Anda di halaman 1dari 44

Tugas Keperawatan Medikal Bedah 1

“ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER”


PBL

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
KELAS A

Ferdy Setiawan 841419046 Wisnawati Pilo 841419026


Moh. Adelviyanto Hamim 841419096 Regita Ibrahim 841419025
Irfan O. Abdullah 841419112 Nirwana Polamolo 841415013
Angriani m. Mootalu 841419006 Ulfahmi misijan 841419013
Nadya Rizky Anasiru 841419005 Dwi Berliani Katili 841419016
Ismiyati R. Ismail 841419037 Tarissa Mangendre 841419039
Nurmala Pakaya 841417100
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan (PBL)
tentang penyakit jantung koroner. Asuhan Keperawatan (PBL) ini terwujud berkat
partisispasi berbagai pihak. Oleh Karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Kami menyadari bahwa Asuhan Keperawatan (PBL) ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar kami menjadi
lebih baik lagi. Adapun harapan kami semoga Asuhan Keperawatan (PBL) ini dapat diterima
dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT meridhai kami.
Aamiin.

Gorontalo , September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan
fungsi jantung dan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan
kematian terbanyak adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke.1 Hal ini
serupa dengan data yang disajikan oleh World Health Organization (WHO) pada
tahun 2016, dua penyakit penyebab kematian tertinggi ditempati oleh PJK dan stroke.
Kedua penyakit ini menyebabkan 15,2 juta kematian dari total 56,9 juta kematian di
dunia pada tahun 2016.
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan fungsi jantung akibat
kurangnya suplai oksigen ke otot-otot jantung. Kondisi ini disebabkan oleh
penyempitan atau sumbatan/plak di pembuluh darah koroner, atau dikenal sebagai
aterosklerosis arteri koronaria. Salah satu komponen yang menyusun plak ini adalah
kolesterol kristal. Oleh karena itu, salah satu risiko terjadinya aterosklerosis adalah
kadar kolesterol darah yang tinggi.
Penyakit jantung koroner diawali dengan terbentuknya plak aterosklerosis.
Plak ini dapat terbentuk melalui suatu proses inflamasi kronik yang melibatkan peran
lipid, thrombosis, sel-sel imun, dan dinding vaskular dalam patofisiologinya. Proses
aterosklerosis telah dimulai bahkan sejak dalam kandungan ibu. Seiring berjalannya
waktu dan adanya beberapa faktor risiko, proses ini akan semakin berkembang
menjadi penyakit yang berhubungan dengan aterosklerosis, seperti PJK dan
komplikasinya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep medis pada penyakit jantung koroner?
2. Bagaimana Proses perjalanan penyakit jantung koroner?
3. Bagaimana konsep keperawatan pada penderita penyakit jantung koroner?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari penyakit jantung koroner.
2. Untuk mengetahui proses perjalan penyakit jantung koroner.
3. Untuk mengetahui Konsep keperawatan pada penderita penyakit jantung koroner.
BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Penyakit Jantung Koroner  (PJK) adalah  gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru
pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh (KemenkesRI-2019)
Penyakit jantung  koroner terdiri  dari  penyakit jantung  koroner stabil  tanpa
gejala, angina pektoris stabil, dan Sindrom Koroner Akut (SKA). Penyakit jantung
koroner stabil tanpa gejala  biasanya  diketahui   dari  skrining,  sedangkan angina 
pektoris stabil  didapatkan gejala nyeri dada bila melakukan aktivitas yang melebihi
aktivitas sehari-hari. (Kemenkes RI-2019)
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner
adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
menyebabkan serangan jantung. Penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut
dengan aterosklerosis. Penyakit jantung koroner (pjk) merupakan keaadaan dimana
terjadi penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner
menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah
otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak (Prabowo & Pranata, 2017, hal.
188).

2.2 Etiologi
Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh
darah jantung atau arteri koroner. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh
penumpukan ateroma di dinding arteri. Ateroma terdiri dari kolesterol dan zat sisa
hasil metabolisme tubuh. Ateroma yang terus menumpuk, dapat menyebabkan
dinding arteri menebal hingga menyempit. Akibatnya, jantung tidak mendapat cukup
asupan darah dan oksigen. Kondisi ini disebut aterosklerosis. Sejumlah faktor dapat
meningkatkan risiko aterosklerosis, antara lain:
a. Rokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin
dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat membebani kerja jantung, dengan
memacu jantung bekerja lebih cepat. Kedua senyawa tersebut juga meningkatkan
risiko terjadinya penggumpalan darah. Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak
dinding arteri jantung dan menyebabkan penyempitan. Oleh karena itu, risiko
terserang penyakit jantung pada perokok hampir 25 persen lebih tinggi dibanding
orang yang tidak merokok.
b. Diabetes
Diabetes menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan menghambat aliran
darah. Penderita diabetes diketahui 2 kali lipat lebih berisiko terserang penyakit
jantung koroner.
c. Trombosis
Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah vena
atau arteri. Bila terbentuk di arteri, akan menghambat aliran darah ke jantung,
sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.
d. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih
keras. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan kadar
garam yang tinggi. Tekanan darah normal berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80
mmHg.
e. Kadar kolesterol tinggi
Kolesterol adalah lemak yang dihasilkan oleh hati, dan penting bagi proses
pembentukan sel sehat. Meskipun demikian, kadar kolesterol tinggi dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.Kolesterol terbagi dua, yaitu kolesterol
baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). LDL inilah yang dapat menumpuk di dinding
arteri dan memicu penyempitan. Pada orang dewasa yang sehat, kadar LDL yang
normal dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan bagi individu berisiko
mengalami penyakit jantung koroner, kadar LDL disarankan di bawah 100 mg/dL.
Batas maksimal kadar LDL akan lebih rendah lagi bagi mereka yang sudah menderita
penyakit jantung atau diabetes, yaitu di bawah 70 mg/dL.
f. Berat badan berlebih
Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko terserang
penyakit jantung koroner.
g. Kurang beraktivitas
Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko penyakit jantung.
Olahraga juga dapat membantu mengontrol kadar kolesterol dan gula darah,
mencegah obesitas, serta membantu menurunkan tekanan darah.
h. Pola makan tidak sehat
Risiko penyakit jantung koroner dapat meningkat akibat pola makan yang
tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula atau
garam tinggi, atau makanan dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi.
i. Riwayat kesehatan keluarga
Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan
penyakit jantung.
j. Jenis kelamin
Umumnya, PJK lebih banyak menyerang pria dibanding wanita. Namun
demikian, risiko terkena penyakit yang sama akan meningkat pada wanita pasca
menopause.
k. Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit jantung
koroner. Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun dan wanita
lebih dari 55 tahun.
l. Sindrom metabolik
Sindrom metabolik adalah sekelompok penyakit yang meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner, meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, dan obesitas.
m. Sleep apnea
Sleep apnea yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner, hipertensi, diabetes, dan stroke.
n. Stres
Penelitian menunjukkan, stres dalam berbagai lingkup kehidupan, dapat
mengakibatkan penyakit jantung koroner. Stres juga dapat memicu faktor risiko lain.
Sebagai contoh, stres dapat memicu seseorang merokok atau makan berlebihan.
o. Alkohol
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot jantung,
dan memperburuk kondisi seseorang dengan faktor risiko penyakit jantung koroner,
seperti hipertensi dan obesitas.
p. Preeklamsia

Preeklamsia adalah komplikasi yang terjadi dalam masa kehamilan, ditandai


dengan hipertensi dan kadar protein tinggi dalam urine. Kondisi ini meningkatkan
risiko gangguan pada jantung, termasuk PJK.
2.3 Patofisiologi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebabkan oleh penimbunan plak pada arteri
koroner baik kanan maupun kiri atau cabang-cabangnya. Plak yang tebentuk pada
arteri koroner membuat lumen pembuluh darah menyempit sehingga asupan oksigen
otot jantung untuk berkontraksi menururn dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang
sering disebut sebagai nyeri dada dan biasanya muncul saat beraktivitas dan stress
emosional. Penyakit jantung koroner diawali dengan terbentuknya plak aterosklerosis.
Plak ini dapat terbentuk melalui suatu proses inflamasi kronik yang melibatkan peran
lipid, thrombosis, sel-sel imun, dan dinding vaskular dalam patofisiologinya. Proses
aterosklerosis telah dimulai bahkan sejak dalam kandungan ibu. Seiring berjalannya
waktu dan adanya beberapa faktor risiko, proses ini akan semakin berkembang
menjadi penyakit yang berhubungan dengan aterosklerosis, seperti PJK dan
komplikasinya.
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi
lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel
atau dari stimulus lain. Cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap
berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini
dapat masuk kedalam arteri. Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi
inflamasi dan imun, termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan
monosit, serta trombosit ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin
proinflamatori poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel
darah putih dan trombosit ke area lesi. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah putih
akan menempel disana sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih.
Pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi di
antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang matang
menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang meneruskan
siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsang ploriferasi sel otot polos
yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh. Selain itu kolesterol dan lemak plasma
mendapat akses ke tunika intima karena permeabilitas lapisan endotel meningkat,
pada tahap indikasi dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera
dan inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk
bekuan darah (trombus). Hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak,
pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit
dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan
menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat
aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah)
miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien
dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan
menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika kekurangan
oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard
yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang di kenal sebagai
miokard infark.
2.4 Manifestasi Klinis
Berkurangnya asupan darah ke jantung mungkin saja tidak menimbulkan gejala
apa pun pada awalnya. Namun, bila lemak makin menumpuk di arteri, maka akan
mulai muncul gejala penyakit jantung koroner (PJK), seperti:
a. Angina
Angina adalah nyeri dada akibat berkurangnya suplai darah ke otot jantung.
Meskipun pada umumnya tidak mengancam nyawa, tetapi angina dapat meningkatkan
risiko seseorang terkena serangan jantung atau stroke.
Angina dapat berlangsung beberapa menit, dan biasanya muncul karena dipicu
oleh aktivitas fisik atau stres. Sakit yang dialami akibat angina juga beragam. Angina
ringan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sakit maag. Tetapi, serangan
angina berat dapat menimbulkan nyeri dada seperti tertindih. Sensasi nyeri dada
tersebut bisa menyebar ke lengan, leher, dagu, perut, dan punggung.
b. Serangan jantung
Serangan jantung terjadi ketika arteri sudah tersumbat sepenuhnya. Kondisi ini
harus segera ditangani, agar tidak terjadi kerusakan permanen pada otot jantung.

Nyeri akibat serangan jantung serupa dengan angina. Hanya saja, nyeri pada serangan
jantung akan terasa lebih berat, dan dapat terjadi walaupun penderita sedang
beristirahat.Gejala serangan jantung bisa berupa nyeri yang menjalar dari dada ke
lengan, dagu, leher, perut, dan punggung. Nyeri tersebut dapat berlangsung selama
lebih dari 15 menit. Selain gejala tadi, penderita juga bisa mengalami pusing,
berkeringat, mual, dan tubuh terasa lemas. Serangan jantung bisa terjadi tiba-tiba,
terutama pada penderita diabetes dan lansia.
c. Gagal jantung
Penderita penyakit jantung koroner juga dapat mengalami gagal jantung, bila
jantung terlalu lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi tersebut
menyebabkan darah menumpuk di paru-paru, sehingga penderita mengalami sesak
napas. Gagal jantung dapat terjadi seketika (akut), atau berkembang secara bertahap
(kronis).
2.5 Komplikasi
a. Gagal jantung kongestif
b. Syok kardigenik
c. Disfungsi otot papilaris
d. Defek septum ventrikel
e. Ruptura jantung
f. Aneurisme ventrikel
g. Tromboembolisme
h. Perikarditik
i. Sindrom dresseler
j. Aritmia
2.6 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan pasien sebaiknya dilihat secara keseluruhan (holistic)
dan diperlakukan individual mengingat PJK adalah penyakit multifactor dengan
manifestasi yang bermacam-macam, secara umum pasien perlu diberikan penjelasan
mengenai penyakitnya, penjelasan terkait hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan
oksigen miokardium, pengandalian faktor resiko, pemberian pencegahan
aterosklerosis pada pembuluh darah lainnya biasanya diberikan aspirin 375 mg,
pemberian oksigen. Terapi medikamentosa difokuskan pada penanganan angina
pektoris yaitu, nitrat diberikan secara perenteral, sublingual, buccal, oral preparatnya
ada gliserin trinitrat, isosorbid dinitrat, dan isosorbid mononitrat (Wilkinson dkk:
2016).
MODUL I
NYERI BERAT

Soal Kasus 1 :

Seorang laki-laki berusia 47 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri dada.
Hasil pengkajian ditemukan nyeri berat skala 6-7 dirasakan hingga ke bagian leher, bahu
kiri, dan punggung. Klien nampak berkeringat dan kesakitan sambil memegang bagian
dadanya, istrinya mengatakan tadi sebelum ke rumah sakit muntah-muntah. TD: 150/90
mmHg, Frekuensi napas 24 kali/menit, nadi 115 kali/menit, suhu 37.8 oC, LDL: 140 mg/dL,
HDL 50 mg/dL.

Klasifikasi istilah-istilah penting

1. Laki-laki
2. Umur 47 tahun
3. Nyeri dada skala 6-7
4. Nyeri pada bagian leher, bahu kiri dan punggung
5. berkeringat
6. muntah-muntah
7. TD: 150/90 mmHg
8. Frekuensi napas 24 kali/menit
9. nadi 115 kali/menit
10. suhu 37.8oC,
11. LDL: 140 mg/dL
12. HDL 50 mg/dL.

Kata kunci
1. Nyeri dada skala 6-7 menjalar kebagian leher, bahu kiri dan punggung.
2. LDL: 140 mg/dL
Mind Map

Penyakit Jantung Koroner


(PJK)

Nyeri Dada

Hipertensi Aritmia

Lembar check list

Penyakit

Tanda PJK Hipertensi Aritmia


& gejala

Nyeri Dada skala 6-7 (√) (√) (√)

Nyeri pada leher, bahu kiri, dan (√)


punggung
Berkeringat (√) (√)

Muntah – muntah (√) (√)

TD : 150/90 mmHg (√) (√) (√)

Nadi 115 x/menit (√) (√) (√)

Suhu 37.8oC (√)


LDL: 140 mg/dL (√) (√)
Pertanyaan penting

1. Mengapa seseorang yang menderita penyakit PJK mengalami muntah-muntah?


2. Arteri coroner bagian manakah yang paling sering terjadi asterosklerosis yang
merupakan penyebab dari PJK?
3. Salah satu penyebab terjadinya PJK adalah kebiasaan merokok, lalu seberapa besarkah
dampak merokok untuk terjadinya PJK?

Jawaban pertanyaan penting


1. Muntah, didefinisikam sebagai suatu reflex yang menyebabkan dorongan ekspulsi isi
lambung atau usus atau keduanya ke mulut. Pusat muntah menerima masukan dari
kortex cerebral, organ vestibular, daerah pemacu kemoreseptor (chemoreceptor
trigger zone, CTZ), dan serabut afferent, termasuk dari sistem gastrointestinal.
Muntah terjadi akibat rangsangan pada pusat muntah, yang terletak didaerah
postrema medulla oblongata didasar ventrikel keempat. Muntah dapat diransang
melalui jalur saraf eferen oleh rangsangan nervus vagus dan simpatis atau oleh
rangsangan emetic yang menimbulkan muntah dengan aktivasi CTZ. Jalur eferen
menerima sinyal yang menyebabkan terjadinya gerakan ekspulsif otot
abdomen, gastrointestinal, dan prnapasan yang terkoordinasi dengan
epifenomena emetic yang menyertai disebut muntah. Pusat muntah secara anatomis
berada di dekat pusat salvasi dan pernapasan, sehingga pada waktu muntah
sering terjadi hipersalivasi dan gerakan pernapasan.
Pada penderita PJK, yang terjadi adalah keadaan di mana jantung tidak dapat
memompa darah secara maksimal sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
tercukupi. Sehingga, ini menyebabkan salah satu permasalahan yaitu adanya
penumpukan cairan pada bagian perut (asites). Penumpukan cairan pada asites terjadi
diantara dinding perut dan pada organ dalam perut. Sehingga penderita akan
merasakan mual, muntah, sesak, perut membesar dan kembung, dada terasa panas.
Sehingga menyebabkan pasien muntah.
2. Arteri koroner menjalar dari bagian berdiameter besar di proksimal dan makin kecil
ke distalnya. Bagian proximal paling sering mengalami atherosclerosis yang
menyebabkan plak stenosis. Bagian distal biasanya jarang terkena plak stenosis dan
memiliki respons vasomotor sesuai kebutuhan oksigen mereka akan melebar bila
terdapat stenosis oksigen yang berat. Bila penyempitan lumen kurang dari 60%, aliran
darah potensial maksimal arteri tidak terpengaruh secara signifikan karena adanya
gerakanproksimal dan vasodilatasi pembuluh darah distal untuk mencukupi suplai.
Saat penyempitan pembuluh darah lebih dari 70% aliran darah istirahat
normal namun aliran darah maksimal menurun walaupun dengan dilatasi pembuluh
darah distal. Pada saat kebutuhan oksigen meningkat (denyut jantung naik atau saat
kerja berat) aliran kororner tidak adekuat dengan menurunnya oksigen suplai yang
menyebabkan iskemia miokard. Bila penyempitan lebih dari 90% walau dengan
dilatasi distal maksimal, aliran darah tetap tidak dapat mencukupi kebutuhan basal
dan iskemik tetap ada saat istirahat. Walaupun ada aliran kolateral namun tetap saja
tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen selama aktivitas.
3. PJK merupakan jenis penyakit yang multifaktorial. Salah satu faktor yang sering
dikaitkan terhadap PJK ialah kebiasaan merokok. WHO menyebutkan bahwa rokok
menyebabkan sekitar 7 juta kematian setiap tahunnya. Hal ini diprediksi akan
mengalami peningkatan sampai 8 juta kematian setiap tahunnya pada tahun 2030
(CDC, 2018). Lebih dari 6 juta orang meninggal sebagai perokok aktif dan sekitar
890.000 lainnya meninggal akibat terkena paparan asap rokok atau yang dikenal
sebagai perokok pasif Sebanyak 80% dari 1,1 milyar perokok di seluruh dunia berasal
dari negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2018).
Merokok merupakan salah satu faktor perilaku yang sangat penting dari
penyakit kardiovaskular (WHO, 2018). Risiko mengalami serangan jantung dua kali
lebih besar terjadi pada perokok berat atau orang dengan konsumsi rokok 20 batang
dalam sehari (Anies, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Djunaidi dkk (2014)
mengenai “Hubungan Usia dan Merokok pada Penderita Penyakit Jantung Koroner di
Poliklinik Penyakit Dalam RS MH Palembang Periode Tahun 2012” memperoleh
kesimpulan bahwa responden yang merokok berpeluang 4 sampai 5 kali lebih besar
untuk mengalami PJK dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok.

Tujuan pembelajaran selanjutnya


1. Pada penderita PJK terdapat tanda dan gejala yang hampir sama dengan penyakit jantung
lainnya. Oleh karena itu harus bisa menambah pengetahuan serta referensi yang tepat
agar pada saat pengambilan diagnosa keperawatan dapat mengambil diagnosa dengan
tepat..
2. Pada kasus disebutkan bahwa pasien mengeluh nyeri pada bagian dada dengan skala 6-7,
sebagai pembelajaran seharusnya kedepan kasus lebih di perhatikan penggunaan skala.
Karena pada pengkajian nyeri skala yang digunakan beragam diantaranya menggunakan
skala numeric atau angka. Skala numeric atau angka ada yang menggunakan skala 1-5
dan ada juga yang menggunakan skala 1-10 sehingga kita bisa menyimpulkan nyerinya
ini termasuk di nyeri ringan, sedang ataupun berat.

Informasi tambahan

1. Faktor-faktor Resiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner


(PJK) pada Usia Dewasa Di RS Haji Jakarta

2. Pengaruh Pektin terhadap Penurunan Risiko Penyakit Jantung Koroner

3. Proporsi karakteristik penyakit jantung coroner pada perokok aktif berdasarkan


karakteristik merokok

Klarifikasi informasi tambahan


1. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan jantung dan pembuluh
darah dimana tejadi penyempitan pembuluh darah koroner yang terjadi karena adanya
plak pada seluruh arteri sehingga mengurangi aliran darah ke jantung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
PJK pada usia dewasa di RS Haji Jakarta, dengan variabel independen yaitu riwayat
keluarga, jenis kelamin, hipertensi, hiperkolesterolemia, merokok, diabetes, dan
obesitas, sedangkan variabel dependen yaitu PJK pada usia dewasa. Desain penelitian
adalah kuantitatif deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi 
semua pasien PJK yang menjalani  rawat inap (Syifa dan Afiah), serta  rawat jalan
poli  klinik  jantung di RS Haji Jakarta.Jumlah responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi sebanyak 61 responden diambil dengan menggunakan consecutive sampling. 
Instrumen  yang digunakan  berupa kuesioner. Hasil  penelitian menunjukan  analisa
bivariat  riwayat keluarga (p-value = 0,027), jenis kelamin (p-value = 0,000),
hipertensi (p-value = 0,007), merokok (p-value = 0,000), dan hiperkolesterolemia (p-
value = 0,000) merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian PJK pada usia
dewasa.  Ada hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga, jenis kelamin,
hipertensi, merokok, hiperkolesterolemia dengan kejadian PJK pada usia dewasa.
Perawat dapat melakukan pendidikan kesehatan mengenai faktor risiko PJK pada
klien di poliklinik jantung sehingga diharapkan dapat mengurangi kejadian PJK dan
mencegah komplikasinya (Saputri dan Tri, 2016).
2. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia
dan di dunia. Penyakit ini terjadi akibat aterosklerosis pada arteri koronaria.
Aterosklerosis diawali dengan pembentukan plak. Kolesterol kristal merupakan salah
satu penyusun plak ini sehingga kadar kolesterol yang tinggi akan meningkatkan
risiko terjadinya aterosklerosis. Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa serat
pangan larut air, seperti pektin, dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Pektin
dapat diperoleh dari buah dan sayuran. Pektin menurunkan kadar kolesterol darah
dengan mengikat asam empedu dan mengurangi reabsorpsinya di usus halus.
Propionat, produk fermentasi pektin, menghambat kerja HMG-KoA reduktase. Pektin
berpengaruh terhadap penurunan risiko PJK (Siantur, 2019).
3. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskular yang memiliki
angka morbiditas dan mortalitas tertinggi pada kelompok penyakit tidak menular baik
di dunia maupun di Indonesia. Salah satu faktor yang memengaruhi kejadian penyakit
jantung koroner adalah perilaku merokok. Tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis proporsi karakteristik pasien penyakit jantung koroner pada perokok
aktif berdasarkan karakteristik merokok. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di
Poli Jantung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo pada Bulan Mei 2016.
Sebanyak 38 perokok aktif dijadikan sebagai sampel penelitian yang merupakan
pasien di Poli Jantung RSUD Sidoarjo. Pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling. Variabel yang diteliti adalah karakteristik responden yaitu umur,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan status bekerja dan variabel karakteristik
merokok yaitu riwayat lama merokok, jenis rokok, jumlah batang rokok per hari, dan
saat merokok). Analisis data menggunakan software epi info dan disajikan secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar baik responden yang
menderita penyakit jantung koroner maupun non penyakit jantung koroner memiliki
riwayat merokok selama ≥ 33 tahun, menghisap rokok kurang dari 13 batang/hari, dan
tidak segera merokok setelah bangun tidur pagi. Kesimpulan penelitian adalah
proporsi karakteristik kejadian penyakit jantung koroner pada perokok aktif yang
tertinggi adalah jenis rokok sedangkan yang terendah adalah riwayat lama merokok
(Diastutik, 2016).
Analisa dan sintesa
Penyakit Jantung Koroner  (PJK) adalah  gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru
pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh. Penyakit jantung  koroner terdiri 
dari  penyakit jantung  koroner stabil  tanpa gejala, angina pektoris stabil, dan
Sindrom Koroner Akut (SKA). Penyakit jantung koroner stabil tanpa gejala  biasanya 
diketahui   dari  skrining,  sedangkan angina  pektoris stabil  didapatkan gejala nyeri
dada bila melakukan aktivitas yang melebihi aktivitas sehari-hari. (Kemenkes RI-
2019)
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner
adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
menyebabkan serangan jantung. Penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut
dengan aterosklerosis. Penyakit jantung koroner (pjk) merupakan keaadaan dimana
terjadi penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner
menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah
otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak (Prabowo & Pranata, 2017, hal.
188).

Oleh karena itu, kami mengangkat diagnosa medisnya PJK.

Berdasarkan kasus di atas, kami menarik 3 Diagnosis keperawatan, yaitu :

1. Penurunan Curah Jantung


2. Nyeri Akut.
3. Nausea.

Laporan Diskusi
PATHWAY

LDL > 100 mg/dL

Penumpukan ateroma dinding arteri

Penyumbatan pembuluh darah di arteri koronaria (aterosklerosis)

PJK

Iskemia jaringan
miokard

Asites Suplai O2
Metabolisme sel menurun
secara anerob
Pusat muntah bereaksi
merangsang serabut
Jantung tidak dapat
saraf eferen otonom
Penumpukan memompa darah
disaluran cerna
asam laktat secara adekuat

Pengeluaran isi Penurunan curah


Merangsang pelepasan mediator
lambung jantung
kimia (Histamin, prostaglandin,
bradikinin).
Mual/muntah
Dipersepsikan di
hipotalamus
Neusea

Nyeri dada

Nyeri akut
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : tidak terkaji
Umur : 47 tahun
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Penyakit Jantung Koroner (PJK)
b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji.
Alamat : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri berat dibagian dada dengan skala 6-7, nyeri bagian leher, bahu kiri
dan punggung, berkeringat, muntah-muntah.
2)  Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Klien mengeluh nyeri berat dibagian dada
3)  Riwayat Keluhan Utama

Tidak terkaji
4)   Keluhan yang Menyertai
Tidak terkaji
5)      Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Tidak terkaji
b.      Satus Kesehatan Masa Lalu
1)      Penyakit yang pernah dialami
Tidak terkaji
2)      Pernah dirawat
Tidak terkaji
3)      Alergi
Tidak terkaji
4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Tidak terkaji
c.       Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak terkaji
d.      Diagnosa Medis dan therapy
diagnosa medis : penyakit jantung koroner (PJK)
therapy : Tidak terkaji
3.      Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a.       Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Tidak terkaji
b.      Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :Tidak terkaji
 Saat sakit :Tidak terkaji
c.       Pola Eliminasi
1)   BAB
 Sebelum sakit : Tidak terkaji
 Saat sakit : Tidak terkaji
2)   BAK
Sebelum sakit : Tidak terkaji
 Saat sakit : Tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
1)   Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2)  Latihan
 Sebelum sakit : Tidak terkaji
 Saat sakit : Tidak terkaji
e.       Pola kognitif dan Persepsi
tidak terkaji
f.       Pola Persepsi-Konsep diri
tidak terkaji
g.       Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelumsakit :Tidak terkaji
 Saatsakit :Tidak terkaji
h.      Pola Peran-Hubungan
Tidak terkaji
i.        Pola Seksual-Reproduksi
 Sebelumsakit :Tidak terkaji
 Saatsakit :Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Tidak terkaji
k.      Pola Nilai-Kepercayaan
Tidak terkaji
4.      Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : komposmentis
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal : Tidak terkaji
Psikomotor : Tidak terkaji
Mata : Tidak terkaji
b.Tanda-tanda Vital :
Nadi = 115x/menit, Suhu = 37,8oc , TD = 150/90 mmHg, RR = 24x/menit, LDL=140
mg/dl, HDL=50 mg/dl
c.       Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :Tidakterkaji
b. Dada :Tidak terkaji
 Paru: Tidak terkaji
 Jantung: Tidak terkaji
c. Payudara dan ketiak :Tidak terkaji
d. abdomen :Tidak terkaji
e. Genetalia :Tidak terkaji
f. Integumen :Tidak terkaji
g. Ekstremitas :
 Atas : terasa nyeri dibagian dada
 Bawah : Tidak terkaji
h.      Neurologis :
 Status mental da emosi :Tidak terkaji
 Pengkajian saraf kranial :Tidak terkaji
 Pemeriksaan refleks :Tidak terkaji
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Tidak terkaji
1. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji
2. Hasil konsultasi
Tidak terkaji
3. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tidak terkaji
3.2 Diagnosa
1. Penurunan Curah Jantung (D.0008)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Sirkulasi

2. Nyeri Akut (D.0077)

Kategori : Psikologis

Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan

3. Neusea
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
a. Tabel PES

Etiologi
Problem Symptom

Ds: Penurunan
 Pasien mengeluh LDL diatas normal Curah Jantung
nyeri dibagian dada, (D.0008)
leher, bahu kiri dan
Penumpukan ateroma dinding arteri
punggung.
 Pasien mengeluh
Penyumbatan pembuluh darah di arteri koronaria
berkeringat,
 Pasien mengeluh
PJK
muntah-muntah
Do:
TD : 150/90 mmHg Suplai O2
menurun
RR : 24x/menit
Nadi : 115x/menit
Suhu : 37,8 oc Jantung tidak dapat
memompa darah
secara adekuat

Penurunan curah
jantung

Suplai O2
menurun
Ds : Nyeri akut
LDL diatas normal (D.0077)
Pasien mengeluh nyeri
dibagian dada
Penumpukan ateroma dinding arteri
Do :
Nyeri pada skala 6-7
Penyumbatan pembuluh darah di arteri koronaria

PJK
Suplai O2
menurun
Iskemia jaringan
miokard

Metabolisme sel
secara anerob

Penumpukan
asam laktat

Merangsang pelepasan
mediator kimia

Difersepsikan di
hipotalamus

Nyeri dada

Nyeri akut

Ds: Neusea
 Pasien mengalami LDL diatas normal (D.0078)
muntah-muntahn
Do:
Penumpukan ateroma dinding arteri
Tidak diketahui

Penyumbatan pembuluh darah di arteri koronaria

PJK

Iskemia jaringan
miokard

Pusat muntah bereaksi


Asitesserabut
merangsang
saraf eferen otonom Merangsang pelepasan
disaluran cerna mediator kimia
3.1 Intervensi

Hari/
SDKI SLKI SIKI Rasional
Tgl
Minggu, Penurunan Curah Jantung Perawatan Jantung Observasi
21Septembe Curah Jantung (L.02008) (1.02075) 1. Untuk
r 2020 (D.0008) Kriteria Hasil : Definisi : mengetahui
Setelah di lakukan Mengidentifikasi, merawat gejala primer
Ds:
 Pasien tindakan dan membatasi komplikasi penurunan

mengeluh keperawatan akibat ketidakseimbangan curah jantung

nyeri selama 3x24 jam antara suplai dan konsumsi (meliputi,dispne


masalah Tingkat oksigen miokard a,kelelahan,
dibagian nyeri dapat Tindakan: edema,
dada, leher, teratasi dengan Observasi ortopnea,
bahu kiri indikator : 1. Identifikasi/tanda paroksismal,
dan 1. Keluhan nyeri gejala primer nocturnal
punggung. menurun. penurunan curah dyspmea,
 Pasien 2. Tekanan jantung (meliputi peningkatan
mengeluh Darah dan dispnea, kelelahan, cvp)
berkeringat, Respirasi edema, ortopnea, 2. Untuk
 Pasien menjadi paroksismal, nocturnal mengetahui
mengeluh normal dyspmea, peningkatan tanda/geja;a
muntah- cvp) sekunder
muntah 2. Identifikasi penurunan
Do: tanda/geja;a sekunder curah jantung
TD : 150/90 penurunan curah (meliputi
mmHg jantung (meliputi peningkatan
RR : 24x/menit peningkatan berat berat badan,
Nadi : badan, hepatomegali, hepatomegali,
115x/menit distensi vena jugularis, distensi vena
Suhu : 37,8 oc palpitasi, ronghi jugularis,
basah, oliguria, batuk, palpitasi, ronghi
kulit pucat) basah, oliguria,
3. Monitor tekanan darah batuk, kulit
(termasuk tekanan pucat)
darah ortostatik, jika 3. Untuk
perlu) mengetahui
4. Monitor intake dan tekanan darah
output cairan (termasuk
5. Monitor berat badan tekanan darah
setiap hari pada waktu ortostatik, jika
yang sama perlu)
Terapeutik 4. Untuk
6. Posisikan pasien semi- mengetahui
Fouler atau fouler intake dan
dengan kaki kebawah output cairan
atau posisi nyaman 5. Untuk
7. Berikan diet jantung mengetahui
yang sesuai (misalnya berat badan
batasi asupan kafein, setiap hari pada
natrium, kolestrol, dan waktu yang
makanan tinggi lemak) sama
8. Gunakan stocking Terapeutik
elastic atau 6. Untuk
pneumeatik mengetahui
intermiten, sesuai posisi pasien
indikasi semi-Fouler
9. Fasilitasi pasien dan atau fouler
keluarga untuk dengan kaki
modifikasi gaya hidup kebawah atau
sehat posisi nyaman
10. Berikan terapi 7. Untuk
relaksasi untuk mengetahui diet
mengurangi stress, jika jantung yang
perlu sesuai
Edukasi (misalnya batasi
11. Anjurkan beraktivitas asupan kafein,
fisik sesuai toleransi natrium,
12. Anjurkan beraktivitas kolestrol, dan
fisik secara bertahap makanan tinggi
13. Anjurkan berhenti lemak)
merokok 8. Untuk
14. Ajarkan pasien dan mengetahui
keluarga mengukur stocking elastic
berat badan harian atau pneumeatik
15. Ajarkan pasien dan intermiten,
keluarga mengukur sesuai indikasi
intake dan output 9. Untuk
Kolaborasi mengetahui
16. Kolaborasi pemberian pasien dan
antiaritmia, jika perlu keluarga untuk
17. Rujuk ke program modifikasi gaya
rehabilitasi hidup sehat
10. Untuk
mengetahui
terapi relaksasi
untuk
mengurangi
stress, jika perlu
Edukasi
11. Untuk
mengetahui
anjuran
beraktivitas
fisik sesuai
toleransi
12. Untuk
mengetahui
anjuran
beraktivitas
fisik secara
bertahap
13. Untuk
mengetahui
anjuran berhenti
merokok
14. Untuk
mengetahui
pasien dan
keluarga
mengukur berat
badan harian
15. Untuk
mengetahui
pasien dan
keluarga
mengukur
intake dan
output
Kolaborasi
16. Untuk
mengetahui
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
17. Untuk
mengetahui
rujukan ke
program
rehabilitasi

Minggu, 21 Nyeri Tingkat Nyeri Manajemen Observasi


September akut(D.0077) (L.08066) nyeri(1.08238) 3. Untuk
2020 Ds : Kriteria Hasil : Definisi : mengetahui loka
Setelah di lakukan Mengidentifikasi dan meng si, karakteristik,
 Pasien
tindakan elola pengalaman sensori durasi,
mengeluh
keperawatan atau emosional yang frekuensi,
nyeri
selama 3x24 jam berkaitan dengan kualitas,
dibagian
masalah Tingkat kerusakan jaringan atau intensitas nyeri
dada
nyeri dapat fungsional dengan onset yang dirasakan
 Nyeri dada
teratasi dengan mendadak atau lambat dan klien.
skala 6-7
indikator : berintensitas ringan hingga 4. Untuk
1. Keluhan nyeri berat dan konstan mengetahui
menurun. Tindakan: skala yang
2. Skala nyeri 6 Observasi dirasakan oleh
menurun ke 1. identifikasi lokasi, klien.
skala 1 karakteristik, durasi, 5. Untuk
frekuensi, kualitas, mengetahui
intensitas nyeri. respon nyeri dan
2. Identifikasi skala non verbal yang
nyeri klien rasakan.
3. Identifikasi respon 6. Untuk
nyeri dan non verbal mengetahui
4. Identifikasi faktor faktor yang
yang memperberat memperberat
dan memperingan dan
nyeri memperingan
5. Identifikasi nyeri yang
pengetahuan dan dirasakan oleh
keyakinan tentang klien.
nyeri 7. Untuk
6. Identifikasi pengaruh mengetahui
budaya terhadap tingkat
respon nyeri pengetahuan
7. Identifikasi pengaruh dan keyakinan
nyeri pada kualitas klien tentang
hidup nyeri yang ia
8. Monitor keberhasilan rasakan.
terapi komplementer 8. Untuk
yang sudah diberikan mengetahui
9. Monitor efek pengaruh
samping penggunaan budaya terhadap
analgetik respon nyeri
Terapeutik yang klien
10. Berikan tehnik non rasakan.
farmakologis untuk 9. Untuk
mengurangi rasa mengetahui
nyeri( mis, TENS, pengaruh nyeri
hipnosis, akupresure, pada kualitas
terapi musik, hidup pada
biofeedback, terapi klien.
pijat, aroma terapi, 10. Untuk
tehnik imajinasi mengetahui
terbimbing, kompres tingkat
hangat/dingin, terapi keberhasilan
bermain) terapi
11. Kontrol lingkungan komplementer
yang memperberat yang sudah
rasa nyeri (mis. Suhu diberikan
ruangan, kepada klien.
pencahayaan , 11. Untuk
kebisingan) mengetahui efek
12. Fasilitasi istrahat dan samping
tidur penggunaan
13. Pertimbangkan jenis analgetik yang
dan sumber nyeri klien pernah
dalam pemilihan gunakan.
strategi meredakan
nyeri Terapeutik
Edukasi 12. Agar klien
14. Jelaskan penyebab, mengetahui
periode, dan pemicu tehnik non
nyeri farmakologis
15. Jelaskan strategi untuk
meredakan nyeri mengurangi rasa
16. Anjurkan memonitor nyeri( mis,
nyeri secara mandiri TENS, hipnosis,
17. Anjurkan akupresure,
mengguanakan terapi musik,
analgetik secara tepat biofeedback,
18. Ajarkan tehnik non terapi pijat,
farmakologis untuk aroma terapi,
mengurangi rasa tehnik imajinasi
nyeri terbimbing,
Kolaborasi kompres
19. Kolaborasi pemberian hangat/dingin,
analgesik, jika perlu. terapi bermain)
13. Agar klien dapat
mengetahui
Kontrol
lingkungan apa
saja yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan ,
kebisingan)
14. Agar klien dapat
mengetahui
Fasilitasi
istrahat dan
tidur yang
cukup untuk
menghilangkan
nyeri.
15. Agar klien dapat
mempertimbang
kan jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri yang klien
rasakan.

Edukasi
16. Agar klien
dapat
mengetahui
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
yang ia
rasakan.
17. Agar klien dapat
mengetahui
strategi untuk
meredakan
nyeri yang ia
rasakan.
18. Agar klien dapat
mengetahui
untuk
memonitor
nyeri secara
mandiri.
19. Agar klien
mengetahui cara
menggunakan
dan jenis obat
analgetik secara
tepat.
20. Agar klien dapat
mengetahui apa
saja tehnik non
farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
21. Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
dari pada nyeri
yang klien
rasakan.

Minggu, Neusea Tingkat nusea Manajemen Mual Observasi :


(D.0078) (L.08065) (1.03117)
21Septembe 1. Untuk
Definisi :
r 2020 Ds: Setelah di lakukan mengetahui
 Pasien Mengidentifikasi dan
tindakan pada kondisi
mengalami mengelola perasaan tidak
keperawatan apa pasien
muntah- enak pada bagian
selama 3x24 jam merasakan mual
muntahn tenggorokan atau lambung
masalah Tingkat 2. Untuk
Do: yang dapat menyebabkan
neusea dapat mengetahui
muntah
Tidak diketahui teratasi dengan gangguan tidur
Tindakan :
indikator : karena mual
Observasi :
1. Perasaan ingin 3. Untuk
1. identifikasi pengalaman
muntah mengetahui
mual
menurun penyebab mual
2. indentifikasi dampak
4. Untuk
mual terhadap kualitas
mengatasi mual
tidur (mis,napsu
5. Untuk
makan,aktivitas,kinerja,tan
mengetahui
ggung jawab peran ,dan
seberapa sering
tidur )
pasien
3. identifikasi faktor
mengalami
penyebab mual
mual
(mis,pengobatan dan
prosedur )
Terapeutik :
4. Identifikasi antiemetik
6. Untuk
utnuk mencegah mual
menurunkan
(mis,kecuali mual pada
insitas mual
kehamilan )
7. Untuk
5. monitor mual memberikan
(mis,frekuensi ,durasi,dan keadaan
tingkat keparahan ) nyaman
Terapeutik : Edukasi :
6. kendalikan faktor 8. Agar kulitas
lingkungan penyebab mual tidur pasien
(mis,bau tak dapat terkontrol
sedap,suara,dan 9. Untuk
rangsangan visual yang memenuhi
tidak menyenangkan ) kebutuhan
7. kurangi atau hilangkan nutrisi
keadaan penyebab mual 10. Agar pasien
(mis,kecemasan,ketakutan, merasa nyaman
atau kelelahan ) Kolaborasi :
Edukasi : 11. Untuk
8. Anjurkan istirahat dan mengatasi mual
tidur yang cukup
9. Anjurkan makan
makanan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
10. Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual
(mis,biofieedback
,hipnosis,relaksasi,terapi
musik,dan akurpresur)
Kolaborasi :
11. Kolaborasi pemberian
antiemetik jika perlu

3.4 Implementasi dan Evaluasi

NO Hari/ No Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi Ttd


Tgl/Jam proses
1. Selasa/21 Penurunan Perawatan Jantung S : -Klien
september Curah Jantung Definisi : mengatakan
2020/13.00 D.0008 Mengidentifikasi ,merawat dan membatasi komplikasi nyeri dada,
akibat ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi
leher, bahu kiri
oksigen miokard.
dan punggung,
Tindakan
berkeringat,
Observasi
muntah-muntah
1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer
telah berkurang
penurunan curah jantung (meliputi
dispnea,kelelahan,edema,ortopnea,paroxymal O : Tekanan

noctumal dyspnea, peningkatan CVP) darah menjadi


RH: tanda/gejala primer penurunan curah normal (120/80
jantung pasien sudah dapat diketahui. mmHg),
2. Mengidentifikasi tanda/gejala sekunder Respirasi
penurunan curah jantung (meliputi peningkatan menjadi
berat badan,hepatomegali,distensi vena Normal
jugularis,palpitasi,ronkhi
(24x/menit)
basah,oliguria,batuk,kulit pucat)
A : Masalah
RH: tanda/gejala sekunder penurunan curah
telah teratasi
jantung pasien sudah dapat di ketahui.
P : Intervensi
3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
dihentikan
ortosatk,jika perlu)
RH: tindakan yang dilakukan dapat
menstabilkan tekanan darah pada pasien
4. Memonitor intake dan output cairan
RH: tindakan yang dilakukan dapat
menstabilkan keseimbangan cairan dalam tubuh
pasien
5. Memonitor berat badan setiap hari pada waktu
yang sama
RH: tindakan yang dilakukan dapat
menstabilkan berat badan pasien
Terapeutik
6. Memposisikan pasien semi-Fowler atau Fowler
dengan kaki kebawah atau poisis nyaman
RH: pasien mengikuti arahan dengan baik
7. Memberikan diet jantung yang sesuai
(mis.batasi asupan
kafein,natrium,kolesterol,dan makanan tinggi
lemak)
RH :pasien mengikuti anjuran diet yang sesuai
8. Menggunakan stoking elastis atau pneumatik
intermiten,sesuai indikasi
RH : pasien mengikuti anjuran sesuai indikasi
9. Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk
memodifikasi gaya hidup sehat
RH : pasien dan keluarga telah mengubah gaya
hidup sehat secara mandiri
10. Memberikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stres ,jika perlu
RH : pemberian terapi relaksasi dapat diberikan
,jka perlu
Edukasi
11. Menganjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
RH: pasien mengikuti anjuran dengan baik
12. Menganjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
RH: pasien telah beraktifitas secara bertahap
13. menganjurkan berhenti merokok
RH: pasien dapat berhenti merokok secara
mandiri
14. mengajarkan pasien dan keluarga mengukur
berat badan harian
RH: pasien dan keluarga mengukur berat badan
hariean secara mandiri
15. mengajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output cairan harian
RH: pasien dan keluarga memahami cara
mengukur intake dan output cairan
Kolaborasi
16. mengkolaborasi pemberian antiaritmia,jka perlu
RH: pemberian analgetik dapat diberikan jika
perlu
17. merujuk keprogram rehabilitas jantung
RH : program rehabilitas jantung dapat
diberikan

2. Senin/21 Nyeri Akut Menejemen Nyeri S : Klien


september D.0077 Definisi : mengatakan
2020 Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik nyeri dibagian
/13.00 atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan dada berkurang
jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau
O : -(tidak ada)
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
A : Masalah
konstan .
telah teratasi
Tindakan
Observasi P : Intervensi
1. Mengidentifikasi dihentikan
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,inten
sitas nyeri
RH:
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,intensitas
nyeri pada pasien sudah dapat diketahui
2. Mengidentifikasi skala nyeri
RH : tingkat nyeri pada pasien sudah dapat
diketahui
3. Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal
RH : dari respon nyeri dan nonverbal pasien
dapat diketahui tingkat nyeri
4. Mengidetifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
RH : faktor yang memperberat dan emperingan
nyeri dapat diketahui
5. Menidentifikasi pengetahuan dan keyakinan
tetang nyeri
RH : mengukur seberapa paham pasien tentang
nyeri
6. Mengidenifikasi pengaruh budaya terhadapa
respon nyeri
RH: dapat mengetahui kebiasan pasien dalam
meredakan nyeri
7. Mengidentifikas pengaruh nyeri terhadapa kualits
hidup
RH: nyeri yang dirasakan tidak berdampak
pada kualitas hidup pasien
8. Memonitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberkan
RH : tindakan yang telah diberikan dapat
berhasil meredakan nyeri pada pasien
9. Memonitor efek samping penggunaan analgetik
RH : obat analgetik tidak memberikan efek
samping yang serius
Terapeutik
10. Memberikan efek nonfaramkologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.tens,hipnosis,akupresur,terapi musik
,biofeedback,terapi pijat,aromaterapi,teknik
imajinasi terbimbing,komprs hangat/dingin,terapi
bermain)
RH : teknik nonfarmakologis berhasil utuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien
11. Mengntrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis.suhu ruangan,pencahayaan,kebisingan)
RH: pengaturan lingkungan sudah disesuaikan
agar tidak memperberat rasa nyeri pada pasien
12. Memfasilitasi istirahat dan tidur
RH: pasien dapat tidur/istirahat
13. Mempertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
RH : pemilihan strategi dalam meredakan nyeri
dapat diketahui
Edukasi
14. Menjelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
RH: pasien dapat memahami pemicu dari nyeri
yang dia rasakan
15. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
RH: pasien dapat mengetahui cara dalam
meredakan nyeri
16. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
RH: pasien dapat mengatur tingkat nyeri secara
mandiri
17. Menganjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
RH: pasien dapat mengetahui prosedur
penggunaan analgetik secara tepat
18. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
RH: pasien dapat mengetahui cara meredakan
nyeri tanpa menggunakan obat
Kolaborasi
19. Mengkolaborasi penggunaan analgetik ,jika perlu
RH: pemberian analgetik dapat diberikan ,jika
perlu
3. Senin/21 Neusea Manajemen Mual (1.03117) S : Klien
september (D.0078) Definisi :
mengatakan
2020
/13.00 Mengidentifikasi dan mengelola perasaan tidak tidak lagi
enak pada bagian tenggorokan atau lambung yang mengalami
dapat menyebabkan muntah munta-muntah
Tindakan : O : tidak
Observasi : diketahi
1. Mengidentifikasi pengalaman mual A : Masalah
RH : dapat mengetahui penyebab mual telah teratasi
2. Mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas P : Intevensi
tidur (mis,napsu makan,aktivitas,kinerja,tanggung dihentikan
jawab peran ,dan tidur )
RH: dapat memperbaiki kualitas tidur pasien
3. mengidentifikasi faktor penyebab mual
(mis,pengobatan dan prosedur )
RH : dapat mengetahui obat penurunan rasa mual
pada pasien
4. Mengidentifikasi antiemetik utnuk mencegah
mual (mis,kecuali mual pada kehamilan )
RH: mual yang dirasakan pasien berkurang
5. memonitor mual (mis,frekuensi ,durasi,dan
tingkat keparahan )
RH : mual pada pasien dapat diketahui
Terapeutik :
6. mengendalikan faktor lingkungan penyebab
mual (mis,bau tak sedap,suara,dan rangsangan
visual yang tidak menyenangkan )
RH : pasien merasa nyaman
7. Mengurangi atau menghilangkan keadaan
penyebab mual (mis,kecemasan,ketakutan,atau
kelelahan )
RH : keadaan mual pada pasien dapat teratasi
Edukasi :
8. Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup
RH : pasien melakukan istirahat yang cukup
9. Menganjurkan makanan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
RH : pasien makan makanan yang dianjurkan
10. mengajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis,biofieedback ,hipnosis,relaksasi,terapi
musik,dan akurpresur)
RH : pasien dapat mengatasi mual secara mandiri
Kolaborasi :
11. Mengkolaborasi pemberian antiemetik jika
perlu
RH : pemberian antiemetik dapat diberikan,jika
perlu
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner  (PJK) adalah  gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru
pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.(KemenkesRI-2019)
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan fungsi jantung akibat
kurangnya suplai oksigen ke otot-otot jantung. Kondisi ini disebabkan oleh
penyempitan atau sumbatan/plak di pembuluh darah koroner, atau dikenal sebagai
aterosklerosis arteri koronaria.3 Salah satu komponen yang menyusun plak ini adalah
kolesterol kristal. Oleh karena itu, salah satu risiko terjadinya aterosklerosis adalah
kadar kolesterol darah yang tinggi (Siantur, 2019)

4.2 Saran
Dengan adanya PBL PJK yang penulis buat ini semoga para pembaca atau
masyarakat luas dapat menambah pemahaman serta mengetahui tanda dan gejala serta
pencegahan penyakit PJK. Karena kita ketahui bersama bahwa penyakit PJK itu dapat
dialami oleh siapa saja dan sudah banyak kasus ini terjadi. Sehingganya penulis berharap
PBL PJK ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, E., & Pranata, A.E, (2017). Keperawatan Medikal Bedah Demham Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2016). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Siantur, Efry Theresia. 2019. Pengaruh Pektin terhadap Penurunan Risiko Penyakit Jantung
Koroner. Universitas Lampung. Vol 8, No-1.

Diastutik. Desy. 2016. Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung Koroner Pada Perokok Aktif
Berdasarkan Karakteristik Merokok. Universitas Lampung. Vol. 4, No-3.

Saputri, febi Vivin dan Tri Mulia Herawati. 2016. Faktor-faktor Resiko Yang Berhubungan
dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Usia Dewasa Di RS Haji Jakarta.
Jakarta timur. Universitas MH Thamrin

https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/gejala (diakses 29 September 2020).

https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/penyebab(diakses 29 September 2020).

PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Definisi Dan Tindakan Keperawatan,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai