Volume 4
Nomor 2
Jurnal
Chimica et Natura Acta
Penerbit/Publisher
DEPARTEMEN KIMIA
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjadjaran Chimica et Natura Acta
CHIMICA ET NATURA ACTA
Redaktur/Managing Editor
Rani Maharani, Ph.D. (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Editor/Editors
Prof. Dr. Husein H. Bahti (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Prof. Dr. Toto Subroto (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Dr. Dikdik Kurnia, M.Sc. (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Dr. Tati Herlina, M.Si. (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Dr. Iman Rahayu, M.Si. (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Juliandri, Ph.D. (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Safri Ishmayana, M.Sc. (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Jamaludin Al Anshori, Ph.D. (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Uji Pratomo, M.Si. (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Galuh Yuliani, Ph.D. (Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia)
Rifki Septawendar, M.Si. (Balai Besar Keramik, Indonesia)
M. Luthfi Firdaus, Ph.D. (Universitas Bengkulu, Indonesia)
Prof. Dr. Alexander V. Knyazev (Lobachevsky State University of Nizhni Novgorod, Russia)
Ambara R. Pradipta, Ph.D. (Riken, Japan)
Nurhidanatasha Abu Bakar, Ph.D. (Universiti Sains Malaysia, Malaysia)
Duong Thuy Nhu, Ph.D. (Walter and Eliza Hall Institute of Medical Research, Australia)
Dr. Elaheh Gharekhani (Islamic Azad University, Iran)
Sekretariat/Secretariate
Yandi Nuryandi
Hendi Asikin
ii
CHIMICA ET NATURA ACTA
The published papers include analytical chemistry and chemical separation, synthesis of chemical
compounds, natural product chemistry, organic chemistry, biochemistry, physical chemistry,
inorganic chemistry, environmental chemistry, food chemistry, biotechnology & biomolecular.
iii
CHIMICA ET NATURA ACTA
Volume 4 Nomor 2, Agustus 2016
Studi In Silico Single Chain Variable Fragment (SCFV) Selektif Terhadap Hormon 52 – 59
Basic Natriuretic Peptide (BNP)
Shabarni Gaffar, Aga Adi Masyhuri, Yeni Wahyuni Hartati, Rustaman
Pemisahan Minyak Pelumas (Base Oil) dari Minyak Bumi Asal Bangko, Rohil-Riau 72 – 78
dengan Zeolit A dari Abu Layang
Emrizal Mahidin Tamboesai
Pengujian Potensi Antijamur Ekstrak Air Kayu Secang Terhadap Aspergillus niger dan 84 – 87
Candida albicans
Yenni Karlina, Putranti Adirestuti, Dewi Meliati Agustini, Nurul Laily Fadhillah, Nida
Fauziyyah, Desi Malita
Stabilisasi Vitamin A (Retinol) pada Serum Otologus Sediaan Serbuk Kering 106 - 110
Menggunakan Lioprotektan Sukrosa
Iman P. Maksum, Lani Indrayati, Sutarya Enus
iv
PENGANTAR REDAKSI
Puji dan syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-
Nya Kami dapat menerbitkan Jurnal Chimica et Natura Acta Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016.
Pada kesempatan ini, Kami sajikan delapan makalah yang terdiri atas makalah yang berjudul:
“Studi In Silico Single Chain Variable Fragment (SCFV) Selektif Terhadap Hormon Basic
Natriuretic Peptide (BNP)”; “Menentukan Kestabilan Nuklida-nuklida Berdasarkan Massa Inti per
Nukleon”; “Pemisahan Minyak Pelumas (Base Oil) dari Minyak Bumi Asal Bangko, Rohil-Riau
dengan Zeolit A dari Abu Layang”; “Deteksi Urutan Oligonukleotida Mycobacterium tuberculosis
Secara Voltammetri Menggunakan Screen Printed Carbon Electrode (SPCE)”; “Pengujian Potensi
Antijamur Ekstrak Air Kayu Secang Terhadap Aspergillus niger dan Candida albicans”;
“Fitoremediasi Logam Kadmium pada Asap Rokok Menggunakan Tanaman Lidah Mertua Jenis
Sansevieria hyacinthoides dan Sansevieria trifasciata”; “Pemisahan Lanthanum dari Limbah Hasil
Pengolahan Timah dengan Menggunakan Metode Pengendapan Bertingkat”; “Transformasi
Menggunakan Agrobacterium tumefaciens Pada Tunas Daun Kalanchoe mortagei dan Kalanchoe
daigremontiana 1 dan 2” dan “Stabilisasi Vitamin A (Retinol) pada Serum Otologus Sediaan Serbuk
Kering Menggunakan Lioprotektan Sukrosa”.
Kami mohon maaf jika dalam penyampaiannya masih ada kekurangan dan mohon maklum
adanya. Kami mengucapkan terimakasih kepada para peneliti, fungsional, dan para ahli di bidangnya
masing-masing yang telah mengirimkan tulisannya kepada dewan redaksi kami. Kami juga
berterimakasih kepada seluruh tim yang telah membantu dalam proses penerbitan jurnal ini.
Semoga kerja keras dan kerjasama yang telah terlaksana ini dapat dipertahankan.
Dewan Redaksi
v
Studi In Silico Single Chain Variable Fragment (SCFV) Selektif Terhadap Hormon Basic Natriuretic Peptide (BNP)
Gaffar, S., Masyhuri, A.A., Hartati, Y.W., Rustaman
Abstrak: Basic natriuretic peptide (BNP) merupakan polipeptida yang terdiri dari 32 asam amino yang
disekresikan oleh bilik jantung untuk merespon peregangan yang berlebihan pada sel otot jantung. Pengeluaran
BNP dimodulasi oleh ion kalsium. BNP berpotensi untuk digunakan sebagai marker untuk meramalkan pasien
yang mengalami gagal jantung. Anti BNP single chain variable fragment (Anti BNP SCFV) merupakan
gabungan polipeptida antara daerah yang bervariasi pada rantai heavy (VH) dan rantai light (VL) dari
immunoglobulin. Anti BNP SCFV akan berikatan dengan BNP melalui pengenalan antigen-antibodi yang
biasanya berada pada daerah CDR (Complementary Determining Region) yang merupakan bagian dari SCFV.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari selektivitas docking SCFV yang diperoleh dari Protein Data
Bank (PDB) dengan BNP berdasarkan parameter energi intermolekular secara in silico. SCFV terpilih
dimodifikasi melalui penggantian asam amino yang berperan pada interaksi untuk mendapatkan SCFV yang
lebih selektif terhadap BNP dengan energi interaksi intermolekular yang lebih rendah. Docking dilakukan
menggunakan program Autodock 4.2.3. Visualisasi dilakukan menggunakan program Molegro Virtual Viewer.
Hasil penelitian menunjukkan SCFV dengan ID-PDB 4OUO merupakan SCFV yang selektif terhadap BNP
dengan energi intermolekular -12,81 kkal/mol, Ki 0,9712 M, namun energi ikatan yang positif: 17,33 kkal/mol.
Penggantian asam amino arginin 116 menjadi histidin pada SCFV 4OUO memperlihatkan pengikatan yang
lebih selektif terhadap BNP dengan energi intermolekul -13,66 kkal/mol, energi ikatan 16,47 kkal/mol, dan Ki
0,9726 M. Bagaimanapun, metode prediksi interaksi antara BNP dan SCFV perlu dikembangkan lebih lanjut
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Abstract: Basic natriuretic peptide (BNP) is a 32 amino acids polypeptide secreted by the chambers of the heart
in response to excessive stretching of heart muscle cells. Excretion of BNP is modulated by calcium ions.BNP
has the potential to be used as a marker topredict patients with heart failure. Anti BNP single chain variable
fragment (Anti BNP-SCFV) is a combination of polypeptides of varying regions in the heavy chain (VH) and
light chain (VL) of immunoglobulins. Anti BNP-SCFV will bind to BNP through the interaction of antibody-
antigen in CDR (Complementary Determining Region) which is part of SCFV. The purpose of this research was
to study the docking selectivity of SCFV from Protein Data Bank (PDB) with BNP based on intermolecular
energy parameters. Selected SCFV was modified by replacement of some amino acids which important for
interaction in the SCFV to get more selective SCFV to BNP with lower intermolecular interaction. Docking was
done using Autodock 4.2.3. Visualization was done using Molegro Virtual Viewer. The result found that SCFV
with PDB-ID 4OUO was selective to BNP with the intermolecular energy of -12,81 kcal/mol, Ki 0,9712 M, but
the binding energy was positive: 17,33 kcal/mol.. Replacement of amino acid arginine 116 to histidine in 4OUO
SCFV showed more selective binding with intermolecular energy -13,66kcal/mol, binding energy 16,47
kcal/mol, and Ki 0,9726 M. However, the method to predict interaction between BNP and SCFV need to
developed to give a better result.
52
Studi In Silico Single Chain Variable Fragment (SCFV) Selektif Terhadap Hormon Basic Natriuretic Peptide (BNP)
Gaffar, S., Masyhuri, A.A., Hartati, Y.W., Rustaman
53
Gambar 2. Model interaksi antara BNP dan SCFV Gambar 4. Interaksi elektrostatik antara BNP dan
4OUO SCFV 4OUO
masing molekul SCFV. Hasil docking antara BNP Ramachandran dapat diketahui suatu struktur protein
dan SCFV disajikan pada Tabel 1. mempunyai kualitas yang baik atau tidak. Caranya
Nilai Ki dari hasil docking memiliki perbedaan dengan melihat plot residu non glisin yang terletak
yang tidak terlalu jauh, hal ini dikarenakan urutan pada wilayah sudut dihedral yangdilarang
asam amino dari SCFV yang didapatkan dari PDB (disallowed regions). Glisin merupakan asam amino
memiliki homologi urutan yang tidak terlalu berbeda yang tidak mempunyai rantai samping sehingga sudut
jauh (75-94%), yang dibuktikan dengan alignment Φ dan ψ nya dapat berada pada empat kuadran dari
antara ke-empat puluh urutan SCFV menggunakan plot Ramachandran. Suatu struktur protein
program aligment T-coffee (http://tcoffee.crg.cat dinyatakan baik jika jumlah plot residu yang terdapat
/apps/tcoffee/do:expresso/) (data tidak diperlihatkan). pada most favoured regions lebih dari 90% dan R-
Namun energi ikatan antara semua kompleks factor tidak lebih dari 20%. Untuk membuat plot
diperoleh nilai positif. Berdasarkan hasil docking Ramachandran komplek antara 4OUO dengan BNP
diprediksi 4OUO merupakan SCFV yang selektif disimpan dalam bentuk .pdb kemudian digambarkan
terhadap BNP jika dibandingkan dengan SCFV yang dengan bantuan server RAMPAGE. Server
lain. SCFV 4OUO dapat membentuk interaksi yang RAMPAGE merupakan group dari Crystallography
lebih banyak dengan BNP jika dibandingkan dengan & Bioinformatics yang dikembangkan oleh
SCFV yang lain, model interaksi antara BNP dengan University of Cambridge. Server RAMPAGE diakses
4OUO dapat dilihat pada Gambar 2. Interaksi non melalui (http://mordred.bioc.cam.ac.uk/~rapper/
kovalen antara BNP dan SCFV 4OUO yaitu interaksi rampage.php). Plot Ramachandran antara SCFV
hidrogen dan elektrostatik diperlihatkan pada Gambar 4OUO dengan BNP ditunjukkan pada Gambar 5.
3 dan 4. Interaksi ini berkontribusi terhadap nilai Ki Berdasarkan plot Ramachandran SCFV 4OUO
dari SCFV 4OUO dan BNP. dengan BNP didapatkan jumlah residu asam amino
Untuk menunjukkan bahwa kompleks antara pada favour region sebesar 97,6 % dan jumlah residu
4OUO dengan BNP merupakan kompleks yang asam amino pada outlier region hanya sebesar 0,4 %.
memiliki kualitas yang baik adalah dengan Hasil ini menunjukkan bahwa komplek ini memiliki
menggambarkan kompleks 4OUO dengan BNP kualitas yang baik.
kedalam suatu plot Ramachandran. Melalui plot
Studi In Silico Single Chain Variable Fragment (SCFV) Selektif Terhadap Hormon Basic Natriuretic Peptide (BNP)
Gaffar, S., Masyhuri, A.A., Hartati, Y.W., Rustaman
55
Gambar 5. Plot Ramachandran BNP dan SCFV 4OUO. Jumlah residu asam amino yang berada pada favoured
region, allowed region dan outlier region adalah berturut-turut: 97,6%, 1,9% dan 0,4%.
56
Chimica et Natura Acta Vol. 4 No. 2, Agustus 2016: 52-59
Tabel 2. Hasil docking SCFV dengan penggantian asam amino dengan BNP
Binding Energy Ki
Kompleks
(kkal/mol) (Molar)
Wild Type 17.33 0.97120
R116H-BNP 16.47 0.97260
S42T-BNP 16.59 0.97240
S42C-BNP 16.67 0.97230
S42Q-BNP 16.78 0.97210
G127I-BNP 16.79 0.97210
S42N-BNP 16.84 0.97200
G127L-BNP 17.03 0.97170
G127M-BNP 17.07 0.97160
S42A-BNP 17.15 0.97150
T231N-BNP 17.16 0.97140
G127A-BNP 17.2 0.97140
T231C-BNP 17.22 0.97140
G127P-BNP 17.25 0.97130
S42Y-BNP 17.33 0.97120
R116K-BNP 17.35 0.97110
T231S-BNP 17.47 0.97090
T231Y-BNP 17.47 0.97090
T231Q-BNP 17.52 0.97090
T231A-BNP 17.58 0.97080
G127V-BNP 17.76 0.97050
Modifikasi SCFV 4OUO BNP. Keempat residu tersebut memiliki nilai ikatan
Dalam rangka mendapatkan struktur SCFV yang hidrogen tinggi jika dibandingkan dengan residu lain
lebih selektif terhadap BNP, dilakukan modifikasi yang berinteraksi dengan BNP. Jarak ikatan hidrogen
dari struktur SCFV 4OUO. Modifikasi pada struktur antara asam amino serin 42, arginin 116, glisin 127
4OUO dilakukan dengan cara mengganti salah satu dan threonin 231 dengan BNP berturut turut adalah
asam amino pada struktur 4OUO dengan asam amino 2,7 Å, 2,9 Å, 2,8 Å, 3 Å.
lain yang memiliki sifat yang mirip dengan asam Urutan asam amino dari SCFV yang baru dari
amino yang akan diganti. hasil penggantian asam amino di upload ke SWISS-
Barnes & Gray (2003) menjelaskan bahwa MODEL (http://swissmodel.expasy.org/) untuk
pergantian asam amino yang memiliki sifat yang mendapatkan model struktur dari SCFV baru. Untuk
sama dengan asam amino yang akan diganti, tidak menentukan apakah hasil penggantian asam amino
akan menyebabkan perbedaan sifat dari suatu protein memiliki pengaruh yang lebih baik atau tidak
sehingga masih mempertahankan sifat dari protein terhadap pembentukan kompleks SCFV-BNP maka
tersebut. Apabila asam amino yang akan diganti nilai Ki kompleks SCFV-BNP hasil penggantian
bersifat polar maka asam amino penggantinya juga dibandingkan dengan kompleks SCFV-4OUO wild
bersifat polar, hal ini bertujuan agar kita bisa melihat type sehingga dapat diketahui pengaruhnya (Tabel 2).
pengaruh pergantian asam amino tanpa adanya Berdasarkan hasil nilai Ki dari dua puluh macam
perubahan sifat dari protein. Asam amino SCFV SCFV baru, ternyata penggantian arginin 116
4OUO yang diganti adalah adalah serin 42 (menjadi menjadi histidin memberikan nilai Ki yang lebih
sistein/asparagin/glutamin, threonin/metionin), tinggi dibandingkan dengan wild type. Perubahan
arginin 116 (menjadi histidin/lisin), Glisin 127 arginin menjadi histidin memberikan efek yang
(menjadi alanin/isoleusin/leusin/prolin/valin) dan cukup besar pada interaksi dengan SCFV-BNP
threonin 231 (menjadi sistein/asparagin/glutamin (energi ikatan 17,33 vs 16,47 kkal/mol). Hal ini
/serin/metionin). Alasan digantinya keempat residu kemungkinan disebabkan ukuran histidin yang lebih
tersebut adalah karena residu tersebut memiliki kecil dibandingkan arginin sehingga membuat
peranan yang sangat besar dalam interaksinya dengan struktur SCFV menjadi agak terbuka dan
Studi In Silico Single Chain Variable Fragment (SCFV) Selektif Terhadap Hormon Basic Natriuretic Peptide (BNP)
Gaffar, S., Masyhuri, A.A., Hartati, Y.W., Rustaman
57
Gambar 7. Perbandingan struktur SCFV dengan residu arginin116 Wild Type dengan histidin 116 hasil
modifikasi
memungkinkan BNP untuk bisa masuk ke dalam Pencarian struktur SCFV yang dapat digunakan
struktur SCFV. Gambar 6 menunjukkan ikatan untuk deteksi BNP dimulai dari pencarian struktur
hidrogen antar histidin hasil modifikasi dengan BNP 3D SCFV pada Protein Data Bank
yang memiliki jarak ikatan hidrogen sebesar 3,1 Å. (www.rcsb.org/pdb). Penggunaan SCFV untuk
Perbandingan antara wild type dan hasil modifikasi deteksi BNP lebih disukai dibanding immunoglobulin
pada residu arginin diganti dengan histidin ini dapat karena ukurannya yang lebih kecil. Hasil docking
dilihat pada Gambar 7 dari struktur kristal SCFV dengan 40 macam ID
Untuk menguji apakah struktur SCFV yang baru PDB terhadap BNP memperlihatkan SCFV 4OUO
ini memiliki konformasi yang stabil maka dilakukan merupakan kandidat SCFV yang paling unggul
analisis dengan plot Ramachandran (Gambar 8). ditinjau dari energi intermolekul, energi ikatan dan
Berdasarkan plot Ramachandran didapatkan jumlah Ki. Analisis plot Ramachandran juga menunjukkan
residu asam amino yang berada pada daerah yang bahwa 97,6% residu asam amino berada pada most
diperbolehkan sebesar 97,4 % dan jumlah residu pada favoured region. Akan tetapi nilai energi ikatan yang
daerah yang dilarang hanya sebesar 0,65 %, hal ini positif menunjukkan interaksi yang tidak spontan.
menunjukkan bahwa struktur komplek ini memiliki Penggantian asam amino arginin 116 menjadi
kualitas yang baik. Hampir tidak ada perbedaan histidin memberikan energi ikatan yang lebih kecil
antara struktur plot Ramachandran wild type dengan namun Ki yang lebih besar dibandingkan dengan
R116H, hal ini dimungkinkan karena struktur SCFV wild type. Perubahan arginin menjadi histidin
yang dimodifikasi hanya satu asam amino sehingga memberikan efek pada interaksi dengan SCFV-BNP,
tidak mempengaruhi struktur umum dari SCFV. disebabkan karena ukuran histidin yang lebih kecil
Apabila dari struktur SCFV wild type banyak dibandingkan arginin sehingga membuat struktur
dilakukan perubahan maka sangat mungkin hasil dari SCFV menjadi agak terbuka dan memungkinkan
plot Ramachandran ini akan sangat berbeda jika BNP untuk bisa masuk ke dalam struktur SCFV.
dibandingkan dengan wild type.
58
Chimica et Natura Acta Vol. 4 No. 2, Agustus 2016: 52-59
Gambar 8. Plot Ramachandran komplek SCFV R116H-BNP. Jumlah residu asam amino yang berada pada
favoured region, allowed region dan outlier region adalah berturut-turut: 97,4%, 1,9% dan 0,6%.
Penelitian ini belum bisa membuktikan apakah the emergency department. American Heart
asam-asam amino pada SCFV yang berinteraksi Journal. 152(5): 949-955.
dengan BNP berada pada daerah CDR, sehingga Heo, M.A., Kim, S.H., Kim, S.Y., Kim, Y.J., Chung,
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan J., Oh, M.K. & Lee, S.G. (2006). Functional
asam amino yang berada pada daerah CDR. expression of single-chain variable fragment
Bagaimanapun, penelitian ini menunjukkan antibody against c-Met in the cytoplasm of
bahwa energi bebas antara BNP dengan SCFV Escherichia coli. Protein Expression and
bernilai positif. Secara termodinamika, interaksi Purification. 47(1): 203-209.
antara keduanya tidak berjalan secara spontan. Leonard G.P. (2008). Molecular engineering and
Pengembangan metode komputasi lebih lanjut perlu design of therapeutic antibodies. Current
dilakukan untuk dapat memprediksi interaksi BNP- Opinion in Immunology. 20(4): 460-470
SCFV secara lebih baik dan akurat, atau struktur Longenecker, K.L., Ruan, Q., Fry, E.H., Saldana,
SCFV yang lebih tepat. S.C., Brophy, S.E., Richardson, P.L. & Tetin,
S.Y. (2009). Crystal Structure and
KESIMPULAN thermodynamic analysis of diagnostic mab
Hasil docking keempat puluh struktur SCFV yang 106.3 complexed with BNP 5–13 (C10A).
diperoleh dari PDB terhadap BNP diperoleh SCFV Proteins: Structure, Function, and
4OUO sebagai SCFV yang memiliki interaksi non Bioinformatics. 76(3): 536–547.
kovalen yang paling kuat terhadap BNP. Penelitian Maeng, B.H., Choi, J., Sa, Y.S., Shin, J.H. & Kim,
lebih lanjut perlu dilakukan untuk mempelajari Y.H. (2012) Functional expression of
interaksi BNP terhadap SCFV pada daerah CDR. recombinant anti-BNP SCFV in methylotrophic
yeast Pichia pastoris and application as a
DAFTAR PUSTAKA recognition molecule in electrochemical
Barnes, M.R. (2003). Bioinformatics for Geneticists. sensors. World Journal of Microbiology &
New York: John Wiley & Sons. Biotechnology. 28(3): 1027–1034.
Chen, Y. & Shoichet, B.K. (2009) Molecular docking Meng, X.Y., Zhang, H.X., Mezei, M. & Cui, M.
and ligand specificity in fragment-based (2011). Molecular docking: a powerful
inhibitor discovery. Nature Chemical Biology. approach for structure-based drug discovery.
5(5): 358–364. Current Computer - Aided Drug Design. 7(2):
Cherien, S., Hil, P. & Mishra, A.C. (2011) Antigen- 146–157.
antibody docking reveals the molecular basis for Moe, G.W. (2006). B-type natriuretic peptide in heart
cross-reactivity of the 1918 and 2009 Influenza failure. Current Opinion in Cardiology. 21(3):
A/H1N1 pandemic viruses. Bioinformation. 208-214.
6(1): 35–38. Mueller, C., Breidthardt, T., Laule-Kilian, K., Christ,
Chung, T., Sindone, A., Foo, F., Dwyer, A., Paoloni, M. & Perruchoud, A.P. (2007) The integration
R., Janu, M.R., Wong, H., Hall, J. & Freedman, of BNP and NT-proBNP into clinical medicine.
S.B. (2006). Influence of history of heart failure Swiss Medical Weekly. 137(1-2): 4-12.
on diagnostic performance and utility of B-type Pedotti, M., Simonelli, L., Livoti, E. & Varani, L.
natriuretic peptide testing for acute dyspnea in (2011). Computational docking of antibody-
antigen complexes, opportunities and pitfalls
Studi In Silico Single Chain Variable Fragment (SCFV) Selektif Terhadap Hormon Basic Natriuretic Peptide (BNP)
Gaffar, S., Masyhuri, A.A., Hartati, Y.W., Rustaman
59
ABSTRACT
Hormones are signaling chemical molecules between cells that circulated in blood within the human body and play
important roles for human being. Unfortunately, not all their functions are known, especially in epilepsy. Studies reported
interactions between hormones and epilepsy, also with antiepileptic drugs (AEDs). For example, seizures may be induced
by estrogen, while AEDs can decrease hormone level by inducing enzyme in P450 cytochrome and accelerating hormone
clearance. These conditions are known as tridirectional interactions. Understanding the interactions between hormones,
epilepsy and AEDs would raise an awareness and insight for clinicians especially neurologist for basic knowledges as
considerations in treating patients with epilepsy.
Keyword: Antiepileptic drugs, epilepsy, hormone, seizure
ABSTRAK
Hormon merupakan molekul pembawa pesan kimiawi antar sel yang berada dalam tubuh manusia, beredar di dalam
darah dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Perannya pada epilepsi belum seluruhnya diketahui, akan tetapi berbagai
penelitian yang ada menunjukan adanya interaksi antara hormon dan epilepsi begitu juga terhadap obat antiepilepsi (OAE).
Sebagai contoh, bangkitan epilepsi dapat dicetuskan oleh estrogen, namun beberapa OAE yang merupakan penginduksi
enzim sitokrom P450 di hati, dapat menurunkan kadar hormon di dalam tubuh dan juga mempercepat pembersihan hormon
terutama hormon steroid seks. Hubungan ketiga faktor ini menciptakan hubungan yang disebut hubungan tridireksional.
Dengan memahami mengenai interaksi yang terjadi antara hormon, epilepsi dan OAE, diharapkan dapat membuka wawasan
bagi neurologis untuk memiliki pengetahuan dasar sebagai pertimbangan dalam tata laksana pasien epilepsi.
Kata kunci: Bangkitan, epilepsi, hormon, obat antiepilepsi
*Departemen Neurologi FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta; **SMF Neurologi RSUD Pasar Rebo,
Jakarta. Korespondensi: ule842002@yahoo.com.
PENDAHULUAN PEMBAHASAN
Dalam memahami bangkitan pada epilepsi, Hormon Steroid Seks
banyak faktor yang harus dipertimbangkan, begitu juga Hormon steroid seks berperan dalam memengaruhi
pada tatalaksananya. Keterlibatan hormon pada epilepsi eksitabilitas saraf-saraf di otak, baik pada perempuan
tidak dapat dilupakan, terutama pada obat anti epilepsi maupun laki-laki. Pada perempuan, terdapat dua
(OAE) yang berinteraksi dengan hormon. Banyak hormon steroid seks yang berperan yaitu progesteron
teori dan penelitian yang melaporkan interaksi antara
hormon, epilepsi, dan OAE. Interaksi di antara bulannya. Progesteron diketahui memiliki kemampuan
ketiganya menciptakan suatu hubungan yang saling sebagai antikejang, sedangkan estrogen sebagai
memengaruhi satu sama lain.1 hormon yang dapat mencetuskan terjadinya kejang.2,4
Kini telah banyak penelitian yang mencoba Hormon testosteron pada laki-laki dilaporkan sebagai
mengatasi permasalahan bangkitan dan epilepsi baik antikejang, tetapi beberapa penelitian melaporkan efek
sebaliknya.2
terhadap fungsi hormon. Interaksi hormon yang Estrogen
diketahui dan telah banyak diteliti perannya terhadap Terdapat tiga bentuk hormon estrogen biologis
epilepsi adalah hormon estrogen dan progesteron yang aktif. Estrogen utama yang dimiliki perempuan
yang dihasilkan oleh ovarium, serta testosteron yang pada masa reproduktif adalah estradiol yang dihasilkan
dihasilkan oleh testis. Di samping itu, akhir-akhir dari stimulasi hormon perangsang folikel.1 Bentuk
ini hormon tiroid, yang merupakan hormon penting kedua adalah estriol yang lebih banyak dimiliki pada
dalam meregulasi ekspresi gen, diketahui juga memiliki saat kehamilan, sedangkan bentuk ketiga, yaitu estron,
peran dalam epilepsi. lebih banyak pada masa pascamenopause.2
[28, 29] created by Koshland takes the lock-and-key theory a calculated for a match; new ligand conformations are
step further, stating that the active site of the protein is governed by the distance matrix between the pharmacophore
continually reshaped by interactions with the ligands as the and the corresponding ligand atoms. Chemical properties,
ligands interact with the protein. This theory suggests that like hydrogen-bond donors and acceptors, can be taken into
the ligand and receptor should be treated as flexible during account during the match. Matching algorithms have the
docking. Consequently, it could describe the binding events advantage of speed; thus they may be used for the
more accurately than the rigid treatment. Considering the enrichment of active compounds from large libraries [7].
limitation of computer resources, docking has been Matching algorithms for ligand docking are available in
performed with a flexible ligand and a rigid receptor for a DOCK [10], FLOG [46], LibDock [47] and SANDOCK [48]
long time, and remains the most popular method in use [7, programs.
30-35]. Recently many efforts have been made to deal with Incremental construction (IC) [30, 49, 50] methods put
the flexibility of the receptor [36-42], however, flexible
the ligand into an active site in a fragmental and incremental
receptor docking, especially backbone flexibility in
fashion. The ligand is divided into several fragments by
receptors, still presents a major challenge for available
breaking its rotatable bonds and then one of these fragments
docking methods. In our study, we propose a Local Move
is selected to dock into the active site first. This anchor is
Monte Carlo (LMMC) approach as a potential solution to
usually the largest fragment or the piece which may have
flexible receptor docking problems. significant functional role or interaction with protein. The
remaining fragments can be added incrementally. Different
THEORY OF DOCKING orientations are generated to fit in the active site, which
realizes the flexibility of the ligand. The incremental
Essentially, the aim of molecular docking is to give a
construction method has been used in DOCK 4.0 [51], FlexX
prediction of the ligand-receptor complex structure using
[30], Hammerhead [52], SLIDE [53] and eHiTS [54].
computation methods. Docking can be achieved through two
interrelated steps: first by sampling conformations of the In addition to IC, Multiple Copy Simultaneous Search
ligand in the active site of the protein; then ranking these (MCSS) [55, 56] and LUDI [57] are fragment-based
conformations via a scoring function. Ideally, sampling methods for the de novo design of ligands and modifications
algorithms should be able to reproduce the experimental of known ligands that may enhance their binding to the
binding mode and the scoring function should also rank it target protein. MCSS makes 1,000 to 5,000 copies of a
highest among all generated conformations. From these two functional group, which are randomly placed in the binding
perspectives, we give a brief overview of basic docking site of interest and subjected to simultaneous energy
theory. minimization and/or quenched molecular dynamics in the
forcefield of the protein. Copies only interact with the
Sampling Algorithms proteins and any interactions among the copies are omitted.
Consequently a set of energetically favorable binding sites
With six degrees of translational and rotational freedom and orientations for the functional group is identified based
as well as the conformational degrees of freedom of both the on the interaction energies. The binding site is mapped by
ligand and protein, there are a huge number of possible using different functional groups. New molecules which
binding modes between two molecules. Unfortunately, it perfectly match the binding site can be designed through the
would be too expensive to computationally generate all the linkage of those different functional groups.
possible conformations. Various sampling algorithms have LUDI focuses on the hydrogen bonds and hydrophobic
been developed and widely used in molecular docking contacts which could be formed between the ligand and
software (Table 1). protein. Its central concept are interaction sites, which are
Matching algorithms (MA) [43-45] based on molecular discrete positions in space suitable for forming hydrogen
shape map a ligand into an active site of a protein in terms of bonds or for filling a hydrophobic pocket [57]. A set of
shape features and chemical information. The protein and the interaction sites is generated either by searching the database
ligand are represented as pharmacophores. Each distance of or using the rules. The fragment is then fitted onto the
the pharmacophore within the protein and ligand is interaction sites and evaluated by distance criteria. The final
Matching algorithms Geometry-based, suitable to VS and database enrichment for its high speed [43-45]
Incremental construction Fragment-based and docking incrementally [30, 49, 50]
MCSS fragment-based methods for the de novo design [55, 56]
LUDI fragment-based methods for the de novo design [57]
Monte Carlo Stochastic search [58, 59]
Genetic algorithms Stochastic search [31, 32, 64]
Molecular dynamics For further refinement after docking [68-70]