METODE PENELITIAN
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan lapangan yang disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) non faktorial yang terdiri dari 9
perlakuan, diulang sebanyak tiga kali. Petak lahan percobaan berukuran
2,5×2,5m sebanyak 27 petak. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
P0 = Kontrol (Tanpa Entomopatogem)
P1 = Pestisida Kimia (Bahan aktif Profenofos)
P2 = B. bassiana (15 g/L),
P3 = M. anisopliae (15 g/L),
P4 = N. rileyi (15 g/L),
P5 = B. bassiana (7,5 g/L) + M. anisopliae (7,5 g/L),
P6 = B. bassiana (7,5 g/L) + N. rileyi (7,5 g/L),
P7 = M. anisopliae (7,5 g/L) + N. rileyi (7,5 g/L),
P8 = B. bassiana (5 g/L) + M. anisopliae (5 g/L) + N. rileyi (5 g/L).
24
25
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Penyiapan Lahan
Menyiapkan lahan dengan cara olah tanah maksimum. Kemudian
dibuat petak-petak penelitian dengan ukuran 2,5×2,5m, jarak antar petak
50cm, jarak antar blok 1m, dan tinggi petakan 30cm. Petak tersebut
ditambahkan pupuk dasar berupa pupuk kandang ayam dengan dosis 20
ton/ha atau sebanyak 12,5 kg/petak. Petakan dibuat sesuai dengan jumlah
perlakuan yaitu 27 petakan. Setelah petakan dibuat kemudian dipasangi
mulsa hitam perak di setiap petakan dan mulsa dilubangi sesuai dengan
jarak tanam yang telah ditentukan.
2. Persemaian
Benih cabai merah direndam selama 10 menit menggunakan PGPR
konsentrasi 10 mL/L air, kemudian disiapkan polybag kecil dengan ukuran
4 inci, kemudian tanah yang telah diberi pupuk kandang sapi (perbandingan
1:1) dimasukan ke dalam polybag tersebut. Setelah polybag terisi media
tanam, benih cabai dimasukan ke dalam polybag dan diletakan di tempat
yang teduh. Setelah muncul tunas benih dipindah di bawah rumah-rumahan
kecil yang atapnya diberi plastik UV. Ditunggu sampai umur 3-4 minggu
atau mempunyai 3-4 helai daun. Bibit cabai yang sesuai dengan kriteria
tersebut siap dipindah tanamkan.
3. Penanaman
Penanaman bibit tanaman cabai dapat dilakukan ketika bibit berumur
2-3 minggu atau mempunyai 3-4 helai daun dan siap untuk dipindahkan ke
lahan penelitian. Jarak tanam yang digunakan 50x50 cm. Sehingga tiap-tiap
petak menghasilkan 25 tanaman cabai. Total bibit tanaman cabai yang
ditanam sebanyak 675. Penanaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari
untuk menghindari stres.
4. Pemeliharaan dan Perawatan
Penyiraman diperlukan pada saat musim kering (tergantung kondisi
lahan), caranya bisa dengan menggunakan gembor. Pada musim hujan
penyiraman dilakukan jika tidak terdapat hujan. Pada budidaya cabai
26
tersebut sudah tersedia dalam media beras yang telah dikemas tiap 100g.
Dalam 1g media biakan yang dilarutkan ke dalam 100mL aquades memiliki
kerapatan spora 109. Tiap perlakuan biakan jamur entomopatogen dalam
masing-masing media biakannya dicampur dengan air kemudian diblender
untuk memisahkan spora jamur entomopatogen dengan media biakannya.
Selanjutnya hasil blenderan tersebut disaring menggunakan kain kasa untuk
memisahkan kotoran (media jamur) dengan suspensi spora sehingga
kotoran tidak menghambat aliran penyemprotan. Tiap 15g biakan jamur
entomopatogen dilarutkan dalam 1 liter air sehingga didapatkaan suspensi
kerapatan spora 109.
7. Aplikasi Entomopatogen dan Pestisida Sintetik
Suspensi jamur yang telah diperoleh kemudian ditambahkan 10 g/L
gula pasir sebagai nutrisi entomopatogen. Pengaplikasiannya dengan cara
menyemprotkan pada bagian tanaman cabai menggunakan automatic
sprayer dengan volume semprot 500 liter/ha. Penyemprotan dilakukan
pada sore hari untuk mengurangi kerusakan oleh sinar ultraviolet.
Penyemprotan dilakukan 1 minggu setelah tanam, dan penyemprotan
dilakukan pada umur 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 minggu setelah pindah tanam.
Sedangkan dosis aplikasi pestisida sintetik berbahan aktif profenofos yaitu
1 ml/L dengan frekuensi aplikasi sesuai kebutuhan.
8. Pemanenan
Panen pertama tanaman cabai merah dilakukan pada umur 75-105
hari setelah tanam, dilakukan sampai 4 kali panen dengan selang waktu 7
hari. Cara panen dengan dipetik buahnya menggunakan sarung tangan atau
dengan bantuan alat berupa pisau atau gunting.
E. Parameter Pengamatan
1. Populasi Hama Utama
Pengamatan populasi hama dilakukan dengan menggunakan
metode pengamatan populasi mutlak yaitu dengan mengamati hama secara
langsung pada tiap tanaman sampel. Data populasi hama dinyatakan dalam
28
P=
∑ n x v ×100 %
N xZ
P = tingkat kerusakan tanaman (%)
Nilai (skor) kerusakan (v) berdasarkan daun seluruh tanaman yang
terserang, yaitu:
0 = tidak ada kerusakan sama sekali
1 = luas kerusakan >0-25%
2 = luas kerusakan >25-50%
3 = luas kerusakan >50-75%
4 = luas kerusakan >75-100%
n = jumlah tanaman yang memiliki nilai (v) yang sama
Z = nilai kategori serangan tertinggi
N = jumlah bagian tanaman yang diamati
Pengamatan tingkat kerusakan tanaman dilakukan dengan
mengamati tingkat serangan hama penggigit pengunyah dan hama
pencucuk penghisap. Tingkat kerusakan daun yang diamati yaitu pada
daun yang berada di 3 cabang paling atas tanaman. Pengamatan dilakukan
29
F. Analisa Data
Data pengamatan yang tidak terdistribusi normal ditransformasi terlebih
dahulu supaya berdistribusi normal kemudian dianalisis keragamannya dengan
Sidik Ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf α = 5%. Apabila
ada beda nyata antara perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji lanjut
menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) taraf α = 5 %.