Makalah Sistem Eliminasi Urine PDF
Makalah Sistem Eliminasi Urine PDF
DISUSUN OLEH
Kelompok Tutorial 6
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan
hambatan yang kami hadapi dalam menyusun makalah ini, namun berkat bantuan dan dukungan serta
bimbingan, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SISTEM ELIMINASI URINE”.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan pembaca. Kami selaku penulis mohon maaf kepada semua pihak apabila ada
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Penulis
3.1 Kasus......................................................................................................................................... 17
3.2 Pembahasan Kasus Menggunakan 7 Jump .............................................................................. 17
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal
dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding
kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti
oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine
(kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi
lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa.
Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra
ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran.
Disarankan untuk menemui dokter jika Anda merasakan gejala BPH, meski ringan. Diagnosis
sangat diperlukan karena ada beberapa kondisi lain yang gejalanya sama dengan BPH, di
antaranya:
Penyebab BPH
Sebenarnya penyebab persis pembesaran prostat jinak (BPH) masih belum diketahui, namun
diperkirakan kondisi ini terjadi karena adanya perubahan pada kadar hormon seksual akibat
proses penuaan.
Pada sistem kemih pria terdapat sebuah saluran yang berfungsi membuang urine keluar dari
tubuh melalui penis, atau lebih dikenal sebagai uretra. Dan jalur lintas uretra ini secara kebetulan
melewati kelenjar prostat. Jika terjadi pembesaran pada kelenjar prostat, maka secara bertahap
akan mempersempit uretra dan pada akhirnya aliran urine mengalami penyumbatan.
Penyumbatan ini akan membuat otot-otot pada kandung kemih membesar dan lebih kuat untuk
mendorong urine keluar.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena BPH adalah:
b. Sistitis
Sistitis dalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri(biasanya Eacherichia Colf) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergi atau
akibat iritasi mekais pada kandung kemih. Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri yang
disertai darah dalam urine (hematuria).
c. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus. Glomerulonefritis
terbagi menjadi dua yaitu:
- Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon imun terhadap toksin bakteri
tertentu.
- Glomerulonefritis kronik tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus.
Infalamasi ini mungkin diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga merupakan
akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau karena glomerulonefritis akut.
d. Pielonefritis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Infalamasi
dapat berawal ditraktus urinaria bawah (kanduung kemih) dan menyebar ke ureter, atau
karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinari terjadi akibat
pembesaran kelenjar prosfat atau batu ginjal.
e. Batu Ginjal
Batu ginjal atau kalkuli Urinari terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersam dengan urine, batu yang lebih
besar akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan raa nyeri yang tajam(kolik ginjla)
yang menyebar dari ginjal ke selangkangan.
f. Gagal Ginjal
Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya retensi
garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan penurunan drastis volume urine
(oliguria). Gagal ginjal terbagi menjadi dua macam yaitu:
- Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berhasil diobati. Penyakit ini
ditandai dengan oliguria mendadak yang diikuti dengan penghentian produksi urine
(anuria) secara total. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah ke ginjal akibat
trauma atau cedera, glomerulonefritis akut, hemoragi, tranfusi darah yang tidak cocok,
atau dehidrasi berat.
- Gagal ginjal kronik adalah kondisi progresif parah karena penyakit yang
mengakibatkan kerusakan parenkim ginjal, seperti glomerulonefritis kronik atau
pielonefritis, trauma, atau diabetes nefropati( penyakit ginjal yang diakibatkan oleh
diabetes melitus).
g. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
1. Operasi pada daerah abdomen bawah.
2. Kerusakan ateren.
3. Penyumbatan spinkter.
Makalah Sistem Eliminasi Urine 11
Tanda-tanda retensi urine :
1. Ketidak nyamanan daerah pubis.
2. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3. Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4. Meningkatnya keinginan berkemih.
5. Enuresis
h. Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari.
Kemungkinan peyebabnya :
1. Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
2. Kandung kemih yang irritable.
3. Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan.
4. ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
i. Inkontinensia
- Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena
kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
1. Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
2. Penurunan tonur kandung kemih
3. Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
4. Lingkungan
5. Lanjut usia.
- Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera
pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
1. Inkomplet outlet kandung kemih
2. Tingginya tekanan infra abdomen
3. Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
4. Lanjut usia.
- Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus
menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
1. Penurunan Kapasitas kandung kemih.
2. Penurunan isyarat kandung kemih
3. Efek pembedahan spinkter kandung kemih
Makalah Sistem Eliminasi Urine 12
4. Penurunan tonus kandung kemih
5. Kelemahan otot dasar panggul.
6. Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
7. Perubahan pola
8. Frekuensi
9. Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
10. Urgency
11. Perasaan seseorang harus berkemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis :
impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan
2.6.2 Diagnosa
Diagosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah
sebagai berikut :
1. Perubahan pola eliminasi urine b/d
- Ketidakmampuan salura kemih akibat anomali saluran urinaria
- Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit
- Kerusakan pada saluran kemih
- Efek pembedahan pada saluran kemih
2. Inkontinensia fungsional b/d
- penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenal
isyarat akibat cedera atau kerusakan k. Kemih
- kerusakan mobilitas
- kehilangan kemampuan motoris dan sensoris
3. Inkontinensia refleks b/d
- Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada m.
Spinalis
4. Inkontinensia stress b/d
- Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan
- Penurunan tonus otot
5. Inkontinensia total b/d
- Defisit komnikasi atau persepsi
6. Inkontinensia dorongan b/d
- Penurunan kapasitas k. Kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan
pembedahan, faktor penuaan
7. Retesi urine b/d
- adanya hambatan pada sfingter akibat pebyakit striktur, BHP
8. Perubahan body image b/d
- inkontinensia dan enuresis
9. Resiko terjadinya infeksi salura kemih b/d
- pemasangan kateter
- kebersihan perineum yang kurang
10. Resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
- gangguan drainase ureterostomi.
3.1 Kasus
Tn.A (50 TH) masuk ke RS dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 3 minggu sebelum
masuk RS. Pasien mengeluh bila mau buang air kecil harus mengedan terlebih dahulu dan
menimbulkan rasa nyeri pada daerah kemaluannya. Pasien juga mengatakan sering BAK di malam
hari walaupun tidak banyak minum pada sore harinya. Pancaran kencingnya melemah dan
terkadang menetes. Pasien merokok sejak remaja namun sudah berhenti 10 tahun lalu karena suka
batuk-batuk, tidak minum alcohol. Setelah perawat melakukan pemeriksaan fisik didapatkan GCS
M6V5E4, TD 120?80 mmHg, Nadi 88x/mnt, takipnea (-), hasil USG,buli-buli dengan kesan. Dokter
mendiagnosa bahwa Tn.A menderita benigna Prostate Hiperplasia (BPH).
Ginjal
Ureter
Anfis
Kandung kemih
Uretra
Filtrasi
eliminasi
urinari
Mekanisme Reabsorpsi
Sekresi
Gangguan
Asuhan Keperawatan
d. Tingkat perkembangan.
Tingkat perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita
hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau
adanya lebih sering berkemih. Pada usia tua terjadi penurunan tonus otot kandung
kemih dan penurunan gerakan peristaltik intestinal.
e. Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter).
1. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
3. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal
enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
4. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
5. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
6. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
7. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
3.2.7 Membuat laporan pada kelompok tentang apa yang diperoleh sewaktu belajar mandiri
Reporting Makalah
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria terdiri dari ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses
berkemih. Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-
faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal untuk
berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi.
Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine,inkontinensia urine dan enuresis.
Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan urine untuk bahan
pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan melakukan katerisasi. Salah satu fungsi ginjal yaitu
mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
4.2 Saran
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urin dalam kehidupan kita sehari-
hari.Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. Kita juga harus menjaga pola makan, dan
lebih sering meminum air putih. Karena air putih lebih baik dari air yang berwarna yang memiliki
banyak kandungan. Sehingga membuat sistem eliminasi bekerja lebih keras.
Gibson, J. (2003). Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Mashudi, S. (2011). Buku Ajar Anatomi Fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Pearce, E. C. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Kompas Gramedia.
Perry, P. (2006). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Wibowo, D. S. (2013). Anatomi Fungsional Elementer dan Penyakit yang Menyertainya. Jakarta: Kompas Media.