Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.X DENGAN MASALAH PRIORITAS GANGGUAN ELIMINASI URINE

PADA PASIEN BPH ( Benigna Prostatic Hyperplasia )

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh :

Cindy Nilasari Savitri

NIM. 40220006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.X DENGAN MASALAH PRIORITAS GANGGUAN ELIMINASI URINE

PADA PASIEN BPH ( Benigna Prostatic Hyperplasia )

DEPARETEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama : Cindy Nilasari Savitri

NIM : 40220006

Nama Institusi : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kediri, ………………………

Mengetahui

Dosen pembimbing Kaprodi

…………………………………... …………………………………...

NIK. ……………………… NIK. ………………………


LAPORAN PENDAHULUAN

BPH ( Benigna Prostatic Hyperplasia )

A. Definisi

Benigna Prostate Hiperplasia ( BPH) merupakan pembesaran progresif dari kelenjar


prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hyperplasia beberapa atau semua komponen prostat
yang mengakibatkan penyumbatan uretra parts prostatika ( Muttaqin, 2011) .
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah keadaan kondisi patologis yang paling
umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering ditemukan intervensi medis
pada pria di atas usia 50 tahun ( Wijaya& Putri 2013).
BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran
urine dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer dan Bare, 2013)..
B. Anatomi

Sumber : id.wikipedia.org
Kelenjar prostat terletak tepat dibawah leher kandung kemih. Kelenjar ini
mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh dua duktus ejakulatorius, yang merupakan
kelanjutan dari vas deferen. Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum
pubroprostatikum dan sebelah inferior oleh difragma urogenital. Pada prostat bagian
posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada
verumontarum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dan sfingter uretra eksterna
secara embriologi, prostat berasal dari lima evaginasi epitel uretra posterior. Suplai darah
prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis inferior dan masuk pada sisi postero lateralis lever
vesika (Wijaya & Putri, 2013)
Prostat adalah organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior kandung kemih,
di depan rectum yang membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri, dengan
ukuran 4 x 3 x 2,5 cm, dan beratnya kurang lebih 20 gram. Secara histopatologi, kelenjar
prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot
polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan penyangga yang lain (Muttaqin & Sari,
2013)

C. Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara
pasti tetapi hanya 2 dua faktor yang mempengaruhi terjadinya BPH yaitu testis dan usia
lanjut. Namun ada beberapa faktor yang diduga seebagai penyebab timbulnya Hyperplasia
prostate adalah : (Wijaya & Putri 2013)

1. Teori hormon dihidrotestoreron (DHT)

Pembesaran prostat diaktifkan oleh testoreron dan DHT. Peningkatan alfa reduktase
dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat
mengalami hiperplasia.

2. Faktor usia

BPH merupakan penyakit yang diderita oleh klien laki-laki dengan usia rata-rata 45
tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga diatas
umur 80 tahun kira-kira 80% menderita kelainan ini. Sebagai etiologi sekarang dianggap
ketidakseimbangan endokrin testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepi prostat,
sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian tengah prostat.
Peningkatan usia membuat ketidakseimbangan rasio antara estrogen dan testosteron.
Dengan meningkatnya kadar ekstrogen diguga berkaitan dengan terjadinya hyperplasia
stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya
poliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma

3. Faktor pertumbuhan/Growth

Membuktikan bahwa deferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostate secara tidak
langsung diatur oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator tertentu.setelah sel sel stroma
mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol,sel-sel stroma mensintesis suatu growth
faktor yang selanjutunya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakrin dan
atuokrim,serta mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin.

4. Meningkatnya masa hidup sel-sel prostate

Progam kematian sel (apoptosisi) pada sel prostate adalah mekanisme fisiologi untuk
mempertahankan homeostasis kelenjar prostate.

D. Patofisiologi

Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia, dimana
terjadi perubahan keseimbangan testosterone, esterogen, karena produksi testosterone
menurun, produksi esterogen meningkat dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen
pada jaringan adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon testosteron, yang di
dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT)
dengan bantuan enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung
memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensistesis protein sehingga
mengakibatkan kelenjar prostat mengalami hyperplasia yang akan meluas menuju kandung
kemih sehingga mempersempit saluran uretra prostatika dan penyumbatan aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan
urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu (Presti et al, 2013).

Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli


berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-
buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-
buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower
urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non invasif tetapi obat-obatan ini membutuhkan
waktu yang lama, maka penanganan yang paling tepat adalah tindakan pembedahan, salah
satunya adalah TURP (Joyce, 2014) .
E. Manifestasi Klinis

BPH merupakkan yang diderita oleh klien laki-laki dengan usia rata-rata lebih dari
50 tahun. Gambaran klinis dari BPH sebenarnya sekunder dari dampak obsetruksi
saluran,sehingga klien kesulitan untuk miksi.berikut ini adalah beberapa gambaran klinis
pada klien BPH (Williams & Wilkins,2011)
1. Gejala prostatismus (nokturia, urgency, penurunan daya aliran urine) kondisi ini
dikarenakan oleh kemampuan vesika urinaria yang gagal mengeluarkan urine secara
spontan dan reguler, sehingga volume urine masih sebagai besar tertinggal dalam vesika.
2. Retensi urine sering dialami oleh klien yang mengalami BPH kronis. Secara fisiologis,
vesika urinaria memiliki kemampuan untuk mengeluarkan urine melalui kontraksi otot
detrusor.
3. Pembesaran prostat yaitu ketika dilakukan palpasi rektal.
4. Inkontetinesia yang terjadi menunjukkan bahwa detrusor gagal dalam melakukan
kontraksi, sehingga kontrol untuk miksi hilang.
5. Lebih sering kencing, disertai nokturia, inkontinensia, dan kemungkinan hematuria. Yang
berakibat infeksi diikuti obstruksi kencing menyeluruh
6. Gumpalan di tengah yang bisa dilihat (kandung kemih mengalami distensi) yang
mencerminkan kandung kemih yang kosong secara tidak menyeluruh.
F. Penatalaksanaan

Menurut Haryono (2012) penatalaksaan BPH meliputi :


1. Terapi medikamentosa
a) Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
b) Penghambat enzim, misalnya finasteride
c) Fitoterapi, misalnya eviprostat
2. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan
komplikasi, adapun macam-macam tindakan bedah meliputi:
a) Prostatektomi
1) Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat kelenjar
melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih
dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
2) Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam
perineum.

3) Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum di banding


pendekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar
prostat yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung
kemih.

b) Insisi prostat transurethral (TUIP)


Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen
melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 gr /
kurang) dan efektif dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
c) Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
Adalah operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop dimana resektroskop merupakan endoskopi dengan tabung 10-3-F
untuk pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan counter yang
di sambungkan dengan arus listrik.
G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Haryono (2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi :


1. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus
mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga keadaan buli-
buli termasuk residual urine.
3. Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood Cell)
dalam urine yang memanifestasikan adanya pendarahan atau hematuria (prabowo dkk,
2014).
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan internal dalam
abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen dan diperiksa jumlah sel darah
merahnya.
5. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
6. PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel jaringan
akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui apakah hanya bersifat
benigna atau maligna sehingga akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
H. WOC
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian

1. Identitas

BPH merupakan pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria
lebih tua dari 50 tahun ) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius (Muttaqin, 2012).

2. Keluhan utama

Keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada umumnya adalah nyeri pada saat
kencing atau disebut dengan disuria , hesistensi yaitu memulai kencing dalam waktu
yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan disebabkan karena otot detrussor
buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna
mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika dan setelah post operasi TURP klien
biasanya mengalami nyeri di bagian genetalianya . Untuk penilaian nyeri berdasarkan
PQRS yaitu:

a. P = oleh luka insisi

b. Q = seperti ditusuk-tusuk/ disayat-sayat pisau/terbakar panas

c. R = di daerah genetalia bekas insisi

d. S = dari kategori 0 = tidak nyeri, 1-3 = nyeri ringan,4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri
berat, 10 = sangat berat tidak bias ditoleransi.

e. T = Sering timbul/tidak sering/sangat sering. (Muttaqin, 2012).

3. Riwayat penyakit sekarang


Klien datang dengan keluhan adanya nyeri tekan pada kandung kemih, terdapat
benjolan massa otot yang padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih),
adanya hernia inguinalis atau hemoroid yang menyebabkan peningkatan tekanan
abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih dalam mengatasi tahanan
(Dongoes, 2012).
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan BPH biasanya sering mengkonsumsi obat-obatan seperti antihipetensif
atau antidepresan, obat antibiotic urinaria atau agen antibiotik, obat yang dijual bebas
untuk flu/alergi serta obat yang mengandung simpatomimetik. ( Dongoes, 2012).
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker prostat, hipertensi dan
penyakit ginjal. (Doengoes, 2012).
6. Keadaan umum
Keadaan klien BPH biasanya mengalami kelemahan setelah dilakukan tindakan post
operasi prostatektomi, untuk tingkat kesadaran composmentis tanda-tanda vital : tekanan
darah meningkat, nadi meningkat akibat nyeri yang dirasakan oleh klien , RR umumnya
dalam batas normal 18-20x/ menit .
7. Pemeriksaan fisik (Mustika,dkk, 2012) :
a. B1 (Breathing)
1) Inspeksi: Bentuk hidung simetris keadaan bersih dan tidak ada secret, pergerakan
dada simetris, irama nafas regular tetapi ketika nyeri timbul kemungkinan dapat
terjadi nafas pendek dan cepat dan tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada
nafas cuping hidung,frekuensi pernfasan dalam batas normal 18-20x/menit.
2) Palpasi : Taktil fermitus antara kanan dan kiri simetris.
3) Perkusi : Pada thoraks didapatkan hasil sonor.
4) Auskultasi: Suara nafas paru vesikuler.
b. B2 (Blood)
1) Inspeksi : Tidak terdapat sianosis , tekanan darah meningkat, tidak ada varises,
phelbritis maupun oedem pada ekstremitas.
2) Palpasi : Denyut nadi meningkat akibat nyeri setelah pembedahan, akral
hangat,CRT < 3 detik, tidak ada vena jugularis dan tidak ada clubbing finger
pada kuku.
3) Perkusi : Terdengar dullness
4) Auskultasi : BJ 1tunggal terdengar di ICS 2Mid klavikula kiri dan mid sternalis
kiri, BJ 2 tunggal terdengar di ICS 5 sternaliskiri dan sternalis kanan.
c. B3 (Brain)
1) Inspeksi : Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6 ,bentuk wajah simetris, pupil
isokor.
2) Palpasi : Tidak ada nyeri kepala.
d. B4 (Bladder)
1) Inspeksi : Terdapat bekas luka post operasi TURP di daerah genetalia,bisa terjadi
retensi urin karena adanya kloting (post-op), terpasang kateter DC yang
terhubung urin bag, warna urin bisa kemerahan akibat bercampur dengan darah
( hematuria), umumnya klien juga terpasang drainase dibawah umbilicus sebelah
kanan.
2) Palpasi : Terdapat nyeri tekan di bagian genetalia.
e. B5 (Bowel)
1) Inspeksi : Nafsu makan klien baik,bentuk abdomen simetris, , tidak mual muntah,
tonsil tidak oedem dan mukosa bibir lembab, anus tidak terdapat hemoroid.
2) Palpasi : Tidak terdapat massa dan benjolan, tidak ada nyeri tekan pada abdomen
dan tidak ada pembesaran organ.
3) Perkusi : Terdengar suara tympani.
4) Auskultasi: Bising usus normal 15- 35x/menit.
f. B6 (Bone)
1) Inspeksi : Terdapat luka insisi di bagian supra pubis akibat operasi prostat klien
umumnya tidak memiliki gangguan pada system musculoskeletal tetapi tetap perlu
dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah dengan berdasarkan pada nilai
kekuatan otot 0-5, di kaji juga adanya kekuatan otot atau keterbatasan gerak,
Palpasi : Turgor kulit elastis, akral teraba hangat.
B. Diagnosa Keperawatan
Pre op
1. Gangguan eliminasi berhubungan dengan iritasi kandung kemih ditandai dengan distensi
kandung kemih
2. Retensi urone berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra ditandai dengan
disuria/anuria
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien nampak
gelisah
Post op
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri
2. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
ditandai dengan adanya trauma bekas insisi
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien nampak
gelisah
INTERVENSI KEPEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi Rasional


1 Gangguan eliminasi urine Manajemen Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine
berhubungan dengan iritasi Observasi Observasi
kandung kemih ditandai dengan 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi urine 1. Mengetahui tanda dan gejala
distensi kandung kemih atau inkotinensa urine retensi urine atau inkotinensa urine
2. Identifikasi faktor yang menyebabkan 2. Mengetahui faktor yang
retensi atau inkotinensia urone menyebabkan retensi atau
3. Monitor eliminasi urine ( mis, frekuensi, inkotinensia urone
konsistensi, aroma,volume, warna) 3. Mengetahui frekuensi, konsistensi,
Terapeutik aroma,volume, warna urone
1. Catat waktu pengeluaran urine Terapeutik
2. Batasi asupan cairan 1. Sebagai dokumentasi kapan waktu
3. Ambil sampel urine tengah pengeluaran urine
Eduaksi 2. Batasi asupan cairan digunakan
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran untuk membatasi pengeluaran urine
kemih 3. Sampel urine tengah diambil agar
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan tidak terdapat mikroba dari luar
pengeluaran urine Eduaksi
3. Ajarkan mengambil spesimen urine 1. Memberikan informasi dan
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan pengetahuan kepada pasien
waktu yang tepat untk berkemih 2. Mengetahuhi jumlah pengeluaran
5. Ajarkan terapi modaloitas penguatan otot dan pemasukan urine yang masuk
– otot panggul dalam tubuh
6. Ajarkan minum cukup jika tidak ada 3. Agar pasien dapat mengambil
kontra indikasi sampel urine secara mandiri
7. Anjurkan mengurangi minum menjelang 4. Membuat leboh nyaman
tidur 5. Memperkuat otot panggul
Kolaborasi 6. Amemenuhi kebutuhan cairan
1. Kolaborasi obat supositoria uretra, jika 7. Meningkatakan kenyamana tidur
perlu pasien di malam hari
Kolaborasi
1. Kolaborasi obat supositoria
2 Nyeri akut berhubungan dengan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
agen pencidera fisiologis Observasi : Observasi:
ditandai dengan pasien 1. Identifikasi lokasi, karakteristi, durasi,
mengeluh nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
2. Identifikasi skala nyeri durasi, frekuensi, kualitas, dan
3. Identifikasi respon nyeri non verbal intensitas nyeri yang dirasakan
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan oleh pasien.
memperingan nyeri 2. Mengetahui skala nyeri yang
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer dirasakan oleh pasien
yang sudah diberikan 3. Mengetahui keadaan tidak
6. Monitor efek samping penggunaan menyenangkan pasien yang tidak
analgetik. sempat dan tidak bisa di
gambarkan oleh pasien.
Terapeutik : 4. Mengetahui faktor yang
memperberat dan memperingan
a. Berikan teknik non farmakologis untuk nyeri yang dirasakan oleh pasien.
mengurangi nyeri (kompres 5. Untuk mengetahui efek dari terapi
hangat/dingin). komplementer yang digunakan
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa mengurangi nyeri yang dirasakan
nyeri. oleh pasien.
c. Fasilitasi istirahat dan tidur. 6. Untuk mengetahui respon tubuh
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri pasien saat sebelum dan sesudah
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri. pemberian analgesic.
Terapeutik:
Edukasi :
1. Memberikan pengetahuan kepada
a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
pasien untuk menangani rasa nyeri
nyeri
secara mandiri.
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Mencegah pasien mengalami stress
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
yang dapat meningkatkan tinkatan
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara
nyeri yang dialami.
tepat
3. Dengan istirahat pasien tidak dapat
e. Ajarkan teknik non farmakologis untuk beraktivitas yang berat yang dapat
mengurangi nyeri meningkatkan nyeri.
4. Untuk membantu proses
Kolaborasi : pengobatan pada klien.
Edukasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu 1. Agar pasien mengetahui penyebab,
periode dan pemicu nyeri sehingga
pasien dapat menghindari faktor
pemicu tersebut ketika pasien
melakukan aktivitas.
2. Memberikan pengetahuan terkait
strategi meredakan nyeri pada
pasien agar pasien mampu
menangani nyeri secara mandiri
seperti teknik distraksi relaksasi.
3. Agar pasien mampu memantau
status nyeri pada dirinya secara
mandiri.
4. Agar fungsi obat dapat berkerja
lebih efesien pada lokasi nyeri
yang dialami.
5. Agar pasien dapat meredakan rasa
nyeri yang dialaminya ketika nyeri
timbul seperti teknik distraksi
relaksasi.
Kolaborasi:
1.
analgesic dapat menghambat
mediator kimia dengan
menghasilkan endorphin yang
berfungsi menghambat mediator
nyeri di tangkap oleh reseptor
nyeri di system saraf pusat
sehingga transmisi rangsangan
nyeri terhambat.

3 Ansietas berhubungan dengan Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas


kurang terpapar informasi
ditandai dengan pasien nampak Observasi Observasi
gelisah
1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah 1. Mengetahui tingkat anxietas
(mis. Kondisi, waktu, stressor) berubah
2. Identifikasi kemampuan mengambil 2. Mengetahui kemampuan
keputusan mengambil keputusan
3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non 3. Mengetahui tanda anxietas (verbal
verbal) dan non verbal)

Terapeutik Terapeutik

1. Ciptakan suasana  terapeutik untuk 1. Menumbuhkan kepercayaan


menumbuhkan kepercayaan 2. Mengurangi kecemasan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan 3. Mengurangi anxietas

3. Pahami situasi yang membuat anxietas 4. Membentuk kepercayaan dengan


pasien
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Membentuk kepercayaan dengan
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan pasien
meyakinkan
6. Mengetahui msituasi yang memicu
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang kecemasan
memicu kecemasan
7. Mengetahui perencanaan  realistis
7. Diskusikan perencanaan  realistis tentang tentang peristiwa yang akan datang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
Edukasi
1. Mengetahui prosedur, termasuk
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang sensasi yang mungkin dialami
mungkin dialami 2. Mengetahui diagnosis, pengobatan,
2. Informasikan secara factual mengenai dan prognosis
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Keluarga tetap bersama pasien
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama untuk mengurasi rasa cemas
pasien, jika perlu
4. Mengalihkan perhatian terhadap
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kecemasan
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Megurangi rasa cemas
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi 6. Mengalihkan perhatian terhadap
kecemasan
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan 7. Memperkuat pertahanan diri

7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan 8. Relaksasi


diri yang tepat
Kolaborasi
8. Latih teknik relaksasi
1. Mengurasi kecemasan
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,


jika perlu
4 Retensi urine berhubungan Perawatan Retensi Urine Perawatan Retensi Urine
Observasi Observasi
dengan peningkatan tekanan
1. Ideentifikasi penyebab retensi urine 1. Mengetahui penyebab retensi urine
uretra ditandai dengan disuria 2. Monitir efek agen farmakologis 2. Mengetahaui apakah penyebab
3. Monitor intake dan output cairan retensi ditimbulan oleh obat
4. Monitir tingkat distensi kandung kemih 3. Mengetahui ppengeluaran intake
Terapeutik output
1. Sediakan privasi untuk berkemih 4. Mengetahui tingkat distensi
2. Berikan rangsangan berkemih kandung kemih
3. Lakukan manuver crade Terpeutik
4. Pasang kateter urine 1. Menjaga privasi klien
5. Fasilitasi berkemih dengan interval teratur 2. Memberikan rasa ingin berkemih
Edukasi 3. Memberikan tekanan pada kandung
1. Jelaskan penyebab retensi urine kemih untuk memicu rangsangan
2. Anjurkan pasien atau keluarga mencatat berkemih
outun urine 4. Mengeluarkan urine
3. Ajarkan cara melakukan rangsangan 5. Memperlancar pengeluaran urine
berkemih Edukasi
1. 1. Agar pasien mengetahui penyebab
retensi uriine
2. Sebagai dokumentasi intake dan
output cairan
3. Agar pasien dapat melakukan
rangsangan berkemih secara
mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E Marlyn , dkk . 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC


Haryono, Rudi.2012. Keperawatan medical bedah system perkemihan.Yogyakarta : rapha
publishing

Mustika, dkk.2012.Asuhan Keperawatan Pada Tuan B Dengan Post Operasi Prostatektomi


Hari Ke-1 Di Ruang Mawar III RSUD DR.Moewardi Surakarta.
Muttaqin,A & Sari,K. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta
:Salemba Medika Permata puri media.

Prabowo Eko dan Pranata Eka. 2014 .Buku ajar asuhan keperawatan sistem perkemihan.
Yogyakarta : Nuha Medika

Presti J, et al. 2013. Neoplasm of The Prostate Gland. USA: The McGraw Hill Compaines
Incce dkk. 2014. Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta : Salemba Medika

Purnomo. 2014. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV.Agung

Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Wijaya, S.A & Putri, M.Y.2013.Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan Dewasa, Teori,
Contoh Askep.Yogyakarta: Nuha Medika

William & Wilkins. 2011. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: Permata
Puri Media
KASUS

Tn. X usia 50 th, diagnosa medis BPH, di rawat di ruang bedah. Keluhan saat ini :
pasien mengeluh tidak bisa kencing. Riwayat penyakit saat ini: pasien mengatakan sejak
satu minggu sebelum MRS kencing menetes dan merasa tidak tuntas, merasa kencing tidak
bisa ditahan. Pemeriksaan fisik : kesadaran compos mentis, pasien tampak tidak tenang dan
sering memegang area yang sakit. Tensi 120/80 mmHg, nadi: 88 X/menit, frekuensi nafas 20
x/menit, Suhu 38.6°C. Terpasang kateter dengan produksi urine satu jam 50 cc warna kuning
keruh. Hasil lab : Leukosit 12.000 (meningkat). Pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis
BPH, pro untuk operasi elektif TURP. Hasil Lab : Hb 11,5 gr/di, eritrosit 3,64 x 10 6ul,
5,04%, leukosit 5,04.103ul, trombosit 302.103ul. Pasien mendapat terapi cairan infus RL 20
Tpm
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN


BHAKTI WIYATA KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 22 Oktober 2020 Jam Masuk : 08.00

Tanggal Pengkajian : 22 Oktober 2020 No. RM : 125678

Jam Pengkajian : 10.00 Diagnosa Masuk : BPH

IDENTITAS

1. Nama Pasien : Tn.X Penanggung jawab Biaya : Istri


2. Umur : 50 tahun Nama : Ny.N
1. Suku/ Bangsa : jawa/indonesia Alamat : Mojoroto
2. Agama : Islam
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan :-
5. Alamat : Mojoroto

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1. Keluhan Utama :
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Tidak bisa kencing

b. Saat Pengkajian
Tidak bisa kencing sudah 1 minggu
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 22 oktober pasien masuk RS diantar oleh istri dengan keluhan
sudah 1 minggu ini pasien tidak bisa kencing, kencing hanya menetes, pasien
mengatakan kencing tidak tuntas dan selalu merasa ingin kencing namun sakit
ketika urine keluar, urine yang keluar hanya sedikit, pasien mengatakan tidak
puas ketika kencing sudah keluar. Dari hasil pengakajian didaptkan pasien
mengeluh nyeri saat berkemih, pasien nampak gelisah, tidak tenang dan sering
terlohat memegangi area yang sakit.

(PQRST untuk pasien dengan keluhan nyeri) :


a. P = Provoking atau Paliatif
BPH
b. Q = Quality
Seperti tertekan
c. R = Regio
Perut bagian bawah
d. S = Severity
3
e. T = Time
Setiap saat

Menurut Skala Intensitas Numerik (Data Subyektif)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Menurut Wong Baker


Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research
No Intensitas Nyeri Diskripsi
1  Tidak Nyeri  Pasien mengatakan tidak nyeri

 Pasien mengatakan sedikit nyeri atau ringan


2  Nyeri Ringan  Pasien nampak gelisah
 Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan /
sedang
3  Pasien nampak gelisah
 Nyeri Sedang
 Pasien mampu sedikit berpartisipasi
dlm keperawatan
 Pasien mengatakan nyeri tidak dapat ditahan /
berat
4  Nyeri Berat  Pasien sangat gelisah
 Fungsi mobilitas dan perilaku pasien Berubah
 Pasien mengataan nyeri tidak tertahankan /
5 sangat berat
 Nyeri Sangat
 Perubahan ADL yang mencolok
Berat
(Ketergantungan), putus asa

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat :
 Ya  Tidak
kapan : - diagnosa : -
2. Riwayat penyakit kronik dan menular
 Ya  Tidak
jenis : -
Riwayat kontrol : -
Riwayat penggunaan obat :-
3. Riwayat alergi
 Ya  Tidak
jenis : -

4. Riwayat operasi
 Ya  tidak
kapan : -
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
 ya  tidak
Jenis penyakit :
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Tanda tanda vital
TD : 120/80 mmHg

ND : 88x/m

SH : 38,6°c

RR : 20 x/m

BB : 78 kg

TB : 160 cm

Kesadaran :

 Compos Mentis  Somnolen  Sopor koma  Apatis


2. Keluhan Umum
lemah
3. Sistem Pernafasan
Inspeksi
Keluhan  Sesak  Nyeri waktu nafas
Batuk  Produktif  Kering

 Darah
Secret :- Konsistensi :-

Warna :- Bau:-

Irama nafas  Teratur  Tidak teratur


Pola  Dispnoe  Kusmaul

 Cheyne Stokes
Bentuk dada  Simetris  Asimetris
Bentuk thorax  Pigeon chest  Normal chest

 Funnel chest  Barel chest


Retraksi Intercosta  Ya  Tidak
Retraksi Suprasternal  Ya  Tidak
Cuping hidung  Ya  Tidak
Alat bantu nafas  Ya  Tidak
Jenis : Flow:

Lpm :

Palpasi

Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama /
tidak sama), lebih bergetar pada sisi -

Perkusi

Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )

Auskultasi

Suara nafas :

Area vesikuler  Bersih  Halus  Kasar


Area brochial  Bersih  Halus  Kasar
Area bronkovaskuler  Bersih  Halus  Kasar
Suara tambahan :

 Crakles  Ronchi  Wheezing  Pleural friction rub


4. Sistem kardiovaskuler

Inspeksi

Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm

Palpasi

Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )

Perkusi

Batas – batas jantung normal adalah :

Batas atas :................................( N = ICS II )


Batas bawah :................................( N = ICS V )

Batas Kiri :................................( N = ICS V Mid clavikula Sinistra )

Batas Kanan :................................( N = ICS IV Mid sternalis Dextra )

Auskultasi

BJ I terdengar (tunggal/ganda), (Keras/lemah), (reguler/irreguler)

BJ II terdengar (tunggal/ganda), Keras/lemah), (reguler/irreguler)

Bunyi jantung tambahan :

BJ III (+ / -), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / -)

Keluhan lain terkait dengan jantung :

a. Keluhan nyeri dada

 Ya  Tidak
b. Irama jantung

 Reguler  Ireguler
S1/S2 tunggal

 Ya  Tidak
c. CRT : < 2 detik

d. Akral

 Hangat  panas  dingin  kering  basah


e. JVP

 normal  membaik  memburuk


f. Clubbing Finger

 Ya  Tidak

5. Sistem Persyarafan

a. GCS
Eye (Buka mata) : 4
Verbal : 5
Motorik : 6
b. Refleks fisiologis  Patella  Triceps  Biceps
c. Refleks patologis  babinsky  budzinsky  kering
d. Keluhan pusing  Ya  Tidak
e. Pupil  isokor  anisokor
Diameter : -
f. Sclera/Konjunctiva  anemis  ikterus
g. Gangguan pandangan  ya  tidak
Jelaskan……..
h. Gangguan pendengaran  ya  tidak
Jelaskan……..
i. Gangguan penciuman  ya  tidak
Jelaskan……..
j. Kaku kuduk  ya  tidak
k. Kejang  ya  tidak
l. mual  Ya  Tidak
m. muntah  Ya  Tidak
n. nyeri kepala  Ya  Tidak
Masalah Keperawatan : gangguan perfusi jaringan serebral
6. Sistem perkemihan
a. kebersihan
 bersih  kotor
b. keluhan kencing
 nokturi  inkotinensia  gross hematuri
 poliuria  disuria  oligouria
 retensi  histensi  anuria

c. Produksi urine : 50 cc/jam


Warna : kuning keruh
Bau : khas urine
d. Kandung kemih
Membesar
 Ya  Tidak
Nyeri tekan
 Ya  Tidak
e. Intake cairan
oral : 1500 cc/hari parenteral : 500 cc/hari
f. Alat bantu kateter
 Ya  Tidak
Jenis :
Sejak tanggal : 22 oktober 2020
Lain-lain :
Masalah Keperawatan : gangguan eliminasi urine
7. Sistem pencernaan
Mulut  Bersih  Kotor  berbau
Mukosa  lembab  kering  stomatits
Tenggorokan  sakit menelan  kesulitan  pembesaran
menelan tonsil
 nyeri tekan

Abdomen  tegang  kembung  asites


Nyeri tekan  ya  tidak

Luka operasi  Ada  Tidak

Jenis operasi : - Lokasi : -


Keadaan :
 Drain  Ada  tidak
Jumlah :........... Warna :...............
Kondisi area sekitar insersi :...............
Peristaltik : 45x/menit
f. BAB : 1x/hari Terakhir tanggal : 14 oktober 2020
Konsistensi  keras  lunak  cair  lendir
Diet  padat  lunak  cair

Nafsu makan  Baik  Menurun Frekuensi : 1x/hari


Porsi makan  Habis  tidak Keteragan :
Lain-lain:
Masalah Keperawatan :
8. Sistem muskulo skeletal dan integumen
Pergerakan sendi
 Bebas  Terbatas
Kekuatan otot
5 5
5 5

Kelainan ektremitas  ya  tidak

Kelainan tulang belakang  ya  tidak

Fraktur  Ya  Tidak

Traksi/ spalk / gips  Ya  Tidak

Kompartemen syndrome  Ya  Tidak

Oedem  Ya  Tidak

Hiperpigmentasi  Ya  tidak

Kulit  ikterik  sianosis  kemerahan


Turgor  baik  kurang  jelek
Lain lain : ……………..
Masalah keperawatan : ……………………..

9. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjat tyroid  Ya  Tidak
Pembesaran Kelenjar getah
 ya  tidak
bening
Hipoglikemia  ya  tidak
Hiperglikemia  ya  tidak
Luka gangren  ya  tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
 Cobaan tuhan  Hukuman  Lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
 Murung/diam  Gelisah  Tegang  marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi
 Kooperatif  tidak kooperatif  curiga
d. Gangguan konsep diri
 Ya  Tidak
Lain- lain:
Masalah Keperawatan : tidak muncul masalah keperawatan
POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Pemenuhan
No makan dan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Minum

1 Jumlah / Waktu Pagi : 1x Pagi : 1x

Siang : 1x Siang : 1x

Malam : 1x Malam : 1x

2 Jenis Nasi : putih Nasi : putih

Lauk : ayam Lauk : ayam

Sayur : bayam Sayur : bayam

Minum : air mineral Minum / Infus: 20 tpm

3 Pantangan / Tidak ada Tidak ada


Alergi

4 Kesulitan makan Tidak ada Tidak ada


dan minum

5 Usaha untuk Tidak ada Tidak ada


mengatasi
masalah

b. Pola Eliminasi

Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK

1 Jumlah / Waktu Pagi : 1x Pagi : 1x/hari

Siang : 1x Siang :-

Malam : 1x Malam : 1x/ lebih

2 Warna Kuning jernih Kuning keruh

3 Bau Khas urine Khas urine

4 Konsistensi Cair Cair

5 Masalah Tidak ada Retesnsi urine


eliminasi

6 Cara mengatasi Tidak ada Pro TRUP


masalah

c. Pola Istirahat Tidur

Pemenuhan
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Istirahat Tidur

1 Jumlah / Waktu Pagi :- Pagi : 10 menit

Siang : 15 menit Siang : 10 menit

Malam : 8 jam Malam : 6 jam

2 Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun

3 Upaya Tidak ada Memposisikan kepala


mengatasi agar nyaman
masalah
gangguan tidur

4 Hal yang Mematikan lampu -


mempermudah
tidur

5 Hal yang Alarm Ingin bekemih


mempermudah
bangun

d. Pola Kebersiah diri / Personal Hygiene

Pemenuhan
No Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene

1 Frekuensi 2x/ minggu Belum


mencuci rambut

2 Frekuensi 2x/ hari 2x/ hari


Mandi

3 Frekuensi 3x/ hari 2x/hari


Gosok gigi

4 Memotong kuku 1x/minggu Belum


5 Ganti pakaian 3x/ hari 3x/hari

PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
Sebelum sakit  Sering  kadang kadang  tidak pernh
Sesudah sakit  sering  kadang kadang  tidak pernah
Masalah Keperawatan : .............................................................................................
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
Leukosit : 12.000 ( N : 3.500 - 10.000 L )
Eritrosit :.3,64..................( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit :.302.10 ( N : 150.000 – 350.000 / L )
Hemoglobin : 11,5.................. ( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit :..........................( N : 35,0 – 50 gr / dl )

B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin :..........................( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :..........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )

C. Analisa elektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :
Jenis pemeriksaan Hasil
Foto Rontgent
USG
EKG
EEG
CT- Scan
MRI
Endoscopy
Lain – lain

TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN

Nama Obat Dosis


Infus RL 20 tpm

DATA TAMBAHAN LAIN :

........................................................................................................................................

DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Retensi urine berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra ditandai dengan
disuria
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien
nampak gelisah
ANALISA DATA

NO DS/DO ETIOLOGI MASALAH

1. DS : kompresi uretra Retensi urine


• Pasien mengatakan
tidak bisa kencing
DO :
• Pasien nampak
gelisah Penyempitan uretra
• Kandung kemih
teraba penuh

urine terhambat

peningkatan tekanan
intravisika

2. DS : kompresi uretra Nyeri akut


• Pasien mengatakan
sakit ketika
berkemih
DO : Penyempitan uretra

• Pasien nampak pucat


• P : bph
• Q : Seperti tertekan urine terhambat

• R : Perut bagian
bawah
• S:3
• T : Setiap saat
• TD : 120/80 mmHg

• ND : 88x/m

• SH : 38,6°c

• RR : 20 x/m

3. DS : kompresi uretra ansietas


• Pasien mengatakan
bingung akan
kondisinya
DO : Penyempitan uretra

• Pasien nampak
gelisah
• Pasien nampak
urine terhambat
memegangi area
yang sakit

peningkatan tekanan
intravisika

retensi urine

gelisah
INTERVENSI KEPEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi Rasional


1 Retensi urine berhubungan Perawatan Retensi Urine Perawatan Retensi Urine
Observasi Observasi
dengan peningkatan tekanan
1. Ideentifikasi penyebab retensi urine 1. Mengetahui penyebab retensi urine
uretra ditandai dengan disuria 2. Monitir efek agen farmakologis 2. Mengetahaui apakah penyebab
3. Monitor intake dan output cairan retensi ditimbulan oleh obat
4. Monitir tingkat distensi kandung kemih 3. Mengetahui ppengeluaran intake
Terapeutik output
1. Sediakan privasi untuk berkemih 4. Mengetahui tingkat distensi
2. Berikan rangsangan berkemih kandung kemih
3. Lakukan manuver crade Terpeutik
4. Pasang kateter urine 1. Menjaga privasi klien
5. Fasilitasi berkemih dengan interval teratur 2. Memberikan rasa ingin berkemih
Edukasi 3. Memberikan tekanan pada kandung
1. Jelaskan penyebab retensi urine kemih untuk memicu rangsangan
2. Anjurkan pasien atau keluarga mencatat berkemih
outun urine 4. Mengeluarkan urine
3. Ajarkan cara melakukan rangsangan 5. Memperlancar pengeluaran urine
berkemih Edukasi
2. 1. Agar pasien mengetahui penyebab
retensi uriine
2. Sebagai dokumentasi intake dan
output cairan
3. Agar pasien dapat melakukan
rangsangan berkemih secara
mandiri
2 Nyeri akut berhubungan dengan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
agen pencidera fisiologis Observasi : Observasi:
ditandai dengan pasien 1. Identifikasi lokasi, karakteristi, durasi,
mengeluh nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan
2. Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri yang dirasakan
3. Identifikasi respon nyeri non verbal oleh pasien.
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan 2. Mengetahui skala nyeri yang
memperingan nyeri dirasakan oleh pasien
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer 3. Mengetahui keadaan tidak
yang sudah diberikan menyenangkan pasien yang tidak
6. Monitor efek samping penggunaan sempat dan tidak bisa di
analgetik. gambarkan oleh pasien.
4. Mengetahui faktor yang
Terapeutik : memperberat dan memperingan
nyeri yang dirasakan oleh pasien.
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
5. Untuk mengetahui efek dari terapi
mengurangi nyeri (kompres
komplementer yang digunakan
hangat/dingin).
mengurangi nyeri yang dirasakan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
oleh pasien.
rasa nyeri.
6. Untuk mengetahui respon tubuh
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
pasien saat sebelum dan sesudah
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
pemberian analgesic.
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
Terapeutik:
Edukasi :
1. Memberikan pengetahuan kepada
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu pasien untuk menangani rasa
nyeri nyeri secara mandiri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Mencegah pasien mengalami
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri stress yang dapat meningkatkan
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tinkatan nyeri yang dialami.
tepat 3. Dengan istirahat pasien tidak
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk dapat beraktivitas yang berat yang
mengurangi nyeri dapat meningkatkan nyeri.
4. Untuk membantu proses
Kolaborasi : pengobatan pada klien.
Edukasi:
2. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu 1. Agar pasien mengetahui
penyebab, periode dan pemicu
nyeri sehingga pasien dapat
menghindari faktor pemicu
tersebut ketika pasien melakukan
aktivitas.
2. Memberikan pengetahuan terkait
strategi meredakan nyeri pada
pasien agar pasien mampu
menangani nyeri secara mandiri
seperti teknik distraksi relaksasi.
3. Agar pasien mampu memantau
status nyeri pada dirinya secara
mandiri.
4. Agar fungsi obat dapat berkerja
lebih efesien pada lokasi nyeri
yang dialami.
5. Agar pasien dapat meredakan rasa
nyeri yang dialaminya ketika
nyeri timbul seperti teknik
distraksi relaksasi.
Kolaborasi:
1. Zat aktif yang terdapat pada obat
analgesic dapat menghambat
mediator kimia dengan
menghasilkan endorphin yang
berfungsi menghambat mediator
nyeri di tangkap oleh reseptor
nyeri di system saraf pusat
sehingga transmisi rangsangan
nyeri terhambat.
3 Ansietas berhubungan dengan Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
kurang terpapar informasi
ditandai dengan pasien nampak Observasi Observasi
gelisah
1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah 1. Mengetahui tingkat anxietas
(mis. Kondisi, waktu, stressor) berubah
2. Identifikasi kemampuan mengambil 2. Mengetahui kemampuan
keputusan mengambil keputusan
3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non 3. Mengetahui tanda anxietas (verbal
verbal) dan non verbal)

Terapeutik Terapeutik

1. Ciptakan suasana  terapeutik untuk 1. Menumbuhkan kepercayaan


menumbuhkan kepercayaan 2. Mengurangi kecemasan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan 3. Mengurangi anxietas

3. Pahami situasi yang membuat anxietas 4. Membentuk kepercayaan dengan


pasien
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Membentuk kepercayaan dengan
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan pasien
meyakinkan
6. Mengetahui msituasi yang memicu
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang kecemasan
memicu kecemasan
7. Mengetahui perencanaan  realistis
7. Diskusikan perencanaan  realistis tentang tentang peristiwa yang akan datang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
Edukasi
1. Mengetahui prosedur, termasuk
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang sensasi yang mungkin dialami
mungkin dialami 2. Mengetahui diagnosis,
2. Informasikan secara factual mengenai pengobatan, dan prognosis
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Keluarga tetap bersama pasien
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama untuk mengurasi rasa cemas
pasien, jika perlu
4. Mengalihkan perhatian terhadap
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kecemasan
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Megurangi rasa cemas
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi 6. Mengalihkan perhatian terhadap
kecemasan
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan 7. Memperkuat pertahanan diri

7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan 8. Relaksasi


diri yang tepat
Kolaborasi
8. Latih teknik relaksasi
1. Mengurasi kecemasan
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,


jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Retensi Urine Berhubungan Dengan Peningkatan Tekanan Uretra Ditandai Dengan Disuria
Waktu
NO
Hari/ jam Implementasi paraf Evaluasi
DX
Tanggal

1 Kamis Perawatan Retensi Urine S:


• Pasien mengatakan tidak bisa kending
22 10.00 1. Memonitor jumlah intake dan ᵹ
oktober output cairan pasien O:
2020 Intake : 200 cc • Pasien nampak gelisah
Output : 50 cc • Kandung kemih teraba penuh
10.00 2. Memonitor tingkat distensi ᵹ
kandung kemih A:
Kandung kemih teraba penuh Masalah belum teratasi
10.00 3. Menyeediakan privasi untuk ᵹ
berkemih P:
10.00 4. Memberikan rangsangan ᵹ Lanjutkan intervensi nomor 1,2,5,7,8
berkemih berupa suara air
mengalir
10.00 5. Melakukan manuver crade ᵹ

16.00 6. Memaasang kateter urine £

16.00 7. Melaskan penyebab retensi urine £


bahwa retensi ini terjadi karena
pembesaran prostat sehingga
uretra menyempit
16.00 8. Menganjurkan pasien atau £
keluarga mencatat output urine
9.

1 jumat Perawatan Retensi Urine S:


• Pasien mengatakan tidak merasa ingin
23 07.00 1. Memonitor jumlah intake dan ᵹ berkemih stelah di pasang kateter, namun
oktober output cairan pasien terasa masih nyeri
2020 Intake : 150 cc
Output : 90 cc O:
07.00 2. Memonitor tingkat distensi ᵹ • Pasien nampak gelisah
kandung kemih • Kandung kemih teraba penuh
Kandung kemih teraba penuh
07.00 3. Melakukan manuver crade ᵹ A:
Masalah teratasi sebagian
16.00 4. Melaskan penyebab retensi urine £
bahwa retensi ini terjadi karena P:
pembesaran prostat sehingga Lanjutkan semua intervensi 1,2,3,5
uretra menyempit
20.00 5. Menganjurkan pasien atau £
keluarga mencatat output urine
1 sabtu Perawatan Retensi Urine S:
• Pasien mengatakan tidak merasa ingin
24 07.00 1. Memonitor jumlah intake dan ᵹ berkemih stelah di pasang kateter, namun
oktober output cairan pasien terasa masih nyeri
2020 Intake : 200 cc
Output : 150 cc O:
12.00 2. Memonitor tingkat distensi ᵹ • Pasien nampak gelisah
kandung kemih • Kandung kemih teraba penuh
Kandung kemih teraba penuh
12.00 3. Melakukan manuver crade ᵹ A:
Masalah belum teratasi
21.00 4. Menganjurkan pasien atau £
keluarga mencatat output urine P:
Lanjutkan semua intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
2 Kamis Manajemen nyeri S:
22 07.00 1. mengdentifikasi lokasi, ᵹ • Pasien mengatakan sakit ketika
oktober karakteristi, durasi, frekuensi, berkemih
2020 kualitas, intensitas nyeri
O:
12.00 2. Mengidentifikasi skala nyeri ᵹ
Skala 3 • Pasien nampak meringis

12.00 3. Mengidentifikasi respon nyeri ᵹ • P : bph


non verbal : pasien nampak • Q : Seperti tertekan
meringis
• R : Perut bagian bawah
21.00 4. Memberikan teknik non £
farmakologis untuk mengurangi • S:3
nyeri : kompres hangat
21.00 5. Menjelaskan penyebab, periode £ • T : Setiap saat
dan pemicu nyeri
• TD : 120/80 mmHg
21.00 6. memberikan analgetik £
• ND : 88x/m
• SH : 38,6°c
• RR : 20 x/m

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan semua interveni
2 jumat Manajemen nyeri S:
23 07.00 1. mengdentifikasi lokasi, ᵹ • Pasien mengatakan masih sakitmeski sudah
oktober karakteristi, durasi, frekuensi, terpasang kateter
2020 kualitas, intensitas nyeri
• O:
12.00 2. Mengidentifikasi skala nyeri ᵹ
Skala 3 • Pasien masih nampak meringis

12.00 3. Mengidentifikasi respon nyeri ᵹ • P : bph


non verbal : pasien nampak • Q : Seperti tertekan
meringis
• R : Perut bagian bawah
21.00 4. Memberikan teknik non £
farmakologis untuk mengurangi • S:3
nyeri : kompres hangat
21.00 5. Menjelaskan penyebab, periode £ • T : Setiap saat
dan pemicu nyeri
• TD : 110/90 mmHg
21.00 6. memberikan analgetik £
• ND : 80x/m
• SH : 37,6°c
• RR : 20 x/m

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan semua intervensi

2 Sabtu Manajemen nyeri S:


07.00 1. mengdentifikasi lokasi, ᵹ
karakteristi, durasi, frekuensi,
24 kualitas, intensitas nyeri • Pasien mengatakan masih sedikit sakit
oktober meski sudah terpasang kateter
2020 12.00 2. Mengidentifikasi skala nyeri ᵹ
3. Skala 2 • O:

12.00 4. Mengidentifikasi respon nyeri ᵹ • Pasien masih nampak meringis


non verbal : pasien nampak • P : bph
meringis
• Q : Seperti tertekan
21.00 5. Memberikan teknik non £
farmakologis untuk mengurangi • R : Perut bagian bawah
nyeri : kompres hangat
21.00 6. Menjelaskan penyebab, periode £ • S:2
dan pemicu nyeri
• T : Setiap saat
21.00 7. memberikan analgetik £
• TD : 120/90 mmHg
• ND : 80x/m
• SH : 36,6°c
• RR : 20 x/m

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan semua intervensi

Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien nampak gelisah
3 Kamis Reduksi Ansietas S:
22 07.00 1. Mengidentifikasi saat tingkat ᵹ • Pasien mengatakan bingung akan
oktober anxietas berubah kondisinya
2020 12.00 2. Memonitor tanda anxietas ᵹ
O:
Verbal : pasien mengatakan • Pasien nampak gelisah
bingung
• Pasien nampak memegangi area yang
Non verbal : pasien nampak sakit
gelisah
21.00 3. Mendiskusikan perencanaan  £ A:
realistis tentang peristiwa yang
Masalah belum teratasi
akan datang
Merencanakan tentang timdakan P:
TRUP yang akan datang Lanjutkan semua interveni
21.00 4. Mengnformasikan secara factual £
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
Menginformasikan tentang
diagnosa yang dialami oleh
pasien saat ini, dan perencanaan
tindakan TRUP yang akan datang
21.00 5. Melatih kegiatan pengalihan, £
untuk mengurangi ketegangan
Mendengarkan musik

3 jumat Reduksi Ansietas S:


23 07.00 6. Mengidentifikasi saat tingkat ᵹ • Pasien mengatakan paham akan
oktober anxietas berubah kondisinya
2020 12.00 7. Memonitor tanda anxietas ᵹ O:

Verbal : pasien mengatakan • Pasien sudah nampak tenang


bingung A:
Non verbal : pasien nampak Masalah teratasi
gelisah
21.00 8. Mendiskusikan perencanaan  £ P:
realistis tentang peristiwa yang Hentikan semua interveni
akan datang
Merencanakan tentang timdakan
TRUP yang akan datang
21.00 9. Mengnformasikan secara factual £
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
Menginformasikan tentang
diagnosa yang dialami oleh
pasien saat ini, dan perencanaan
tindakan TRUP yang akan datang
21.00 10. Melatih kegiatan pengalihan, £
untuk mengurangi ketegangan
Mendengarkan musik

Anda mungkin juga menyukai