TINJAUAN PUSTAKA
A. Efusi Pleura
cairan dalam rongga pleura (Somantri, 2008). Efusi pleura juga merupakan penyakit
sekunder dengan penyakit lain, jarang merupakan penyakit primer (Berta et.al, 2017).
Akumulasi jumlah cairan pleura di dalam rongga pleura dapat terjadi jika terdapat
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler darah seperti pada gagal jantung, atau jika
(Djojodibroto, 2012).
Ada dua tipe penyebab utama dari efusi pelura yaitu efusi pleura transudatif
dan efusi pleura eksudatif. Efusi pleura transudatif yang disebabkan oleh beberapa
kapiler, misalnya gagal jantung, sirosis dan sindrom nefrotik. Sedangkan efusi pleura
menyebabkan eksudasi cairan, protein, sel dan komponen serum lainnya. Penyebab
yang paling sering terjadi yaitu pneumonia, malignansi dan pulmonary embolism,
terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (O2) antara
atmosfer dan darah serta pertukaran karbon dioksida (CO2) antara darah dan atmosfer
(Djojodibroto, 2012)
(hasil dari pembakaran sel). Fungsi respirasi adalah menjamin tersedianya O2 untuk
adalah proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan respirasi internal
adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Hidung
dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan
ikat (connective tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang
dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung
terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel
bersilia yang mengandut sel golbet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat
menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat
mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor bau
terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung dari saraf kranial I
udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium
dan resonator udara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penayring dilakukan oleh
vibrissa, lapisan lendir dan enzim lisozim. Vibrissa adalah rambut pada vestibulum
nasi yang bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran (partikel berukuran besar).
Debu-debu kecil dan kotoran (partikel kecil) yang masih dapat melewati vibrissa akan
melekat pada lapisan lendir dan selanjutnya dikeluarkan oleh refleks bersin. Jika
dalam udara masih terdapat bakteri (partikel sangat kecil), maka enzin lisozim yang
2) Sinus Paranasalis
Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus sphenoidalis dan sinus maxilarris. Sinus berfungsi untuk
(Somantri, 2008) :
3) Faring
ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat “digestion”
(menelan) seperti pada saat bernapas (Somantri, 2008). Pada faring terdapat katup
yang disebut epiglotis (anak tekak) yang berfungsi sebagai pengatur jalan masuk ke
menjadi tiga yaitu dibelakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring) dan
Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia (pseudo
stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius. Adenoid atau
tonsil, adenoid dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting sebagai mata
rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme yang masuk ke
mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili palatina (posterior) dan tonsili lingualis (dasar
lidah).
esofagus dan pita suara (vocal cord) yang berada dalam trakhea. Laringo-faring
berfungsi pada saat proses menelan dan respirasi. Laringo-faring terletak di bagian
Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi (Utama, 2018)
Keterangan:
1) Naso-faring
2) Oro-faring
3) Laringo-faring
4) Laring
Laring sering disebut dengan “voice box” dibentuk oleh struktur epitelium-lined
yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di
anterior tuulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada
Pada laring terdapat celah menuju batang tenggorokan (trakhea) yang disebut
glotis, pita suara dan bebrapa otot yang mengatur ketegangan pita suara sehingga
menimbulkan bunyi (Suryo, 2010). Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan
suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi
c) Kartilago tiroid : kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian yang
kartilago tiroid).
kartilago tiroid.
f) Pita suara : sebuah ligamen uang dikontrol oleh pergerakan otot yang
a) Trakhea
torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua bronkhus (Somantri, 2008). Ujung cabang
trakhea disebut carina. Trakhea bersifat sangat fleksibel, berotot dan memilii
mengandung banyak sel goblet yang mensekrikan lendir (mukus) (Somantri, 2008).
Lendir ini berfungsi menahan benda asing yang masuk, sebelum akhirnya
dikeluarkan dengan gerakan silia yang terdapat pada membran sel epitel.
b) Bronkhus
Bronkhus merupakan cabang trakhea yang menuju paru-paru kanan dan kiri.
Struktur bronkhus sama dengan trakhea, hanya dindingnya lebih halus. Kedudukan
kanan lebih mudah terserang penyakit (Suryo, 2010). Hal tersebut juga
menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan dari
ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronkhu disusun oleh jaringan kartilago. Saluran
pertukaran gas dan merupakan area yang yang dinamakan Anatomical Dead Space.
Banyaknya udara yang berada dalam area tersebut adalah sebesar 150 ml (Somantri,
2008).
c) Bronkhiolus
Bronkhiolus adalah percabagan dari bronkhus. Saluran ini lebih halus dan
kanan berjumlah tiga. Percabangan ini membentuk cabang yang lebih halus seperti
pembuluh (Suryo, 2010). Pada bronkhiolus tidak disusun oleh kartilago. Tidak
dapat mengalami kolaps. Agar tidak kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus/lubang
kecil yang terletak antara alveoli (‘khon pores’) yang berfungsi untuk mencegah
(Somantri, 2008).
a) Alveoli
Parenkim paru-paru merupaka area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru.
Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi yang baru lahir. Seiring dengan
pertambahan usia, jumlah alveoli pun bertambah dan akan mencapai jumlah yang
sama dengan orang dewasa pada usia 8 tahun, yakni 300 juta alveoli. Setiap unit
b) Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada
di atas tlang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus, sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima
lobus tersebuat dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi
beberapa sub bagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
beberapa segmen paru. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen paru, sedangkan
Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum.
Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan
sternoclavicular dan mencapai linea mediana pada ketinggian angulus sterni. Batas
paru ini terus ke bawah melalui belakang sternum pada ketinggian sendi
sternokondralis keenam. Di sini, batas bawah melengkung ke lateral dan sedikit ke
kedelapan pda linea aksilaris media. Batas ini kemudian meuju keposterior dan
keadaan inspirasi, batas inferior kira-kira turun dua iga. Bagian inferior fisura
oblikus paru kanan berakhir di batas bawah paru ada linea medioklavikularis, lokasi
Batas anterior paru kiri hampir sama dengan batas anterior paru kanan, tetapi
pada ketinggian kartilago iga keempat paru kiri berdeviasi ke lateral karena terdapat
jantung. Batas bawah paru lebih inferior dibandingkan paru kanan karena paru
kanan terbatas oleh hepar. Fisura oblikua paru kiri serupa letaknya dengan paru
kanan. Tidak seperti pleura, paru jarang meluas ke inferior. Pleura parietalis kostalis
c) Dada
darah besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae).
Bagian atas dada pada daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu otot
scaleneus dan strenocleidomastoid. Otot scaleneus menaikkan tulang iga ke-1 dan
ke-2 selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan menstabilkan dinding
trapezius dan pectoralis juga merupakan otot tambhan inspirasi dan berguna untuk
meningkatkan kerja napas. Di antara tulang iga terdapat otot interkostal. Otot
interkostal eksternus menggerakan tulang iga ke atas dan ke depan sehingga akan
d) Diafragma
pada susunan saraf spinal pada tingkat C3, sehingga jika terjadi kecelakaan pada
e) Pleura
Pleura adalah suatu membran serosa yang melapisi permukaan dalam dinding
toraks di kanan dan kiri, melapisi permukaan superior diafragma kanan dan kiri,
kemudian pada pangkal paru, membran serosa ini berbalik melapisi (membungkus)
paru (disebut pleura viseralis). Pleura viselaris ini berinvaginasi mengikuti fisura
yang membagi setiap lobus paru (Djojodibroto, 2012). Diantara kedua pleua
terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan
tersebut bergesakan satu sama lain selama respirasi dan mencegah peleketan dada
dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari pada tekanan
dalam rongga pleura akan menyebabkan peru-paru tertekan dan kolaps. Apabila
mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkhialis dam arteri pulmonalis.
berasal dari aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkhus. Vena
Arteri pulmonalis berasal dari ventrikel kanan yang mengalirkan darah vena ke
paru-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan
kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus merupakan kontak
yang diperlukan untuk pertukaran gas antara alveolus dan darah (Somantri, 2008).
Gambar 2.2
Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi (Utama, 2018)
2.Fisiologi
Pleura terdiri dari dua lapisan yang berbeda yaitu pleura visceralis dan pleura
parietalis.Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru-paru.Dalam beberapa hal
1.Pleura Visceralis
Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis(tebalnya tidak
lebih dari 30mm),diantara celah-celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit.Di bawah
sel mesotelail ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit.Di bawah
endopleura terdapat jaringan kolagen dan serat-serat elastik yang dinamakan lapisan
2.Pleura Parietalis
Lapisan jaringan pada pleura parietalis terdiri atas sel-sel mesotelial dan jaringan ikat
(jaringan kolagen dan serat-serat elastik) namun lebih dari pleura visceralis.Dalam
jaringan ikat tersebut terdapat pembuluh kapiler (arteri interkostalis dan arteri
direabsorbsi oleh pembuluh limfe dan venula pleura.Telah diketahui bahwa cairan
masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis dan selanjutnya keluar lagi dalam
jumlah yang sama melalui membrane pleura visceralis via sistem limfatik dan
karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid plasma.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong antara kedua pleura
lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur.Cairan yang sedikit ini
merupakan pelumas antara kedua pleura,sehingga mereka mudah bergeser satu sama
lain.Dalam keadaan patologis,rongga antara kedua pleura ini dapat terisi dengan
3.Etiologi
merupakan penyakit primer (Leonardo et.al, 2014). Ada dua tipe penyebab efusi
pleura, yaitu efusi pleura transudatif dan efusi pleura eksudatif. Efusi pleura
jantung, sirisi dan sindrom nefrotik. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan
oleh proses lokal yang mengakibatkan perubahan pada pembentukan dan penyerapan
(Dwianggita, 2013).
4.Patologi
pada umunya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat)
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat).
keterlibatan neoplasma. Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah
jantung kongestif. Pasien dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami
efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung kongestif. Ketika jantung tidsk dapat
sistemik. Cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya
menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari
atas kekakuan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan normal,
dinding dada cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk rekoil ke
Gejala pada efusi pleura tergantung seberapa besar akumulasi cairan pada rongga
pleura dan penyebab efusi pleura yang mendasarinya. Tanda pada efusi pleura yaitu
deviasi trake, pergerakan dada berkurang, perkusi pekak, bunyi napas berkurang atau
tidak ada, fremitus/resonans vokal berkurang dan gesekan pleura. Sedangkan gejala
pada efusi pleura yaitu sesak napas, nyeri dada dan pleuritik (Gleadle, 2005).
6.Prognosis
Prognosis pada pasien dengan efusi pleura adalah baik. Namun karena efusi
pleura merupakan gejala dari suatu penyakit, prognosis efusi pleura tergantung dari
penyakit yang mendasarinya. Dengan kata lian, prognosis efusi pleura dikatakan
sangat buruk jika penyakit yang mendasarinya seperti kanker yang telah menyebar ke
seluruh pleura. Sedangkan prognosis dapat dikataikan baik apabila seseorang yang
sehat terkena infeksi yang menyebabkan efusi pleura telah diobati dengan tuntas.
A. Problematika Fisioterapi
dada, kekak...ukan padu paru ataupun toraks, sesak napas dan spasme pada otot bantu
pernapasan. Sesak napas terjadi karena adanya penumpukan cairan yang lebih dari
normal di dalam rongga pleura. Sedangkan spasme pada otot bantu pernapasan terjadi
karena sesak napas akan meningkatkan beban kerja pernapasan karena otot-otot
digunakan untuk beraktivitas, pasien tidak dapat melakukan pekerjaan rumah denga
juga akan merasa terganggu dengan keluhan yang dirasakannya saat bersosialisasi
dengan masyarakat dan pasien tidak dapat mengikuti kegiatan di masyarakat karena
B. Teknologi Intervensi
Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada pasien dengan efusi pleura sesuai
1.Nebulizer
dengan dihirup, setelah obat tersebut terlebih dahulu di pecah menjadi partikel
partikel yang lebih kecil melalui cara aerosol atau humidifikasi. Nebulizer
mengubah cairan menjadi droplet aerosol sehingga dapat dihirup oleh pasien.
obatnya lebih efektif sehingga reaksi obatnya cepat sampai ke paru-paru daripada
Deep breathing exercise merupakan bagian dari tekhnik latian pernapasan yang
menekankan pada inspirasi maksimium yang panjang yang dimulai dari akhir
ekspirasi dengan tujuan meningkatkan volume paru,meningkatkan dan redistribusi
ventilasi,mempertahankan alveolus tetap mengembang ,meningkatkan
oksigenasi,membantu membersihkan sekresi,mobilisasi sangkar torak dan
meningkatkan kekuatan dan daya tahan serta efisiensi dari otot-otot pernapasan
( Saunders,2008)
Segmental breathing exercise adalah suatu latihan nafas pada segmen paru tertentu
dengan tujuan melatuh pengembangan paru persegmen.Pemberian rangsangan
sentuhan dan penguluran akan memberikan stimulasi pasa otot-otot pernapasan
untuk berkontraksi lebih kuat selama inspirasi sehingga akan semakin menambah
pengembangan sangkar torak yang akan berakibat peningkata volume paru.
pernafasan dinding dada yang dapat memperbaiki inspirasi secara maksimal. Latihan
ini dapat melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan bernafas secara maksimal
oksigen dalam keadaan optimal. Mobilisasi sangkar thorak bisa dilakukan lebih dari