Anda di halaman 1dari 42

WRAP UP SKENARIO 2

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS


“WABAH CAMPAK DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN ASMAT, PAPUA”

KELOMPOK B-10

KETUA : Muhammad Lutfi Kurnia (1102015150)


SEKERTARIS : Veranisa Sucia (1102015244)
ANGGOTA : Sandi Rizki Ardianto (1102012260)
Naraswari Ramadhiastuti A. (1102014188)
Nur Hanief (1102015171)
Nur Intan Hasanah Assagaf (1102015172)
Raden Maurizka Chairunnisa (1102015185)
Salma Nara Fadhilla (1102015212)
Siti Jarofiyah (1102015225)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018

0
Skenario
Wabah Campak Dan Gizi Buruk Di Kabupaten Asmat, Papua
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek mengatakan, 71 orang meninggal akibat
wabah campak dan gizi buruk di Kabupten Asmat, Papua. ”Update data, yang meninggal kurang
lebih 71 orang” kata Nila sesuai rapat terbatas mengenai penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB) di Kabupaten Asmat, Papua, di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (31/1/2018). Dari
kejadian ini, pihaknya sudah melakukan imunisasi terhadap sekitar 13.300 anak di Asmat.
Namun, masih ada sejumlah distrik yang belum dapat dijangkau timnya karena kendala geografis
(Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2018/01/31/15410691/menkes-71-orang-meninggal-
dalam-kasus-gizi-buruk-dan-campak-di-asmat).
Sebagian besar orang tua yang anaknya meninggal dan sakit karena terpapar campak dan
gizi buruk tinggal jauh dari pusat kesehatan yang ideal. Dari 71 anak yang meninggal dunia
karena campak dan gizi buruk, 37 diantaranya mereka berasal dari distrik pulau tiga. Untuk
menuju wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Mimika hanya bisa dilalui melalui jalur
sungai menggunakan perahu bermotor. Perjalanan tersebut dapat memakan waktu antara 2-3
jam. Jangkauan ke pusat pengobatan sangat sulit karena masyarakat harus menggunakan jalur
laut dan sungai. Selain permasalahan geografis, ternyata warga suku Asmat biasa mengonsumsi
air sungai untuk kebutuhan makan dan minum sehari hari. Sebagian warga tidak mempunyai
jamban sehingga untuk buang air besar dan kecil biasa mereka lakukan di pekarangan rumah
mereka (sumber : http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42882847. 31 Januari 2018 krisis
kesehatan di masyarakat: ’saya minum air langsung dari sungai’).
Permasalahan gizi pada anak tidak hanya masalah gizi kurang dan buruk saja seperti yang
terjadi di Asmat. Tetapi juga masalah gizi lebih perlu di waspadai. Pertumbuhan obesitas pada
anak di Indonesia meningkat tiga kali lipat. Kajian Global Burden Of Diseases yang
dipublikasikan jurnal ilmiah Lancet pada 2014 menempatkan Indonesia diposisi 10 dalam daftar
negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Penyebab gizi lebih pada anak ada bermacam –
macam. Pada umumnya disebabkan karena pada energy makanan yang berlebih atau karena
pengeluaran energy yang kurang atau keduanya, sebagaimana sering ditemukan pada anak –
anak dalam keluarga dengan social ekonomi baik, serta gaya hidup yang santai (sedentary life
style). Anak dengan status gizi lebih berpotensi mengidap berbagai jenis penyakit setelah dewasa
antara lain diabetes, penyakit jantung dan kanker.

1
Kata Sulit
1. Kejadian Luar Biasa
Status yang ditegakkan Indonesia untuk mengklasifikasikan merebaknya suatu wabah
penyakit. Sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

2. Distrik
Pembagian wilayah administratif di profinsi Papua dan Papua Barat Indonesia dibawah
kabupaten atau kota.

3. Sedentary Life Style


Pola hidup dimana manusia tidak terlibat dalam aktivitas yang cukup seperti pada
umumnya yang dianggap hidup sehat.

2
Brainstorming

1. Apa kriteria KLB untuk campak ?


 Adanya lima atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut – turut yang
terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologi
 KLB campak pasti terdapat 2 spesimen yang positif IgM campak dari hasil
pemeriksaan kasus pada tersangka KLB campak

2. Mengapa bisa terjadi KLB ?


Karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat, sanitasi yang kurang baik, dan
minimnya akepedulian warga.

3. Apa perbedaan KLB dan wabah ?


 KLB : angka kesakitan dan kematian yang meningkat
 Wabah : peningkatan kejadian penyakit menular

4. Bagaimana mengatasi kebiasaan warga BAB dan BAK di pekarangan rumah ?


Pembangunan jamban dan sosialisasi cara sanitasi yang baik ke warga.

5. Apa tindakan puskesmas untuk menanggulangi KLB ?


Dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk mnentukan penanganan KLB.

6. Mengapa timbul masalah gizi buruk serta obesitas ?


 Gizi buruk : karena akses untuk mengantar bahan yang kurang memadai
 Obesitas : makan berlebih tetapi kegiatan sedikit

7. Imunisasi apa yang dilakukan pada saat KLB campak ?


Imunisasi selektif, dan imunisasi campak masal

8. Bagaimana cara mencegah KLB ?


 Dilakukan survey mengenai BB anak dan riwayat imunisasi
 Mencari etiologidan factor resiko seperti kurangnya makanan yang bergizi dan
lingkungan yang kotor
 Lakukan penyuluhan ke masyarakat
 Pencegahan dilakukan dengan cara memberi penyuluhan cara pengololaan air minum
yang bersih serta pembangunan jamban.

9. Kapan status KLB di cabut ?

3
Apabila angka kejadian baru tidak ada dan angka kematian yang menurun dalam kurun
waktu tertentu pada daerah yang terkena KLB

10. Siapa saja yang menangani KLB ?


Puskesmas, rumah sakit, dan dinas kesehatan.

4
Hipotesis

KLB dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat, sanitasi yang
kurang baik, dan minimnya kepedulian warga. KLB ditangani oleh pihak puskesmas,
rumah sakit, dan dinas kesehatan dengan cara dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk
menentukan penanganan KLB. Pencegahan KLB dapat dilakukan dengan cara Dilakukan
survey mengenai BB anak dan riwayat imunisasi, mencari etiologi dan factor resiko
seperti kurangnya makanan yang bergizi dan lingkungan yang kotor, dan lakukan
penyuluhan kepada masyarakat.

5
Sasaran Belajar
1. Memahami dan Menjelaskan Gizi Kurang dan Berlebih pada Anak
2. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Beresiko Pada Kesehatan Anak
3. Memahami dan Menjelaskan KLB (Kejadian Luar Biasa), Wabah, Morbiditas dan
Mortilitas
4. Memahami dan Menjelaskan Care Seeking Behavior dan Aspek Budaya Dalam
Kesehatan
5. Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan dan Medik
6. Memahami dan Menjelaskan Tujuan Syariat Islam dalam Konsep KLB
7. Memahami dan Menjelaskan Hukum Menjaga Kesehatan dan Berobat Dalam Islam

6
1. Memahami dan Menjelaskan Gizi Kurang dan Berlebih pada Anak
Gizi Kurang
a. Masalah Kekurangan Energi Protein (KEP)
Kekurangan energy protein akan berakibat pada mutu kualitas sumber daya
manusia terutama apabila KEP terjadi pada masa pertumbuhan yaitu bayi, balita dan
remaja, oleh karena itu harus ditangani dengan benar dan tepat. Maslaah KEP dapat
diketahui dari rendahnya cadangan lemak dan oto yang tandai dengan balita kurus.
Anak yang kurus menunjukkan bahwa asupan gizi anak rendah, maka anak tidak
mempunyai daya tahan tubuh (antibodi) yang cukup, akibatnya anak mudah sakit. Hal
dapat mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian.
Menurut data Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa sebnayak 17,9% balita di
Indonesia menderita gizi kurang dan gizi buruk. Telat terjadi penurunan kalua
dibandingkan dengan data tahun 1990 yait sebesar 31,0%. Hasil pemantauan status
gizi (PSG) tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah balita yang tergolong sangat
kurus sebesar 7,4%. Walaupun persentase balita kurus ini sudah jauh lebih rendah
dibandingkan beberapa periode yang lalu, tetapi upaya untuk mengurangi balita kurus
harus tetap dilanjutkan.
Disamping itu masalah KEP dapat juga diketahui dari lambatnya pertumbuhan
tinggi badan anak yang tercermin dari tinggi badan. Tinggi badan anak yang tidak
mencapai nilai optimal disebut pendek atau sangat pendek. Nak yang pendek atau
sangat pendek disebabkan oleh asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh
dalam waktu yang relative lama. Anak yang kekurangan asupan gizi sejak lahir sapai
balita dipastikan anak ini mempunyai tinggi badan yang rendah (pendek).
Lambatnya pertumbuhan tinggi badan pada waktu balita atau anak, akan berakibat
pada kecerdasan otak setelah dewasa, orang yang pendek cenderung kurang cerdas.
Orang yang pendek juga sulit untuk mempunyai prestasi yang baik pada bidang
olahraga. Orang orang yang mempunyai prestasi baik di bidang olahraga umumnya
mempunyai tinggi badan yang cukup. Agar seseorang mempunyai tinggi badan yang
baik maka asupan gizi harus diperhatikan sejak dalam kandungan (semasa usia
kehamilan). Pertumbuhan tinggi badan ini terjadi dari usia lahir sampai sekitar 17
tahun untuk perempuan dan sekitar usia 20 tahun untuk laki-laki. Dengan demikian
maka pertumbuhan tinggi badan akan berdampak mutu sumber daya manusia (SDM)
Indonesia.
Saat ini Indonesia dihadapkan pada masalah stunting (pendek) yang tergolong
cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain, dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN pun angka stunting Indonesia masih tergolong paling tinggi. Berdasarkan
hasil penelitian PSG tahun 2016, menunjukkan bahwa jumlah balita yang tergolong
sangat pendek sebesar 8,5%, dan yang tergolong pendek sebesar 19,0%.

7
b. Masalah Anemia Gizi
Anemia adalah kadar hemoglobin darah tidak mencapai batas normal.
Hemoglobin dibentuk dari asupan zat gizi yang dikonsumsi, zat gizi yang
dikonsumsi, zat gizi yang berfungsi untuk membentuk hemoglobin adalah zat besi
(Fe) dan protein. Orang yang kekurangan asupan zat besi dan protein dalam
makanannya akan mempunyai kadar hemoglobin yang rendah (anemia).
Hemoglobin berfungsi sebagai alat transportasi zat gizi dari mulai usus halus
sampai pada sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan zat gizi. Dengan demikian
walaupun kita mempunyai asupan gizi yang cukup, tetapi kalau alat transportasinya
sedikit, maka tetap saja sel-sel jaringan tubuh kita akan mengalami kekurangan
asupan zat gizi. Oleh karea itu fungsi hemoglobin sangat penting dalam memenuhi
asupan gizi tubuh.
Banyak penelitian yang menemukan hubungan yang bermakna antara anemia
dengan tingkat produktivitas kerja, orang yang menderita anemia mempunyai
produktivitas yang rendah. Demikian juga penelitian hubungan anemia dengan
prestasi belajar, siswa yang menderita anemia cenderung mempunyai prestasi belajar
yang rendah. Penelitian yang lain adalah hubungan antara anemia pada ibu hamil
dengan kejadian berat badan bayi rendah (BBLR), ibu hamil yang menderita anemia
beresiko mempunyai bayi dengan BBLR beratnya kurang dari 2500 gr.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa angka penderita anemia masih cukup
tinggi. Data Riskesdas tahun 2013, menunjukkan bahwa anemia gizi besi masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi pada anak balita sebesar
28,1% ibu hamil sebesar 37,1% remaja putri (13-18 tahun) sebesar 22,7% dan wanita
subur (15-49 tahun) sebesar 22,7%. Angka prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil
yang tinggi telah mendekati masalah kesehatan berat (severe public health problem).

c. Masalah Kekurangan Vitamin A


Fungsi utama dari vitamin A adalah sebagai zat untuk menjaga kesahatn mata,
disamping fungsi yang lain diantaranya untuk mengoptimalkan perkambangan janin,
meningkatkan kekebalan tubuh, sebagai antioksidan, sdan lain-lain. Vitamin A yang
diperlukan oleh tubuh adalah dalam bentuk retinol yang terdapat pada hewani (hati,
telur, dll). Sedangakan vitamin yang terdapat pada nabati (buah-buahan dan sayuran)
dalam bentuk beta carotene. Beta carotene ini dalam tubuh akan diuah menjadi
retionol.
Akibat kekurangan vitamin A adalah kerusakan mata yang bisa mengakibatkan
kebutaan. Tanda awal ang muncul dari kekurangan vitamin A adalah rabun senja,
kalua tidak ada upaya intervensi maka akan menjadi serosis konjungtiva, tahap
berikutnya adalah bercak bitot, kemudian berlanjut serosis kornea dan akhirnya

8
menjadi keratomalasea dan akhirnya buta. Seseorang yang mempunyai kadar serum
retinol kurang dari 20mcg/dl mempunyai risiko untuk menderita defisiensi vitamin A.

d. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)


Iodium merupakan salah satu jenis mikro mineral yang sangat penting dibutuhkan
oleh tubuh manusia, meskipun kadarnya dalam tubuh sangat kecil. Jumlahnya di
dalam tubuh hanya berkisar 0,00004% dari berat tubuh atau sekitar 15-23 mg. Seperti
halnya dengan vitamin, iodium juga tidak dapat diproduksi oleh tubuh dana harus
didapatkan dari asupan makanan dan minuman dari luar tubuh.
Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) merupakan masalah gizi yang
dijumpai hampir di seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia. Terlebih lagi di
negara dengan wilayah yang terdri dari dataran tinggi atau pegunungan seperti negara
kita. Akibat yang timbul karena kekurangan iodium bukan hanya dari segi kosmetik
yang ditunjukkan dengan benjolan yang membesar (gondok) tetapi lebih jauh lagi
berdampak pada kualitas SDM seperti IQ yang rendah, produktivitas yang rendah,
bisu, tuli, kretin, cebol, bahkan terlahir cacat baik fisik maupun mental.
Program penanggulangan GAKI sudah berlangsung lama, tetapi masih ditemukan
daerah endemic baru dan masih mulnulnya kretin baru. Berdasarkan hasil pemetaan
GAKI tahun 2003, prevalensi total goiter rate anak sekolah dasar sebesar 11,3%.
Disisi lain, proporsi anak SD dengan kadar ekskresu yodium urin (EYU) 300 ug/l
sehingga beresiko hipertiroid.

Akibat gizi kurang :


i. Pertumbuhan
Akibat kekurangan asupan gizi pada masa pertumbuhan adalah anak tidak dapat
tumbuh optimal dan pembentukan otot terhambatan. Protein berguna sebagai zat
pembangun, akibat kekurangan protein otot menjadi lembek dan rambut mudah
rontok. Anak-anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang status sosial
ekonomi menengah keatas, rata rata mempunyai tinggi badan lebih dari anak-anak
yang berasal dari sosial ekonomi rendah.
ii. Produksi tenaga
Kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga, dapay menyebabkan kekurangan
tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang akan menjadi
malas, merasa lelah, dan produktivitasnya menurun.
iii. Pertahanan tubuh
Protein berguna untuk pembentukan antibody, akibat kekurangan protein sistem
imunitas dan antibodi berkurang, akibatnya anak mudah terserang penyakit seperti
pilek, batuk, diare atau penyakit infeksi yang lebih berat. Daya tahan terhadap

9
tekanan atau stres juga menurun. Menurut WHO, 2002 menyebutkan, bahwa gizi
kurang mempunyai peran sebesar 54% terhadap kematian bayi dan balita. Hal ini
menunjukkan bahwa gizi mempunyai peran yang besar untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan balita.
iv. Struktur dan fungsi otak
Kekurangan gizi pada waktu janin dan usia balita dapat berpengaruh pada
pertumbuhan otak, karena sel-sel otak tidak dapat berkembang. Otak mencapai
pertumbuhan yang optimal pasa usia 2-3 tahun, setelah itu menurun dan selesai
pertumbuhannya pada usia awal remaja. Kekurangan gizi berakibat terganggunya
fungsi otak secara permanen, yang menyebabkan kemampuan berpikir setelah
masuk sekolah pada usia dewasa menjadi berkurang. Sebaliknya, anak yang
gizinya baik pertumbuhan otaknya optimal, setelah memasuki usia dewasa
memiliki kecerdasan yang baik sebagai asset untuk membangun bangsa.
v. Perilaku
Anak-anak yang menderita kekurangan gizi akan memiliki perilaku tidak tenang,
cengeng, dan menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah emosi, dan tersinggung.

Gizi lebih
Kelebihan erat badan dan obesitas merupakan masalah gizi yang harus mendapat
perhatian. Kelebihan berat beresiko menderita berbagai penyakit seperti penyakit jantung,
atherosclerosis, diabetes mellitus, gangguan ortopedi, gangguan pada kesehatan mental,
dan fungsi kognitif. Menurut WHO, terjadi peningkatan prevalensi kegemukan pada anak
dan remaja. Menurut data Riskesdas pada tahun 2010, terjadi peningkatan prevalensi
kegemukan di Indonesia secara nyata terjadi pada balita yaitu dari 12,0% di tahun 2007
menjadi 14,0% di tahun 2010. Prevalensi kegemukan pada anak usia 6 tahun sampai 12
tahun adalah 9,2% pada usia 13-15 tahun sebesar 2,5% dan untuk usia 16-18 tahun
sebesar 1,4% juga ditemukan sebanyak 26,9% dari perempuan dewasa dan 16,3% laki-
laki dewasa berstatus gizi lebih/obesitas. Berdasarkan hasil PSG tahun 2016 menemukan
data bahwa presentase gemuk pada balita sebesar 4,3% sedangkan pada dewasa usia lebih
dari 19 tahun lebih tinggi lagi yaitu sebesar 29,6%.
Berat badan berlebih dan obesitas pada anak atau remaja akan berlanjut menjadi
obesitas di usia dewasa. Kegemukan pada anak juga dapat menurunkan fungsi kognitif,
anak menjadi malas, kurang aktif disebabkan oleh beban tubuh yang besar yang akan
menambah beban kesehatan dan beban ekonomi sosial kedepannya.

Akibat gizi lebih pada tubuh :


i. Asupan gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energy yang
dikonsumsi akann disimpan sebagai cadangan energy tubuh dalam bentuk lemak

10
yang disimpan dibawah kulit. Saat ini jumlah penduduk Indonesia yang
mengalami kegemukan jumlahnya semakin meningkat dibandingkan beberapa
tahun yang lalu
ii. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai penyakit
degenerative seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung coroner, hati, kantong
empedu, kanker, dan lainnya

Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dengan kata lain status gizi merupakan suatu keadaan gizi
seseorang atau keadaan tubuh yang diakibatkan karena konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut.Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan
berlebih.
The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The Nation Institute
of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical Guidelines
for Overweight in Adolescent Preventive Services telah merekomendasikan Body Mass
Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada
anak dan remaja diatas usia 2 tahun
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah perbandingan
antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cara pengukurannya adalah pertama-
tama ukur Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB), selanjutnya dihitung
menggunakan rumus :
BMI = berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)

BMI mempunyai keunggulan utama yaitu dapat menggambarkan lemak tubuh


yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian populasi berskala
besar. Pengukurannya hanya membutuhkan 2 hal yaitu berat badan dan tinggi badan,
yang keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan.
Kelemahan yang terjadi adalah dalam menentukan obesitas. Obesitas adalah kelebihan
lemak tubuh. Kelebihan lemak badan tidak selalu identik dengan kelebihan lemak.
Misalnya pada olahragawan, maka biasanya komposisi lemak tubuhnya relatif rendah
dan komposisi ototnya relatif tinggi, sehingga BMI-nya tinggi dan bukan berarti
obesitas.

11
Z score merupakan indeks antropometri yang digunakan secara internasional
untuk menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang diekspresikan sebagai satuan
standar deviasi (SD) populasi rujukan.
Z score = nilai BMI yang diukur - nilai referensi median
Z score populasi referensi (SD)

Untuk melihat kriteria BMI anak, lihat nilai BMI anak hasil perhitungan pada
diagram BMI for age kemudian sesuaikan dengan nilai Z score sesuai dengan jenis
kelamin dan umur anak (Gambar 1 dan 2). Penjelasan diagram WHO untuk BMI for
age terlihat pada Tabel 1
Tabel 1. Kategori Status Gizi Bedasarkan Z score

Z score Indikator Pertumbuhan


TB/U BB/U BB/TB IMT/U
Sangat Sangat
Di atas 3 Sangat Tinggi Gizi Lebih Gemuk Gemuk
(Obes) (Obes)
Gemuk Gemuk
Di atas 2 (Overweight) (Overweight)
Resiko Resiko
Di atas 1 Gemuk Gemuk
Normal Normal
0 (Angka Normal Normal
Median)

Di bawah -1
Pendek Gizi Kurang Kurus Kurus
Di bawah -2 (Stunded) (Wasted) (Wasted)
Sangat Sangat Kurus Sangat kurus
Di bawah -3 Pendek Gizi Buruk (Severe (Severe
(Severe Wasted) Wasted)

12
Stunded)

13
2. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Beresiko Pada Kesehatan Anak
Penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan berlebih yang berasal dari
jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan
cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai
makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan
mengonsumsi ASI, tetapi menggunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi
porsi yang dibutuhkan bayi atau anak. Akibatnya, anak akan mengalami kelebihan berat
badan saat berusia 4-5 tahun. Hal ini diperparah dengan kebiasaan mengonsumsi makanan
jajanan yang kurang sehat dengan kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan
buah yang cukup sebagai sumber serat. Anak yang berusia 5- 7 tahun merupakan kelompok
yang rentan terhadap gizi lebih. Oleh karena itu, anak dalam rentang usia ini perlu mendapat
perhatian dari sudut perubahan pola makan sehari-hari karena makanan yang biasa
dikonsumsi sejak masa anak akan membentuk pola kebiasaan makan selanjutnya. Faktor lain
penyebab obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun latihan fisik
terstruktur. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak masa anak sampai lansia akan mempengaruhi
kesehatan seumur hidup. Jika obesitas terjadi pada anak sebelum usia 5-7 tahun, maka risiko
obesitas dapat terjadi pada saat tumbuh dewasa.

Tingkat pendidikan keluarga sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan


perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang
untuk menyerap informasi dan menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari,
khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan
wanita mempengaruhi derajat kesehatan. Pendidikan ayah diduga berkaitan dengan tingkat
status ekonomi keluarga karena pendidikan orang tua berhubungan dengan tingkat
pendapatan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap kuantitas
dan kualitas makanan yang dikonsumsi anaknya. Makin tinggi tingkat pendidikan maka
pendapatan pun akan semakin tinggi. Pendapatan keluarga yang tinggi berarti kemudahan
dalam membeli dan mengonsumsi makanan enak dan mahal yang mengandung energi tinggi
seperti fast food.

Perubahan pengetahuan sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya
perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti ke sekolah
dengan naik kendaraan dan kurangnya aktivitas bermain dengan teman serta lingkungan
rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih
senang bermain komputer atau games, menonton televisi atau video dibanding melakukan
aktivitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau
akan berisiko menimbulkan obesitas. Menurut Soekirman (2000), Bannet menemukan bahwa
peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas
konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal. Peningkatan pendapatan berarti
memperbesar kesempatan untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih
baik.

Kebiasaan mengonsumsi camilan biasanya dilakukan saat anak menonton televisi,


bermain game, dan saat belajar. Ketiga kegiatan tersebut merupakan aktivitas fisik yang
sangat rendah, namun dalam waktu bersamaan anak mengonsumsi makanan yang
mengandung cukup banyak energi. Tidak seimbangnya antara konsumsi energi dengan
aktivitas fisik yang dilakukan merupakan salah satu penyebab obesitas pada anak.

Kebiasaan makan yang tergesa-gesa, termasuk kurang mengunyah akan membawa


efek kurang menguntungkan bagi pencernaan dan mengakibatkan cepat merasa lapar
kembali. Rasa lapar yang sering muncul akan berakibat pada konsumsi makan yang tidak
pada waktunya dan berlebihnya asupan makanan. Begitu pula jika frekuensi makan tidak
teratur. Jarak antara dua waktu makan yang terlalu panjang menyebabkan adanya
kecenderungan untuk makan lebih banyak dan melebihi batas.

3. Memahami dan Menjelaskan KLB (Kejadian Luar Biasa), Wabah, Morbiditas dan
Mortilitas

Definisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen
PPM&PLP No.451 I/PD.03.04/1991. Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu
istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah
wabah yang sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering
digunakan akan tetapi sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut
UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu.

Wabah: berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah
tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah

Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :


Wabah harus mencakup:
• Jumlah kasus yang besar.
• Daerah yang luas
• Waktu yang lebih lama.
• Dampak yang timbulkan lebih berat.
Kriteria KLB
KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk
mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen
PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan
Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :
 Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
 Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
 Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
 Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
 Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
 Beberapa penyakit khusus : Kholera, “DHF/DSS”, (a)Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit
yang bersangkutan.
Istilah-istilah yang sering terdapat dalam kejadian luar biasa :
1. OUTBREAK adalah Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit
yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
2. EPIDEMI adalah Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.
3. PANDEMI adalah Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup
wilayah yang luas.
4. ENDEMI adalah Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya
penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

Klasifikasi
Klasifikasi KLB
a. Menurut Penyebab
i. Toksin
• Enterotoxin, misalnya yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, Vibrio,
Cholera, Escherichia, Shigella.
• Eksotoxin (bakteri), misalnya yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens.
• Endotoxin
ii. Infeksi (Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing)
iii. Toksin Biologis (Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-
tumbuhan)
iv. Toksin Kimia
• Zat kimia organik : logam berat (seperti air raksa, timah), logam lain
• Cyanida
• Zat kimia organik : nitrit, pestisida
• Gas-gas beracun : CO, CO2, HCN, dan sebagainya

b. Menurut Sumber KLB


i. Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti :
Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
ii. Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek,
penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
iii. Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,
Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
iv. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.
v. Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
vi. Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
vii. Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
viii. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

c. Menurut Penyakit Wabah


Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah :
• Cholera
• Pes
• Demam kuning
• Demam bolak-balik
• Tifus bercak wabah
• Demam Berdarah Dengue (DBD)
• Campak
• Polio
• Difteri
• Pertusis
• Rabies
• Malaria
• Influenza
• Hepatitis
• Tifus perut
• Meningitis
• Encephalitis
• SARS
• Anthrax

Klasifikasi Wabah :
1. Common Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang
dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif
singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa
pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan
satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya
dalam hitungan jam,tidak ada angka serangan ke dua
2. Propagated/Progresive Epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama
dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi
karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui
vector, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk serta penyebaran anggota masya yang rentan serta morbilitas dari pddk
setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita
dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal abggota masyarakat yang rentan,
lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi
kasus.

Metodologi Penyelidikan KLB


Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga
metoda yang dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al.,
1986; Goodman et al., 1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :
1. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau
retrospektif tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat
merupakan suatu penelitian deskriptif, analitik atau keduanya.
2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),
3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah
sakit, klinik, laboratorium dan lapangan).
4. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu
mencegah meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan
datang (pengendalian), dengan tujuan khusus :
a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi
KLB

Langkah-langkah Penyelidikan KLB


1. Persiapan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan Diagnose Etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8. Mengidentikasi keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada
sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

Persiapan Penelitian Lapangan


Sebelum penyelidikan KLB dilaksanakan perlu adanya persiapan dan rencana kerja.
Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama
sesudah adanya informasi (Kelsey., 1986), Greg (1985) dan Bres (1986) mengatakan
bahwa persiapan penelitian lapangan meliputi :
1. Pemantapan (konfirmasi) informasi.
Informasi awal yang didapat kadang-kadang tidak lengkap, sehingga diperlukan
pemantapan informasi untuk melengkapi informasi awal, yang dilakukan dengan
kontak dengan daerah setempat. Informasi awal yang digunakan sebagai arahan
untuk membuat rencana kerja (plan of action), yang meliputi informasi sebagai
berikut :
a. Asal informasi adanya KLB. Di Indonesia informasi adanya KLB dapat
berasal dari fasilitas kesehatan primer (laporan W1), analisis sistem
kewaspadaan dini di daerah tersebut (laporan W2), hasil laboratorium, laporan
Rumah sakit (Laporan KD-RS) atau masyarakat (Laporan S-0).
b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi gejala klinis,
pemeriksaan yang telah dilakukan untuk menegakan diagnosis dan hasil
pemeriksaannya, komplikasi yang terjadi (misal kematian, kecacatan.
Kelumpuhan dan lainnya).
c. Keadaan geografi dan transportasi yang dapat digunakan di daerah/lokasi
KLB.

2. Pembuatan rencana kerja


Berdasar informasi tersebut disusun rencana penyelidikan (proposal), yang
minimal berisi :
a. Tujuan penyelidikan KLB
b. Definisi kasus awal
c. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), cara dan sumber
penularan
d. Macam dan sumber data yang diperlukan
e. Strategi penemuan kasus
f. Sarana dan tenaga yang diperlukan.

Definisi kasus : definisi kasus sangat berguna untuk arahan pada pencarian kasus
nantinya. Mengingat informasi yang didapat mungkin hanya merupakan persangkaan
penyakit tertentu atau gejala klinis yang ditemui, maka definisi kasus sebaiknya
dibuat longgar, dengan kemungkinan kasus-kasus lain akan masuk. Perbaikan definisi
kasus akan dilakukan setelah pemastian diagnose, pada langkah identifikasi kasus dan
paparan.
Hipotesis awal, hendaknya meliputi penyakit penyebab KLB, sumber dan cara
penularan. Untuk membuat hipotesis awal ini dapat dengan mempelajari gejala klinis,
ciri dan pola epidemiologis penyakit tersangka. Hipotesis awal ini dapat berubah atau
lebih spesifik dan dibuktikan pada waktu penyelidikan (Bres, 1986).
Tujuan penyelidikan KLB selalu dimulai dengan tujuan utama mengadakan
penanggulangan dan pengendalian KLB, dengan beberapa tujuan khusus, di antaranya
:
a. Memastikan diagnosis penyakit
b. Menetapkan KLB
c. Menentukan sumber dan cara penularan
d. Mengetahui keadaan penyebab KLB

Pada penyelidikan KLB diperlukan beberapa tujuan tambahan yang berhubungan


dengan penggunaan hasil penyelidikan. Misalnya untuk mengetahui pelaksanaan
program imunisasi, mengetahui kemampuan sistem surveilans, atau mengetahui
pertanda mikrobiologik yang dapat digunakan (Goodman et al., 1990).
Strategi penemuan kasus, strategi penemuan kasus ini sangat penting kaitannya
dengan pelaksanaan penyelidikan nantinya. Pada penyelidikan KLB pertimbangan
penetapan strategi yang tepat tidak hanya didasarkan pada bagaimana memperoleh
informasi yang akurat, tetapi juga harus dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
a. Sumber daya yang ada (dana, sarana, tenaga)
b. Luas wilayah KLB
c. Asal KLB diketahui
d. Sifat penyakitnya.
Beberapa strategi penemuan kasus yang dapat digunakan pada penyelidikan KLB
dengan beberapa keuntungan dan kelemahannya (Bres, 1986) :
a. Penggunaan data fasilitas kesehatan Cepat Terjadi bias seleksi kasus
b. Kunjungan ke RS atau fasilitas kesehatan Lebih mudah untuk mengetahui kasus
dan kontak Hanya kasus-kasus yang berat
c. Penyebaran kuesioner pada daerah yang terkena Cepat, tidak ada bias menaksir
populasi Kesalahan interpretasi pertanyaan
d. Kunjungan ke tempat yang diduga sebagai sumber penularan Mudah untuk
menge-tahui hubungan kasus dan kontak Terjadi bias seleksi dan keadaan sudah
spesifik
e. Survai masyarakat (survai rumah tanggal, total survai) Dapat dilihat keadaan yang
sebenarnya Memerlukan waktu lama, memerlukan organisasi tim dengan baik
f. Survai pada penderita Jika diketahui kasus dengan pasti Memerlukan waktu lama,
hasil hanya terbatas pada kasus yang diketahui
g. Survai agent dengan isolasi atau serologi Kepastian tinggi, di-gunakan pada
penya-kit dengan carrier Mahal, hanya dilakukan jika pemerik saan lab dapat
dikerjakan
3. Pertemuan dengan pejabat setempat.
Pertemuan dimaksudkan untuk membicarakan rencana dan pelaksanaan
penyelidikan KLB, kelengkapan sarana dan tenaga di daerah, memperoleh izin
dan pengamanan.

Pemastian Diagnosis Penyakit Dan Penetapan KLB


Pemastian Diagnosis Penyakit
Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan mencocokan gejala/tanda
penyakit yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi frekuensi gejala
klinisnya. Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala-gejala
yang ada pada kasus adalah sebagai berikut :
1. Buat daftar gejala yang ada pada kasus
2. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut
3. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya

Penetapan KLB
Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang
tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik), pada
populasi yang dianggap berisiko, pada tempat dan waktu tertentu. Dalam
membandingkan insidensi penyakit berdasarkan waktu harus diingat bahwa beberapa
penyakit dalam keadaan biasa (endemis) dapat bervariasi menurut waktu (pola
temporal penyakit). Penggambaran pola temporal penyakit yang penting untuk
penetapan KLB adalah, pola musiman penyakit (periode 12 bulan) dan
kecenderungan jangka panjang (periode tahunan – pola maksimum dan minimum
penyakit). Dengan demikian untuk melihat kenaikan frekuensi penyakit harus
dibandingkan dengan frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda atau
bulan yang sama tahun berbeda (CDC, 1979).
KLB tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang belum dikenal atau penyakit
yang tidak mendapat perhatian karena dampaknya belum diketahui.
KLB palsu (pesudo-epidemic), terjadi oleh karena :
1. Perubahan cara mendiagnosis penyakit
2. Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut, atau
3. Perubahan organisasi pelayanan kesehatan,
4. Perhatian yang berlebihan.

Untuk mentetapkan KLB dapat dipakai beberapa definisi KLB yang telah disusun
oleh Depkes. Pada penyakit yang endemis, maka cara menentukan KLB bisa
menyusun dengan grafik Pola Maksimum-minimum 5 tahunan atau 3 tahunan.

Deskripsi KLB
 Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB
berlangsung), yang digambarkan dalam suatu kurva epidemik.
Kurva epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus
berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah. Kurva ini
digambarkan dengan axs horizontal adalah saat mulainya sakit dan sebagai axis
vertikal adalah jumlah kasus.
Kurva epidemik dapat digunakan untuk tujuan :
a. Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit dengan
melihat tipe kurva epidemik tersebut (common source atau propagated).
b. Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal (index case).
Dengan cara menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata atau masa
inkubasi maksimum dan minimum.
 Deskripsi Kasus Berdasarkan Tempat
Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan
petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat
pekerjaan). Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber
penularan. Agar tujuan tercapai, maka kasus dapat dikelompokan menurut daerah
variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus), tempat pekerjaan, tempat
(lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan
(kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau
melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980).
 Deskripsi KLB Berdasarkan Orang
Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan
atau etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis
kelamin, ras, status kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan
setempat. Pada tahap dini kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini
tampak jelas. Keadaan ini memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau
beberapa variabel di atas. Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu
dikerjakan, karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya penyakit.
Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai
penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk menentukan sumber
penyakit

Pencegahan terjadinya wabah/KLB


a. Pencegahan tingkat pertama
 Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin dengan
cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan
mikroorganisme penyebab penyakit dan menghilangkan sumner penularan.
 Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti
peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan lingkungan biologis
seperti pemberntasan serangga dan binatang pengerat serta peningkatan
lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga.
 Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status gizi,kualitas
hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan status psikologis.
b. Pencegahan tingkat kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas)
dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah meluasnya
penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera mencegah
proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.
c. Pencegahan tingkat ketiga
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau
kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau
mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.
d. Strategi pencegahan penyakit
Dilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat,
perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan serta
rehabilitasi lingkungan.

Prosedur Penanggulangan KLB


1.   Masa pra KLB
Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan
melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan
langkah-langkh lainnya : 
a. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik. 
b. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
c. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat 
d. Memperbaiki kerja laboratorium
e. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain

Tim Gerak Cepat (TGC)


Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan
penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau
data penyelidikan epideomologis. Tugas /kegiatan :
a. Pengamatan : Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.
Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota
keluarga
Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga tercemari
dan sebagai sumber penularan.

b. Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi


penyebarannya
Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita yang
ditemukan di lapangan.
c. Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga
d. Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara penanggulangan secara
lengkap.

2.  Pembentukan Pusat Rehidrasi


Untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan.
Tugas pusat rehidrasi :
a. Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung.
b. Melakukan pencatatan nama , umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala
diagnosa dsb.
c. Memberikan data penderita ke Petugas TGC
d. Mengatur logistik
e. Mengambil usap dubur penderita sebelum diterapi.
f. Penyuluhan bagi penderita dan keluarga 
g. Menjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber penularan (lisolisasi).
h. Membuat laporan harian, mingguan penderita diare yang dirawat.(yang
diinfus, tdk diinfus, rawat jalan, obat yang digunakan dsb.

Faktor penyebab KLB


Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah
Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan
yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini
dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat
kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan
herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi
tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit. 
Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd immunity
meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu jumlah
penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan wabah
penyakit tersebut datang kembali, demikianlah seterusnya.
Kekebalan Kelompok (Herd Immunity) Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan
suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur
penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu
anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
 Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent
penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh
agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama
absen dalam populasi tersebut.
 Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup
dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka
terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS

INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan
pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang
ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut
Periode Prevalence Rate.
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit
dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu

PENGUKURAN MORTALITY RATE

CRUDE DEATH RATE


CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun

SPECIFIC DEATH RATE


SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun

CASE FATALITY RATE


CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut

MATERNAL MORTALITY RATE


MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran
hidup

INFANT MORTALITY RATE


IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per
1000 kelahiran hidup

NEONATAL MORTALITY RATE


NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur
< 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup

PERINATAL MORTALITY RATE


PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28
minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup

4. Memahami dan Menjelaskan Care Seeking Behavior dan Aspek Budaya Dalam
Kesehatan
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih
dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta
penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada
golongan wanita.
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang
kurang menunjang dalam bidang kesehatan.
4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang
kesehatan.Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial
budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah
faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran
dan homoseksual.

Komunikasi
Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatab. Karena komunikasie
merupakan kegiatan untuk mgnondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya
pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi,
kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya,
mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka
diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk
berkomunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi,
termasuk media komunikasinya.

Pola Pikir
Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau
perilaku pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat
dalam menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan.
 Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit.
Orang yang mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung
untuk memilih pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan mencari
obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit mereka serius,
biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih
datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap
penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru
memilih pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.
 Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional.
Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk
dijangkau, mahal dan tidak efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan
pengobatan alternatif. Pada penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif
seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok, tampaknya kebanyakan
mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah sia-sia.
Kebiasaan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Bentuk dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif
merupakan respon internal dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan
perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain. Masyarakat memiliki beberapa macam
perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi dua, yaitu
perilaku sehat dan perilaku sakit :
 Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan
kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam
mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah,
atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara
lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan
menggosok gigi sebelum tidur.
 Perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah
terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan
kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan
yang diambil seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh
kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah
sakit.

Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan menjadi tiga, yaitu:
 Perilaku kesehatan
Hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah
penyakit.
 Perilaku sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa
sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh : pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
 Perilaku peran sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
untuk memperoleh kesehatan.

Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat :
 Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah
sakit. Ini adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif
dan rehabilitatif.
 Paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif,
berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah
dibandingkan pengobatan.

Penanggulangan
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang
dengan adanya penelitian-peneliatian sosial budaya masyarakat, persepsi dan perilaku
masyarakat tersebut terhadap sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih
mempunyai persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita dapat
melakukan pembetulan konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang kita berikan akan diterima oleh
masyarakat.

Dampak
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well
being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat
dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan
budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang
berbeda di kalangan pasien.

PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT


Prinsip pendidikan kesehatan masyarakat
a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi
pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan
b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada
orang lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat
mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar
individu keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah
lakunya sendiri.
d. Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan
( individu),keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.


Dimensi sasaran
 Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
 Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu
 Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
Dimensi tempat pelaksanaan
 Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
 Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar
 Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat
atau pekerja
Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan
 Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ;
Peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan sebagainya
 Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection) missal :
imunisasi
 Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnostic
and promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat
menghindari dari resiko kecacatan
 Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan kondisi
cacat melalui latihan latihan tertentu

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT


a. Metode pendidikan individual ( perorangan)
 Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara
klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien
dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan
dengan sukarela dan bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut ( mengubah prilaku)
 Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan dan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubhan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pngertian dan kesadara yang kuat apabila belum
maka peru penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b. Metode pendidikan kelompok
 Kelompok Besar : Ceramah, seminar
 Kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola
salju ( snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan
( role play), Permainan simulasi ( simulation game ).
c. Metode pendidikan massa
 Ceramah umum ( public speaking)
 Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan
massa
 Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio
 Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya
jawab / konsultasi tentang kesehatan
 Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster
d. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat
 Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam
menyampaikan bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu
pendidikan : - Alat bantu lihat ( visual body) seperti Slide , film,
film strip
 Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara
 Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi

e. Media Pendidikan Kesehatan


Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio
visual aids) disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat
saluran ( channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat alat tersebut
digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan pesan kesehatan bagi
masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan pesa
kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak , elektronik. Media papan
( billboard)

5. Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan dan Medik


Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu
kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal,
kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.

Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama
ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi
manapun agar daoat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui
peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah
mereka berada. (Depkes RI, 2006)
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.

 Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di


dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk
 Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan Medik dan


rujukan Kesehatan.

 Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya


penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus)
ke rumah sakit umum daerah.
 Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok
gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi
puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Jenis rujukan 
Secara konsepsional meliputi:

1. Rujukan Medik:
 Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan 
operatif dan lain-lain 
 Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
 Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan:
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
 Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau
berjangkitnya penyakit menular
 Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
 Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan
bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal 
 Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas
terjadinya bencana alam
 Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air
bersih bagi masyarakat umum
 Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya. 

Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan 

a. Umum:
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu
pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara
berdaya guna dan beerhasil guna 
b. Khusus:
 Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna
 Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan
promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.

Jalur Rujukan berlangsung sebagai berikut:

a. Intern antar petugas Puskesmas


b. Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas
c. Antara masyarakat dengan Puskesmas 
d. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain
e. Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya 
f. Upaya kesehatan Rujukan 
Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan:

a. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari


Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dari masyarakat
b. Mengadakan ”Pusat Rujukan Antara” dengan mengadakan ruangan tambahan
untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat pada lokasi yang strategis
c. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan dengan
perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan kesehatan
d. Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan
roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio komunikasi 
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi sistem rujukan,
baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan 
f. Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan 

Keuntungan sistem rujukan

1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa


pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologi member rasa
aman pada pasien dan keluarganya
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan
petugas daerah makin meningkat sehingga semakin banyak kasus yang dapat dikelola
di daerah masing-masing.
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.

6. Memahami dan Menjelaskan Tujuan Syariat Islam dalam Konsep KLB

Tha’un disadari sebagai wabah yang menggelisahkan masyarakat Rasulullah


saw ketika itu. Jika suatu wabah berjangkit dalam suatu wilayah, maka kebijakan
Nabi adalah melakukan isolasi, yaitu orang luar tidak boleh masuk ke wilayah
epidemi dan sebaliknya orang yang berada di wilayah itu tidak boleh keluar ke daerah
lain. Demikian sabda Nabi Muhammad saw.:
‫ذى عن‬TT‫ا (رواه الترم‬TT‫وا منه‬TT‫ا فال تخرج‬TT‫ا ر ض وانتم به‬TT‫ااذا سمعتم با لطاعون با رض فال تد خلوا ها واذا وقع ب‬
)‫سعيد‬

Artinya; Jika kamu mendengar tentang tha’un di suatu tempat, maka janganlah kamu
memasukinya (tempat itu). Apa bila kamu  (terlanjur) berada di tempat yang terkena
wabah itu, maka janganlah kamu keluar darinya (tempat itu) (H.R. at-Turmuzi dari
Sa’id).

Pernah di suatu saat daerah luar Madinah terjangkit wabah tha’un (pes,


sampar, atau penyakit sejenisnya) dan al-masih (sejenis kuman  yang mengelupaskan
kulit  – mungkin seperti wabah gudik, bengkoyok, atau secara umum penyakit kulit).
Rasulullah melarang siapa pun yang terkena kedua jenis penyakit itu (tha’un dan al-
masih) masuk ke kota Madinah. Demikian sabda Nabi: . . . la yadkhulu al-Madinata
al-masihu wala ath-tha’un  ( . . . Tidak boleh masuk ke Madinah bagi yang terjangkit
oleh al-masih dan tha’un  – H.R.al-Bukhari dari Abu Hurairah) 
 Tha’un Sebagai Kotoran (ar-Rijsu) Sekaligus Rahmat
Dalam hadis yang panjang, Rasulullah mengatakan: . ath-tha’un rijsun ..
(. . .tha’un itu adalah kotoran . . . H.R. al-Bukhari dari Usamah bin Zaid) dan
berfungsi sebagai siksa atau penyakit (‘azab). Beliau bersabda:
- – - ‫ون فيمكث فى‬T‫ع الطع‬T‫د يق‬T‫انه كا ن عذ ا با يبعثه هللا على من يشاء فجعله هللا رحمة للمؤمنين فليس من عب‬
)‫ عن عائشه‬ ‫بلده صا برا يعلم انه لم يصيبه اال ما كتب هللا له اال كا ن مثل اجر االشهيد (رواه البخارى‬

Artinya:. . . Bahwa ada suatu ‘azab yang Allah mengutusnya (untuk) menimpa kepada
seseorang yang Ia kehendakinya. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-
orang mukmin. Tidaklah bagi seseorang yang tertimpa tha’un kemudian ia berdiam
diri di wilayahnya itu dengan sabar dan ia menyadari bahwa tha’un itu tidak akan
menimpa kecuali telah ditetapkan Allah, kecuali ia memperoleh pahala bagaikan
orang mati syahid (H.R. al-Bukhari dari ‘Aisyah).

  Dalam hadis tersebut dijelaskan bahawa (l) penduduk yang wilayahnya


terkena wabah dan tidak boleh keluar dari wilayah itu supaya mereka bersabar.
Penyakit itu tidak akan menular kepada orang kecuali atas kehendak Allah. Pahala
orang yang sabar (tidak keluar dari wilayahnya) memperoleh pahala sepadan orang
mati syahid, (2) Perwujudan rahmat dalam kasus ini adalah bersabar. Orang sabar
berada dalam lindungan Allah (inna-llaha ma’a ash-shabirin) 

Pemerintahan Umar dan Wabah Tha’un


Pada waktu pemerintahan Umar bin Khatab terjadi wabah di Syam (sekarang Suriah).
Pada saat itu sedang terjadi peperangan antara pasukan Islam melawan pasukan
Byzantium di Suriah. Kasus ini (wabah) didiskusikan berulang-ulang dengan para
pemimpin negara maupun para ulama. Kesimpulan akhir dari diskusi itu adalah: (1)
Para prajurit yang belum berangkat ke Syam supaya diurungkan tidak jadi berangkat
ke medan  perang, (2) Bagi yang sudah berada di medang perang (di Syam) tidak
boleh mundur atau kembali ke Madinah, (3) Dasar kesimpulan ini adalah menghindari
takdir (tertular wabah)  dan mencari takldir (keselamatan dengan menjauh dari wabah
– H.R. al-Bukhari,VII [t.th.]:20-21).

7. Memahami dan Menjelaskan Hukum Menjaga Kesehatan dan Berobat Dalam


Islam

Anjuran Menjaga Kesehatan


Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam
doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian
aku menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan
kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: “Wahai
Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan
akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar)

Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar
kesehatan, antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup,
jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya
terjangkit penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber
dari hadits-hadits shahih maupun ayat al-Quran.

Nilai Sehat dalam Ajaran Islam

Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipaharm. berdasarkan rumusan WHO
yaitu: Health is a state of complete physical, mental and social-being, not merely the
absence q; disease on infirmity (Sehat adalah suatu keadaan jasmani rohaniah, dan
sosia yang baik, tidak hanya tidak cacat).

Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu
termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan
psikis (kejiwaan). Pada saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban
keagamannya, berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.

Kesehatan Jasmani

Agar tetap sehat, hal yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama,
disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur,
terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan
mengatur anggota badan.

Pertama; Mengatur Pola Makan dan Minum

Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk
menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang
halalan dan thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang
dimakannya, seperti ditegaskan dalam ayat: “maka hendaklah manusia itu
memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abasa 80 : 24 )
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua
sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q., s. al-Baqarat (2)1168; al-Maidat
(s):88; al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),

Kedua; Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat

Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam
menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga
mengandung nilai kesehatan. Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.

Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di
bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam
larangan membinasakan diri dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau,
mengganggu orang lain dan lingkungan..

Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti
melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun
maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi
yang ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa
terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau ‘menggauli’ istrinya,
sebagaimana disebutkan dalam hadits:

“Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan
bahwa kamu puasa di sz’am? hari dan qiyamul lail dimalam hari, maka aku katakan,
benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah,
bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmujuga
ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).

Ketiga; Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan

Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui
kegiatan berolahraga. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup
akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan
menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas
dengan baik.

Nabi berkata: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sang gupi” Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah
memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu
Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi)

Keempat; Anjuran Menjaga Kebersihan


Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam
Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk
qurbat, bagian dari ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi
bersabda: “Dari ‘Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: “Kunci shalat adalah bersuci”
(HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi)

‘Abd al-Mun’im Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya


kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian
lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu
yang dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani
meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.

HUKUM BEROBAT

Para fuqoha’ (ahli fiqih) bersepakat bahwa berobat hukum asalnya dibolehkan[2],
kemudian mereka berbeda pendapat (mengenai hukum berobat, -ed) menjadi beberapa
pendapat yang masyhur

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan


adanya perintah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berobat dan asal
hukum perintah adalah wajib[4], ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah,
Madzhab Syafi’iyah, dan madzhab Hanabilah.

2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits
yang lain Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan bersabar[6], dan ini
adalah madzhab Syafi’iyah.

3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat


keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi
boleh memilih, (ini adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab
Malikiyah)[8].

4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan


sakitnya[9], Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu
Mas’ud, Abu Darda radhiyallahu ‘anhum, dan sebagian para Tabi’in.

5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya
dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan
madzhab Syafi’iyah.
Daftar Pustaka

Ahmad, Jurnal. 2013. Konsep Kesehatan dalam Islam.


http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/(21 Mei
2013)
http://www.depkes.go.id
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20001%20ttg%20Sistem
%20Rujukan%20Pelayanan%20Kesehatan%20Perorangan.pdf
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :
EGC
Tamher dan Noorsiani. 2008. Flu Burung : Aspek Klinis dan Epidemiologis . Jakarta :
Salemba Medika
Trihono. 2010. Arrimes : Manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta : Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai