikan sebagai obat luka bakar alami.
23
3. Oleskan madu
Madu juga bisa menjadi obat bagi luka bakar. Adanya kandungan
antiradang, antibakteri, dan anti jamur yang ada di dalam madu,
dipercaya bisa menjadi obat luka bakar alami. Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa madu bermanfaat untuk mengatasi luka bakar
ringan dan membantu proses penyembuhan luka bakar lebih cepat.
Namun, masih membutuhkan penelitian lebih lanjut lagi.
4. Oleskan salep antibiotik
Cara mengobati luka bakar selanjutnya adalah dengan salep antibiotik.
Obat salep antibiotik dapat membantu mencegah terjadinya infeksi di
area luka bakar.  Caranya, oleskan salep antibakteri, seperti bacitracin
atau neosporin ke area kulit yang terbakar. Kemudian, segera tutupi
dengan perban atau kain bersih.
5. Hindari paparan sinar matahari
Area kulit yang mengalami luka bakar biasanya akan jadi sangat sensitif
terhadap paparan sinar matahari. Untuk itu, hindari melakukan aktivitas
di bawah paparan sinar matahari secara langsung. Namun, jika memang
diperlukan lapisi dulu area luka menggunakan kain atau pakaian yang
berlengan panjang.
6. Jangan memecahkan gelembung kulit
Beberapa waktu setelah mengalami luka bakar, biasanya kulit akan
mengalami lepuhan berupa gelembung. Usahakan jangan sampai
tergoda untuk memecahkan gelembung luka bakar yang melepuh pada
kulit kamu. Sengaja memecahkan lepuhan luka bakar bisa
menyebabkan infeksi. Namun, jika gelembung tersebut mulai
mengganggu, kamu bisa memeriksakannya ke dokter untuk
mendapatkan perawatan.  Namun, jika lepuhan kulit luka bakar tidak
sengaja pecah, kamu bisa mengatasinya dengan membersihkan area
luka menggunakan air bersih dan sabun berbahan ringan.  Keringkan
luka secara alami dan jangan sampai digosok. Setelah kering, oleskan
salep antibiotik pada luka tersebut dan menutupnya dengan perban.

24
L. TERAPI DIET
1. Protein

Pasien dengan luka bakar sangat membutuhkan jumlah protein untuk


membantu memperbaiki jaringan yang rusak. Kerusakan jaringan
membuat banyak protein hilang dalam tubuh. Selain itu, pasien luka
bakar juga kehilangan banyak energi dan hal ini menyebabkan tubuh
menjadikan protein sebagai sumber energi utama, sehingga protein di
dalam tubuh pasien luka bakar sangat rendah.

Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia, protein yang dibutuhkan pasien


luka bakar dalam sehari yaitu sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori
total. Jika kebutuhan protein tidak dipenuhi akan menyebabkan
penurunan sistem kekebalan tubuh, kehilangan massa otot yang cukup
banyak, serta memperlambat proses penyembuhan.

2. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber gula yang digunakan tubuh sebagai
sumber energi utama. Proses penyembuhan luka bakar membutuhkan
energi yang cukup besar, oleh karena itu dibutuhkan sumber energi
tubuh yang juga cukup banyak untuk menunjang hal tersebut. Sumber
energi didapatkan dari karbohidrat, sehingga pasien dengan luka bakar
memerlukan sebanyak 50 hingga 60 persen karbohidrat dari total
kalori dalam sehari. Bila kebutuhan dari pasien luka bakar tersebut
adalah 2500 kalori, maka jumlah karbohidrat yang harus dikonsumsi
dalam sehari adalah 312 sampai 375 gram. Jika karbohidrat tidak
terpenuhi, maka energi yang dihasilkan akan berkurang, atau malah
tubuh akan mengambil sumber protein – yang seharusnya melakukan
perbaikan jaringan, sebagai sumber energi, pengganti karbohidrat.
3. Lemak
Kebutuhan lemak untuk pasien luka bakar tidak terlalu tinggi seperti
protein dan karbohidrat. Lemak memang dibutuhkan tubuh untuk

25
proses penyembuhan dan sebagai ekstra cadangan energi untuk
meningkatkan proses metabolisme. Tetapi terlalu banyak lemak yang
dimakan malah akan berdampak buruk bagi kesehatan. Lemak yang
terlalu tinggi mengakibatkan peradangan di dalam tubuh dan
menurunkan sistem imun, sehingga penyembuhan akan semakin sulit
dilakukan. Jumlah lemak yang dibutuhkan dalam sehari adalah 15-
20% dari total kalori. Lebih baik mengonsumsi sumber lemak yang
baik, yaitu makanan dengan lemak tidak jenuh tinggi seperti kacang,
alpukat, minyak zaitun, dan ikan.
4. Vitamin dan mineral
Tidak hanya zat gizi makro yang diperlukan, tetapi berbagai zat gizi
mikro juga diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pemberian vitamin A, B, C, dan D dalam jumlah tinggi sangat
dianjurkan bagi pasien luka bakar. Selain itu, mineral yang juga
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak adalah zat besi, seng,
natrium, kalium, fosfor, dan magnesium. Makanan seperti daging sapi,
hati sapi, daging ayam tanpa kulit, merupakan sumber yang baik untuk
vitamin A, zat besi dan seng. Sedangkan vitamin C bisa didapatkan
dari berbagai buah-buahan.

M. TERAPI KOMPLEMENTER

1. Aloe vera

Aloe vera memiliki fungsi yangsangat bermanfaat bagi tubuh


yaitumempercepat penyembuhan luka,antiinflamasi, efek laksatif,
melembabkankulit, antidiabetes, antiseptik danantimikrobial.
Penyembuhan lukadisebabkan oleh glukomanan dan
giberelinberinteraksi dengan reseptor faktorpertumbuhan dari
fibrobroblast yangmerangsang aktivitas dan proliferasisehingga
meningkatkan sintesis kolagen,meningkatkan sintesis dari
asamhyaluronic dan dermatan sulfate sehinggamempercepat granulasi
26
untukpenyembuhan luka (Chithra, G. B. Sajithaland G. Chandrakasan,
1998; Hayes. 1999;
Pankaj, Sahu, 2013).

2. Ekstrak etanol daun ubi jalar


Salah satu jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional
adalah ubi jalar (Ipomoea batatas L) dari famili Convolvulaceae.
Bagian tumbuhan ubi jalar yang digunakan adalah daun yang
mengandung beberapa senyawa seperti saponin, flavonoid, polifenol
dan umbinya mengandung beberapa senyawa seperti protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin
B2, vitamin C (Rukmana,1997).Dari penjelasan di atas dicoba
membuat formula ekstrak etanol daun ubi jalar dan Virgin Coconut Oil
(VCO) dalam bentuk krim untuk pengobatan luka bakar. Krim dipilih
karena sediaan ini mempunyai keuntungan diantaranya mudah
dioleskan pada kulit, mudah dicuci setelah dioleskan, krim dapat
digunakan pada kulit dengan luka yang basah, dan terdistribusi merata.

27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS
Seorang ibu berusia 32 tahun dari IGD dengan keluhan Kulit
wajah, kedua lengan, dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak
delapan jam sebelum masuk rumah sakit. Delapan jam SMRS, pasien
sedang melayani pembeli di warungnya. Tiba-tiba kompor minyak tanah
dari dalam warung meledak dan menyambar bensin yang juga dijual di
warung tersebut. Pada saat api mulai menyambar warung, pasien berusaha
keluar warung sambil berlari. Namun pasien tetap tersambar api walaupun
sangat sebentar. Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak
nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah
(-). Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal. Kesadaran compos
mentis, Jalan nafas Bebas, bulu hidung tidak terbakar, Spontan, frekuensi
nafas 20x/menit, reguler, kedalaman cukup, Akral hangat, CRT < 2”,
tekanan darah 100/80 mmHg, frekuensi nadi 112x/menit, suhu afebris,
GCS 15, E4M6V5. Kepala&wajah : deformitas (-), tampak bula pada sisi
kiri wajah, bibir edema (+). Mata : kelopak atas mata kiri edema (+) dan
tidak dapat dibuka, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik. Leher:
pembesaran KGB (-). THT : sekret (-). Dada : simetris dalam diam dan
pergerakan. Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-). Paru :
vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-. Abdomen : datar, lemas, NT (-), tdk
teraba massa, BU (+) normal, Ekstremitas : lihat status lokalis Status
lokalis Kepala dan leher : 4 % Trunkus anterior : 0 % Trunkus posterior : 0
% Esktremitas atas kanan : 2 % Ekstremitas atas kiri : 3 % Ekstremitas
bawah kanan : 0 % Ekstremitas bawah kiri : 2 % Genitalia : 0 % Total :
11 %.

28
Pemeriksaan penunjang rutin: Hemoglobin : 13,3 g/dL, Hematokrit : 40 %,
Leukosit : L16700/, Trombosit : L343.000/, MCV : 79 fl, MCH : 27 pg,
MCHC : 34 g/dL, Lactate : 2,7 mmol/L, PT : 10,8 detik, PT kontrol : 12
detik, APTT : 30,8 detik, APTT kontrol : 33,5 detik, URINALISIS
Sedimen Sel epitel : +, Leukosit : 1-2, Eritrosit : 10- 11, Silinder : -,
Kristal : -, Bakteri :-, Berat jenis : 1.015, pH : 5, Protein : - , Glukosa :- ,
Keton : + , Darah/Hb : + , Bilirubin : - , Urobilinogen : 0,2 , Nitrit :- ,
Esterase leukosit : - , KIMIA DARAH Ureum : 23 mg/dL, Creatinin : 0,8
mg/dL , SGOT : 21 U/L, SGPT : 17 U/L , Albumin : 3,6 gr/dL, GDS : 105
mg/dL, Na : 144 meq/L , K : 4,3 meq/L, Cl : 108 meq/L , ANALISA GAS
DARAH pH : 7,35, pCO2: 35,2 mmHg , pO2 : 103,8 mmHg , SO2% : 97
BE ect : - 6,1 mmol/L , Beb : -4,6 , SBC : 20,6 , HCO3 : 19,7 mmol/L,
TCO2 : 20,7 mmol/L.

B. PENGKAJIAN
1 Data Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 32 tahun
Alamat : Bukittingi
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Nikah
Pekerjaan : IRT
Suku :-
Golongan darah :-
Tanggal masuk RS : 15 november 2020
Tanggal pengkajian : 15 november 2020
Sumber informasi : Pasien dan Keluarga

2 Keluhan utama

29
Kulit wajah, kedua lengan, dan kaki kiri melepuh karena terkena api
sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit.

3 Riwayat penyakit sekarang


Delapan jam SMRS, pasien sedang melayani pembeli di warungnya.
Tiba-tiba kompor minyak tanah dari dalam warung meledak dan
menyambar bensin yang juga dijual di warung tersebut. Pada saat api
mulai menyambar warung, pasien berusaha keluar warung sambil
berlari. Namun pasien tetap tersambar api walaupun sangat sebentar.
Kesadaran compos mentis, Jalan nafas Bebas, bulu hidung tidak
terbakar, Spontan, frekuensi nafas 20x/menit, reguler, kedalaman
cukup, Akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah 100/80 mmHg,
frekuensi nadi 112x/menit, suhu afebris, GCS 15, E4M6V5.

4 Riwayat penyakit dahulu


Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.

5 Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada riwayat penyakit ari keluarga

6 Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan TTV
1) Frekuensi nafas: 20x/menit
2) Tekanan darah: 100/80 mmHg
3) Nadi 112x/menit
4) Suhu: afebris
b. Pemeriksaan kepala
1) Kepala: simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri kepala,
tidak ada lesi
2) Rambut: berwarna hitam, tidak ada ketombe
3) Mata: kelopak atas mata kiri edema, tidak dapat di buka,
konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik
30
4) Hidung: simetris, tidak ada deformitas, dan tidak ada keluhan
nyeri pada hidung
5) Telinga: simetris, tampak bersih, tidak ada serumen yang
berlebihan
6) Bibir: edema
7) Wajah: tampak bula pada sisi kiri wajah, tidak ada deformitas
c. Leher: simetris, tidak ada benjolan, ada reflex menelan
d. Dada/thorax
 Payudara: normal, sama besar
 Jantung: normal, tidak ada gallop dan murmur
e. Paru-paru
 Bentuk simetris
 vesikuler
 Pergerakan dada simetris
 Ronkhi dan wheezing tidak ada
f. Abdomen/perut
 Datar
 Lemas
 NT (-)
 Tidak teraba massa
 BU (+) normal
g. Genetalia dan anus: normal
h. Pemeriksaan ekstremitas
 Akral hangat
 CRT < 2
Status lokalis
 Kepala dan leher : 4 %
 Trunkus anterior : 0 %
 Trunkus posterior : 0 %
 Esktremitas atas kanan : 2 %

31
 Ekstremitas atas kiri : 3 %
 Ekstremitas bawah kanan : 0 %
 Ekstremitas bawah kiri : 2 % Genitalia : 0 %
 Total : 11 %
7 Pemeriksaan penunjang
 Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan.
Menurutnya Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan
dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
 Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
 Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
 Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera
jaringan, hipokalemia terjadi bila diuresis.
 Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema
jaringan
 Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
 EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
 Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan
luka bakar selanjutnya.

8 Terapi diet
 Protein
 Karbohidrat
 Lemak
 Vitamin dan mineral

C. DATA FOKUS

32
DS
1 Pasien mengeluh Kulit wajah, kedua lengan, dan kaki kiri melepuh
karena terkena api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit.

DO

1 Kesadaran kompos mentis


2 R: 20x/menit
3 TD: 100/80 mmHg
4 N: 112x/menit
5 S: afebris
6 CRT < 2
7 GCS: 15, E4M6V5
8 Semua pengkajian pemeriksaan fisik
Kepala&wajah : deformitas (-), tampak bula pada sisi kiri wajah, bibir edema
(+). Mata : kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik. Leher: pembesaran KGB (-).
THT : sekret (-). Dada : simetris dalam diam dan pergerakan. Jantung : BJ I
& II normal, murmur (-), gallop (-). Paru : vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : datar, lemas, NT (-), tdk teraba massa, BU (+) normal,
Ekstremitas : lihat status lokalis
Status lokalis
 Kepala dan leher : 4 %
 Trunkus anterior : 0 %
 Trunkus posterior : 0 %
 Esktremitas atas kanan : 2 %
 Ekstremitas atas kiri : 3 %
 Ekstremitas bawah kanan : 0 %
 Ekstremitas bawah kiri : 2 %
 Genitalia : 0 %
 Total : 11 %

9 Semua pengkajian Hasil labor


33
Hemoglobin : 13,3 g/dL, Hematokrit : 40 %, Leukosit : L16700/,
Trombosit : L343.000/, MCV : 79 fl, MCH : 27 pg, MCHC : 34 g/dL,
Lactate : 2,7 mmol/L, PT : 10,8 detik, PT kontrol : 12 detik, APTT :
30,8 detik, APTT kontrol : 33,5 detik, URINALISIS Sedimen Sel
epitel : +, Leukosit : 1-2, Eritrosit : 10- 11, Silinder : -, Kristal : -,
Bakteri :-, Berat jenis : 1.015, pH : 5, Protein : - , Glukosa :- , Keton :
+ , Darah/Hb : + , Bilirubin : - , Urobilinogen : 0,2 , Nitrit :- , Esterase
leukosit : - , KIMIA DARAH Ureum : 23 mg/dL, Creatinin : 0,8
mg/dL , SGOT : 21 U/L, SGPT : 17 U/L , Albumin : 3,6 gr/dL, GDS :
105 mg/dL, Na : 144 meq/L , K : 4,3 meq/L, Cl : 108 meq/L ,
ANALISA GAS DARAH pH : 7,35, pCO2: 35,2 mmHg , pO2 : 103,8
mmHg , SO2% : 97 BE ect : - 6,1 mmol/L , Beb : -4,6 , SBC : 20,6 ,
HCO3 : 19,7 mmol/L, TCO2 : 20,7 mmol/L.

D. ANALISA DATA

N DATA SDKI ETIOLOGI


O

1. DS 1 Nyeri akut 1 Agen pencedera


2 Gangguan kimiawi.
1 Pasien mengeluh Kulit
mobilitas fisik 2 Nyeri
wajah, kedua lengan,
3 Gangguan 3 Bahan kimia
dan kaki kiri melepuh
integritas kulit / iritatif.
karena terkena api sejak
jaringan 4 Ketidakadekuata
delapan jam sebelum
4 Resiko infeksi n pertahan tubuh
masuk rumah sakit.
primer :
kerusakan
DO
integritas kulit.
1 Kesadaran kompos
mentis

34
2 R: 20x/menit
3 TD: 100/80 mmHg
4 N: 112x/menit
5 S: afebris
6 CRT < 2
7 GCS: 15, E4M6V5
8 Semua pengkajian
pemeriksaan fisik
9 Semua pengkajian hasil
lab

E. DIAGNOSA
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi ditandai
dengan mengeluh nyeri.
2 Gangguan mobiitas fisik berhubungan dengan nyer ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.
3 Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan bahan kimiawi
iritatif ditandai dengan kerusakan jaringan / lapisan kulit.
4 Resiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahan tubuh
primer : kerusakan integritas kulit.

F. RENCANA KEPERAWATAN

N SDKI SLKI SIKI


O

1. Nyeri akut b.d agen Manajemen Nyeri


Setelah di lakukan
pencedera kimiawi d.d Observasi :
tindakan keperawatan
DS 1 Identifikasi skala
selama 3x24 jam di
35
1. Mengeluh nyeri.
harapkan nyeri pada
Nyeri 2 Identifikasi
pasien berkurang dengan
faktor yang
DO :
memperberat dan
1. Tampak memperingan
meringis nyeri.
2. Gelisah KH 3 Identifikasi
3. Frekuensi nadi pengaruh nyeri
meningkat Tingkat nyeri
pada kualitas
hidup
1 Kemampuan
4 Monitor
menuntaskan
keberhasilan
aktivitas : 1 – 3
terapi
(menurun menjadi
komplementer
sedang).
yang suah di
2 Keluhan nyeri : 1-3
berikan
(meningkat menjadi
sedang)/ Terapeutik
3 Meringis : 1-3
1 Berikan teknik
(meningkat menjadi
nonfarmakologis
sedang).
untuk
4 Gelisah : 1-3
mengurangi rasa
(meningkat menjadi
nyeri
sedang)
2 Fasilitasi
5 Frekuensi nadi : 1-3
istirahat dan
(memburuk menjadi
tidur
sedang).
6 Tekanan darah : 1-3 Edukasi
(memburuk menjadi
1 Jelaskan
sedang).
penyebab,
periode dan

36
pemicu nyeri
2 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3 Ajarkan monitor
nyeri secara
mandiri
4 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi

1 Kolaborasi
Pemberian
analgetik, jika
perlu

2. Gangguan mobilitas Dukungan Mobilisasi


Setelah di lakukan
fisik b/d nyeri d.d Obsevasi
tindakan keperawatan
DS 1. Identifikasi
selama 3x24 jam di
1. Mengeluh sulit adanya nyeri/
harapkan pasien dapat
menggerak keluhan fisik
menggerakkan
kan lainnya
ekstremitas kembali
ekstremitas 2. Identifikasi
dengan baik dengan:
2. Nyeri saat toleransi fisik
bergerak melakukan
3. Enggan pergerakan
melakukan KH 3. Monitor kondisi
pergerakan umum selama
Mobilitas fisik
4. Merasa cemas melakukan
1. Pergerakan
saat bergerak mobilisasi
ekstremitas 1-3

37
DO (menurun Terapeutik
menjadi sedang)
1. Kekuatan otot 1 Fasilitasi
2. Nyeri 1-3
menurun aktivitas
(meningkat
2. Rentang gerak mobilisasi
menjadi sedang)
(ROM) dengan alat
3. Kecemasan 1-3
menurun bantu
(meningkat
3. Gerakan 2 Fasilitasi
menjadi sedang)
terbatas melakukan
4. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah pergerakan, jika
1-3 (meningkat
perlu
menjadi sedang)
3 Libatkan
5. Kelemahan fisik
keluarga untuk
1-3 (meningkat
membantu pasien
menjadi sedang)
dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus di lakukan

3. Gangguan integritas Perawatan Integritas


setelah di lakukan
kulit/ jaringan b/d Kulit
tindakan keperawatan
bahan kimia iritatif
38
d.d Observasi
selama 3x24 jam di
DS: - 1. Identifikasi
harapkan lapisan kulit
DO penyebab
pada pasien dapat
1. Kerusakan gangguan
kembali membaik
jaringan/ integritas kulit
dengan:
lapisan kulit
Terapeutik
2. Nyeri
KH :
3. Kemerahan 1. Ubah posisi tiap
Integritas kulit dan 2 jam jika tirah
jaringan baring
2. Gunakan produk
1. Kerusakan berbahan ringan /
jaringan 1-3 alami dan
(meningkat hipoalergik pada
menjadi sedang) kulit sensitif
2. Kerusakan
lapisan kulit 1-3 Edukasi

(meningkat 1. Anjurkan
menjadi sedang) menggunakan
3. Nyeri 1-3 pelembab
(meningkat 2. Anjurkan
menjadi sedang) menghindari
4. Kemerahan 1-3 terpapar suhu
(meningkat ekstrem
menjadi sedang)
5. Jaringan parut 1-
3 (meningkat
menjadi sedang)
6. Tekstur 1-3
(memburuk
menjadi sedang)

39
4. Resiko infeksi d.d Pencegahan Infeksi
setelah di lakukan
ketidakadekuatan Observasi
tindakan keperawatan
pertahan tubuh 1. Monitor tanda
selama 3x24 jam di
primer: kerusakan dan gejala
harapkan kulit pasien
integritas kulit infeksi lokal dan
yang infeksi dapat
sistemik
membaik kembali
dengan: Terapeutik

1. Berikan
KH
perawatan kulit
Tingkat infeksi pada area edema
2. Cuci tangan
1. Demam 1-3 sebelum dan
(meningkat sesudah kontak
menjadi sedang) dengan pasien
2. Kemerahan 1-3 dan lingkuangan
(meningkat pasien
menjadi sedang)
3. Nyeri 1-3 Edukasi

(meningkat 1. Jelaskan tanda


menjadi sedang) dan gejala
4. Edema 1-3 infeksi
(meningkat 2. Ajarkan cara
menjadi sedang) memeriksa
kondisi luka/
luka operasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi
Pemberian
imunisasi, jika

40
perlu

G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N Hari/ Implementasi Evaluasi TTD


O Tanggal

1. Senin/ 16 Manajemen Nyeri S: Perawat


november Observasi : 1
1 Nyeri pada
2020 1 Mengidentifikasi
pasien apat
skala nyeri.
teratasi.
2 Mengidentifikasi
faktor yang O :
memperberat dan
1 Pasien
memperingan nyeri.
tampak tidak
3 Mengidentifikasi
meringis lagi.
pengaruh nyeri pada
2 Pasien tidak
kualitas hidup
gelisah lagi.
4 Memonitor
3 Nadi pasien
keberhasilan terapi
sudah
komplementer yang
kembali
suah di berikan
normal.
Terapeutik
A:
1 Memberikan teknik
Masalah teratasi
nonfarmakologis
sebagaian.
untuk mengurangi
rasa nyeri P:
2 Menfasilitasi
Intervensi
istirahat dan tidur
dilanjutkan.

41
Edukasi

1 Menjelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2 Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
3 Mengajarkan
monitor nyeri secara
mandiri
4 Mengajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi

1 Mengkolaborasi kan
Pemberian
analgetik, jika perlu

2. Selasa / 17 Dukungan Mobilisasi S: Perawat


November Obsevasi 2
1 Pasien sudah
2020 1 Mengidentifikasi
bisa
adanya nyeri/
mengerakkan
keluhan fisik
ektremitasnya
lainnya
kembali.
2 Mengidentifikasi
2 Nyeri saat
toleransi fisik
bergerak
melakukan
sudah
pergerakan
berkurang.
3 Memonitor kondisi
3 Tidak cemas
umum selama
saat bergerak.
melakukan
42
mobilisasi O:

Terapeutik 1 Fisik sudah


kembali kuat.
1 Memfasilitasi
2 Gerakan tidak
aktivitas mobilisasi
terbatas lagi
dengan alat bantu
dan sudah
2 Memfasilitasi
kembali
melakukan
normal.
pergerakan, jika
perlu A:
3 Melibatkan keluarga
Masalah teratasi
untuk membantu
sebagian.
pasien dalam
meningkatkan P:
pergerakan
Intervensi
Edukasi dilanjutkan.

1 Menjelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2 Menganjurkan
melakukan
mobilisasi dini
3 Mengajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus di lakukan

3. Rabu / 18 Perawatan Integritas S : - Perawat


November Kulit 3
O:
2020 Observasi
1 Mengidentifikasi 1 Kerusakan

43
penyebab gangguan jaringan /
integritas kulit lapisan kulit
sudah
Terapeutik
membaik.
1 Mengubah posisi 2 Nyeri pada
tiap 2 jam jika tirah pasien sudah
baring berkurang.
2 Menggunakan 3 Tidak ada lagi
produk berbahan kemerahan.
ringan / alami dan
A:
hipoalergik pada
kulit sensitif Masalah teratasi
sebagian.
Edukasi
P:
1 Menganjurkan
menggunakan Intervensi
pelembab dilanjutkan.
2 Menganjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem

4. Kamis / 19 Pencegahan Infeksi S:- Perawat


November Observasi 4
O:-
2020 1 Memonitor tanda
dan gejala infeksi A :
lokal dan sistemik
Masalah teratasi
Terapeutik sebagian.

1 Memberikan P:
perawatan kulit pada
Intervensi
area edema
dilanjutkan.

44
2 Mencuci kan tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkuangan pasien

Edukasi

1 Menjelaskan tanda
dan gejala infeksi
2 Mengajarkan cara
memeriksa kondisi
luka/ luka operasi

Kolaborasi

1 Mengkolaborasi kan
Pemberian
imunisasi, jika perlu

H. MAPPING

WOC LUKA BAKAR


DEFINISI: LB TERMAL ,LB SDKI: Gangguan integritas kulit
KIMIA ,LB SIKI: Perawatan Integritas Kulit
Luka bakar adalah
ELEKTRIK,LB 1. Identifikasi penyebab
sejenis cedera pada
RADIASI
45 LB CAIR gangguan integritas kulit
daging atau kulit yang
di sebabkan oleh panas, 2. Ubah posis itiap 2 jam jika
listrik, zat kimia, tirah baring
gesekan atau radiasi. 3. Gunakan produk berbahan
ringan / alami dan hipoalergik
Perpindahan energy panas
ketubuh
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. HITUNG DARAH LENGKAP


2. AGD LUKA BAKAR
3. ELEKTROLIT SERUM
4. ALBUMIN SERUM
5. KREATININ
6. EKG Terpapar atau
7. FOTOGRAFI kontak dengan api
8. LEUKOSIT

Masuknya
Kerusakan kulit Edema GANGGUAN
mikroorganisme
dan jaringan akibat INTEGRITAS
ke dalam tubuh
lukabakar KULIT

Suhua febris Efek terbakar


(demam)

Timbul Kesulitan dalam


RESIKO nyerisaatbergerak menggerakkan
INFEKSI ektermitas

SDKI: RESIKO INFEKSI NYERI AKUT Kecemasan


SIKI: Pencegahan Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infek silokal
Rentang gerak rom
dan sistemik
2. Berikan perawatan kulit pada area
edema
Pembatasan
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
pergerakan
dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
GANGGUAN
5. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka/
MOBILITAS
luka operasi
6. Kolaborasi Pemberian imunisasi,
jikaperlu

46
SDKI: GANGGUAN MOBILITAS

SDKI : NYERI AKUT FISIK

SIKI : Manajemen Nyeri SIKI: Dukungan Mobilisasi


1. Identifikasi adanya nyeri/ keluhan fisik
1 Identifikasi skala nyeri.
lainnya
2 Identifikasi faktor yang memperberat dan
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
memperingan nyeri.
pergerakan
3 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
3. Monitor kondisi umum selama
4 Monitor keberhasilan terapi komplementer
melakukan Mobilisasi
yang sudah di berikan
4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
5 Berikan teknik non farmakologis untuk
alat bantu
mengurangi rasa nyeri
5. Fasilitas melakukan pergerakan, jika
6 Fasilitasi istirahat dan tidur
perlu
7 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
6. Libatkan keluarga untuk membantu
8 Jelaskan strategi meredakan nyeri
pasien dalam meningkatkan pergerakan
9 Ajarkan monitor nyeri secara mandiri
7. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
10 Ajarkan teknik non farmakologis untuk
8. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
mengurangi rasa nyeri
11 Kolaborasi Pemberian analgetik, jikaperlu 9. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus di lakukan

47
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang di
sebabkan oleh panas, listrik, zat kimia, gesekan atau radiasi. Pemeriksaan
penunjang atau pemeriksaan labor pada luka bakar ini adalah hitung darah
lengkap, AGD, elektrolit serum, albumin serum, kreatinin, EKG, fotografi
dan leukosit.

Pada pasien yang terjadinya luka bakar termal, luka bakar kimia,
luka bakar elektrik, luka bakar radiasi dan luka bakar cair mengakibatkan
perpindahan energy panas ke tubuh yang menyebabkan terjadinya luka
bakar. Penyebabnya adalah terpapar atau kontak dengan api sehingga
terjadinya kerusakan kulit dan jaringan yang mengakibatkan efek terbakar
dan merasakan timbul nyeri saat bergerak dan dari sinilah di angkat
diagnosa nya nyeri akut

Pasien yang terkena LB termal, LB kimia, LB elektrik, LB


radiasi, dan LB cair mengakibatkan perpindahan energy panas ke tubuh
sehingga mengakibatkan luka bakar yang dimana penyebabnya itu terpapar
atau kontak dengan api. Sehingga terjadinya kerusakan kulit dan jaringan
yang mengakibatkan edema akibat luka bakar. Dan dari sini di angkat
diagnosanya Gangguan integritas kulit/ jaringan

48
Dari terjadinya kerusakan kulit dan jaringan tersebut yang
mengakibatkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh sehingga suhu
tubuh afebris (meningkat atau deman) dan dari sinilah di angkat
diagnosanya Resiko infeksi

Saat pasien merasakan nyeri saat bergerak dapat menyebabkan


kesulitan dalam menggerakkan ekstremitas yang menyebabkan
kecemasan. Sehingga rentang gerak (ROM) menjadi menurun yang
mengakibatkan pembatasan pergerakan. Sehingga dari sinilah di angkat
diagnosanya Gangguan mobilitas fisik

B. DIAGNOSA PRIORITAS
1. Nyeri Akut
Terjadinya luka bakar termal, luka bakar kimia, luka bakar
elektrik, luka bakar radiasi dan luka bakar cair mengakibatkan
perpindahan energy panas ke tubuh yang menyebabkan terjadinya luka
bakar. Penyebabnya adalah terpapar atau kontak dengan api sehingga
terjadinya kerusakan kulit dan jaringan yang mengakibatkan efek
terbakar dan merasakan timbul nyeri saat bergerak.
2. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan
Terkena luka bakar termal, luka bakar kimia, luka bakar elektrik,
luka bakar radiasi, dan luka bakar cair mengakibatkan perpindahan
energy panas ke tubuh sehingga mengakibatkan luka bakar yang
dimana penyebabnya itu terpapar atau kontak dengan api. Sehingga
terjadinya kerusakan kulit dan jaringan yang mengakibatkan edema
akibat luka bakar.
3. Resiko Infeksi
Terjadinya kerusakan kulit dan jaringan tersebut yang
mengakibatkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh sehingga
suhu tubuh afebris (meningkat atau deman).
49
4. Gangguan Mobilitas Fisik
Terjadi nyeri saat bergerak dapat menyebabkan kesulitan
dalam menggerakkan ekstremitas yang menyebabkan kecemasan.
Sehingga rentang gerak (ROM) menjadi menurun yang mengakibatkan
pembatasan pergerakan.

C. INTERVENSI

N SDKI SIKI RASIONAL


O
Manajemen Nyeri
1. Nyeri akut b.d agen Observasi
Observasi :
pencedera kimiawi d.d 1 Untuk mengetahui
1 Identifikasi
mengeluh nyeri skala nyeri pada
skala nyeri.
pasien.
2 Identifikasi
2 Untuk mengurangi
faktor yang
rasa nyeri.
memperberat
3 Untuk mengetahui
dan
bagaimana pengaruh
memperingan
nyeri pada kualitas
nyeri.
hidup.
3 Identifikasi
4 Agar bisa
pengaruh nyeri
menggunakan terapi
pada kualitas
komplementer yang
hidup.
sesuai.
4 Monitor
keberhasilan
terapi
Teraupeutik
komplementer
yang suah di 1 Agar rasa nyeri pada
berikan pasien berkurang.
2 Agar kebutuhan
Terapeutik
istirahat dan tidur
1 Berikan teknik
50
nonfarmakologi
pada pasien
s untuk
terpenuhi.
mengurangi rasa
nyeri.
2 Fasilitasi
Edukasi
istirahat dan
tidur 1 Untuk mengetahui
penyebab nyeri
Edukasi
2 Agar nyeri pada
1 Jelaskan pasien berkurang.
penyebab, 3 Agar pasien dapat
periode dan mengurangi nyeri
pemicu nyeri. secara mandiri
2 Jelaskan strategi 4 Untuk mengurangi
meredakan rasa nyeri.
nyeri.
3 Ajarkan monitor
nyeri secara Kolaborasi
mandiri.
1 Agar obat yang di
4 Ajarkan teknik
berikan sesuai dengan
nonfarmakologi kondisi yang di alami
s untuk
mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi

1 Kolaborasi
Pemberian
analgetik, jika
perlu
Dukungan Mobilisasi
2. Gangguan mobilitas Observasi

51
Obsevasi
fisik b/d nyeri d.d 1. Untuk mengetahui
1 Identifikasi
mengeluh sulit skala nyeri dan
adanya nyeri/
menggerakkan keluhan lainnya
keluhan fisik
ekstremitas pada pasien
lainnya
2. Untuk membantu
2 Identifikasi
pasien dalam
toleransi fisik
melakukan
melakukan
pergerakan fisik
pergerakan
3. Mengidentifikasi
3 Monitor kondisi
adanya kondisi yang
umum selama
abnormal selama
melakukan
melakukan
mobilisasi
mobilisasi
Terapeutik
Terapeutik
1 Fasilitasi
aktivitas 1. Untuk memenuhi
mobilisasi peningkatan
dengan alat aktivitas
bantu menggunakan alat
2 Fasilitasi bantu
melakukan 2. Membantu pasien
pergerakan, jika dalam melakukan
perlu pergerakan
3 Libatkan 3. Meminta dan
keluarga untuk menjelaskan kepaa
membantu keluarga unutk
pasien dalam membantu pasien
meningkatkan dalam
pergerakan meningkatkan
pergerakan
Edukasi

52
1 Jelaskan tujuan
Edukasi
dan prosedur
mobilisasi
1. Memberikan
2 Anjurkan
pemahaman tentang
melakukan
tujuan dan prosedur
mobilisasi dini.
pergerakan mandiri
3 Ajarkan
2. Meminimalkan
mobilisasi
atrofi otot,
sederhana yang
meningkatkan
harus di lakukan
sirkulasi, mencegah
terjadinya
kontraktur
3. Membantu kembali
jalan saraf,
meningkatkan
respon motorik

Perawatan Integritas
3. Gangguan integritas Observasi
Kulit
kulit/ jaringan b/d 1. Untuk mengetahui
Observasi
bahan kimia iritatif d.d penyebab pada
1. Identifikasi
kerusakan jaringan/ gangguan integritas
penyebab
lapisan kulit kulit pasien
gangguan
integritas kulit
Terapeutik
Terapeutik
1. Agar pasien nyaman
1. Ubah posisi tiap dalam melakukan
2 jam jika tirah perawatan tirah
baring baring
2. Gunakan 2. Untuk mencegah
produk terjadinya kulit
berbahan ringan
53
/ alami dan
sensitive pada
hipoalergik
pasien
pada kulit
Edukasi
sensitif
1. Untuk menghindari
Edukasi kulit kering pada
pasien
1. Anjurkan
2. Agar kulit pasien
menggunakan
tidak ter infeksi
pelembab
2. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem

Pencegahan Infeksi
4. Resiko infeksi d.d Monitor
Observasi
ketidakadekuatan 1. Untuk mengetahui
1. Monitor tanda
pertahan tubuh primer: tanda dan gejala
dan gejala
kerusakan integritas infeksi lokal dan
infeksi lokal
kulit sistemik
dan sistemik

Terapeutik Terapeutik

1. Berikan 1. Untuk mengkaji sisi


perawatan kulit umum edema
pada area 2. Agar tidak terkena
edema cairan pasien
2. Cuci tangan
sebelum dan Edukasi
sesudah kontak
1. Memberi
dengan pasien
pemahaman dan
dan lingkuangan
penjelasan tanda dan
pasien
gejala dari infeksi

54
Edukasi
2. Membantu pasien
1. Jelaskan tanda untuk mandiri
dan gejala dengan memeriksa
infeksi kondisi luka/ luka
2. Ajarkan cara operasi
memeriksa
kondisi luka/ Kolaborasi
luka operasi
1. Bekerja sama dalam
Kolaborasi Pemberian
imunisasi, jika perlu
1. Kolaborasi
Pemberian
imunisasi, jika
perlu

55
BAB V

ANALISA JURNAL

A. JURNAL PERTAMA
1. RINGKASAN JURNAL

a. Judul : Pemberian aloe vera pada pasien luka bakar

b. Nama penulis : Andri Nugraha, Urip Rahayu

c. Ringkasan jurnal :

Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering


terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sering kali pada
kecelakaan masal dan paling terbanyak ditemukan terjadi di rumah
adalah luka bakar derajat II (Nurdiana, ,Hariyanto, &Musrifah,
2008).

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman asli Afrika,


yang memiliki cirri fisik daun berdaging tebal, sisi daun berduri,

56
panjang mengecil pada ujungnya, berwarna hijau, dan daging daun
berlendir (Yeh, Eisenberg, Kaptchuk and Phillips, 2003).

Lidah buaya atau di kenal juga sebagai Aloe barba densis


Mill., Aloe indica Royle, Aloe perfoliata L. var. veradan A.
vulgaris Lam merupakan tanaman milik keluarga Lili aceae, yang
ada lebih dari 360 spesies yang diketahui (Dat AD, Poon F, Pham
KBT, Doust J, 2011).

Aloe vera memiliki fungsi yang sangat bermanfaat bagi


tubuh yaitu mempercepat penyembuhan luka, anti inflamasi, efek
laksatif, melembabkan kulit, antidia betes, antiseptic dan anti
mikrobial. Penyembuhan luka di sebabkan oleh glukomanan dan
giberelin berinteraksi dengan reseptor factor pertumbuhan dari
fibrobroblast yang merangsang aktivitas dan proliferasi sehingga
meningkatkan sintesis kolagen, meningkatkan sintesis dari asam
hyaluronic dan dermatan sulfate sehingga mempercepat granulasi
untuk penyembuhan luka (Chithra, G. B. Sajithal and G.
Chandrakasan, 1998; Hayes. 1999; Pankaj, Sahu, 2013).

2. ANALISA PICO
P (Problem) :
Luka bakar adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan karena perubahan suhu yang tinggi, sengatan listrik,
ledakan, maupun terkena bahan kimia. Smeltzer & Bare, 2010). Luka
bakar mengakibatkan berbagai masalah yaitu masalah kematian,
kecacatan, hilangnya kepercayaan diri dan mengeluarkan biaya yang
relative banyak 73 untuk penyembuhan (Sjamsuhidajat & Wim,
2005). Aloe vera sebagai pengobatan pada pasien luka bakar untuk
meminimalkan potensi terjadinya infeksi selama proses perawatan.

57
I (Intervention) :
Penelusuran ini dilakukan dengan metode telaah literatur yang
di dapat melalui media elektronik (internet). Kata kunci yang
digunakan dalam penelusuran literature adalah aloe vera, burn injury,
management burn injury, dan therapy. Literatur didapat dari website
EBSCOhost, Proquest dan google scholar.

C (Comparison) :
Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan prevalensi pasien
dengan luka bakar sebanyak 10 juta kasus (Driscoll, Patrick, 2009)
dan setiap tahun, sekitar 1 juta orang menderita luka bakar (Edelman,
2009), sedangkan menurut Departemen Kesehatan Replublik
Indonesia (2008) prevalensi luka bakar di Indonesia sebesar 2,2%.

O (Outcome) :
Aloe vera (lidahbuaya) terbukti sebagai pengobatan alternatif
yang efektif untuk luka bakar, tetapi tidak boleh digunakan pada orang
yang alergi. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
dosis yang digunakan untuk mengobati luka bakar.

B. JURNAL KEDUA
1. RINGKASAN JURNAL
a. Judul : Formulasi krim ekstrak etanol daun ubi jalar untuk
pengobatan luka bakar
b. Penulis : Farida Rahim, Mimi Aria, Nurwani Purnama Aji
c. Volume jurnal : 1
d. Nomor jurnal : 1
e. Tahun jurnal : Februari 2011
f. Ringkasan jurnal :

58
Salah satu jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat
tradisional adalah ubi jalar (Ipomoea batatas L) dari family Convol
vulaceae. Bagian tumbuhan ubi jalar yang digunakan adalah daun
yang mengandung beberapa senyawa seperti saponin, flavonoid,
polifenol dan umbiny amengandung beberapa senyawa seperti
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zatbesi, vitamin A,
vitamin B1, vitamin B2, vitamin C (Rukmana,1997).
Virgin coconut oil merupakan minyak yang berasal dari
buah kelapa (Cocosnucifera) tua segar yang diperoleh pada suhu
rendah(<60’C) yang terbentuk setelah santan di diamkan dalam
beberapa hari (Setiaji, 2006) tanpa proses pemutihan sehingga
menghasilkan minyak murni. Formula ekstrak etanol daun ubi jalar
dan Virgin Coconut Oil (VCO) dalam bentuk krim untuk
pengobatan luka bakar. Krim dipilih karena sediaan ini mempunyai
keuntungan diantaranya mudah dioleskan pada kulit, mudah dicuci
setelah dioleskan, krim dapat digunakan pada kulit dengan luka
yang basah, dan terdistribusi merata.
Daun ubi jalar yang digunakan mengandung flavonoid,
saponin dan polifenol, dimana saponin ini mempunyai kemampuan
sebagai pembersih sehingga dapat membantu mempercepat
penyembuhan luka terbuka. Flavonoid yang terkandung didalam
daun ubi jalar dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap
infeksi luka Karena mempunyai daya antiseptik (Harborne, 1987),
sedangkan polifenol berkhasiat sebagai adstringen jika dioleskan
pada jaringan hidup, polifenol dalam pengobatan berkhasiat
sebagai antiseptik yang berfungsi sebagai pelindung pada kulit dan
bermanfaat untuk regenerasi jaringan, VCO yang digunakan
mampu mempercepat penyembuhan luka bakar karena merupakan
minyak yang mengandung asam lemak jenuh rantai sedang yang
mendukung penyembuhan dan perbaikan jaringan tubuh (Gani et
al, 2005).

59
2. ANALISA PICO
P (Problem) :
Salah satu jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat
tradisional adalah ubi jalar (Ipomoea batatas L) dari family Convol
vulaceae. Bagian tumbuhan ubi jalar yang digunakan adalah daun yang
mengandung beberapa senyawa seperti saponin, flavonoid, polifenol
dan umbinya mengandung beberapa senyawa seperti protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, zatbesi, vitamin A, vitamin B1, vitamin
B2, vitamin C (Rukmana,1997).
Virgin coconut oil merupakan minyak yang berasal dari
buah kelapa (Cocosnucifera) tua segar yang diperoleh pada suhu rendah
(<60’C) yang terbentuk setelah santan didiamkan dalam beberapa hari
(Setiaji, 2006) tanpa proses pemutihan sehingga menghasilkan minyak
murni.

I (Intervention) :
Bahan yang digunakan adalah daun ubi jalar putih, Virgin
Coconut Oil (VCO), etanol 96%, asam stearat, trietanolamin,
adepslanae, paraffin liquid, nipagin, nipasol, aquadest. Alat yang
digunakan adalah alat-alat gelas standar laboratorium, kaca arloji,
cawan penguap, botol semprot, corong, kertas perkamen, pH meter
Inolab, timbangan digital, mortir, stamper, waterbath, oven vakum,
lemari pendingin, desikator, buret, botol marserasi, rotary evaporator,
pipet tetes, krus porselin, oven, batang pengaduk, plat tetes, pinset.

C (Comparison) :
Flavonoid yang terkandung di dalam daun ubi jalar dapat
digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka Karena
mempunyai daya antiseptik (Harborne, 1987), sedangkan polifenol
berkhasiat sebagai adstringen jika dioleskan pada jaringan hidup,
60
polifenol dalam pengobatan berkhasiat sebagai antiseptik yang
berfungsi sebagai pelindung pada kulit dan bermanfaat untuk regenerasi
jaringan, VCO yang digunakan mampu mempercepat penyembuhan
luka bakar karena merupakan minyak yang mengandung asam lemak
jenuh rantai sedang yang mendukung penyembuhan dan perbaikan
jaringan tubuh (Gani et al, 2005).

O (Outcome) :
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstrak etanol daun ubi jalar dan Virgin Coconut Oil (VCO) dapat di
formulasi dalam bentuk krim yang stabil secara fisika dan kimia
selama 8 minggu penyimpanan.
2. Formula krim ekstrak etanol daun ubi jalar (Ipomoea batatas L.)
dengan basis krim yang mengandung VCO (F1B) memberikan efek
penyembuhan luka bakar yang paling cepat yaitu 7 hari.
3. Dari perhitungan uji statistika analisa variasi satu arah (ANOVA)
diketahui bahwa krim ekstrak etanol daun ubi jalar dapat
memberikan penyembuhan terhadap luka bakar, dimana nilai F
hitung perlakuan lebih kecil dari pada F table pada α 0,05.

61
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Luka bakar adalah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau


terpapar dengan zat termal, Chemical, elektrik, atauradiasi yang
menyebabkan luka bakar (Luckmanandsorensen”s, 1993) Luka bakar
adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang disebabkan oleh panas,
listrik, zat kimia, gesekan atau radiasi. Luka bakar yang hanya
mempengaruhi kulit bagian luar dikenal dengan luka bakar superficial
atau derajat 1. Bila cedera menebus beberapa lapisan dibawanya, hal ini
disebut luka bakar sebagian lapisan kulit luar atau derajat II. Pada luka
bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera meluas
keseluruh lapisan kulit. Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan
cedera kejaringan yang lebih dalam, seperti otot atau tulang. (Wikipedia)
Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel
lainnya (Donna, 1991).

62
B. SARAN

Penulis yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu


sempurna karena penulis dalam tahap belajar, maka dari itu penulis
berharap bagi para pembaca dapat memberi saran dan usul serta kritikan
yang membangun, sehingga makalah ini menjadi sederhana dan
bermanfaat. Dan apabila ada kesalahan serta kejanggalan penulis mohon
maaf karena penulis hanya memiliki ilmu dan kemampun yang terbatas.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Rahim, F., Aria, M., & Aji, N. P. (2015). Formulasi Krim Ekstrak
Etanol Daun Ubi Jalar (Ipomoeae batatas L.) untuk Pengobatan
Luka Bakar. Scientia : Jurnal Farmasi Dan Kesehatan, 1(1), 21.
https://doi.org/10.36434/scientia.v1i1.12

Nugraha, A., & Rahayu, U. (2016). Pengaruh Pemberian Aloe Vera


Pada Pasien Luka Bakar “STUDI LITERATUR.” 1(1), 10.

Erlina. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan Luka Bakar


di Wilayah Kerja Puskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan. In
Gastrointestinal Endoscopy (Vol. 10, Issue 1).
http://dx.doi.org/10.1053/j.gastro.2014.05.023%0Ahttps://doi.org/
10.1016/j.gie.2018.04.013%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
med/29451164%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articleren
der.fcgi?
artid=PMC5838726%250Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.gie.2013.07
.022
63
Ledoh, O. O. (2019). Asuhan Keperawatan Pad Tn A Dengan
Combutio di Ruang Asoka RSUD Prof DR. W.Z. Yohanes
Kupang. Kemenkes RI, 53(9), 1689–1699.

64

Anda mungkin juga menyukai