Pengaruh Pemberian Myoinositol Dan Arang Aktif Pada Media Sub Kultur Jaringan Tanaman Anggrek (Dendrobium SP)
Pengaruh Pemberian Myoinositol Dan Arang Aktif Pada Media Sub Kultur Jaringan Tanaman Anggrek (Dendrobium SP)
1, Agustus 2014 : 9 - 16
Program Studi Agroteknologi,Fakultas Pertanian Universitas Islam Kuantan Singingi, Teluk Kuantan.
Jln. Gatot Subroto KM 7 Jake Telp : 082383267805 Teluk Kuantan, Riau.
Email:Febraheriansyah@yahoo.Co.Id
ABSTRACT
The study was carried out at the Laboratory of Plant Biotechnology Faculty of Agriculture,
University of islam Riau Pekanbaru. The timing of the study during the three months from October to
December 2013. The design used in this study is the factorial experiment in completely randomized
design (CRD), which consists of two factors and three replications. The first factor is the provision of
Myoinositol: A0 (0 mg/l), A1 (25 m/l), A2 (50 mg/l), and A3 (75 mg/l).While the second factoris the
provision of active charcoal: B0 (0 g/l), B1 (1 g/l), B2 (2 g/l), and B3 (3 g/l). From the results of this
study concluded that the provision of various concentration of Myoinositol treatment singely provide
significant effect on all parameters of the observations with the best treatment A2 (50 mg/l Myoinositol
administration) that age emerged shoots (20,25days), sum up shoot (2,11 fruit) shoot height (2,32
cm), sum up roots (3,00 fruit) and weight wet roots (26,39 mg). Treatment provision of various
consentrations of active charcoal.Singely provide significant effect on all parameters of the
observations with the best treatment B2 (1 g/l active charcoal administration) that age emerged shoots
(23,92 days), sum up shoot (2,06 fruit)shoot height (2,01 cm), sum up roots (2,67 fruit)and weight wet
roots (25,59 mg). Interactions are granting various concentrations of Myoinositol and active charcoal
provide significant effect of the parameters of the observation age emerged shoots with the best
treatment in the combination treatment A2B0 (16,33 days), and weight wet roots with the best
treatment A2B0 (47,47 mg) Myoinositol, Arang Aktif, Anggrek.
PENDAHULUAN
Menurut Basri (2004), kultur jaringan
Bunga anggrek (Dendrobium sp) merupakan suatu tehnik mengisolasi bagian
merupakan salah satu komoditas yang tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel
mempunyai nilai ekonomi tinggi, sehingga ataupun protoplasma dan selanjutnya
banyak diusahakan oleh para pelaku usaha mengkultur bagian tanaman tersebut pada
sebagai sumber pendapatan. Namun karena media buatan dengan kondisi lingkungan yang
pertumbuhannya lambat, maka diperlukan cara steril dan terkendali. Bagian tanaman tersebut
untuk mempercepat pertumbuhannya, yaitu dapat beregenerasi hingga membentuk
dengan pemberian perlakuan khusus seperti tanaman lengkap (George dan Sherington,
aplikasi senyawa tertentu. Budidaya tanaman 1983).
anggrek secara konvensional sangat sukar Kelebihan teknik kultur jaringan (in
untuk dilakukan maka perbanyakan tanaman vitro) adalah dapat menghasilkan bibit yang
anggrek diperbanyak dengan teknik kultur sehat dan seragam dalam jumlah besar dalam
jaringan. kurun waktu yang relatif singkat,
Perbanyakan tanaman secara kultur perbanyakannya tidak membutuhkan tempat
jaringan bertujuan untuk mengatasi masalah yang luas, dapat dilakukan sepanjang tahun
tersebut. Meskipun diakui bahwa perbanyakan tanpa mengenal musim, sehingga
secara kultur jaringan membutuhkan dana ketersediaan bibit terjamin.
awal yang mahal dalam mempersiapkan Yusnita (2003) mengemukakan, teknik
fasilitasnya. Perbanyakan tanaman anggrek kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan
secara kultur jaringan sampai saat ini belum tanaman dengan menumbuh kembangkan
ada rekomendasi jenis penggunaan media bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan atau
kultur, komposisi, dan zat pengatur tumbuh organ dalam kondisi aseptik secara in-vitro.
untuk menginisiasi dan multiplikasi eksplan. Teknik ini dicirikan dengan kondisi kultur yang
Untuk mendapatkan media kultur dan aseptik, penggunaan media kultur buatan
konsentrasi zat pengatur tumbuh perlu dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT
dilakukan penelitian. (zat pengatur tumbuh) serta penambahan
bahan lain ke dalam media MS dengan kondisi
9
Pengaruh Pemberian Myoinositol dan Arak Aktif (Pebra Heriansyah, dkk)
ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya memproduksi dinding sel. Umumnya tumbuhan
terkontrol untuk memacu pertumbuhan yang memiliki dinding sel primer dan sekunder yang
lebih baik. terdiri dari polisakarida, protein, dan lignin.
Komposisi media tumbuh dalam kultur Myoinositol sangat dibutuhkan dalam
in vitro sangat diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
kualitas dan kuantitas bibit, salah satu cara serta banyak digunakan dalam pembuatan
dengan penambahan myoinositol dan arang media kultur in vitro. Pemberian myoinositol
aktif. Komponen organic seperti vitamin, asam- 100 ppm dalam media kultur in vitro dapat
asam amino, dan asam nukleat berfungsi meningkatkan pertumbuhan, tetapi tidak
sebagai kofaktor dalam pembentukan enzim, berpengaruh nyata (Arditti & Ernst, 1993).
menstimulir proliferasi jaringan, dan Inositol dan derivatnya berkontribusi dalam
memperlancar respirasi. Menurut Fonnesbech perlindungan tumbuhan terhadap stres garam,
(1992), salah satu vitamin yang sangat yaitu melindungi struktur seluler dari reactive
dibutuhkan untuk pertumbuhan anggrek ialah oxygen species (ROS) seperti hidrogen
myoinositol. peroksida dan mengendalikan tekanan
Inositol merupakan bagian dari turgor.Pada kondisi stres garam, tanaman
polyhydroxylated sikloalkana secara umum mengalami shock dan layu dalam periode yang
dikenal sebagai cyclitolInositol. Inositol atau singkat diikuti dengan sintesis dan akumulasi
cyclohexane-1,2,3,4,5,6-hexol merupakan dari inositol. Setelah molekul osmotik tersebut
senyawa kimia dengan formula C6H12O6 atau terkumpul, tekanan turgor distabilkan dan
(-CHOH)6 yang terdapat dalam sembilan inositol terdeteksi dalam floem (Chairperson et.
stereoisomer (Barnejee, R, Chhetri,et al. al 2000).
2007). Dari sembilan isomer geometris, myo Selain penambahan ZPT pada media
paling banyak terdapat pada sistem biologis kultur jaringan tanaman anggrek dapat juga di
dan berfungsi sebagai metabolit esensial. tambahkan arang aktif atau karbon yang
Myoinositol, meso-inositol, atau i-inositol kerap berfungsi menyerap senyawa racun dalam
digunakan dalam media kultur untuk media atau menyerap senyawa inhibitor yang
memperbaiki pertumbuhan dan morfogenesis. disekresikan oleh planlet, selain itu juga dapat
Oleh karena itu myoinositol dianggap sebagai mestabilkan pH media, merangsang
golongan vitamin tanaman. Myoinositol turut pertumbuhan akar dengan mengurangi jumlah
berperan dalam lintasan biosintesis asam D- cahaya yang masuk ke dalam media, dan
galakturonat yang menghasilkan vitamin C dan merangsang morfogenesis. Disamping itu
pektin serta inkorporasinya dalam arang aktif dapat mengurangi terjadinya
fosfoinositida dan fosfotidil inositol yang pencoklatan media akibat pemanasan tinggi
berperan dalam pembelahan sel. Di samping selama proses sterilisasi (Madhusudhanan &
itu myoinositol berfungsi untuk menstimulir Rahiman 2000).
pertumbuhan sel. Agrawal (1999) menjelaskan bahwa
Myoinositol merupakan senyawa siklik senyawa-senyawa hasil oksidasi fenol sangat
yang memiliki enam karbon dan enam gugus toksik bagi tanaman dan dapat menghambat
hidroksil dengan struktur yang menyerupai pertumbuhan serta proses diferensiasi. Untuk
glukosa. Menurut Barnerjee et al (2007), menekan keluarnya senyawa fenol tersebut,
inositol merupakan karbohidrat walaupun dalam media kultur diberi senyawa arang aktif.
bukan merupakan gula pada umumnya. Arang aktif merupakan suatu padatan berpori
Senyawa ini berperan dalam jalur persinyalan yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan
phosphatidilinositol, penyimpanan dan dari bahan-bahan yang mengandung karbon
penyaluran auksin, biosintesis asam fitat, dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika
biosintesis dinding sel, dan produksi molekul pemanasan berlangsung, diusahakan agar
yang berkaitan dengan tingkat stress tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan
(Chairperson, Grabau, & Hess. 2000, pemanasan sehingga bahan yang
Rammesmayer & Bahnert, 1999).Jalur mengandung karbon tersebut hanya
persinyalan tersebut berperan dalam berbagai terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang
respons tanaman, seperti gravitropisme dan selain digunakan sebagai bahan bakar, juga
perubahan tekanan turgor pada sel penjaga dapat digunakan sebagai adsorben atau
stomata (Kim, Hwang, Young, Schroeder, penyerap (Pohan, Siallagan,
Huang & Lee. 2002). Christiana,Wulandari& Rianti, 2000).
Menurut Hegeman, Good, & Grabau Tujuan penelitian ini adalah untuk
(2001) myoinositol berperan dalam biosintesis mengetahui pengaruh pemberian myoinositol
asam fitat. Asam fitat juga berperan dalam dan arang aktif pada media sub kultur jaringan
transpor m RNA (Chairperson et al. 2000). tanaman anggrek (Dendrobium sp).
Myoinositol merupakan molekul penting dalam
10
Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 1, Agustus 2014 : 9 - 16
METODE PENELITIAN
kultur, kulkas, ember plastik, alat tulis dan
Tempat dan Waktu perlengkapan pencucian.
Penelitian ini dilaksanakan Di
Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Metode Penelitian
Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Rancangan yang digunakan dalam
Kaharuddin Nasution No. 113 Kelurahan penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kota (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor.
Pekanbaru. Penelitian akan dilaksanakan pada Faktor pertama adalah pemberian Myoinositol
bulan oktober sampai dengan Desember (Faktor A) yang terdiri dari 4 taraf dan
2013. Pemberian Arang Aktif (Faktor B) yang terdiri
dari 4 taraf.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam Faktor A terdiri dari 4 taraf yaitu :
penelitian ini adalah eksplan tanaman anggrek A0 : Tanpa pemberian Myoinositol
berumur dua bulan (hasil inisiasi dari tim A1 : Pemberian Myoinositol 25 mg/l
laboratorium bioteknologi Universitas Islam A2 : Pemberian Myoinositol 50 mg/l
Riau), myoinositol, Arang aktif, bahan kimia A3 : Pemberian Myoinositol 75 mg/l
Media Murashige-Skoog, aquades steril,
Alkohol, tepung agar, gula, IAA, BAP, deterjen, Faktor B terdiri dari 4 taraf yaitu :
dan bahan-bahan lain yang mendukung B0 : Tanpa Pemberian Arang Aktif
penelitian ini. Alat yang digunakan dalam B1 : Pemberian Arang Aktif 1 g/l
penelitian ini adalah Laminar air flow cabinet, B2 : Pemberian Arang Aktif 2 g/l
autoclave, timbangan analitik, erlenmeyer, B3 : Pemberian Arang Aktif 3 g/l
gelas ukur, gelas piala, petridish, jarum injeksi,
pipet, pengaduk kaca, pinset, scapel, lampu
spritus, hand sprayer, pisau, pH meter, botol
kultur, kompor gas, lemari penyimpan bahan
kimia, tabung reaksi, labu ukur, gunting, rak
anggrek dengan perlakuan pemberian
HASIL DAN PEMBAHASAN myoinositol dan arang aktif memberikan
pengaruh nyata. Rerata umur muncul tunas
Umur Muncul Tunas (hari) setelah diuji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)
Hasil analisis sidik ragam terhadap pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 1.
parameter umur muncul tunas eksplan
Tabel 1. Rata-rata umur muncul tunas dengan perlakuan pemberian myoinositol dan arang aktif (hari)
11
Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin (Zona Octarya dan Afni Ramadhani)
asam fitat, biosintesis dinding sel, dan produksi arang aktif bersifat absorben, sehingga ia
molekul yang berkaitan dengan tingkat stress. mampu menyerap berbagai senyawa racun dan
Sitokinin adalah senyawa yang dapat juga karbohidrat termasuk myoinositol dan
meningkatkan pembelahan sel pada jaringan auksin.
tanaman. Pemberian sitokinin ke dalam Hal ini sesuai dengan pendapat
medium kultur jaringan penting untuk Weatherhead, Nair, Ernst, Arditti, & Yam (1990)
menginduksi perkembangan dan pertumbuhan menjelaskan bahwa pemberian arang aktif tidak
eksplan. Senyawa tersebut dapat hanya dapat menyerap senyawa toksik, tetapi
meningkatkan pembelahan sel, proliferasi juga menyerap bahan organik lainnya, seperti
pucuk dan morfogenesis pucuk (Smith,1992 auksin dan myoinositol. Pemberian secara
diacu dalam Zulkarnain, 2009). interaksi myoinositol dan Arang aktif
Perlakuan Arang aktif dengan umur berpengaruh nyata terhadap umur muncul
muncul tunas tercepat terdapat pada perlakuan tunas, dengan umur muncul tunas tercepat
B0 (23,92)perlakuan B0 tidak berbeda nyata terdapat pada perlakuan A2B0 (16,33) yaitu 50
dengan perlakuan B1, dan berbeda nyata mg/l myoinositol dan tanpa pemberian arang
dengan perlakuan A2 dan B3. Perlakuan arang aktif. Perlakuan A2B0 berbeda nyata dengan
aktif secara tunggal berpengaruh terhadap perlakuan lainnya.
umur muncul tunas disebabkan oleh karena
Tabel 2. Rata-rata jumlah tunas dengan perlakuan pemberian myoinositol dan arang aktif
12
Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 1, Agustus 2014 : 9 - 16
Absorpsi akan bertambah besar sesuai dengan aktif memberikan pengaruh nyata. Berdasarkan
bertambahnya ukuran molekul serapan dari tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan
sturktur yang sama, seperti dalam deret pemberian Myoinositol dan arang aktif secara
homolog. Absorsi juga dipengaruhi oleh gugus tunggal memberikan pengaruh nyata terhadap
fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, tinggitunas eksplan anggrek.Perlakuan
struktur rantai dari senyawa serapan. Myoinositol dengan tinggi tunas terbaik
terdapat pada perlakuan A2 (2,32). perlakuan
Tinggi Tunas (cm) A2 berbeda nyata dengan perlakuan A1, dan
Hasil analisis sidik ragam terhadap berbeda sangat nyata dengan perlakuan A3
parameter tinggitunas eksplan anggrek dengan dan A0.
perlakuan pemberian myoinositol dan arang
Tabel.3 Rerata tinggi tunas eksplan anggrek dengan pemberian Myoinositol dan Arang Aktif.
Tabel 4. Rerata jumlah akar eksplan anggrek dengan pemberian Myoinositol dan Arang Aktif.
13
Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin (Zona Octarya dan Afni Ramadhani)
Tabel 5. Rerata berat basah akar eksplan anggrek dengan pemberian Myoinositol dan Arang Aktif.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat karena itu hasil dari biosintesis asam fitat itu
bahwa perlakuan pemberian myoinositol dan akan mendorong pembentukan serta
arang aktif secara tunggal memberikan pertumbuhan akar tanaman anggrek disamping
pengaruh nyata terhadap berat basah akar pengaruh interaksi antara hormon auksin dan
eksplan anggrek. Perlakuan myoinositol sitokinin.
dengan berat basah akar terbaik terdapat pada Perlakuan Arang aktif dengan umur
perlakuan A2 (26,39). perlakuan A2 berbeda berat basah akar terbaik terdapat pada
nyata dengan perlakuan A1, A3, dan A0. perlakuan B0 (25,59)perlakuan B0 berbeda
Pemberian myoinositol berpengaruh di nyata dengan perlakuan B2,B1 dan B3.
sebabkan oleh karena dalam proses Perlakuan arang aktif secara tunggal
pembentukan akar eksplan anggrek melibatkan berpengaruh terhadap berat basah akar
proses biosintesis asam Fitat, dan myoinositol eksplan anggrek hal ini disebabkan oleh karena
berperan dalam biosintesis asam fitat tersebut. serapan arang aktif mengakibatkan
Hal ini sesuai dengan pendapat terganggunya proses penyerapan nutrisi dari
Hegeman, Good, dan Grabau (2001) yang media tanam.
mengatakan bahwa myoinositol berperan Hal ini sesuai dengan pendapat
dalam biosintesis asam fitat.Asam fitat adalah Weatherhead et.,al,(1990) yang menjelaskan
bentuk simpanan fosfor dalam biji-bijian yang bahwa pemberian arang tidak hanya dapat
tersebar dalam biji termasuk dalam subseluler menyerap senyawa toksik, tetapi juga
dan membentuk ikatan dengan protein.Asam menyerap bahan organik lainnya, seperti auksin
fitat juga berperan dalam transpor m RNA dan myoinositol. Oleh karena itu, penggunaan
(Chairperson, Grabau, & Hess, 2000). Oleh myoinositol tanpa arang aktif memperlihatkan
14
Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 1, Agustus 2014 : 9 - 16
15
Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin (Zona Octarya dan Afni Ramadhani)
Jenimar. 1990. ‘Pengaruh berbagai media Buah Naga. Media Litbang Sulteng 2 (1) :
kultur in vitro terhadap pertumbuhan 62 – 66. Diakses tanggal 02 September
planlet Anggrek Dendrobium’, J. Hort., 2012.
vol. 14, no. 1, hlm.1-4. Smith, R. H. 1992. Plant Tissue Culture :
Ji-Yul Jung, Yong-Wo Kim, Jun M. Kwak, Jae- Technique and Experiments. New York.
Ung Hwang, Jared Young, Julian I. Academic Press Inc.
Schroeder, Inhwan Huang & Youngsook Sandra. 2001. Merawat Anggrek. Penebar
Lee. 2002. Phosphatidylinositol 3- and 4- Swadaya Jakarta.
phosphate are required for normal Sembiring 2003, Aplikasi Arang Aktif J. Hort.,
stomatal movements.accessed 11 Mei vol. 14, no. 1, hlm.1-4.
2013,http:/www.plantcell.org/cgi/content Sembiring, Meilita T., Sinaga, Tuti S., 2003,
/full/14/10/2399#BIBL.209 J. Hort. Arang AktifPengenalan dan
Vol. 22 No. 3, 2013 ProsesPembuatannya, Jurusan Teknik
Madhusudanan, K & Rohiman, BA. 2000. ‘The Industri Fakultas Teknik Universitas
effect of activated charcoal suplemented Sumatera Utara, Medan.
media to browning of in vitro cultures of Teo.1979. Teknik Perawatan Anggrek
piper species’. Biol. Plants. vol. 43, no. 2, Dendrobium.IKIP Semarang Press.
pp. 297-99. Semarang.
Martin-Urdiroz, N, Garrido-Galo, J, Martin, J & Weatherhead, MA, Nair, H, Ernst, R, Arditti, J &
Barondiaran, X. 2004. ‘Effect of light on Yam, TM. 1990. ‘The effects of charcoal
the organogenic ability of garlic roots in orchid culture media’. Proceeding 13th
using a one-step in vitro system’. Plant World Orchid Conf. World Conference
Cell Rep., vol. 10, pp. 55–62. Trust, Auckland, New Zealand, pp. 263-
Nelson, DE, Rammesmayer, G & Bahnert, HJ. 65.
1998. ‘Regulation of cell-spesific inositol Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi
metabolism and transport in plant salinity Tanaman Secara In Vitro.IKIP Semarang
tolerance’, Plant Cell.,vol. 10, pp. 753-64. Press. Semarang.
Nelson, DE, Koukoumanos, M & Bohnert, HJ Widiastoety, Santi, & Solvia. 2012. ‘Pengaruh
1999, ‘Myo-inositol dependent sodium berbagai konsentrasi arang aktif dalam
uptake in ice plant’, Plant Physiol., vol. media kultur in vitro terhadap
119, pp. 165-72. pertumbuhan planlet Oncidium’. J. Hort.,
Nugroho.2004. Pedoman Pelaksanaan Teknik vol. 17, no. 5, hlm.7-10.
Kultur Jaringan. Edisi Revisi. Penebar Widiastoety, D & Marwoto, B. 2004. ‘Pengaruh
Swadaya. Jakarta. berbagai sumber arang dalam media
Nugroho, A. dan Heru Sugito.2001. Pedoman kultur in vitro terhadap pertumbuhan
Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan. planlet Oncidium’. J. Hort., vol. 14, no. 1,
Penebar Swadaya. Jakarta. hlm.1-4.
Pohan, HG., Siallagan, Christiana,Wulandari, Yam, TW, Ernst, R, Arditti, J, Hair, H &
Rianti, 2000,Pengaruh Suhu dan Weatherhead, MA 1990, ‘Charcoal in
KonsentrasiNatrium Hidroksida orchid seed and tissue culture media’, A
PadaPembuatan Karbon Aktif dariSekam Review, Lindleyane,no. 5, pp. 256-65.
Padi, Balai Pengembangan Industri Hasil Yuliarti, N. 2010.Kultur Jaringan Tanaman
Pertanian (BBIHP) Departemen Skala Rumah Tangga. Lily Publisher.
Perindustrian dan Perdagangan Yogyakarta.
Bekerjasama dengan FMIPA Jurusan Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara
Kimia Universitas Indonesia, Jakarta. Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Salisbury. F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Agromedia Pustaka, Jakarta.
Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan oleh Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. PT
Lukman dan Sumariyono.ITB Bandung. Bumi Aksara. Jakarta.
Samudin, S. 2009. Pengaruh Kombinasi
Auksin-Sitokinin Terhadap Pertumbuhan
16
Volume 5 Nomor 1, Agustus 2014 PRINT ISSN 2087-0620
ONLINE ISSN 2356-4091
ISOLASI DAN ENUMERASI BAKTERI TANAH GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT.
TAMBANG HIJAU KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR
Mokhamad Irfan ...................................................................................................................................... 1-8
PENGARUH PEMBERIAN MYOINOSITOL DAN ARANG AKTIF PADA MEDIA SUB KULTUR
JARINGAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium SP)
Pebra Heriansyah, Trinop Sagiarti, Rover ....................................................... 9-16
PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DENGAN PEMBERIAN
RHIZOBIUM DAN PUPUK UREA PADA MEDIA GAMBUT
(Growth and yield of soybean (Glycine max (L.) Merill) with application of rhizobium and nitrogen
fertilizer on peat media)
Indah Permanasari, Mokhamad Irfan, Abizar .......................................................................................... 29-34