Wrap Up SK 2 Kedkom B10
Wrap Up SK 2 Kedkom B10
KELOMPOK B-10
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018
0
Skenario
Wabah Campak Dan Gizi Buruk Di Kabupaten Asmat, Papua
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek mengatakan, 71 orang meninggal akibat
wabah campak dan gizi buruk di Kabupten Asmat, Papua. ”Update data, yang meninggal kurang
lebih 71 orang” kata Nila sesuai rapat terbatas mengenai penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB) di Kabupaten Asmat, Papua, di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (31/1/2018). Dari
kejadian ini, pihaknya sudah melakukan imunisasi terhadap sekitar 13.300 anak di Asmat.
Namun, masih ada sejumlah distrik yang belum dapat dijangkau timnya karena kendala geografis
(Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2018/01/31/15410691/menkes-71-orang-meninggal-
dalam-kasus-gizi-buruk-dan-campak-di-asmat).
Sebagian besar orang tua yang anaknya meninggal dan sakit karena terpapar campak dan
gizi buruk tinggal jauh dari pusat kesehatan yang ideal. Dari 71 anak yang meninggal dunia
karena campak dan gizi buruk, 37 diantaranya mereka berasal dari distrik pulau tiga. Untuk
menuju wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Mimika hanya bisa dilalui melalui jalur
sungai menggunakan perahu bermotor. Perjalanan tersebut dapat memakan waktu antara 2-3
jam. Jangkauan ke pusat pengobatan sangat sulit karena masyarakat harus menggunakan jalur
laut dan sungai. Selain permasalahan geografis, ternyata warga suku Asmat biasa mengonsumsi
air sungai untuk kebutuhan makan dan minum sehari hari. Sebagian warga tidak mempunyai
jamban sehingga untuk buang air besar dan kecil biasa mereka lakukan di pekarangan rumah
mereka (sumber : http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42882847. 31 Januari 2018 krisis
kesehatan di masyarakat: ’saya minum air langsung dari sungai’).
Permasalahan gizi pada anak tidak hanya masalah gizi kurang dan buruk saja seperti yang
terjadi di Asmat. Tetapi juga masalah gizi lebih perlu di waspadai. Pertumbuhan obesitas pada
anak di Indonesia meningkat tiga kali lipat. Kajian Global Burden Of Diseases yang
dipublikasikan jurnal ilmiah Lancet pada 2014 menempatkan Indonesia diposisi 10 dalam daftar
negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Penyebab gizi lebih pada anak ada bermacam –
macam. Pada umumnya disebabkan karena pada energy makanan yang berlebih atau karena
pengeluaran energy yang kurang atau keduanya, sebagaimana sering ditemukan pada anak –
anak dalam keluarga dengan social ekonomi baik, serta gaya hidup yang santai (sedentary life
style). Anak dengan status gizi lebih berpotensi mengidap berbagai jenis penyakit setelah dewasa
antara lain diabetes, penyakit jantung dan kanker.
1
Kata Sulit
1. Kejadian Luar Biasa
Status yang ditegakkan Indonesia untuk mengklasifikasikan merebaknya suatu wabah
penyakit. Sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
2. Distrik
Pembagian wilayah administratif di profinsi Papua dan Papua Barat Indonesia dibawah
kabupaten atau kota.
2
Brainstorming
3
Apabila angka kejadian baru tidak ada dan angka kematian yang menurun dalam kurun
waktu tertentu pada daerah yang terkena KLB
4
Hipotesis
KLB dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat, sanitasi yang
kurang baik, dan minimnya kepedulian warga. KLB ditangani oleh pihak puskesmas,
rumah sakit, dan dinas kesehatan dengan cara dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk
menentukan penanganan KLB. Pencegahan KLB dapat dilakukan dengan cara Dilakukan
survey mengenai BB anak dan riwayat imunisasi, mencari etiologi dan factor resiko
seperti kurangnya makanan yang bergizi dan lingkungan yang kotor, dan lakukan
penyuluhan kepada masyarakat.
5
Sasaran Belajar
1. Memahami dan Menjelaskan Gizi Kurang dan Berlebih pada Anak
2. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Beresiko Pada Kesehatan Anak
3. Memahami dan Menjelaskan KLB (Kejadian Luar Biasa), Wabah, Morbiditas dan
Mortilitas
4. Memahami dan Menjelaskan Care Seeking Behavior dan Aspek Budaya Dalam
Kesehatan
5. Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan dan Medik
6. Memahami dan Menjelaskan Tujuan Syariat Islam dalam Konsep KLB
7. Memahami dan Menjelaskan Hukum Menjaga Kesehatan dan Berobat Dalam Islam
6
1. Memahami dan Menjelaskan Gizi Kurang dan Berlebih pada Anak
Gizi Kurang
a. Masalah Kekurangan Energi Protein (KEP)
Kekurangan energy protein akan berakibat pada mutu kualitas sumber daya
manusia terutama apabila KEP terjadi pada masa pertumbuhan yaitu bayi, balita dan
remaja, oleh karena itu harus ditangani dengan benar dan tepat. Maslaah KEP dapat
diketahui dari rendahnya cadangan lemak dan oto yang tandai dengan balita kurus.
Anak yang kurus menunjukkan bahwa asupan gizi anak rendah, maka anak tidak
mempunyai daya tahan tubuh (antibodi) yang cukup, akibatnya anak mudah sakit. Hal
dapat mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian.
Menurut data Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa sebnayak 17,9% balita di
Indonesia menderita gizi kurang dan gizi buruk. Telat terjadi penurunan kalua
dibandingkan dengan data tahun 1990 yait sebesar 31,0%. Hasil pemantauan status
gizi (PSG) tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah balita yang tergolong sangat
kurus sebesar 7,4%. Walaupun persentase balita kurus ini sudah jauh lebih rendah
dibandingkan beberapa periode yang lalu, tetapi upaya untuk mengurangi balita kurus
harus tetap dilanjutkan.
Disamping itu masalah KEP dapat juga diketahui dari lambatnya pertumbuhan
tinggi badan anak yang tercermin dari tinggi badan. Tinggi badan anak yang tidak
mencapai nilai optimal disebut pendek atau sangat pendek. Nak yang pendek atau
sangat pendek disebabkan oleh asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh
dalam waktu yang relative lama. Anak yang kekurangan asupan gizi sejak lahir sapai
balita dipastikan anak ini mempunyai tinggi badan yang rendah (pendek).
Lambatnya pertumbuhan tinggi badan pada waktu balita atau anak, akan berakibat
pada kecerdasan otak setelah dewasa, orang yang pendek cenderung kurang cerdas.
Orang yang pendek juga sulit untuk mempunyai prestasi yang baik pada bidang
olahraga. Orang orang yang mempunyai prestasi baik di bidang olahraga umumnya
mempunyai tinggi badan yang cukup. Agar seseorang mempunyai tinggi badan yang
baik maka asupan gizi harus diperhatikan sejak dalam kandungan (semasa usia
kehamilan). Pertumbuhan tinggi badan ini terjadi dari usia lahir sampai sekitar 17
tahun untuk perempuan dan sekitar usia 20 tahun untuk laki-laki. Dengan demikian
maka pertumbuhan tinggi badan akan berdampak mutu sumber daya manusia (SDM)
Indonesia.
Saat ini Indonesia dihadapkan pada masalah stunting (pendek) yang tergolong
cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain, dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN pun angka stunting Indonesia masih tergolong paling tinggi. Berdasarkan
hasil penelitian PSG tahun 2016, menunjukkan bahwa jumlah balita yang tergolong
sangat pendek sebesar 8,5%, dan yang tergolong pendek sebesar 19,0%.
7
b. Masalah Anemia Gizi
Anemia adalah kadar hemoglobin darah tidak mencapai batas normal.
Hemoglobin dibentuk dari asupan zat gizi yang dikonsumsi, zat gizi yang
dikonsumsi, zat gizi yang berfungsi untuk membentuk hemoglobin adalah zat besi
(Fe) dan protein. Orang yang kekurangan asupan zat besi dan protein dalam
makanannya akan mempunyai kadar hemoglobin yang rendah (anemia).
Hemoglobin berfungsi sebagai alat transportasi zat gizi dari mulai usus halus
sampai pada sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan zat gizi. Dengan demikian
walaupun kita mempunyai asupan gizi yang cukup, tetapi kalau alat transportasinya
sedikit, maka tetap saja sel-sel jaringan tubuh kita akan mengalami kekurangan
asupan zat gizi. Oleh karea itu fungsi hemoglobin sangat penting dalam memenuhi
asupan gizi tubuh.
Banyak penelitian yang menemukan hubungan yang bermakna antara anemia
dengan tingkat produktivitas kerja, orang yang menderita anemia mempunyai
produktivitas yang rendah. Demikian juga penelitian hubungan anemia dengan
prestasi belajar, siswa yang menderita anemia cenderung mempunyai prestasi belajar
yang rendah. Penelitian yang lain adalah hubungan antara anemia pada ibu hamil
dengan kejadian berat badan bayi rendah (BBLR), ibu hamil yang menderita anemia
beresiko mempunyai bayi dengan BBLR beratnya kurang dari 2500 gr.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa angka penderita anemia masih cukup
tinggi. Data Riskesdas tahun 2013, menunjukkan bahwa anemia gizi besi masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi pada anak balita sebesar
28,1% ibu hamil sebesar 37,1% remaja putri (13-18 tahun) sebesar 22,7% dan wanita
subur (15-49 tahun) sebesar 22,7%. Angka prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil
yang tinggi telah mendekati masalah kesehatan berat (severe public health problem).
8
menjadi keratomalasea dan akhirnya buta. Seseorang yang mempunyai kadar serum
retinol kurang dari 20mcg/dl mempunyai risiko untuk menderita defisiensi vitamin A.
9
tekanan atau stres juga menurun. Menurut WHO, 2002 menyebutkan, bahwa gizi
kurang mempunyai peran sebesar 54% terhadap kematian bayi dan balita. Hal ini
menunjukkan bahwa gizi mempunyai peran yang besar untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan balita.
iv. Struktur dan fungsi otak
Kekurangan gizi pada waktu janin dan usia balita dapat berpengaruh pada
pertumbuhan otak, karena sel-sel otak tidak dapat berkembang. Otak mencapai
pertumbuhan yang optimal pasa usia 2-3 tahun, setelah itu menurun dan selesai
pertumbuhannya pada usia awal remaja. Kekurangan gizi berakibat terganggunya
fungsi otak secara permanen, yang menyebabkan kemampuan berpikir setelah
masuk sekolah pada usia dewasa menjadi berkurang. Sebaliknya, anak yang
gizinya baik pertumbuhan otaknya optimal, setelah memasuki usia dewasa
memiliki kecerdasan yang baik sebagai asset untuk membangun bangsa.
v. Perilaku
Anak-anak yang menderita kekurangan gizi akan memiliki perilaku tidak tenang,
cengeng, dan menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah emosi, dan tersinggung.
Gizi lebih
Kelebihan erat badan dan obesitas merupakan masalah gizi yang harus mendapat
perhatian. Kelebihan berat beresiko menderita berbagai penyakit seperti penyakit jantung,
atherosclerosis, diabetes mellitus, gangguan ortopedi, gangguan pada kesehatan mental,
dan fungsi kognitif. Menurut WHO, terjadi peningkatan prevalensi kegemukan pada anak
dan remaja. Menurut data Riskesdas pada tahun 2010, terjadi peningkatan prevalensi
kegemukan di Indonesia secara nyata terjadi pada balita yaitu dari 12,0% di tahun 2007
menjadi 14,0% di tahun 2010. Prevalensi kegemukan pada anak usia 6 tahun sampai 12
tahun adalah 9,2% pada usia 13-15 tahun sebesar 2,5% dan untuk usia 16-18 tahun
sebesar 1,4% juga ditemukan sebanyak 26,9% dari perempuan dewasa dan 16,3% laki-
laki dewasa berstatus gizi lebih/obesitas. Berdasarkan hasil PSG tahun 2016 menemukan
data bahwa presentase gemuk pada balita sebesar 4,3% sedangkan pada dewasa usia lebih
dari 19 tahun lebih tinggi lagi yaitu sebesar 29,6%.
Berat badan berlebih dan obesitas pada anak atau remaja akan berlanjut menjadi
obesitas di usia dewasa. Kegemukan pada anak juga dapat menurunkan fungsi kognitif,
anak menjadi malas, kurang aktif disebabkan oleh beban tubuh yang besar yang akan
menambah beban kesehatan dan beban ekonomi sosial kedepannya.
10
yang disimpan dibawah kulit. Saat ini jumlah penduduk Indonesia yang
mengalami kegemukan jumlahnya semakin meningkat dibandingkan beberapa
tahun yang lalu
ii. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai penyakit
degenerative seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung coroner, hati, kantong
empedu, kanker, dan lainnya
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dengan kata lain status gizi merupakan suatu keadaan gizi
seseorang atau keadaan tubuh yang diakibatkan karena konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut.Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan
berlebih.
The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The Nation Institute
of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical Guidelines
for Overweight in Adolescent Preventive Services telah merekomendasikan Body Mass
Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada
anak dan remaja diatas usia 2 tahun
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah perbandingan
antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cara pengukurannya adalah pertama-
tama ukur Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB), selanjutnya dihitung
menggunakan rumus :
BMI = berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
11
Z score merupakan indeks antropometri yang digunakan secara internasional
untuk menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang diekspresikan sebagai satuan
standar deviasi (SD) populasi rujukan.
Z score = nilai BMI yang diukur - nilai referensi median
Z score populasi referensi (SD)
Untuk melihat kriteria BMI anak, lihat nilai BMI anak hasil perhitungan pada
diagram BMI for age kemudian sesuaikan dengan nilai Z score sesuai dengan jenis
kelamin dan umur anak (Gambar 1 dan 2). Penjelasan diagram WHO untuk BMI for
age terlihat pada Tabel 1
Tabel 1. Kategori Status Gizi Bedasarkan Z score
Di bawah -1
Pendek Gizi Kurang Kurus Kurus
Di bawah -2 (Stunded) (Wasted) (Wasted)
Sangat Sangat Kurus Sangat kurus
Di bawah -3 Pendek Gizi Buruk (Severe (Severe
(Severe Wasted) Wasted)
12
Stunded)
13
2. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Beresiko Pada Kesehatan Anak
Penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan berlebih yang berasal dari
jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan
cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai
makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan
mengonsumsi ASI, tetapi menggunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi
porsi yang dibutuhkan bayi atau anak. Akibatnya, anak akan mengalami kelebihan berat
badan saat berusia 4-5 tahun. Hal ini diperparah dengan kebiasaan mengonsumsi makanan
jajanan yang kurang sehat dengan kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan
buah yang cukup sebagai sumber serat. Anak yang berusia 5- 7 tahun merupakan kelompok
yang rentan terhadap gizi lebih. Oleh karena itu, anak dalam rentang usia ini perlu mendapat
perhatian dari sudut perubahan pola makan sehari-hari karena makanan yang biasa
dikonsumsi sejak masa anak akan membentuk pola kebiasaan makan selanjutnya. Faktor lain
penyebab obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun latihan fisik
terstruktur. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak masa anak sampai lansia akan mempengaruhi
kesehatan seumur hidup. Jika obesitas terjadi pada anak sebelum usia 5-7 tahun, maka risiko
obesitas dapat terjadi pada saat tumbuh dewasa.
Perubahan pengetahuan sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya
perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti ke sekolah
dengan naik kendaraan dan kurangnya aktivitas bermain dengan teman serta lingkungan
rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih
senang bermain komputer atau games, menonton televisi atau video dibanding melakukan
aktivitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau
akan berisiko menimbulkan obesitas. Menurut Soekirman (2000), Bannet menemukan bahwa
peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas
konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal. Peningkatan pendapatan berarti
memperbesar kesempatan untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih
baik.
3. Memahami dan Menjelaskan KLB (Kejadian Luar Biasa), Wabah, Morbiditas dan
Mortilitas
Definisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen
PPM&PLP No.451 I/PD.03.04/1991. Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu
istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah
wabah yang sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering
digunakan akan tetapi sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut
UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu.
Wabah: berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah
tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah
Klasifikasi
Klasifikasi KLB
a. Menurut Penyebab
i. Toksin
• Enterotoxin, misalnya yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, Vibrio,
Cholera, Escherichia, Shigella.
• Eksotoxin (bakteri), misalnya yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens.
• Endotoxin
ii. Infeksi (Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing)
iii. Toksin Biologis (Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-
tumbuhan)
iv. Toksin Kimia
• Zat kimia organik : logam berat (seperti air raksa, timah), logam lain
• Cyanida
• Zat kimia organik : nitrit, pestisida
• Gas-gas beracun : CO, CO2, HCN, dan sebagainya
Klasifikasi Wabah :
1. Common Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang
dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif
singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa
pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan
satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya
dalam hitungan jam,tidak ada angka serangan ke dua
2. Propagated/Progresive Epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama
dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi
karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui
vector, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk serta penyebaran anggota masya yang rentan serta morbilitas dari pddk
setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita
dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal abggota masyarakat yang rentan,
lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi
kasus.
Definisi kasus : definisi kasus sangat berguna untuk arahan pada pencarian kasus
nantinya. Mengingat informasi yang didapat mungkin hanya merupakan persangkaan
penyakit tertentu atau gejala klinis yang ditemui, maka definisi kasus sebaiknya
dibuat longgar, dengan kemungkinan kasus-kasus lain akan masuk. Perbaikan definisi
kasus akan dilakukan setelah pemastian diagnose, pada langkah identifikasi kasus dan
paparan.
Hipotesis awal, hendaknya meliputi penyakit penyebab KLB, sumber dan cara
penularan. Untuk membuat hipotesis awal ini dapat dengan mempelajari gejala klinis,
ciri dan pola epidemiologis penyakit tersangka. Hipotesis awal ini dapat berubah atau
lebih spesifik dan dibuktikan pada waktu penyelidikan (Bres, 1986).
Tujuan penyelidikan KLB selalu dimulai dengan tujuan utama mengadakan
penanggulangan dan pengendalian KLB, dengan beberapa tujuan khusus, di antaranya
:
a. Memastikan diagnosis penyakit
b. Menetapkan KLB
c. Menentukan sumber dan cara penularan
d. Mengetahui keadaan penyebab KLB
Penetapan KLB
Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang
tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik), pada
populasi yang dianggap berisiko, pada tempat dan waktu tertentu. Dalam
membandingkan insidensi penyakit berdasarkan waktu harus diingat bahwa beberapa
penyakit dalam keadaan biasa (endemis) dapat bervariasi menurut waktu (pola
temporal penyakit). Penggambaran pola temporal penyakit yang penting untuk
penetapan KLB adalah, pola musiman penyakit (periode 12 bulan) dan
kecenderungan jangka panjang (periode tahunan – pola maksimum dan minimum
penyakit). Dengan demikian untuk melihat kenaikan frekuensi penyakit harus
dibandingkan dengan frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda atau
bulan yang sama tahun berbeda (CDC, 1979).
KLB tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang belum dikenal atau penyakit
yang tidak mendapat perhatian karena dampaknya belum diketahui.
KLB palsu (pesudo-epidemic), terjadi oleh karena :
1. Perubahan cara mendiagnosis penyakit
2. Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut, atau
3. Perubahan organisasi pelayanan kesehatan,
4. Perhatian yang berlebihan.
Untuk mentetapkan KLB dapat dipakai beberapa definisi KLB yang telah disusun
oleh Depkes. Pada penyakit yang endemis, maka cara menentukan KLB bisa
menyusun dengan grafik Pola Maksimum-minimum 5 tahunan atau 3 tahunan.
Deskripsi KLB
Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB
berlangsung), yang digambarkan dalam suatu kurva epidemik.
Kurva epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus
berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah. Kurva ini
digambarkan dengan axs horizontal adalah saat mulainya sakit dan sebagai axis
vertikal adalah jumlah kasus.
Kurva epidemik dapat digunakan untuk tujuan :
a. Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit dengan
melihat tipe kurva epidemik tersebut (common source atau propagated).
b. Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal (index case).
Dengan cara menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata atau masa
inkubasi maksimum dan minimum.
Deskripsi Kasus Berdasarkan Tempat
Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan
petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat
pekerjaan). Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber
penularan. Agar tujuan tercapai, maka kasus dapat dikelompokan menurut daerah
variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus), tempat pekerjaan, tempat
(lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan
(kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau
melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980).
Deskripsi KLB Berdasarkan Orang
Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan
atau etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis
kelamin, ras, status kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan
setempat. Pada tahap dini kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini
tampak jelas. Keadaan ini memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau
beberapa variabel di atas. Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu
dikerjakan, karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya penyakit.
Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai
penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk menentukan sumber
penyakit
INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu
PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan
pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang
ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut
Periode Prevalence Rate.
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit
dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
4. Memahami dan Menjelaskan Care Seeking Behavior dan Aspek Budaya Dalam
Kesehatan
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih
dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta
penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada
golongan wanita.
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang
kurang menunjang dalam bidang kesehatan.
4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang
kesehatan.Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial
budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah
faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran
dan homoseksual.
Komunikasi
Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatab. Karena komunikasie
merupakan kegiatan untuk mgnondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya
pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi,
kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya,
mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka
diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk
berkomunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi,
termasuk media komunikasinya.
Pola Pikir
Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau
perilaku pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat
dalam menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan.
Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit.
Orang yang mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung
untuk memilih pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan mencari
obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit mereka serius,
biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih
datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap
penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru
memilih pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.
Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional.
Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk
dijangkau, mahal dan tidak efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan
pengobatan alternatif. Pada penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif
seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok, tampaknya kebanyakan
mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah sia-sia.
Kebiasaan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Bentuk dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif
merupakan respon internal dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan
perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain. Masyarakat memiliki beberapa macam
perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi dua, yaitu
perilaku sehat dan perilaku sakit :
Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan
kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam
mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah,
atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara
lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan
menggosok gigi sebelum tidur.
Perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah
terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan
kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan
yang diambil seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh
kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah
sakit.
Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan menjadi tiga, yaitu:
Perilaku kesehatan
Hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah
penyakit.
Perilaku sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa
sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh : pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
Perilaku peran sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
untuk memperoleh kesehatan.
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat :
Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah
sakit. Ini adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif
dan rehabilitatif.
Paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif,
berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah
dibandingkan pengobatan.
Penanggulangan
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang
dengan adanya penelitian-peneliatian sosial budaya masyarakat, persepsi dan perilaku
masyarakat tersebut terhadap sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih
mempunyai persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita dapat
melakukan pembetulan konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang kita berikan akan diterima oleh
masyarakat.
Dampak
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well
being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat
dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan
budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang
berbeda di kalangan pasien.
Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama
ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi
manapun agar daoat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui
peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah
mereka berada. (Depkes RI, 2006)
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.
1. Rujukan Medik:
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain
Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan:
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau
berjangkitnya penyakit menular
Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan
bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal
Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas
terjadinya bencana alam
Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air
bersih bagi masyarakat umum
Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.
a. Umum:
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu
pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara
berdaya guna dan beerhasil guna
b. Khusus:
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna
Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan
promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.
Artinya; Jika kamu mendengar tentang tha’un di suatu tempat, maka janganlah kamu
memasukinya (tempat itu). Apa bila kamu (terlanjur) berada di tempat yang terkena
wabah itu, maka janganlah kamu keluar darinya (tempat itu) (H.R. at-Turmuzi dari
Sa’id).
Artinya:. . . Bahwa ada suatu ‘azab yang Allah mengutusnya (untuk) menimpa kepada
seseorang yang Ia kehendakinya. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-
orang mukmin. Tidaklah bagi seseorang yang tertimpa tha’un kemudian ia berdiam
diri di wilayahnya itu dengan sabar dan ia menyadari bahwa tha’un itu tidak akan
menimpa kecuali telah ditetapkan Allah, kecuali ia memperoleh pahala bagaikan
orang mati syahid (H.R. al-Bukhari dari ‘Aisyah).
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar
kesehatan, antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup,
jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya
terjangkit penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber
dari hadits-hadits shahih maupun ayat al-Quran.
Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipaharm. berdasarkan rumusan WHO
yaitu: Health is a state of complete physical, mental and social-being, not merely the
absence q; disease on infirmity (Sehat adalah suatu keadaan jasmani rohaniah, dan
sosia yang baik, tidak hanya tidak cacat).
Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu
termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan
psikis (kejiwaan). Pada saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban
keagamannya, berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.
Kesehatan Jasmani
Agar tetap sehat, hal yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama,
disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur,
terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan
mengatur anggota badan.
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk
menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang
halalan dan thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang
dimakannya, seperti ditegaskan dalam ayat: “maka hendaklah manusia itu
memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abasa 80 : 24 )
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua
sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q., s. al-Baqarat (2)1168; al-Maidat
(s):88; al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam
menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga
mengandung nilai kesehatan. Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.
Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di
bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam
larangan membinasakan diri dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau,
mengganggu orang lain dan lingkungan..
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti
melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun
maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi
yang ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa
terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau ‘menggauli’ istrinya,
sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan
bahwa kamu puasa di sz’am? hari dan qiyamul lail dimalam hari, maka aku katakan,
benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah,
bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmujuga
ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui
kegiatan berolahraga. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup
akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan
menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas
dengan baik.
Nabi berkata: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sang gupi” Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah
memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu
Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi)
HUKUM BEROBAT
Para fuqoha’ (ahli fiqih) bersepakat bahwa berobat hukum asalnya dibolehkan[2],
kemudian mereka berbeda pendapat (mengenai hukum berobat, -ed) menjadi beberapa
pendapat yang masyhur
5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya
dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan
madzhab Syafi’iyah.
Daftar Pustaka