Anda di halaman 1dari 24

JUDUL MAKALAH

“PENDIDIKAN IBADAH”

MATA KULIAH HADIST TEMATIK

DOSEN PENGAMPU : DR.NAZARUDDIN

Disusun oleh :

NAMA : NAZIMAH

NIM : 2020530939

PROGRAM STUDI S2 IAIAN LHOKSEUMAWE

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Hadist Tematik ini yang berjudul “Pendidikan Ibadah”.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam


Nabi besar MUHAMMAD SAW, Ahlil Bait, para sahabat beliau dan para
ulama tabit-tabi‟in semoga senantiasa berada disisi terbaik Allah SWT.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para


pembaca, dapat menambah keimanan kita terhadap Allah SWT, serta
semoga dapat menjadi wawasan/informasi yang dapat dikembangkan lebih
tajam. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sekalian agar dalam penyusunan kaidah-
kaidah makalah ini dan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik, dan
apapun saran dari para pembaca sekalian akan diterima dengan senang hati.
Serta semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk
penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat. Aamiin.

Simpang Ulim, 30 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................i

Kata Pengantar ............................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang ................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu .....................................................2


2.2 Pengertian Filsafat Ilmu .....................................................3
2.3 Dimensi Ilmu .....................................................4
2.4 Srukture Ilmu .....................................................5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...............................................................................

Daftar Pustaka .................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Islam itu agama keluarga. Segala tugas dan kewajiban seorang mukmin
;terhadap sesama mukmin lainnya telah di tetapkan. Mukmin dalam Islam
ibarat sebuah sel yang terkait dengan jaringan sel-sel lainnya. Dalam
perkembangan pendidikan islam, faktor penentu terhadap keberhasilan
pendidikan umat selain seorang ibu, terdapat seorang guru yang dapat
memahami peran dan tugasnya, serta mampu menjalankannya dengan baik
bahkan mendekati sempurna. Itulah salah satu pilar utama dalam pendidikan
agama islam.

Pendidikan ibadah merupakan penyempurnaan dari pendidikan aqidah.


Sebab ibadah adalah do‟a, jika diartikan sebaliknya do‟a adalah otaknya
ibadah, seperti Hadist Rasulullah SAW:

Pendidikan ibadah juga merupakan cerminan dari aqidah, ketika seorang


mukmin mengerti dan memahami konsep panggilan Rabbnya dan konsep
melaksanakan segala perintah-perintahNya, maka mukmin tersebut akan
memiliki kecenderungan fitrah yang ada dalam jiwanya sehingga dia akan
menyiraminya dengan segala upaya dalam konsep kehidupannya.

Dalam hal ini, Dr. Sa‟id Ramadhan Al- Buthi mengatakan, „‟ agar
akidah umat tertanam kuat dalam jiwanya, maka ia harus disirami dengan
air ibadah dalam berbagai bentuk dan ragamnya, sehingga aqidahnya akan
tumbuh dengan kokoh, dan akan tegar dalam menghadapi terpaan badai dan
cobaan kehidupan''.

Pendidikan ibadah dan penerapannya akan memberikan pengaruh yang


mengagumkan pada jiwa umat. Ibadah akan menjadikannya selalu merasa
berhubungan dekat dengan Allah SWT dan dapat meredam gejolak dalam
jiwa dan juga akan senantiasa dapat mengendalikan hawa nafsu. Dengan
demikian, jiwanya akan senantiasa merasa tenang dan damai.
Imam Thabrani meriwayatkan dari Abu Umamah ra. Bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda tentang kabar gembira kepada anak yang tumbuh
dalam beribadah kepada Allah SWT.

„‟Tidaklah seorang anak yang tumbuh dalam ibadah sampai ajal


menjemputnya, melainkan Allah akan memberikan pahala kepadanya setara
dengan sembilan puluh sembilan pahala shiddiq (orang yang benar/jujur).‟‟
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian pendidikan ibadah?
(a) Pengertian pendidikan
(b) Pengertian ibadah
2. Apa contoh ibadah yang wajib?
1) Shalat
2) Zakat
3) Puasa
4) haji
1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisaan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


dalam mata kuliah Hadist Tematik. Selain itu, dapat menambah ilmu
pengetahuan kita bersama baik penulis ataupun pembaca dalam hal
“pendidikan ibadah” yang merupakan salah satu cara kita dapat membangun
khilafah yang berlandaskan akidah islamiah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN IBADAH

(a) Pengertian Pendidikan

Secara etimologi kata “pendidikan” maksudnya adalah suatu proses,


sebagaimana dijelaskan oleh Dewey:

“Etimologically, the word education means just a process of leading


or bringing up”. Artinya: “Secara etimologi, kata pendidikan maksudnya
untuk suatu proses memimpin atau mengasuh”. Sedangkan secara istilah
pendidikan menurut D. Marimba, yaitu bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Vitorino Doefeitre (Itali) mengatakan bahwa: “pendidikan adalah


menumbuhkan seseorang dari segi akal, budi pekerti dan tubuh, tidak untuk
bekerja yang tertentu. Tetapi untuk menjadi pendidik yang baik dan
bermanfaat bagi masyarakatnya, juga mampu untuk melaksanakan
kewajiban umum dan khusus”. Pendidikan juga diartikan sebagai tindakan
yang dilakukan secara sadar melalui suatu proses yang bertahap dan
berkesinambungan dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah
serta potensi (sumber daya).

Disini penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian pendidikan


adalah praktek tindakan berupa pembinaan/bimbingan terhadap anak-anak
untuk berkembang dengan teliti dan teratur mengikuti aturan yang telah
ditetapkan untuk mempersiapkan diri mereka pada masa yang akan datang,
baik itu pembinaan rohani, jasmani dan akal sehingga mencapai
kesempurnaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membina adalah:
 Komprehensif, harus mencakup seluruh aspek kehidupan yang
diperlukan manusia.
 Realistis, harus didasarkan atas fakta dan kenyataan.
 Universal, harus ditujukan kepada seluruh manusia dari kalangan
dan aspek manapun.
 Merata, harus bisa diterapkan kepada semua manusia tanpa
terkecuali.
 Seimbang, harus menyentuh seluruh aspek pembinaan kepribadian
manusia secara proporsional.
 Mempersatukan, seluruh manusia harus bisa dibimbing dan
diarahkan dengan satu sistem pendidikan yang bersumber dari satu
pribadi sebagai titik sekaligus alasan yang akan membuat mereka
bersatu.
(b) Pengertian Ibadah

Berikut ini beberapa pengertian dari Ibadah yang dikemukakan oleh


beberapa para ahli, antara lain:

1. Muhammad Qutb mengatakan bahwa:


Ibadah adalah Kebaikan yang hanya ditujukan kepada Allah, mengambil
petunjuk hanya darinya saja, tentang segala persoalan dunia dan akherat dan
kemudian mengadakan hubungan yang terus menerus dengan Allah tentang
semuanya itu.

2. Menurut Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy mengatakan bahwa:


Ibadah itu nama yang melengkapi segala yang disukai Allah dan
yang diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang
maupun tersembunyi.

3. Menurut Dr.Mustafa Zahri mengatakan bahwa:


Ibadah adalah do‟a, berdo‟a artinya mengemukakan rasa hati kepada
Allah, baik berupa syukur, baik berupa pengaduan keluh kesah atau berupa
permohonan sesuatu permintaan yang ingin diperoleh oleh seorang hamba.

Dari beberapa pendapat di atas, menurut penulis ibadah adalah


penghambaan diri dengan sepenuh hati kepada Allah SWT, untuk
menjalankan segala perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya
serta mengamalkan segala yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik
secara lahir maupun secara batin tentunya dengan keikhlasan dari hati
semua insan.
Dasar pendidikan ibadah berasal dari dasar ajaran Islam juga, yaitu al-
Qur‟an dan al-Hadits.

1. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an merupakan landasan sekaligus sumber ajaran Islam, secara


keseluruhan sebagai pola hidup dan menjelaskan apa yang harus diperbuat
dalam kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat.
Al-Qur‟an bukanlah hasil rekayasa manusia, ia semata-mata Firman Allah
yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Hal ini dinyatakan sendiri
oleh Allah SWT. dalam surat al-Maidah ayat 16 sebagai berikut yang
Artinya: “Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula)
Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang
terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang
lurus ” (QS. al-Maidah: 16).

Al-Qur‟an adalah petunjuk-Nya yang apabila dipelajari akan membantu


kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian
berbagai problem hidup. Apabila diamalkan akan menjadi pikiran, rasa dan
karsa dan mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi
stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.

2. Al-Hadits

Al-Hadits merupakan penafsiran al-Qur‟an dalam praktek ataupun


penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Hal ini mengingat bahwa
pribadi Nabi saw. merupakan perwujudan dari al-Qur‟an yang ditafsirkan
untuk manusia serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan
seharihari.10 Dalam lapangan pendidikan, al-hadits mempunyai dua faedah
yang sangat besar yaitu:

 Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat di dalam al-


Qur‟an dan menerangkan hal-hal kecil yang tidak terdapat di
dalamnya.
 Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah saw.
bersama para sahabatnya, perlakuannya terhadap anak-anak dan
penanaman keimanan ke dalam jiwa yang dilakukan.
2.2 CONTOH IBADAH YANG WAJIB

Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia di antara


makhluk- makhluk yang lain. Sehingga dalam menjalankan kehidupan
selalu sejalan yang diridhai oleh Allah dan dapat mengendalikan hawa
nafsu, maka diperlukan pedoman yang pasti. Pedoman tersebut harus
dilandasi dengan keimanan dan keyakinan yang mendalam, tertancap dalam
hati nurani, sehingga tidak mudah goyah dalam berbagai keadaan dan
perubahan masa sebagai dasar pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT.,
maka diperlukan penanaman aqidah yang benar- benar terhujam dalam hati
dan direalisasikan melalui amal ibadah.

Menurut Endang Syaifuddin Ansari, ibadah itu ada dua macam,


yaitu ibadah mahdah dalam arti khusus dan ibadah ghairu mahdah dalam
arti luas. Ibadah dalam arti khusus, yaitu tata cara dan ucapannya telah
ditentukan secara terperinci dalam al-Qur‟an dan hadits Rasul. Adapun
bentuknya seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah dalam arti
luas, yaitu sikap, gerak-gerik dan tingkah laku atau perbuatan yang
mempunyai tiga tanda, yaitu:

1) Niat yang ikhlas sebagai titik tolak


2) Keridhaan Allah sebagai titik tujuan
3) Amal shaleh sebagai garis amalan.

Berdasarkan ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa pengertian ibadah


secara khusus, yaitu berupa bentuk ubudiah, hubungan langsung manusia
dengan Tuhannya. Ibadah khusus ini telah ditentukan oleh Allah tentang
tata cara pelaksanaan dan syarat rukunnya. Sedangkan ibadah secara umum
itu berwujud dalam bentuk muamalah, yaitu hubungan horizontal antara
sesama manusia dengan alam lainnya seperti semua aktifitas manusia
sehari-hari atau segala perbuatan yang diizinkan Allah yang dikerjakan
dengan niat ikhlas untuk mengabdi kepada Allah.
1) Shalat

Secara bahasa kata “shalat” berarti do‟a (permohonan) akan kebaikan.


Sedangkan menurut istilah shalat adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-
perbuatan yang dibuka dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan
syarat-syarat khusus.

Nasiruddin Razak mengatakan bahwa ibadah adalah suatu sistem ibadah


yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam, berdasarkan atas syarat-syarat dan rukun-rukun
tertentu.

Imam Taqiyyuddin berpendapat bahwa:

‫" "اﻼﺼﻟﺓ ﻰﻓ اﺔﻐﻠﻟ اﺎﻋﺪﻟء وﻰﻓ اﺮﺸﻟع ﺎﺒﻋﺓد ﻦﻋ أﻗﻮ ال أوﺎﻌﻓل ﺔﺤﺘﺘﻔﻣ‬.‫ﺔﻤﺘﺘﺨﻣ ﻢﻴﻠﺴﺘﻟﺎﺑ ﺮﺸﺑطﻮ‬
‫ﺮﻴﺒﻜﺘﻟﺎﺑ‬

Artinya: “Shalat” menurut bahasa adalah do‟a, sedangkan menurut


syara‟ shalat adalah suatu pernyataan dari beberapa ucapan dan
perbuatan yang diawali dengan bacaan takbir dan diakhiri dengan salam
menurut beberapa syarat”.

Terminologi shalat mengisyaratkan bahwa didalamnya terkandung


adanya hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Dalam shalat manusia
berdiri dengan khusu‟ dan tunduk kepada Allah sebagai pencipta manusia
dan seluruh makhluk yang ada di dunia.

Shalat merupakan pekerjaan hamba yang beriman dalam situasi


menghadapkan wajah dan sukmanya kepada dzat Yang Maha Suci.
Manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan kontinyu, maka akan
menjadi alat pendidikan jasmani dan rohani.

Adapun kewajiban shalat itu tegas telah diperintahkan oleh al-Qur‟an,


tetapi perintah itu bersifat umum. Tentang detail daripada cara dan waktu-
waktu melakukannya, berdasarkan atas petunjuk dan sunnah Nabi saw.
Sistem shalat yang kita lakukan kini adalah sistem yang telah dicontohkan
Nabi dahulu kepada umat Islam generasi pertama, kemudian diwariskan
secara turun-temurun tanpa mengalami perubahan.

Firman Allah SWT. Yang artinya: “Dirikanlah shalat itu! Sesungguhnya


shalat itu diwajibkan untuk melakukannya pada waktunya atas sekalian
orang mukmin”. (QS. an-Nisa‟: 103)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa secara


bahasa shalat berarti do‟a, sedangkan secara istilah “shalat” adalah suatu
pernyataan dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan bacaan
takbir dan diakhiri dengan salam menurut beberapa syarat yang telah
ditentukan.

Secara garis besar, shalat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Shalat fardhu (shalat lima waktu)


b. Shalat thathawu atau shalat sunnah

Shalat fardhu dilakukan lima kali sehari semalam dalam lima waktu,
yaitu: Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya‟ dan Subuh.

a. Shalat Dhuhur, terdiri dari empat raka‟at, waktunya mulai dari


setelah cenderung matahari dari pertengahan langit, sampai bayang-
bayang suatu tonggak telah sama dengan panjangnya.
b. Shalat Ashar, terdiri dari empat raka‟at mulai ketika Dhuhur
berakhir sampai terbenam matahari.
c. Shalat Maghrib, terdiri dari tiga raka‟at, waktunya mulai dari
terbenam matahari, hingga hilangnya teja merah.
d. Shalat Isya‟, terdiri dari empat raka‟at waktunya mulai dari
hilangnya teja merah di Barat sampai terbit fajar kedua.
e. Shalat Subuh, terdiri dari dua raka‟at, waktunya mulai dari terbit
fajar kedua hingga terbit matahari.

Sedangkan shalat sunnah dibagi menjadi dua macam:


a. Shalat sunnah Rawatib, yaitu shalat sunnah yang mengiringi
shalat wajib (lima waktu).
b. Shalat sunnah Nawafil, yaitu shalat sunnah yang berdiri sendiri
yang kadang-kadang dikerjakan seorang diri (munfaridh) dan
kadang-kadang dikerjakan bersama-sama (berjama‟ah) antara
lain: Tahajjud, Witir, Tarawih, Istisqa‟, Istikharah, Idul Fitri,
Idul Adha, dan lain sebagainya.

Dari ibadah shalat di atas, baik shalat wajib lima waktu maupun
shalat sunnah lainnya, diharapkan dapat kita ambil hikmahnya untuk
ditanamkan pada diri remaja atau anak.

2) Zakat

Secara bahasa “zakat” berasal dari kata tazkiyah, artinya


menyucikan.

Menunaikan zakat berarti menyucikan harta benda dan diri pribadi,


sedangkan secara istilah zakat adalah mengeluarkan sebagian harta untuk
diberikan kepada fakir miskin sesuai dengan aturan-aturan yang telah
ditentukan dalam al-Qur‟an, sebagai pembersih serta penghapus kesalahan-
kesalahan manusia. Seperti Firman Allah dalam surat an-Nisa‟ ayat 103
sebagai berikut yang artinya: “Ambillah dari harta benda mereka, zakat
untuk membersihkan dan menyucikan mereka dengan zakat itu”. (QS. At-
Taubah: 103). Allah juga berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-
orang yang beriman serta mengerjakan kebaikan, melakukan shalat dan
membayar zakat, mereka itu memperoleh ganjaran di sisi Allah, mereka
tiada akan takut dan tiada akan berduka cita”. (QS. al-Baqarah: 277).

Selain itu, zakat mengajari seorang muslim untuk mencintai orang


lain dan membebaskan dari rasa egois, cinta diri sendiri, kekikiran dan
ketamakan. Al-Qur‟an sendiri telah mengatakan bahwa shadaqah, baik
berupa zakat yang wajib atau yang disunahkan akan membersihkan dan
mensucikan diri manusia. Dengan kewajiban mengeluarkan sebagian kecil
seluruh harta sebenarnya tidak mengurangi hartanya, namun justru dengan
zakat dapat mensucikan harta yang pada hakekatnya tercampur kotoran.

Ibadah zakat yang dapat mengikis sifat-sifat kikir dalam jiwa


seseorang, serta melatihnya memiliki sifat-sifat dermawan dan
mengantarkan untuk bersyukur atas nikmat Allah, di samping mensucikan
diri dengan mengembangkan kepribadiannya. Dapat dibayangkan betapa
keji seseorang bertemu seseorang fakir yang sempit rezeki dan memerlukan
bantuan, tetapi hati orang tersebut tak tergerak untuk membantunya dengan
cara bersyukur atas karunia yang dilimpahkan kepadanya dengan
manafkahkan seperempat atau sepersepuluh harta yang dimilikinya.34

Ajaran zakat mengandung berbagai hikmah. Pertama, zakat sebagai


ungkapan rasa syukur dan pernyataan berterima kasih hamba kepada khalik
yang telah menganugerahkan rahmat dan nikmat-Nya berupa kekayaan.
Zakat adalah pendidikan positif bagi manusia untuk selalu bersyukur dan
berterima kasih kepada si pemberi. Kedua, zakat mendidik manusia
membersihkan rohani dan jiwanya dari sifat bakhil, kikir dan rakus. Zakat
mendidik manusia menjadi dermawan, pemurah, latihan disiplin dalam
menunaikan kewajiban dan amanah kepada yang berhak. Ketiga, zakat
berorientasi kepada kepentingan kaum dhua‟fa (kaum lemah). Keempat,
zakat menjadi alat untuk menghilangkan jurang pemisah (gap) antara orang-
orang kaya dan orang- orang miskin dan antara orang-orang kuat dan
orang-orang lemah.

Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu.


Dalam hal ini hendaknya orang tua melibatkan anaknya dalam pembagian
zakat, sehingga secara tidak langsung dapat menimbulkan rasa solidaritas
sosial dan rasa belas kasih dalam diri anak.

3) Puasa

Secara bahasa “puasa” adalah menjaga, sedangkan menurut syara‟


adalah tidak makan, minum, menggauli istri, menjauhkan diri dari segala
rupa yang tidak boleh dimakan semenjak fajar sampai terbenam matahari.36
Sedangkan menurut Bustanuddin Agus bahwa “puasa adalah
menahan diri dari yang membatalkannya dari terbit fajar sampai terbenam
matahari.

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa puasa adalah


menahan diri dari makan, minum dan menjauhi segala sesuatu yang dapat
membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Firman
Allah SWT.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika di antara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada
hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah (yaitu):
memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. al-Baqarah: 183-
184).

Puasa merupakan ibadah untuk menyucikan rohani, karena pelaksanaan


puasa tidak hanya sekedar menahan diri dari lapar dan dahaga, akan tetapi
juga harus menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat. Selain itu
puasa juga mengandung hikmah agar orang dapat merasakan bagaimana
rasanya kelaparan, dengan begitu akan dapat menimbulkan rasa belas
kasihan kepada orang miskin.

Di samping itu, puasa juga sangat tepat untuk pembinaan pribadi yang
luhur serta akhlak yang mulia, karena dengan puasa itu dapat mendidik
orang terutama remaja untuk berjiwa besar dan berlaku jujur. Dengan
demikian, maka ibadah puasa itu besar hikmahnya bagi kehidupan
manusia, terutama bagi remaja, sehingga akhirnya menjadi remaja yang
shaleh. Hal itu tentunya bila puasa itu dilakukan dengan hanya
mengharap ridha-Nya.

Adapun puasa mengandung beberapa hikmah, antara lain:

a. Menanamkan sifat sabar, karena orang yang berpuasa terdidik


menahan lapar, haus dan keinginan.
b. Timbul suatu sifat atau perasaan ingin membantu fakir miskin.
c. Mendidik sifat amanah (dipercaya) karena dengan puasa orang
dapat melatih dirinya agar menjadi kepercayaan orang.
d. Mendidik sifat shidiq (pembenar) karena dengan puasa orang
dapat menghindarkan (menjaga) dirinya dari sifat-sifat pendusta
(pembohong).
e. Menjaga kesehatan badan serta dapat merasakan kenikmatan
yang sebenarnya atas pemberian Allah.

4) Haji

1) “Haji” secara bahasa berarti mengunjungi sesuatu, sedangkan secara


istilah “haji” adalah mengunjungi Baitullah dengan maksud
berziarah dan menunaikan ibadah sebagaimana yang telah
ditentukan.

2) Haji menurut Hasbi ash-Shiddieqy adalah menuju ke suatu tempat


berulang kali atau menuju kepada sesuatu yang dibenarkan. Oleh
karena itu kaum muslimin mengunjungi Baitullah al-Haram berulang
kali pada tiap-tiap tahun dinamakan dengan haji.

Baitullah adalah tempat yang didatangi oleh kaum muslimin setiap


tahun. Mereka yang sudah pernah mengunjungi Baitullah, maka akan timbul
keinginannya untuk kembali lagi untuk beberapa kali. Oleh karena itu
makna Hijju al-Baiti menurut syara‟ adalah mengunjungi Baitullah
dengan sifat tertentu di waktu tertentu, disertai oleh perbuatan-perbuatan
yang tertentu pula.
Dalam kepercayaan masyarakat Islam, haji merupakan ibadah yang
berarti melakukan niat untuk mengadakan perjalanan ke Baitullah (Ka‟bah)
dengan niat ibadah. Peristiwa ini dimulai pada tahun ke sepuluh kenabian
Muhammad yang telah berhijrah ke Madinah dengan segala keterpaksaan.
Nabi Muhammad kembali lagi ke tanah suci mengenang betapa besarnya
karunia Tuhan dengan pelaksanaan haji. Jadi haji sebagaimana dilaksanakan
oleh umat nabi Muhammad saw. hingga saat ini merupakan bentuk yang
diformulasikan oleh nabi Muhammad saw. dengan mengambil peristiwa-
peristiwa yang dialami oleh nabi Ibrahim as. dan keluarganya.

mengunjungi Baitullah (Ka‟bah) di Mekah untuk melakukan amal


ibadah tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Ibadah Haji merupakan
salah satu dari rukun Islam. yakni pada rukun yang kelima yang wajib
dikerjakan bagi setiap muslim, baik itu laki-laki maupun perempuan yang
mampu dan telah memenuhi syarat. Orang yang melakukan ibadah haji
wajib memenuhi ketentuan-ketentuannya. Ketentuan haji selain pengertian
haji diatas, juga syarat haji, rukun haji, wajib haji, larangan haji, tata cara
haji, serta sunnah-sunnah haji. Menunaikan ibadah haji diwajibkan atas
setiap muslim yang mampu mengerjakannya dan seumur hidup sekali. Bagi
mereka yang mengerjakan haji lebih dari satu, hukumnya sunah. Allah
SWT. berfirman dalam Surah Ali Imran Ayat 97 yang artinya: “Dan
(diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah
haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan
perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji maka
ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh
Alam”. (Q.S. Ali Imran/3:97).

Jadi, Ibadah Haji merupakan salah satu dari rukun Islam. yakni pada
rukun yang kelima yang wajib dikerjakan bagi setiap muslim, baik itu laki-
laki maupun perempuan yang mampu dan telah memenuhi syarat. Orang
yang melakukan ibadah haji wajib memenuhi ketentuan-ketentuannya.
Ketentuan haji selain pengertian haji diatas, juga syarat haji, rukun haji,
wajib haji, larangan haji, tata cara haji, serta sunnah-sunnah haji.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan adalah praktek tindakan berupa pembinaan/bimbingan


terhadap generasi umat untuk berkembang dengan teliti dan teratur
mengikuti aturan yang telah ditetapkan untuk mempersiapkan diri mereka
pada masa yang akan datang, baik itu pembinaan rohani, jasmani dan akal
sehingga mencapai kesempurnaan. Sedangkan Ibadah adalah penghambaan
diri dengan sepenuh hati kepada Allah SWT, untuk menjalankan segala
perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya serta mengamalkan
segala yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik secara lahir maupun
secara batin tentunya dengan keikhlasan dari hati semua insan. jadi,
pendidikan ibadah merupakan suatu praktek berupa bimbingan terhadap
generasi umat agar dapat berkembang dengan tetap mengikuti aturan yang
telah ditetapkan untuk menunaikan segala perintah dan meninggalkan
berbagai macam larangan dari Allah SWT, pendidikan ini sangat penting
untuk memandu generasi agar dapat hidup sesuai dengan perintah Allah
sehingga dapat mencapai tujuan hidup yang sesungguhnya. Dalam proses
membina terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
pendidikan ibadah itu harus :
 Komprehensif, harus mencakup seluruh aspek kehidupan yang
diperlukan umat islam.
 Realistis, harus didasarkan atas fakta dan kenyataan dalam
kehidupan umat islam sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
 Universal, harus ditujukan kepada seluruh manusia dari kalangan
dan aspek manapun umat islam yang ada diseluruh dunia.
 Merata, harus bisa diterapkan kepada semua umat musli tanpa
terkecuali.
 Seimbang, harus menyentuh seluruh aspek pembinaan kepribadian
umat islam secara proporsional.
 Mempersatukan, seluruh umat muslim harus bisa dibimbing dan
diarahkan dengan satu sistem pendidikan yang bersumber dari satu
pribadi yang agung sebagai titik sekaligus alasan yang akan
membuat mereka bersatu.

Dalam kehidupan, banyak sekali macam atau bentuk contoh ibadah yang
sering dibahas dalam pendidikan islam, beberapa diantaranya adalah ibadah
yang wajib dikerjakan, artinya jikalau ibadah tersebut ditinggalkan maka
akan dianggap pelanggaran, tentunya setiap pelanggaran akan ada
konsekuensi hukuman yang ditanggung. Dan ada pula shalat sunnah,
dimana siapa saja yang mau mengerjakannya maka akan mendapat bonus
pahala, dan jikalau tidak dikerjakan tidak akan berdosa namun akan tetap
merugikan waktu yang tidak dimanfaatkan untuk beribadah, berikut
beberapa ibadah yang merupakan bagian dari kewajiban setiap umat muslim
secara merata, yaitu : salat, zakat, puasa dan haji. Keempatnya merupakan
isi dalam rukun Islam, artinya siapa saja yang tidak mengerjakan rukun
islam, maka ia tidak dapat/belum sah menjadi seorang muslim/ muslimah
yang benar-benar beriman kepada Allah. oleh karena itu, pendidikan ibadah
sangat penting guna mencapai predikat muslim yang sesungguhnya yaitu
hamba yang selalu menjadikan Al-quran dan Hadist sebagai landasan
didalam kehidupannya.
3.2 Penutup

Demikianlah yang dapat penulis paparkan, semoga keseluruhan isi


makalah ini dapat bermanfaat untuk seluruh pembaca, dan lagi-lagi kritik
dan saran yang membangun sangat ditunggu oleh penulis agar menjadi
bahan pembelajaran untuk penulisan-penulisan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

 ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Kuliah Ibadah, (Semarang: Pustaka


Rizki Putra, 2000).
 Quth, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: al-
Ma‟arif, 1988).
 Razak, Nazaruddin, Dienul Islam, (Bandung: al-Ma‟arif, 1984).
 Marimba, D.M. Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
(Bandung: al-Ma‟arif, 1989).
 Shihab, Muhammad Quraish, Wawasan al-Qur‟an, (Bandung:
Mizan, 1998).
 Muhammad, Cara Nabi Mendidik Anak, (Jakarta Timur: Al-
I‟tishom cahaya umat, 2004).

Anda mungkin juga menyukai