Anda di halaman 1dari 9

Keperawatan Keluarga

“TREND DAN ISSU KEPERAWATAN LANSIA”

Disusun Oleh:

Dosen Pembimbing :
Dr. Nasrun Pakaya, M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6
KELAS A

Isra Tohopi (841416111)


Moh. Reza Firsandi (841419103)
Santri Baid (841419031)
Yuniar Usman (841419042)
Indriyani Dj. Dai (841419030)
Sasmitha Kasim (841419043)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T/A 2020
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan
oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu adalah
sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya.
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu
keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banyak dibicarakan orang adalah
Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkut
keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.

A.  Fenomena Demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :

AHH di Indonesia tahun1971 : 46,6 tahun

AHH di Indonesia tahun2000 : 67,5 tahun

Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di Indonesia


akan diperkirakan beranjak dari peringkat kesepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam
pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat kesebelas tahun 1980.

Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/
5.5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x menjadi
kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-
1993).
Dari hasil tersebut diatas, terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:

1.    62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.

2.    59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.

3.    53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.

4.    Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.

 B. Permasalahan Pada Lansia

1) Permasalahan Umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

2) Permasalahan Khusus
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi social usila.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai social masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f) Adanya dampak negative dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.

C.  Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia

1). Penurunan fisik

2). Perubahan mental


3). Perubahan-perubahan Psikososial

Karakteristik Penyakit pada Lansia:

1).    Penyakit sering multiple, yaitu saling berhubungan satu sama lain.

2).    Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.

3).    Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.

4).    Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.

5).    Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.

6).    Sering terjadi penyakit iatrogenik.

Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang, Bandung, Denpasar dan
Makassar) sbb:

1) Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%), daya ingat (69,39%),
seksual (58,04%), kelenturan(53,23%), gigi dan mulut (51,12%).
2) Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%), sakit kepala
(51,15%), daya ingat menurun (38,51%), selera makan menurun (30,08%), mual/perut
perih (26,66%), sulit tidur (24,88%), dan sesak nafas (21,28%).
3) Penyakit kronis : rematik (33,14%), darah tinggi (20,66%), gastritis (11,34%), dan
jantung (6,45%).

D.  Masalah  Kesehatan Gerontik

1) Masalah kehidupan seksual

Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos
atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami isri
yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat
dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi
atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa
maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap
hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional
secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2) Perubahan perilaku

Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat
menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya
kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas
emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.

3) Pembatasan fisik

Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang
kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya.
Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.

4) Palliative care

Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan


untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh
klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika.
Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu
keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan
anti depresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.

5) Pengunaan obat

Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan
yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat
pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas,
termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan
untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-
macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat.

Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :


a) Bingung
b) Lemah ingatan
c) Penglihatan berkurang
d) Tidak bias memegang
e) Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi
f) Kesehatan mental

E.  Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.

1. Azas

Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life,
dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh
Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years
to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan
memperpanjang usia.

2. Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut :

a) Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)


b) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d) Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e) Memberikan perawatan di rumah (home care)
f) Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
h) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family
care)
3. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan, yaituPromotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.

a) Promotif

Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan


dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang
positif menjadi norma-norma sosial.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :

1)   Mengurangi cedera

2)   Meningkatkan keamanan di tempat kerja

3)   Meningkatkan perlindungan  dari kualitas udara yang buruk

4)   Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan

5)   Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

b) Preventif
1) Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer :
program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan
sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.
2) Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan
pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi,
mulut.
3) Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis
pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
berfungsi.
c) Rehabilitatif
4. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia
a) Pertahankan lingkungan aman
b) Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
c) Pertahankan kecukupan gizi
d) Pertahankan fungsi pernafasan
e) Pertahankan aliran darah
f) Pertahankan kulit
g) Pertahankan fungsi pencernaan
h) Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
i) Meningkatkan fungsi psikososial
j) Pertahankan komunikasi
k) Mendorong pelaksanaan tugas
DAFTAR PUSTAKA

Setiabudhi, Tony. (1999). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga


Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC

Saharjuniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas, fakultas ilmu


keperawatan UI, Jakarta

Maryam, R siti. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakatra: Salemba medika

Situart dan Sundart. (2001) Keperawatan Medikal Bedah 1. Jakarta: EGC

Qie30, (2009). Trend dan Isu Pelayanan Kesehatan Lansia. Diakses 17 Oktober 2020 dari
http://qie30.wordpress.com/2009/05/07/tren-dan-isu-pelayanan-kesehatan-lansia/

Anda mungkin juga menyukai