Anda di halaman 1dari 7

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat


Pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan Oktober 2018 sampai
Januari 2019. Penelitian akan dilaksanakan di Wedomartani, Ngemplak,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih cabai varietas Gada
F1, jamur M. anisopliae, B. bassiana, N. rileyi, alkohol, gula pasir, air, mulsa,
dan pupuk. Alat yang digunakan adalah alat penghancur (blender), automatic
sprayer, saringan, alkohol, kaca pembesar, gelas ukur, timbangan analitik,
hand counter, mal jarak tanam, mulsa, ajir dan alat tulis.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan lapangan yang disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) non faktorial yang terdiri dari 9
perlakuan, diulang sebanyak tiga kali. Petak lahan percobaan berukuran
2,5×2,5m sebanyak 27 petak. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
P0 = Kontrol (Tanpa Entomopatogem)
P1 = Pestisida Kimia (Bahan aktif Profenofos)
P2 = B. bassiana (15 g/L),
P3 = M. anisopliae (15 g/L),
P4 = N. rileyi (15 g/L),
P5 = B. bassiana (7,5 g/L) + M. anisopliae (7,5 g/L),
P6 = B. bassiana (7,5 g/L) + N. rileyi (7,5 g/L),
P7 = M. anisopliae (7,5 g/L) + N. rileyi (7,5 g/L),
P8 = B. bassiana (5 g/L) + M. anisopliae (5 g/L) + N. rileyi (5 g/L).

24
25

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Penyiapan Lahan
Menyiapkan lahan dengan cara olah tanah maksimum. Kemudian
dibuat petak-petak penelitian dengan ukuran 2,5×2,5m, jarak antar petak
50cm, jarak antar blok 1m, dan tinggi petakan 30cm. Petak tersebut
ditambahkan pupuk dasar berupa pupuk kandang ayam dengan dosis 20
ton/ha atau sebanyak 12,5 kg/petak. Petakan dibuat sesuai dengan jumlah
perlakuan yaitu 27 petakan. Setelah petakan dibuat kemudian dipasangi
mulsa hitam perak di setiap petakan dan mulsa dilubangi sesuai dengan
jarak tanam yang telah ditentukan.
2. Persemaian
Benih cabai merah direndam selama 10 menit menggunakan PGPR
konsentrasi 10 mL/L air, kemudian disiapkan polybag kecil dengan ukuran
4 inci, kemudian tanah yang telah diberi pupuk kandang sapi (perbandingan
1:1) dimasukan ke dalam polybag tersebut. Setelah polybag terisi media
tanam, benih cabai dimasukan ke dalam polybag dan diletakan di tempat
yang teduh. Setelah muncul tunas benih dipindah di bawah rumah-rumahan
kecil yang atapnya diberi plastik UV. Ditunggu sampai umur 3-4 minggu
atau mempunyai 3-4 helai daun. Bibit cabai yang sesuai dengan kriteria
tersebut siap dipindah tanamkan.
3. Penanaman
Penanaman bibit tanaman cabai dapat dilakukan ketika bibit berumur
2-3 minggu atau mempunyai 3-4 helai daun dan siap untuk dipindahkan ke
lahan penelitian. Jarak tanam yang digunakan 50x50 cm. Sehingga tiap-tiap
petak menghasilkan 25 tanaman cabai. Total bibit tanaman cabai yang
ditanam sebanyak 675. Penanaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari
untuk menghindari stres.
4. Pemeliharaan dan Perawatan
Penyiraman diperlukan pada saat musim kering (tergantung kondisi
lahan), caranya bisa dengan menggunakan gembor. Pada musim hujan
penyiraman dilakukan jika tidak terdapat hujan. Pada budidaya cabai
26

diperlukan pemasangan ajir (tongkat bambu) untuk menopang tanaman


berdiri tegak. Ajir dipasang dengan jarak minimal 4 cm dari pangkal
batang. Pemasangan ajir sebaiknya pada hari ke-7 sejak bibit dipindahkan.
Apabila tanaman terlalu besar dikhawatirkan saat ajir ditancapkan akan
melukai perakaran. Bila akar terluka tanaman akan mudah terserang
penyakit. Pengikatan tanaman pada ajir dilakukan setelah tanaman tumbuh
tinggi atau berumur diatas satu bulan.
Perempelan atau pemotongan tunas dilakukan dengan memotong
tunas yang tumbuh pada ketiak daun menggunakan tangan yang bersih.
Perempelan ini dilakukan sampai terbentuk cabang utama, ditandai dengan
kemunculan bunga pertama atau kedua.
5. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan dalam bentuk pupuk kandang ayam sebanyak
20 ton/ha, pupuk urea 120kg/ha, pupuk SP-36 80kg/ha, dan KCl 120kg/ha,
atau dosis perpetak yaitu Urea 75 g/petak, SP-36 50g/petak, dan KCl
75g/petak. Pupuk dasar diberikan secara bersamaan dengan pembuatan
bedengan dengan cara disebar merata ke seluruh permukaan bedengan,
kemudian dicangkul agar tercampur secara merata dengan tanah, lalu siram
dengan air sampai basah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian).
Pemupukan susulan dilakukan dengan pemberian pupuk NPK dengan
cara dikocor sebanyak 250 cc/tanaman. Dosis pemberian pupuk susulan
tergantung pada umur tanaman. Pada tanaman berumur 15 HST diberi
pupuk dengan dosis 2,5 g/tanaman, 35 HST diberi pupuk dengan dosis 3
g/tanaman, 55 HST diberi pupuk dengan dosis 7,5 g/tanaman dan 75 HST
diberi pupuk dengan dosis 7,5 g/tanaman. Pupuk sesuai dosis dilarutkan ke
dalam air kemudian pemupukan dilakukan dengan cara dikocor (Direktorat
Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian).
6. Pembuatan Suspensi Jamur B. bassiana, M. anisopliae dan N. rileyi
Jamur B. bassiana, M. anisopliae dan N. rileyi diperoleh dari
Laboratorium Pengamatan dan Peramalan Hama Penyakit Tanaman Pangan
dan Hortkultura (LPHPT), Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jamur
27

tersebut sudah tersedia dalam media beras yang telah dikemas tiap 100g.
Dalam 1g media biakan yang dilarutkan ke dalam 100mL aquades memiliki
kerapatan spora 109. Tiap perlakuan biakan jamur entomopatogen dalam
masing-masing media biakannya dicampur dengan air kemudian diblender
untuk memisahkan spora jamur entomopatogen dengan media biakannya.
Selanjutnya hasil blenderan tersebut disaring menggunakan kain kasa untuk
memisahkan kotoran (media jamur) dengan suspensi spora sehingga
kotoran tidak menghambat aliran penyemprotan. Tiap 15g biakan jamur
entomopatogen dilarutkan dalam 1 liter air sehingga didapatkaan suspensi
kerapatan spora 109.
7. Aplikasi Entomopatogen dan Pestisida Sintetik
Suspensi jamur yang telah diperoleh kemudian ditambahkan 10 g/L
gula pasir sebagai nutrisi entomopatogen. Pengaplikasiannya dengan cara
menyemprotkan pada bagian tanaman cabai menggunakan automatic
sprayer dengan volume semprot 500 liter/ha. Penyemprotan dilakukan
pada sore hari untuk mengurangi kerusakan oleh sinar ultraviolet.
Penyemprotan dilakukan 1 minggu setelah tanam, dan penyemprotan
dilakukan pada umur 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 minggu setelah pindah tanam.
Sedangkan dosis aplikasi pestisida sintetik berbahan aktif profenofos yaitu
1 ml/L dengan frekuensi aplikasi sesuai kebutuhan.
8. Pemanenan
Panen pertama tanaman cabai merah dilakukan pada umur 75-105
hari setelah tanam, dilakukan sampai 4 kali panen dengan selang waktu 7
hari. Cara panen dengan dipetik buahnya menggunakan sarung tangan atau
dengan bantuan alat berupa pisau atau gunting.

E. Parameter Pengamatan
1. Populasi Hama Utama
Pengamatan populasi hama dilakukan dengan menggunakan
metode pengamatan populasi mutlak yaitu dengan mengamati hama secara
langsung pada tiap tanaman sampel. Data populasi hama dinyatakan dalam
28

bentuk jumlah individu hama per tanaman sampel. Pengamatan dilakukan


setiap 1 minggu sekali sebelum aplikasi entomopatogen atau pada umur 2,
3, 4, 5, 6 dan 7 minggu setelah pindah tanam.
2. Populasi Hama Terinfeksi
Pengamatan ini dilakukan dengan mengamati populasi hama yang
menunjukan gejala mumifikasi atau hama mati karena terserang oleh
jamur entomopatogen. Hama yang diamati yaitu hama yang berada pada
bagian tanaman atau sekitar tanaman sampel. Pengamatan dilakukan setiap
1 minggu setelah aplikasi entomopatogen atau pada umur 4, 5, 6 dan 7
minggu setelah pindah tanam.
3. Tingkat Kerusakan Daun Tanaman (%)
Kerusakan bagian daun tanaman cabai merah akibat serangan hama
dihitung dengan rumus:

P=
∑ n x v ×100 %
N xZ
P = tingkat kerusakan tanaman (%)
Nilai (skor) kerusakan (v) berdasarkan daun seluruh tanaman yang
terserang, yaitu:
0 = tidak ada kerusakan sama sekali
1 = luas kerusakan >0-25%
2 = luas kerusakan >25-50%
3 = luas kerusakan >50-75%
4 = luas kerusakan >75-100%
n = jumlah tanaman yang memiliki nilai (v) yang sama
Z = nilai kategori serangan tertinggi
N = jumlah bagian tanaman yang diamati
Pengamatan tingkat kerusakan tanaman dilakukan dengan
mengamati tingkat serangan hama penggigit pengunyah dan hama
pencucuk penghisap. Tingkat kerusakan daun yang diamati yaitu pada
daun yang berada di 3 cabang paling atas tanaman. Pengamatan dilakukan
29

setiap 4 minggu sesekali dimulai pada tanaman berusia 3 minggu setelah


pindah tanam.
4. Tingkat Kerusakan Buah Cabai (%)
Hasil buah cabai yang dipanen dipisahkan menjadi 2 kelompok
yaitu yang sehat dengan yang rusak oleh hama. Buah yang mengalami
kerusakan kemudian dihitung jumlahnya untuk mengetahui persentase
buah rusak terhadap buah total tiap sampel tanaman. Pengamatan ini
dilakukan setiap kali panen dan panen dilakukan sebanyak 3 kali tiap 7
hari sekali.
5. Bobot Buah Per Tanaman
Perhitungan bobot buah dengan menimbang buah cabai yang telah
dipanen pada tiap sampel. Penimbangan dilakukan setiap kali petik atau
panen. Panen dilakukan sebanyak 3 kali tiap 7 hari sekali.
6. Jumlah Buah/kg
Hasil panen buah cabai tiap tanaman sampel ditimbang
menggunakan timbangan analitik. Kemudian dihitung jumlah buah tiap
berat yang didapatkan. Berat buah yang didapat tersebut dikonversikan
dalam 1kg berat. Sehingga didapatkan jumlah buah/kg. Perhitungan
jumlah buah/kg dilakukan setiap kali panen. Panen dilakukan sebanyak 3
kali tiap 7 hari sekali.
7. Rerata Bobot Buah (g)
Penghitungan bobot buah dilakukan dengan menimbang buah cabai
yang telah dipanen pada tiap tanaman sampel. Kemudian bobot buah per
tanaman sampel yang didapatkan dibagi total jumlah buah tiap tanaman
sampel sehingga didapatkan rerata bobot buah. Penimbangan dilakukan
setiap kali petik atau panen. Panen dilakukan sebanyak 3 kali tiap 7 hari
sekali.
8. Uji Antagonis Campuran Entomopatogen dalam Petridish
Perlakuan entomopatogen yang diaplikasikan campuran (P5, P6,
P7, dan P8) diuji dalam media PDA dangan melihat rerata luas miselium
yang tumbuh. Jika pertumbuhan dari masing-masing entomopatogen tidak
30

menunjukan adanya hambatan jika dicampurkan, maka hubungannya bias


dikatakan sinergis. Namun apabila terdapat salah satu entomopatogen yang
pertumbuhannya terhambat, maka hubungan antara entomopatogen
tersebut tidak sinergis atau adanya antagonisme antara entomopatogen
yang diujikan.

F. Analisa Data
Data pengamatan yang tidak terdistribusi normal ditransformasi terlebih
dahulu supaya berdistribusi normal kemudian dianalisis keragamannya dengan
Sidik Ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf α = 5%. Apabila
ada beda nyata antara perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji lanjut
menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) taraf α = 5 %.

Anda mungkin juga menyukai