Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

“ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF DAN TERMINAL DITINJAU DARI


ASPEK BUDAYA”

Dosen Pembimbing : Ns. Aisyah, M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 1

Kelas 5A

 Aji Mardiyansyah ( 2018720001 )


 Adinda Nurul Ridhah M ( 2018720002 )
 Alya Nurhali ( 2018720003 )
 Annida Luthfi Istiqamah ( 2018720005 )
 Biah Pebriani ( 2018720008 )
 Dewi Amanda Putri ( 2018720011 )
 Dwi Nur Luthfiyah ( 2018720012 )
 Erika Lianty Mayadi ( 2018720013 )
 Feti Nurhamibah ( 2018720014 )
 Fiki Febrianto ( 2018720015 )
 Firyal Alsyah Nabilla ( 2018720016 )
 Fitri Handayani ( 2018720017 )

S1 REGULER ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


2020

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan menjelang ajal dan Paliatif dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PALIATIF DAN TERMINAL DITINJAU DARI ASPEK BUDAYA”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari teman-
teman, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 14 November 2020

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................4

A. Latar belakang ........................................................................................................4


B. Rumusan masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................6

A. Pengertian Aspek Budaya ......................................................................................6


B. Pengertian Paliatif....................................................................................................6
C. Kajian sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif ..................................................6
D. Tujuan Aspek Budaya Paliatif Care........................................................................6
E. Indikator Terpenuhinya Aspek Budaya...................................................................7
F. Masalah Budaya......................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN KASUS ...................................................................................8

A. Kasus.......................................................................................................................8
B. Pengkajian ..............................................................................................................8
C. Analisa Data............................................................................................................9
D. Diagnosa Keperawatan............................................................................................10
E. Intervensi Keperawatan...........................................................................................10

BAB IV PENUTUP............................................................................................................15

A. Kesimpulan..............................................................................................................15
B. Saran .......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan
manusia kepada generasi berikutnya. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi
dan karyanya. Sehingga dari budaya tersebut jika dilanggar dipercaya dapat
memberikan mala petaka bagi orang yang melanggar aturan dan nilai-nilai budaya.
Terdapat banyak daerah di Indonesia yang masi sangat kental unsur
budayanya, mereka masih menjalankan kebiasaan-kebiasaannya. Setiap daerah
memiliki ciri khas budayanya masing-masing. Begitu juga pada daerah Bali, Bali
memiliki kebiasaan, budaya dan ciri khasnya sendiri, Masyarakat Bali hingga kini
masih mempertahankan nilai-nilai dan kepercayaan yang diturunkan oleh nenek
moyang mereka.
Dalam bidang kesehatan masyarakat Bali mengenal bidang penyembuhan
sebagai Usadha Bali, dimana Balian sebagai dokternya. Usadha disini merupakan
semua tata cara untuk penyembuhan penyakit, cara pengobatan, pencegahan,
memperkirakan jenis penyakit dan diagnosa, perjalanan penyakit dan pemulihannya.
Balian usadha adalah seseorang yang sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik
melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar sendiri melalui lontar
usadha. Balian ini tidak terbatas pada pengobatan dengan ramuan obat, tetapi
termasuk balian lung (patah tulang), uut, manak (melahirkan), dan sebagainya. Seperti
halnya seorang dokter dalam dunia medis, saat tamat pendidikan dokter harus
disumpah. Balian pun sama setelah mempelajari harus melakukan upacara aguru
waktra. Sehingga jika kalian melanggar dipercaya akan menerima hukuman secara
niskala dan hidupnya akan sengsara sampai keturunannya.
Dalam bidang kesehatan masyarakat Bali mengenal bidang penyembuhan
sebagai Usadha Bali, dimana Balian sebagai dokternya. Usadha disini merupakan
semua tata cara untuk penyembuhan penyakit, cara pengobatan, pencegahan,
memperkirakan jenis penyakit dan diagnosa, perjalanan penyakit dan pemulihannya.
Balian usadha adalah seseorang yang sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik

4
melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar sendiri melalui lontar
usadha. Balian ini tidak terbatas pada pengobatan dengan ramuan obat, tetapi
termaksut balian lung(patah tulang), uut, manak(melahirkan), dan sebaginya. Seperti
halnya seorang dokter dalam dunia medis, saat tamat pendidikan dokter harus
disumpah. Balian pun sama setelah mempelajari harus melakukan upacara agung
waktra. Sehingga jika kalian melanggar dipercaya akan menerima hukuman secara
niskala dan hidupnya akan sengsara sampai keturunan nya.

B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Aspek Budaya?
b. Pengertian Paliatif?
c. Bagaimana Kajian sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif?
d. Apa Tujuan Aspek Budaya Paliatif Care?
e. Apa saja Indikator Terpenuhinya Aspek Budaya?
f. Apa itu Masalah Budaya?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian Aspek Budaya
b. Untuk mengetahui Pengertian Paliatif
c. Untuk mengetahui Bagaimana Kajian sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif
d. Untuk mengetahui Apa Tujuan Aspek Budaya Paliatif Care
e. Untuk mengetahui Apa saja Indikator Terpenuhinya Aspek Budaya
f. Untuk mengetahui Apa itu Masalah Budaya

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aspek Budaya


Culture aspect of care merupakan cara yang dilakukan menilai budaya dalam
proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan prefensi pasien atau keluarga,
memahami bahasa yag digunakan serta ritual-ritual budaya yang dianut pasien dan
keluarga.

B. Pengertian palliative

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas


hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya
baik gisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization (WHO) 2016).

C. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif


Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat dalah
perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya faktor sosial budaya, bila faktor
tesebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat
ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk
dilakukan.
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan
diperlukan yang menandai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga
dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kulaitas hidup pasien dan
keluarga dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
mengancam kehidupan.

6
D. Tujuan Aspek Budaya Palliative Care
Perawatan paliatif melalui pedekatan budaya yang terbukti mampu
meningkatakn kualitas asuhan keperawatan kepada pasien. Pendekatan budaya
dilakukan dengan menerapkan nilai ajaran jawa yaitu Temen, Nrima, Sabar, Rila
(Trisna).
Dari penelitian yang dilakukan pada 136 pasien kanker serviks RS. Doktor
Muwardi Sukarta diketahui bahwa pemberian pelatihan asuhan keperawatan paliatif
Trisna efektif meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks.
Pelatihan tersebut bahkan secara efektif dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Model asuhan keperawatan paliatif Trisna ini lebih efektif dalam
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien kanker seviks
dibandingkan perawat yang tidak diberikan pelatihan model ini.
Model asuhan keperawatan terbukti lebih efektif meningkatkan kepuasan
pasien. Melalui model asuhan keperawatan ini pasien dibantu mencegah penyakit dan
meringankan penderitaan lewat identifikasi dini. Selain itu dengan penilaian yang
tertib serta penanganan nyeri dan masalah lainnya baik fisik, psikososial, maupun
spiritual melalui pendekatan nilai-nili budaya Jawa.

E. Indikator Terpenuhinya Aspek Budaya


Ada tiga indikator yang ditawarkan dalam aspek budaya keperawatan yaitu
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan, mengakomondasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.

F. Masalah Budaya
Budaya adalah istilah yang menggabungkan konsep ras, etnis, agama, bahasa,
asal kebangsaan, dan faktor lainnya. Ras dan etnisa bisa di pertukarkan sebagai
variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi budaya. Menurut Johnson,
Kuchihatla dan Tulsky, etnisitas adalah pembuat kepercayaan budaya dan nilai-nilai
yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan diakhir kehidupan. Pengetahuan
dan kesadaran akan nilai-nilai budaya, sikap, dan perilaku dapat membantu praktisi
menghindari stereotip dan bias, sementara menciptakan interaktif positif dengan

7
pasien yang mengarah pada hasil pasien yang lebih baik dibandngkan ketika penyedia
kurang sadar budaya.
Dalam kelompok budaya, kesehatan didefinisikan untuk para anggotanya,.
Metode adalah diresepkan untuk menjaga kesehatan, serta untuk menangani penyakit
dan kematian. Nilai-nilai bersama, tradisi, norma, adat, pengalaman hidup dan peran
institusi (yaitu perkawinan, agama dan keluarga) dari sekelompokm orang yang
menentukan bagaimana seseorang akan berinteraksi dengan penyedia layanan.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Seorang laki-laki, usia 58 tahun pingsan dikantor saat memimpin rapat dan
dibawa ke rumah sakit dengan ambulance. Hasil Ct.Scan, pasien mengalami
pendarahan sub arachnoid yang membuatnya tidak sadarkan diri. Dokter neurolog
yang menangani pasien ini sejak awal, menginformasikan kepada keluarga, bahwa
pasien mengalami pendarahan yang cukup luas dan tidak dapat dilakukan operasi,
karena sulitnya area pendarahan yang terjadi. Dokter akan melaporkan hasil evaluasi
kondisi pasien dalam 3-4 hari untuk menentukan prognosis yang lebih tepat. Saat ini
pasien di rawat di ICU, dengan bantuan ventilator.
Klien merupakan tulang punggung kehidupan keluarganya, dan sangat aktif
bersosialisasi dimasyarakat. Keluarga belum siap menerima jika kondisi klien terus
mengalamai perburukan, karena 3 anaknya yang masih membutuhkan biaya untuk
sekolah, sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Keluarga
berharap kondisi klien berangsur membaik, walau dokter mengatakan bahwa akan
sulit kembali kepada kondisi normal. Keluarga pasien tidak percaya bahwa pasien
terkena penyakit tersebut, keluarga percaya bahwa pasien kena guna guna karena ada
yang tidak senang dengan jabatan pasien saat ini.
Sejak menikah Tn. X tinggal di Barito Raya-kalimantan keturunan suku
Bakumpai merupakan Sub suku dayak. Setelah mendapatkan pekerjaan Tn. X
memilih untuk merantau ke Jakarta agar tidak jauh dari kantornya, tetapi istri dan
anak-anaknya lebih memilih tinggal di Barito. Keluarga Tn. X menggunakan daun
sawang untuk diusapkan dan di urutkan ke sekujur tubuh Tn. A, mereka percaya daun
sawang dapat mengeluarkan benda-benda dan roh jahat yang bersemayam dalam
tubuh Tn. X. Klien dan keluarga percaya bahwa sakit yang didapat dan tidak bisa
sembuh merupakan hukuman para dewa. Keluarga Tn. X juga membaca mantra tiap
pagi kepada Tn. A dan meletakkan beberapa sesajen di dekat tempat tidur Tn. X

9
seperti kemenyam, minyak ikan, mayang pinang, beras kuning, kelapa tua, kelapa
muda, banyu gula, serta piduduk (beras, gula merah, telur ayam, dan kelapa). Mereka
percaya sesajen ini di sukai oleh dewa kemudian mempercepat penyembuhan
penyakit. Keluarga Tn. A menggunakan fasilitas perahu kayu untuk menyeberangi
desa kemudian menggunakan transportasi darat untuk sampai ke RS.
• Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat dan kadang juga
menggunakan bahasa Indonesia
• Keluarga klien kurang meyakini tindakan kesehatan yang diberikan
kepada klien yang tidak sesuai dengan keyakinannya
Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital maka di dapat hasil TD :
90/50 mmHg, N:72x/menit, P : 20 x/menit, dan S : 38°C.

B. Pengkajian
I. IDENTITAS
Nama : Tn. X
Usia : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Cempaka putih tengah Rt.001/ Rw.013 no.7
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Status : Menikah
Pendidikan : Sarjana
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : klien mengalami pendarahan sub arachnoid yang
membuatnya tidak sadarkan diri

b. Riwayat penyakit sekarang : klien pingsan saat rapat dikantor. Hasil CT


scan, klien mengalami pendarahan sub arachnoid .

c. Riwayat penyakit seblumnya : -

C. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Problem

10
.
1. - Ds: keluarga klien mengatakan klien Edema serebral Penurunan kapasitas
pingsan di kantor adaptif intrakranial
- Do :
1. Klien mengalami pendarahan dan sulit
dilakukan operasi
2. Dokter neurolog yang menangani
pasien ini sejak awal,
menginformasikan kepada keluarga,
bahwa pasien mengalami pendarahan
yang cukup luas dan tidak dapat
dilakukan operasi, karena sulitnya area
pendarahan yang terjadi
3. Hasil Ct.Scan, pasien mengalami
pendarahan sub arachnoid yang
membuatnya tidak sadarkan diri
2. - Ds: Krisis perkembangan Penurunan koping
1. keluarga berharap kondisi klien yang dihadapi orang keluarga
berangsur membaik terdekat
2. Keluarga belum siap menerima karena
3 anaknya masih membutuhkan biaya

- Do :
1. Dokter mengatakan sulit kembali
kepada kondisi normal
2. Saat ini klien dirawat di ICU dengan
ventilator.
3. Ds: Perjalanan penyakit Resiko
1. Keluarga berharap kondisi klien yang berlangsung Ketidakberdayaan
berangsur membaik, walau dokter lama atau tidak dapat
mengatakan bahwa akan sulit kembali diprediksi
kepada kondisi normal.

Do:

11
1. Dokter akan melaporkan hasil evaluasi
kondisi pasien dalam 3-4 hari.
2. Kondisi pasien saat ini sulit untuk
dilakukan operasi.
3. Pasien tidak sadarkan diri.

D. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan koping keluarga dengan transisi krisis situsional berhubungan dengan
Ketidakpastian Hasil.
b. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d Edema serebral.
c. Resiko ketidakberdayaan b.d perjalanan penyakit yang berlangsung lama atau
tidak dapat diprediksi.

E. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Dan Kriteria


Keperawatan Hasil Aktivitas
1. Penurunan koping Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keluarga dengan selama 1x 24 jam. - Identifikasi respons emosional terhadap
transisi krisis Diharapkan klien kondisi saat ini
situsional Mempertahankan tingkat - Identifikasi beban prognosis secara
berhubungan kesadaran biasa atau psikologis
dengan Ketidak perbaikan, kognisi dan - Identifikasi dampak situasi terhadap peran
pastian Hasil fungsi motorik/sensorik dan hubungan
dengan kriteria hasil : - Identifikasi metode penyelesaian masalah.
- Keluarga dapat
mengontrol emosional. Terapeutik :
- Keluarga dapat - Dengarkan masalah, perasaan,dan
menyelesaikan masalah pertanyaan keluarga.
dengan baik. - Fasilitasi pengungkapan perasaan antara
- Keluarga dapat pasien dan keluarga atau antar anggota
berkomunikasi secara keluarga
terbuka. - Fasilitasi mengekspresikan perasaan
- Keluarga dapat dengan cara yang tidak destruktif

12
mengungkapkan - Fasilitasi keterampilan koping untuk
perasaan. menyelesaikan masalah.
- Rencanakan penggunaan keterampilan
koping adaptif untuk menghadapi situasi
krisis selanjutnya.

Edukasi :
- Jelaskan kemampuan yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan krisis
- Jelaskan tindakan alternatif untuk
menyelesaikan krisis.
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual.
- Anjurkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
2. Penurunan Tujuan: Setelah Observasi :
kapasitas adaptif dilaksankan tindakan - Identifikasi penyebab peningkatan TIK
intrakranial b.d keperawatan selama …x24 - Monitor penurunan tingkat kesadaran.
Edema serebral jam di dapatkan pasien - Monitor efek stimulus lingkungan
dengan Kriteria hasil : terhadap TIK
- Tidak ada lagi tanda dan - Monitor tekanan perfusi serebral
gejala yang menunjukan - Monitor perlambatan respon pupil
peningkatan TIK - Identifikasi monitor tanda dan gejela
- Kesadaran pasien edema serebral.
kembali normal.
- Perdarahan berkurang.
Terapeutik :
- Pertahankan bed rest selama perdarahan.
- Batasi tindakan invasif jika perlu.
- Menggunakan kasur pencegahan
dekubitus.
- Fasilitasi mengidentifikasi masalah
spiritual.
- Sediakan lingkungan yang tenang untuk
refleksi diri.

13
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang.

Edukasi :
- Anjurkan membuat komitmen spiritual
berdasarkan keyakinan dan nilai.

Kolaborasi :
- Rujuk pada pemuka agama atau
kelompok agama jika perlu.
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
pendarahan.
- Kolaborasi pemberian produk darah.
3. Resiko Tujuan: Setelah Observasi :
ketidakberdayaan dilaksankan tindakan - Identifikasi harapan pasien dan keluarga
b.d perjalanan keperawatan selama …x24 dalam pencapaian hidup.
penyakit yang jam di dapatkan pasien - Identifikasi keluarga tentang pemahaman
berlangsung lama dengan Kriteria hasil : proses penyakit.
atau tidak dapat - Keluarga mampu - Identifikasi keluarga mengenai metode
diprediksi berpartisipasi dalam penyelesaian masalah.
pengambilan keputusan.
- Keluarga mampu Terapeutik :
berpikir positif tentang - Sadarkan keluarga bahwa kondisi yang
pencapaian hidup. dialami pasien memiliki nilai penting.
- Berikan kesempatan kepada keluarga
terlibat dengan dukungan kelompok.
- Kembangakan rencana keperawatan yang
melibatkan tingkat pencapaian tujuan
sederhana sampai dengan kompleks.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan.
- Motivasi untuk menentukan harapan yang
realistis.
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi

14
yang dibutuhkan.

Edukasi :
- Anjurkan keluarga mengungkapkan
perasaan terhadap kondisi dengan realistis.
- Anjurkan keluarga mengungkapkan
perasaan dan persepsi.

F. EVALUASI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Evaluasi


.
1. Penurunan koping keluarga S:
dengan transisi krisis situsional - Keluarga mengatakan tentang perasaan
berhubungan dengan Ketidak yang dirasakan.
pastian Hasil O:
- Keluarga mulai terbuka
A:
- Masalah teratasi

15
P:
- Intervensi dihentikan.
2. Penurunan kapasitas adaptif S: -
intrakranial b.d Edema serebral O:
- Perdarahan mulai berkurang
- Pasien tampak menggerakan tangannya.
A:
- Perdarahan teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan, monitor perdarahan dan
monitor kesadaran.
3. Resiko ketidakberdayaan b.d S:
perjalanan penyakit yang - Keluarga pasien mengatakan sangat
berlangsung lama atau tidak beroptimis terhadap pencapaian hidup
dapat diprediksi pasien.
O:
- Keluarga mulai menerima kondisi pasien.
A:
- Masalah keperawatan teratasi.
P:
- Intervensi dihentikan.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam menghadapi masalah masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan
meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual. Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan
merupakan suatu tingkah laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem
kesehatan yang merupakan bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan.

16
Perilaku tersebut terpola dalam kehidupan nilai sosial budaya yang ditujukan bagi
masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan
seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan
tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang
bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam
memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit
maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu
masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan,
organisasi sosial, dan kepribadian individu-individunya terutama dalam paliatif care.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan teman- teman dalam
mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan pasien
paliatif dalam tinjauan sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan
masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan,
diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat
(Socio-Cultural Factors And Societal Orientasi In The Treatment), Universitas Jember
(UNEJ), Jember.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016,Standar Diagnose Keperawatan Indonesia Edisi I, Jakarta
Selatan

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018,Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I, Jakarta
Selatan

17
18

Anda mungkin juga menyukai