Anda di halaman 1dari 2

Nama : Salsabil Salwa

NPM : 19820032
Kelas :B

Tugasnya

1. Sebutkan macam-macam ahlak


2. Bagaimana cara agar ahlak kita selalu terjaga/ baik

Jawabannya

1. Macam-macam akhlak:
Para ahli membagi akhlak ini menjadi dua macam:
1. Akhlak Mahmudah atau akhlak yang terpuji. Ini termasuk budi pekerti yang baik. Menurut Hasan
rahimahullah bahwa budi pekerti yang baik adalah menunjukkan wajah yang berseri-seri, memberikan
bantuan sebagai tanda kedermawanan dan menahan diri dari perbuatanyang menyakiti. Selanjutnya Hasan
menambahkan budi pekerti yang baik ialah membuat kerelaan seluruh makhluk, baik dalam kesukaan
(karena murah rezeki) atau dalam kedukaan (keadaan kekurangan). Jadi budi pekerti ini hakikatnya
adalah suatu bentuk dari sesuatu jiwa yang benar-benar telah meresap dan dari situlah timbulnya berbagai
perbuatan dengan cara spontan dan mudah, tanpa dibuat-buat dan tanpa membutuhkan pemikiran atau
angan-angan. Contoh akhlak terpuji di dalam al-Quran surat Ali-imran (3): 159, yang artinya: “Maka
disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Contoh akhlak mulia di dalam hadits riwayat
Muslim yang diterima dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: “Hak seorang
Muslim atas seorang Muslim ada enam perkara: apabila engkau bertemu dia hendaklah engkau beri salam
kepadanya, apabila ia mengundangmu, hendaklah engkau memenuhinya, apabila ia meminta nasihat,
hendaklah engkau menasihatinya, apabila ia bersin kemudian ia berkata “alhamdulillah” hendaklah
engkau doakan dia, jika ia sakit hendaklah engkau mengunjunginya, dan apabila ia meninggal dunia
hendaklah engkau mengikuti janazahnya.”
2. Akhlak Madzmumah atau akhlak yang tercela. Al-Quran menjelaskan akhlak tercela ini di dalam surat
al-Hujurȃt (49): 12, Yang artinya:  Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Contoh akhlak tercela
ini di dalam hadits Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw. telah bersabda: “Ada empat perkara,
barangsiapa yang memiliki semuanya itu dalam dirinya, maka ia adalah seorang munafik, sedang
barangsiapa yang memiliki salah satu dari sifat-sifat itu di dalam dirinya, maka ia memiliki salah satu
sifat kemunafikan, sehingga ia meninggalkan sifat tadi. Empat perkara itu adalah jika berbicara dusta, jika
berjanji menyalahi, apabila menjanjikan sesuatu cidera, dan jika bermusuhan berlaku curang.” Termasuk
juga akhlak yang tercela adalah ghibah, yang didalam hadits Muslim, Rasulullah Saw. menjelaskan
bahwa ghibah adalah jika engkau menyebutkan perihal saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukai
olehnya. Hal-hal yang menyebabkan ghibah di antaranya: ingin melenyapkan kemarahan, dorongan
kemegahan diri, kedengkian, penghinaan, dan lain-lain.
Contoh akhlak tercela di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Ibn Masud r.a.
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: “apabila kamu bertiga, maka janganlah dua orang berbisik-bisik
dengan meninggalkan yang lain, tetapi hendaklah kamu bercampur dengan sesama manusia, karena sikap
yang demikian akan menjadikan dia kecewa.” Rasulullah Saw. sendiri mengajarkan doa agar dihindarkan
dari hal-hal yang jelek, termasuk salah satunya dari akhlak yang tercela. Doa Rasulullah tersebut
berbunyi: “Ya Allah jauhkanlah aku dari akhlak, amal, kemauan, dan penyakit yang jelek.”

2. Cara agar akhlak kita selalu terjaga/ baik


 Pertama, mengokohkan keimanan dan beribadah kepada Allah SWT. Keimanan ini akan
menghasilkan ketenangan jiwa dan bertawakal kepada-Nya merupakan sendi untuk
menjadikan hidup dalam kerangka ibadah hanya kepada-Nya. Corak kehidupan Muslim
seperti ini dijelaskan dalam Alquran surah al-An’am ayat 162.
 Kedua, menanamkan ketaqwaan dan memperbanyak zikrullah. Rasul SAW bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada." (HR Ahmad dan Turmudzi) Dan
beliau menjelaskan bahwa tempat taqwa adalah hati (HR Muslim). Ketakwaan akan
mengingatkan manusia yang beriman, walau ketika digoda iblis (QS al-A’raf 201). Bila
ketaqwaan sudah menguasai hati, akhlak seseorang akan menjadi sangat mulia.
 Ketiga, menanamkan keikhlasan dalam semua perbuatan. Allah menegaskan hal ini dalam
surah az-Zumar ayat 1 dan al-Bayyinah ayat 5. Beliau juga menyuruh kita agar
mewaspadai riya’.
 Keempat, zuhud dan selalu mengingat akhirat. Rasulullah mengingatkan para sahabat dengan
akhirat dan menganjurkan agar merenggangkan diri dari dunia. Beliau bersabda,
“Perbanyaklah menyebut penghancur kenikmatan, yakni kematian” (HR Turmudzi, Nasa’i,
dan Ibnu Ma’jah).
 Kelima, Rasulullah SAW mendidik para sahabat untuk mencintai ilmu dan mempelajarinya. 
 Keenam, memberikan teladan yang baik dan selalu paling terdepan
mempraktikkan akhlak mulia. 
 Ketujuh, menanamkan kebebasan dan sikap yang positif. Nabi bersabda, “Janganlah kamu
menjadi orang plin-plan lalu berkata, ‘ Bila orang-orang baik, kami ikut baik, dan bila mereka
zalim, kami pun ikut’. Akan tetapi, bentengilah dirimu, bila orang-orang baik, kamu harus
berbuat baik, dan bila mereka jahat, janganlah ikuti kejahatan mereka.” (HR at-Turmudzi).
 Kedelapan, memperhatikan kejiwaan orang yang mau diubah dan hal ini dilakukan secara
berkesinambungan. 
 Kesembilan, mengikut sertakan orang lain dalam melakukan perubahan dan menyiapkan ahli
di bidang tertentu. Rasulullah bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” (HR al-
Bukhari). Hadis ini menegaskan kewajiban menyampaikan ajaran Alquran bukan hanya bagi
Rasulullah, melainkan setiap muslim wajib menyampaikannya.
 Kesepuluh, bervariasi dalam cara mengubah, seperti dengan membuat perumpamaan,
bercerita, diskusi, ataupun hal lainnya agar tidak muncul kebosanan dalam diri para sahabat.
Semoga kita bisa meneladani Rasulullah SAW.

Anda mungkin juga menyukai