Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
“Preparasi Medium Kultur Jaringan”

Di Susun Oleh :

Nama : Fatmawati
Nim : D1B117050
Kelas : AGT-C
Kelompok : I (Satu)
Sheet : I (Satu)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI

UNIT IN VITRO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meium adalah faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan

dan berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan

serta bibit yang dihasilkannya. Media ½ MS adalah media MS yang konsentrasi

unsur hara makro dikurangi menjadi ½ dari konsentrasi yang umum dipakai.

Media ini memiliki konsentrasi garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam

bentuk NO3 dan NH4. Media New Phalaenopsis (NP) yang diciptakan oleh

Ichihashi adalah medium yang diformulasikan khusus untuk kultur in vitro

anggrek. Potassium nitrat, ammonium nitrat, kalsium nitrat dan magnesium nitrat

berfungsi sebagai sumber nitrat. Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan

adalah BAP (6-benzyl amino purine). BAP termasuk ZPT golongan sitokinin yang

berfungsi meningkatkan pembelahan sel, proliferasi pucuk, dan morfogenesis

pucuk (Zulkarnain, 2009).

Medium kultur jaringan tanaman harus berisi semua zat yang diperlukan

untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Medium kultur jaringan

memiliki karakteristik masing-masing. Artinya tidak semua medum dapat

digunakan pada semua kultur tanaman. Karena beberapa medum yang ada

memiliki perbedaan kandungan dan konsentrasi zat-zat yang diperlukan atau

digunakan pada kultur. Oleh karena itu, berbagai komposisi medium kultur telah

diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

yang dikulturkan.  Medium kultur  fisiknya dapat berebentuk padat atau cair.

Medum berbentuk padat menggunakan pemadat medium seperti agar. Medium


kultur yang memenuhi syarat adalah yang mengandung nutrient makro dan mikro

dalam kadar dan perbandingan tertentu, sumber energi (sukrosa), serta

mengandung berbagai macam vitamin dan ZPT.

Pada kultur in vitro,  dalam medum tanam diberikan berbagai garam

mineral makro maupun mikro, gula, asam amino, zat pengatur tumbuh dan

pemadat medium (untuk media padat) untuk pertumbuhan dan perkembangan,

kadang-kadang juga ditambahkan arang aktif untuk mengurangi efek

penghambatan persenyawaan polifenol (warna coklat hitam) yang keluar akibat

pelukaan jaringan pada jenis-jenis tanaman tertentu. Untuk memperoleh

pertumbuhan eksplan sesuai dengan yang diharapkan, perlu penambahan zat

pengatur tumbuh (auksin dan sitokinin). Konsentrasi zat pengatur tumbuh yang

ditambahkan pada medium bervariasi tergantung dari jenis dan umur bagian

tanaman yang digunakan sebagai eksplan.

Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan sangat bergantung

pada medium yang digunakan dan pemberian nutrisi dalam jumlah dan

perbandingan yang benar pada medium kultur. Pemilihan medium tergantung

pada jenis tanaman yang dipergunakan, selera tujuan serta perhutungan masing-

masing pneliti. Isi dan komposisi dari medium kultur dirancanng secara khusus

untuk tujuan yang berbeda.

Beberapa medium kultur jaringan antara lain medium Murashige dan

Skoog (MS), medium B5, medium Schenk dan Hilderbrandt, medium WPM

(Woody Plantmedium) mdium N6 dan lain-lain. Elemen-elemen mineral sangat

penting bagi hidup tanaman. Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang
dikulturkan secara in vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman

yang dibutuhkan dilahan, meliputi hara makro dan mikro. Hara makro: N, P, K,

Ca, Mg dan S. Hara mikro meliputi: Fe, Cu, Mn, B, Mo, dan Co. komposisi antara

senyawa-senyawa tersebut tidak sama untuk setiap spesisi tanaman sehingga tidak

ada senyawa yang bersifat universal atau berlaku umum.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilakukan pratikum mengenai

preparasi media kultur jaringan di Laboratorium bioteknologi.

1.2. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui

komponen penyusun dengan fungsinya masing-masing dalam medium kultur

jaringan dan mahasiswa mengetahui serta dapat mempraktekan cara membuat

larutan stok yang akan dipergunakan dalam membuat medium kultur jaringan

sesuai komposisi medium yang diinginkan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Medium merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakkan tanaman dengan

metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis medium.

Medium tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya

(Tuhuteru, 2012).

Medium yang terlalu padat dapat mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab

akar-akar sulit untuk menembus ke dalam medium. Sedangkan medium yang

terlalu lembek akan menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat

berupa tenggelamnya eksplan yang ditanam, terutama eksplan yang berat seperti

eksplan wortel, melinjo, eksplan bawang putih, eksplan kedelai, dan lain

sebagainya. Pemakaian medium cair lebih ditekankan pada suspensi sel, yaitu

untuk menumbuhkan plb (protocorm like bodiesatau disebut juga protokormus).

Dari protokarmus ini nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan

ke dala medium padat yang sesuai (Hendaryono dan Wijayani, 2007).

Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari

tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta

menumbuhkannya dalam keadaan aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat

memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali (Maliyo,

2008).

Salah satu penyebab keberhasilan kultur jaringan tanaman adalah

pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang sesuai pada medium
pertumbuhannya. Medium kultur jaringan terdiri dari zat-zat anorganik yang

terdiri dari unsur-unsur hara esensial makro maupun mikro, gula dan zat-zat

organik, seperti vitamin dan hormon. Susunan zat-zat tersebut di dalam medium

kultur jaringan bervariasi tergantung dari tujuan penggunaan medium tersebut

dalam kultur jaringan dan bahan yang akan dipakai. Salah satu medium yang

banyak dipakai, terutaman untuk tanaman-tanaman herbal adalah medium dasar

Murashige dan Skoog (medium MS). Media MS mengandung konsentrasi garam

mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+ (Henuhili,

2012).

Medium kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman menyediakan tidak

hanya unsur-unsur hara makro dan mikro, tetapi juga karbohidrat yang pada

umumnya berupa gula untuk menggantikan karbon yang biasanya didapat melalui

atmosfir melalui fotosintesis. Untuk membuat medium padat biasanya digunakan

agar-agar dimana keuntungannya dari pemakaian agar-agar adalah agar-agar tidak

dicerna oleh enzim tanaman dan tidak bereaksi dengan persenyawaan-

persenyawaan penyusun medium (Laisina, 2013).

Salah satu indikator keberhasilan dalam pembuatan medium kultur

jaringan tanaman yang baik adalah tingkat kontaminasi medium yang kita buat.

Semakin sedikit medium yang terkontaminasi maka semakin baik tingkat

keberhasilan kita. Autoclave merupakan salah satu alat yang penting dalam

pembuatan medium kultur jaringan. Autoclave dapat dipakai untuk membunuh

mikroorganisme seperti bakteri dan cendawan, sehingga medium yang kita buat

dapat steril dari mikroorganisme-mikroorganisme tersebut (Ritonga, 2011).


Larutan stok adalah larutan yang konsentrasinya dipekatkan dari

kosentrasi dalam medium. Kepekatan tersebut biasanya dinyatakan dalam

kelipatan kosentrasi medium, misalnya 10x, 20x, 100x, bahkan 1000x dari

kosentrasi medium. Tujuan dibuatnya larutan stok adalah untuk menghindari

penimbangan atau penakaran yang berulang-ulang setiap kali membuat medium

tanaman bagi eksplemen. Selain itu, kadang kali timbangan untuk menimbang

bahan-bahan dalam jumlah yang sangat kecil tidak tersedia di Laboratorium

(Yusnita, 2009).

Penggunaan larutan stok dalam pembuatan medium akan mengurangi

jumlah perkejaan yang sifatnya berulang-ulang, sehingga kesalahan manusia atau

percobaan (human atau experimental error) dapat dikurangi. Selain itu,

penimbangan secara langsung dari bahan-bahan pembuat medium, seperti hara

mikro dan ZPT, yang membutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit (miligram

atau mikrogram) pada formulasi akhir tidak akan diperoleh secara akurat. Oleh

karena itu sudah menjadi prosedur baku untuk komponen-komponen tersebut

dibuat dalam larutan stok (Yulli, 2015).

Tingkat kepekatan larutan stok pada dasarnya ditentukan oleh jenis dan

jumlah bahan yang digunakan. Untuk garam-garam yang digunakan dalam jumlah

besar (unsur makro), larutan stok dibuat dengan tingkat kepekatan yang lebih

rendah, biasanya dibuat 50x kepekatan yang diperlukan, sedangkan untuk garam-

garam yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit (hara mikro) dibuat dengan

tingkat kepekatan yang lebih tinggi, umumnya dibuat 200 kali kepekatan yang

diperlukan (Erni, 2013).


Pada pembuatan larutan stok harus memperhatikan daya simpan larutan.

Larutan yang sudah mengalami pengendapan tidak dapat digunakan lagi.

Pengendapan larutan stok umumnya terjadi bila kepekatan larutan terlalu tinggi.

Oleh karena itu pengendapan larutan dapat dihindari dengan membuat larutan

yang tidak terlalu pekat atau tidak menggunakan larutan campuran yaitu dengan

membuat satu larutan stok hanya untuk satu jenis bahan (terutama untuk unsur

hara makro). Kondisi simpan juga perlu diperhatikan, karena ada beberapa bahan

yang tidak tahan dalam suhu yang tinggi atau cahaya ( Marlin, 2012).

Kosentrasi suatu larutan dapat memperbesar atau disebut juga dipekatkan

dan diperkecil atau disebut diencerkan. Pemekatan larutan dapat dilakukan dengan

cara memperbesar zat terlarut per satuan volume yang sama atau melarutkan zat

yang sama pada volume larutan yang lebih kecil. Pada pemekatan kosentrasi

media untuk larutan stok dan pengenceran untuk medium dari bahan stok dapat

menggunakan peramaan (Mardin, 2011).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 18 September 2019 pukul

08.00 WITA sampai selesai. bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit In

Vitro Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu timbangan analitik,

erlenmeyer (200 cc, 500 cc dan 1000 cc), gelas ukur 100 cc, magnetic stirrer, hot

plate, aluminium foil, spatula, pipet, injektor dan pH meter.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kertas label, aquades,

unsur hara makro (NH4NO3, KNO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.H2O dan KH2PO4),

unsur hara mikro (MnSO4.2H2O, ZnSO4.7H2O, H3BO3, Kl, Na2MoO4.2H2O,

CuSO4.5H2O dan CoCl2.6H2O), iron (Na2.EDTA dan FeSO4.7H2O) dan vitamin

(glycine, nicotinic acid, pyridoxine-HCl dan thiamine-HCl).

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur pelaksanaan dalam praktikum ini yaitu :

3.3.1. Larutan stok makronutrien 200 ml (20 kali konsentrasi)

1. Menimbang bahan-bahan kimia di bawah ini dengan timbangan analitik:

NH4NO3 1.650 x 20 = 33.000 : 1000 = 33

KNO3 1.900 x 20 = 38.000 : 1.000 = 38


CaCl2 .2H2O 440 x 20 = 8.800 : 1.000 = 8.8

MgSO4. 7H2O 370 x 20 = 7.400 : 1.000 = 7.4

KH2PO4 170 x 20 = 3.400 : 1.000 = 3.4

2. Melarutkan bahan-bahan tersebut satu persatu ke dalam erlenmeyer 250 ml

yang telah diisi dengan 150 ml aquades.

3. Menggojok erlenmeyer pada hot plate setiap kali penambahan bahan kimia

tersembut, sampai larut.

4. Setelah semua bahan kimia masuk dan terlarut, menambahkan aquades

sampai volume larutan menjadi 200 ml.

5. Untuk membuat 1 liter medium MS diperlukan 10 ml larutan stok makro.

6. Memberi label, kemudian menyimpannya dalam lemai es.

3.3.2. Larutan stok iron (besi) 200 ml (40 kali konsentrasi)

1.Menimbang bahan-bahan kimia di bawah ini dengan menggunkan

timbangan analitik

Na2. EDTA 1.942 x 40 = 59.680 : 1.000 = 59.68 gr

FeSO4 7H2O 1.112 x 40 = 44.480 : 1.000 = 44.48 gr

2. Melarutkan maisng-masing bahan tersebut pada erlenmeyer 200 ml yang

terpisah, yang masing-masing berisi 75 ml.

3. Jika bahan-bahan tersebut sukar larut, menambahkan beberapa tetes HCl,

lalu memanaskannya.

4. Setelah larut, mencampur kedua macam larutan tersebut ke dalam satu

erlenmeyer.

5. Membiarkan dingin pada suhu kamar.


6. Menambahkan aquades sampai volume manjadi 200 ml.

7. Menutup rapat, kemudian memberi label.

3.3.3 Larutan stok mikronutrien 500 ml (100 kali konsentrasi)

1. Menimbang bahan-bahan kimia di bawah ini dengan timbangan analitik :

MnSO4. H2O 2.230 x 100 = 223.000 : 1.000 = 223 gr

ZnSO4.7H2O 860 x 100 = 86.000 : 1.000 = 86 gr

H3BO3 620 x 100 = 62.000 : 1.000 = 62 gr

Kl 83 x 100 = 8.300 : 1.000 = 8.3 gr

Na2MoO4.2H2O 25 x 100 = 2.500 : 1.000 = 2.5 gr

CuSO4.5H2O 2.5 x 100 = 250 : 1.000 = 0.25 gr

CoCl2.6H2O 2.5 x 100 = 250 : 1.000 = 0.25 gr

2. Melarutkan bahan-bahan tersebut satu persatu ke dalam erlenmeyer 250 ml

yang telah diisi dengan 150 ml aquades.

3. Menggojok erlenmeyer pada hot plate setiap kali penambahan bahan

kimia tersembut, sampai larut.

4. Setelah semua bahan kimia masuk dan terlarut, menambahkan aquades

sampai volume larutan menjadi 200 ml.

5. Untuk membuat 1 liter medium MS diperlukan 10 ml larutan stok mikro.

6. Memberi label, kemudian menyimpannya dalam lemai es.

3.3.4. Larutan stok vitamin 200 ml

1.Menimbang bahan-bahan kimia di bawah ini dengan menggunakan

timbangan analitik:

glycine 100 x 50 = 5.000 : 1.000 = 5 gr


nicotinic acid 25 x 50 = 1.250 : 1.000 = 1.25 gr

pyridoxine-HCl 25 x 50 = 1.250 : 1.000 = 1.25 gr

thiamine-HCl 5 x 50 = 250 : 1.000 = 0.25 gr

2. Memasukkan bahan tersebut satu persatu ke dalam erlenmeyer 200 ml,

yang telah berisi aquades steril 150 ml. Setiap kali memasukkan bahan,

dilarutkan dengan menggunakan pengaduk, kemudian dimasukkan bahan

berikutnya.

3. Setelah semua bahan masuk, menambahkan aquades sampai volume

seluruhnya 200 ml.

4. Menutup rapat erlenmeyer yang berisi larutan stok vitamin.

5. Memberi label kemudian menyimpannya dalam lemari es.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil pengamatan pada pratikum preparasi media kultur jaringan dapat

dilihat pada tabel berikut:

4.1.1. Tabel gambar macam-macam larutan stok.

N Nama Gambar Gambar


O
1 Larutan Stok Makronutrient

MS 100 X, 5 ml / l

2 Larutan Stok Iron (Besi)

MS 40 X, 5 ml / l

3 Larutan Stok Mikronutrient

MS 20 X, 10 ml / l
4. Larutan Stok Vitamin

MS 50 X, 4 ml / l

4.2. Pembahasan

Media kultur jaringan merupakan media tanam untuk eksplan yang akan

dikulturkan. Keberhasilan suatu tanaman yang dikulturukan salah satunya pada

pembuatan media tanam ini. Pembuatan media harus berdasarkan perhitungan

konsentrasi yang tepat. Karena akan mempengaruhi keberhasilan tumbuh eksplan.

Media yang digunakan merupakan media Ms (Murashige dan Skoog). Sebelum

membuat media MS, terlebih dahulu disiapkan larutan stok. Larutan stok yang

dipraktekkan pada praktikum kali ini ada 4 yaitu larutan stok hara makro 200 ml

(20 kali konsentrasi), larutan stok hara mikro 500 ml (100 kali konsentrasi),

larutan stok iron 200 ml (40 kali konsentrasi) dan larutan stok vitamin 200 ml (50

kali konsentrasi).

Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan, sangat

bergantung pada media yang digunakan. Media kultur merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan. Media kultur merupakan komponen faktor

lingkungan yang menyediakan unsur pertumbuhan tanaman seperti unsur hara

makro, unsur hara mikro, karbohidrat, vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT),

garam-garam organik, persenyawaan kompleks alamiah, arang aktif dan bahan


pemadat. Pada parakikum ini media kultur yang dibuat yaitu dalam bentuk padat

dengan formulsi Murashige dan Skoog.

Larutan stok adalah larutan yang konsentrasinya dipekatkan dari

konsentrasi dalam media.  Kepekatan tersebut biasanya dinyatakan dalam

kelipatan konsentrasi media, misalnya 10x, 20x, 100x, bahkan 1000x dari

konsentrasi media. Tujuan dibuatnya larutan stok adalah untuk menghindari

penimbangan atau penakaran yang berulang-ulang setiap kali membuat media

tanam bagi eksplan.  Selain itu, kadang kali timbangan untuk menimbang bahan-

bahan dalam jumlah yang sangat kecil tidak tersedia di Laboratorium.  Disamping

itu kadang-kadang timbangan untuk menimbang bahan-bahan dalam jumlah yang

sangat kecil tidak tersedia di Laboratorium. Pembutan larutan stok dimaksudkan

untuk memberi kemudahan pekerjaan dalam pembutan media selanjutnya antara

lain :   Menghemat pekerjaan menimbang bahan media setiap kali ingin membuat

media. Mengatasi kesulitan penimbangan dalam jumlah yang sangat kecil.

Mengurangi kerusakan bahan kimia akibat terlalu sering dibuka dan ditutup.

Pembuatan larutan stok bertujuan untuk memudahkan pekerjaan dalam

membuat media. Larutan stok dibuat sesuai dengan komposisi media MS yang

diaduk dalam erlenmeyer dengan kosentrasi yang lebih pekat. Setelah membuat

larutan stok gram-gram, perlu dibuat stok zat pengatur tumbuh biasanya dalam

100 ml. stok harus disimpan di dalam lemari es.

Pembuatan larutan stok didasarkan pada pengelompokkan yaitu: stok

makro, stok mikro, stok Fe (besi), stok vitamin, stok hormon terutama bila larutan

stok tidak disimpan terlalu lama (segera habis digunakan). Sedangkan Stok
hormon dapat disimpan 2-4 minggu, sedangkan hara dapat disimpan 4-8 minggu.

Dengan adanya larutan stok pembuatan media selanjutnya tinggal mencegah

larutan stok saja.

Larutan stok dalam bentuk cair disimpan di dalam lemari es. Pembuatan

larutan stok harus dilakukan dengan cepat, sebap larutan stok yang terlalu pkat

akan mengalami pengendapan di dalam lemari es. Jika terjadi pengendapan, maka

sebelum larutan stok digunakan terlebih dahulu harus dipanaskan. Larutan stok

kadang-kadang ditumbuhi mikroorganisme. Larutan stok yang terkontaminasi

mikroorganisme ini, juga tidak dapat digunakan terlebih dahulu harus

dipanaskan.oleh karena itu kondisi simpan harus dijaga kebersihan dan tempat

(wadah) larutan harus diusahakan cara-cara pembuatan larutan stok untuk media.

Stok hara makro, senyawa-senyawa sumber unsur hara makro diperlukan

dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu, sebaiknya dibuat dalam larutan

stok tunggal. Selain itu jenis anion senyawa sumber unsur hara makro tidak sama,

kemungkinan hal tersebut akan mempercepat pengendapan larutan bila dibuat

larutan stok campuran.


V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan, sangat

bergantung pada medium yang digunakan. Medium kultur merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan. Medium kultur merupakan komponen faktor

lingkungan yang menyediakan unsur pertumbuhan tanaman seperti unsur hara

makro, unsur hara mikro, karbohidrat, vitamin dan zat pengatur tumbuh.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam

pembuatan larutan stok hara makro, hara mikro, iron/besi dan vitamin untuk

membuat media MS berbeda-beda sesuai dengan perhitungan konsentrasi yang

tepat. Komponen hara makro terdiiri dari : NH4NO3, KNO3, CaCl2.2H2O,

MgSO4.7H2O dan KH2PO4; unsur hara mikro yaitu MnSO 4.2H2O, ZnSO4.7H2O,

H3BO3, Kl, Na2MoO4.2H2O, CuSO4.5H2O dan CoCl2.6H2O; iron : Na2.EDTA

dan FeSO4.7H2O serta vitamin yaitu glycine, nicotinic acid, pyridoxine-HCl dan

thiamine-HCl.

5.2 Saran

Saran yang bisa saya berikan pada praktikum ini sebaiknya praktikan lebih

memperhatikan arahan dari asisten apabila praktikum sedang berlangsung, agar

tidak terjadi kesalahan dalam melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Erni. R. H., L. A. Siregar dan E. S. Bayu. 2013. Pertumbuhan akar pada


perkecambahan beberapa varietas tomat dengan pemberian polyethylene
glikol (PEG) secara In Vitro. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1(3) : 56 -
63.

Hendaryono dan A. Wijayani. 2007. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.


Yogyakarta.

Henuhili, V., 2012. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Universitas


Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Laisina, J. K. J., 2013. Konsentrasi sukrosa dan agar di dalam media pelestarian
In-Vitro ubi jalar Var. sukuh. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman, 2 (1).
ISSN 2301-7287.

Maliyo, 2008. Respon Subkultur Pisang Canvedish Terhadap Naphtalene Acetic


Acid dan Benzil Aminopuryn. Jurnal Buletin Pertanian dan Peternan.
3(5): 1 -10

Mardin. S. 2011. Handout Kultur Jaringan Tanaman Hortikultura. Fakultas


Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Marlin, dkk. 2012. Penuntun pratikum kultur jaringan. Fakultas pertanian


Univrsitas Bengkulu. Bengkulu.

Tuhuteru, S., M.L. Hehanussa, dan S.H.T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In
Vitro dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Agrologia.
1(1): 1- 12.

Yully. M., M. R Defina. 2015. Pertumbuhan anggrek (Vanda helvola) pada media
yang diperkaya jus tomat. Jurnal Metamorfosa, 2(2) : 66 - 71.

Yusnita, 2009. Kultur jaringan cara memeprbanyak tanaman secara efisien. P.T
agromedia pustaka, Tanggerang.

Anda mungkin juga menyukai