Anda di halaman 1dari 20

DERMATOSIS AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA OLEH

FAKTOR BIOLOGIS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
yang diampu oleh Ibu Gina Nurdina, Ners, M.Kep

Disusun oleh Kelompok 1 :


Dikdik Iskandar .D 2119004
Dik Dik Permana 2119005
Hidayah Dwi Heriyanti 2119006
Moch. Miftah Hakim 2119009

PROGRAM STUDI S1 NON REGULER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI
JAWA BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah


S.W.T yang telah mengaruniakan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “Dermatosis Akibat Kerja Dan
Penyakit Akibat Kerja Oleh Faktor Biologis” dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami berbagai hambatan baik
langsung maupun tidak langsung, akan tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan
yang berbahagia ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Gina Nurdina, Ners, M.Kep selaku dosen mata kuliah K3.
2. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang bersangkutan, telah
membantu penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah yang dibuat masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun akan penyusun terima dengan senang hati untuk perbaikan kedepannya.
Akhirnya, Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang berkepentingan.

Bandung, 10 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Konsep Dermatitis Kontak Akibat Kerja 3
2.2 Konsep Penyakit Akibar Kerja Oleh Faktor Biologis 8

BAB III PENUTUP 15


3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga kerja merupakan modal utama dalam pengembangan usaha,
sehingga mereka harus mendapatkan perlindungan keselamatan kerja dari
perusahaan. Selain itu, untuk menunjang terciptanya suasana dan lingkungan
pekerjaan yang aman dan sehat, perusahaan harus melaksanakan beberapa
program untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap tempat kerja selalu
mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan
tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi
bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Lingkungan kerja beserta semua faktor-faktornya dapat merugikan
kesehatan pekerja apabila tidak dikelolah dengan baik. Penyakit akibat kerja
timbul karena pekerja terpapar pada lingkungan kerja yang mengandung
bermacam-macam bahaya kesehatan baik yang bersifat kimia, fisik, biologi,
fisiologi dan mental psikologi. Konsekuensinya terjadi perubahan pola
penyakit karena hubungannya dengan pekerjaan.
Sesuai dengan tugas yang diberikan pada makalah ini penyusun
memfokuskan pada penyakit dermatitis dan juga penyakit akibat kerja oleh
faktor biologi. Dermatitis adalah peradangan pada kulit (epidermis dan
dermis) yang bersifat akut, subakut, atau kronis dan dipengaruhi oleh faktor
endogen dan eksogen. Salah satu jenis dari dermatitis adalah dermatitis
kontak akibat kerja. Dermatitis kontak akibat kerja dijumpai sebanyak 90%
dari semua kasus kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penyakit
ditempat kerja akibat factor biologi biasanya disebabkan oleh makhluk hidup
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja yang terpajan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dermatitis kontak akibat kerja?
2. Bagaimanakah konsep penyakit akibar kerja oleh faktor biologi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjabarkan bagaimanakah konsep dermatitis kontak akibat kerja.
2. Menjelaskan bagaimanakah konsep penyakit akibar kerja oleh faktor
biologi.

2
BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dermatitis Kontak Akibat Kerja


A. Definisi
Dermatitis kontak akibat kerja merupakan gangguan pada kulit yang
terjadi karena kontak dengan substansi tertentu yang terdapat di tempat
kerja. Dermatitis kontak merupakan penyakit umum yang sering terkait
dengan pekerjaan. Sebuah peneliti mengindikasikan, 10 tahun setelah
kondisi pertama terjadi, 50% dapat terjadi masalah pada kulit. (James,
2009). Dermatitis kontak iritan didenifisikan sebagai reaksi inflamasi non
alergi pada kulit oleh karena agen eksternal. Dermatitis kontak iritan
akibat kerja merupakan kondisi patologis pada kulit yang diakibatkan
karena paparan bahan perkerjaan yang terbukti sebagai penyebab utama
atau faktor yang berkontribusi. (Dinah, 2003).

B. Tipe Dermatitis
Dermatitis memiliki beberapa tipe diantaranya tipe akut, tipe kronis,
tipe alergi. Pada tipe akut terdiri dari 2 bentuk, yaitu: reaksi iritan dan
dermatitis kontak iritan akut, dan biasanya penyebabnya adalah tunggal.
(Lean, 2006). Dermatitis kontak iritan akut di hasilkan oleh paparan
tunggal yang luar biasa atau paparan singkat yang sangat kuat mengiritasi
atau agen kaustik. (J.Bourke, 2008). Perbedaannya dengan bentuk kronis,
dermatitis merupakan penyakit multifaktorial pada kebanyakan kasus.
(Peter, 2005).
Dermatitis kontak iritan kumulatif atau kronis terjadi karena paparan
dari bahan iritan secara berulang yang bersifat lemah salah satunya adalah
bersifat basah seperti deterjen, pelarut organik, sabun, asam lemah dan
basa. Atau yang bersifat kering seperti kelembapan udara yang menurun,

3
panas, serbuk dan debu. (J.Bourke, 2008). Dermatitis kontak iritan terjadi
tergantung dari potensi iritasinya, temperature, letak anatomis, kerentanan
individu, apapun yang dapat menganggu fungsi barier kulit akan
berpotensi sebagai efek perusak oleh bahan iritan tersebut. (Lissa, 2010).
Dermatitis kontak alergi (DKA) merupakan gangguan kulit eksema
yang disebabkan oleh kontak (baik secara langsung atau aeromediated)
dengan berbagai substansi dari lingkungan. (Bonamonte, 2013) DKA
terjadi karena respon imunologis terhadap suatu alergen. Karena
keterlambatan antara kontak awal dengan alergan dan gejala yang timbul.
Tetapi, setelah mendapatakan paparan berulang dengan allergen tersebut
yang cenderung dapat menyebabkan penyakit (Anonim, 2013).

C. Etiologi Dermatitis Kontak Akibat Kerja


Dermatitis kontak akibat kerja adalah penyakit kulit yang
disebabkan karena substansi tertentu yang tedapat pada tempat kerja.
Beberapa substansi yang dapat menyebakan dermatitis kontak iritan
adalah sebagai berikut:
1. Deterjen dan sabun seperti mencuci tangan berulang atau penggunaan
pelarut dapat menghilangkan pelindung lapisan minyak, sehingga kulit
yang terpapar menjadi rusak.
2. Kerusakan physical seperti gesekan dan luka kecil yaitu goresan dapat
merusak lapisan pelindung sehingga substansi bias masuk.
3. Kimia seperti asam dan basa dapat membakar lapisan.

Iritasi oleh bahan kimia dapat menimbulkan sensasi terbakar.


Karena pengikisan atau pembakaran dari lapisan pelindung pada lapisan
luar kulit. Hal ini dapat terjadi, tergantung pada beberapa faktor yaitu:
bagaimana korosif bahan iritan tersebut, konsentrasi bahan penyebab,
waktu dan durasi kontak, kerentanan individu dan paparan berulang dari
bahan penyebab yang dapat menyebabkan efek kumulatif. (James, 2009).

4
Pada dermatitis kontak alergi (DKA) adalah substansi yang dapat
menyebakan pekerja menjadi tersenistisasi atau berkembang menjadi
reaksi alergi dalam beberapa waktu setelah kontak pertama. Substansi
yang sangat kuat atau paparan secara beulang-ulang dapat menyebabkan
pekerja menjadi tersensitisasi. (James, 2009). Alergan yang paling sering
ditemukan pada bahan kimia yang terkait dengan tiuram yang biasanya
digunakan sebagai bahan proses pembuatan karet. Selain itu juga di
temukan pada pewarna rambut (paraphenylamine), dietanolamida
cocamide pada produk perawatan kulit, nikel dan kobalt, pada pengawet
seperti methylchloroisothiacolinone, lanolin dan jarang ditemukan pada
topikal steroid. (Hannam, 2013).

D. Patofisiologi Dermatitis Kontak Akibat Kerja


Dermatitis kontan iritan (DKI) sekarang disekripsikan sebagai suatu
reaksi inflamasi yang tidak termediasi oleh sistem imun. Kebanyakan oleh
karena substansi kimia, tetapi tergantung dari konsentrasi yang dapat
menyebabkan DKI. Penetrasi melalui lapisan kulit termasuk ekspresi dari
sitokin dan kemokin yang menyebabkan reaksi inflamasi. Keratinosit
menunjukan 95% dari sel kulit dan mereka melepas mediator inflamasi
kebanyakan karena terpapar oleh bahan kimia. Keratinosit melepas
mediator inflamasi seperti IL-1α dan β, IL-6, IL-8. TNF-α, GM-CSF dan
IL-10. (Jorge, 2014).
Pada dermatitis kontak alergi (DKA) mempunyai imunitas yang
khusus, efektor sel T berkembang secara terlambat, yang akan memediasi
sel pada kulit. patofisiologi DKA dibagi menjadi 2 fase, yaitu: fase
sensitisasi dan fase elitasi. (Anonim, 2007).
1. Fase Sensititasi
Kebanyakan allergen bersifat lipophilic dan berukuran kecil
(<500 D), kapasitas molekul yang dapat menembus stratum korneum
dan mencapai antigen percenting celsl (APCs) pada epidermis

5
(Langerhans cells) dan dermis (Dermal dendritic cells). Bahan kimia
yang memiliki antigen yang tidak lengkap (hapten), akan ditangkap
oleh APCs, diinternalisasi, diikat oleh protein yang utama yaitu
histocompability complex dan di ekspresikan kembali menjadi antigen
yang komplit. APCs bermigrasi ke jaringan limfa sekitar, dimana
mereka menunjukan pembentuk alergan yang baru menjadi sel T naif.
Limfosit kemudian menjalani proliferasi clonal dan berdiferensiasi
menjadi CD4 dan effector CD8, suppressor, dan sel memori yang di
bebaskan ke dalam aliran darah. Proses ini berlangsung selama 10-15
hari dan jarang memberikan gambaran lesi kulit yang terlihat.
2. Fase Elitasi
Paparan berulang dari alergan menghasilkan priming sel T yang
tersensitisasi sebelumnya untuk memproduksi interleukin (IL)-1, IL-2
dan Interferon-ϒ. Lymphokines memicu proliferasi dari sitotoksik sel
T dan mengerahkan makrofag. Dalam 8-48 jam, sel efektor dan sitokin
proinflamasi akan menyerang epidermis dan menghasilakan gambaran
klinis dermatitis. Apabila tidak tertangani, proses ini akan berlangsung
terus sampai beberapa hari atau minggu, sampai sel suppressor yang
menghasilkan khususnya IL-4 dan IL-10 yang akan mengambil alih
dan menghambat reaksi. (Denis, 2008).

E. Faktor Resiko Dermatitis Kontak Akibat Kerja


Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak
iritan, yaitu: pekerjaan yang terlalu lama kontak dengan air, bahan
pembersih, deterjen, asam dan basa, minyak dan pelumas, pelarut,
tumbuhan dan tanaman dan fiberglass (serat gelas).
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak
alergi, yaitu: berbagai macam jenis logam, karet akselerator dan adiktif
lainnya, antioksidan, plastik (phenol-formaldehyde, epoxcy, acrylate),

6
biosida, pewarna, pewangi, dermatitis iritan menjadi faktor lambat
terjadinya dermatitis kontak alergi. (Nicholson, 2011).
F. Penanganan Dermatitis Kontak Akibat Kerja
Penanganan untuk onset yang akut, pada lesi oozy penanganan
terbaik dengan saline atau burrow solution yang di aplikasikan dengan
menggunakan krim kortikosteroid yang poten atau pemberian lotion.
Sedatif anti-histamine akan digunakan untuk mengatasi pruritus. Pada
onset kronis, yang mengalami fissure dan scaly (kulit bersisik) akan
diobati dengan menggunakan emolien dan topical kortikosteroid potensi
sedang. (Dennis, 2008).

G. Pencegahan dan Prognosis Dermatitis Kontak Akibat Kerja


Pencegahan pada dermatitis kontak akibat kerja adalah dengan
menghindari bahan penyebab dari segi frekuenis maupun durasi dari
paparan dan menggunakan alat pelindung yang tepat saat kontak dengan
bahan tersebut. Pada strategi pencegahan, prioritas utama yang harus di
lakukan adalah memberikan pengukuran pada sumber penyebab. Seperti
mengeliminasi bahan-bahan yang dapat merugikan. Pencegahannya dapat
berupa pencegahan personel dengan menggunakan sarung tangan saat
kontak dengan bahan penyebab. Tetapi, pada pemilihan sarung tangan
harus tepat karena sarung tangan latex, mempunyai bubuk-bubuk yang
dapat menyebabkan iritasi maupun alergi pada sebagian orang.
Krim/gel pelindung barier di desain untuk melindungi lapisan kulit
dari bahan yang berbahaya. Contohnya seperti: Emolien, dapat berupa
krim maupun salep yang dapat digunakan selama atau setelah bekerja.
Mereka didesain dengan efektif untuk mencegah terjadinya dermatitis
kontak akibat kerja tipe iritan. (T.Brown, 2004). Pelembab digunakan
sebagai pencegahan dan pengobatan. Lotion sobolene dari pump pack
digunakan untuk melembabkan kulit. Krim tube maupun salep yang lebih
berminyak dipilih dan di gunakan pada tangan sebelum tidur. Prognosis

7
pada dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergi (DKA),
apabila bahan atau agen penyebab tidak dihindari atau di singkirkan
dengan sempurna, maka akan memberikan prognosis yang kurang baik.
(Hannam, 2013).

2.2 Konsep Penyakit Akibar Kerja Oleh Faktor Biologis


A. Definisi
Penyakit ditempat kerja akibat factor biologi biasanya disebabkan
oleh makhluk hidup sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada
pekerja yang terpajan. Penyakit biologi dapat didefinisikan sebagai debu
organik yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti
virus, bakteri, jamur, protein dan binatang. Bakteri dan virus juga
merupakan makhluk yang sangat mudah berkembang biak dan penyakit
yang disebabkannya sangat mudah menular. Saat ini sejumlah penyakit
menular dan mematikan telah berpindah dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke hewan.

B. Factor-faktor penyebab penyakit akibat factor biologi


1. Kontak dengan individu yang terinfeksi, jaringan tubuh manusia
seperti Hepatitis, AIDS, TBC, Flu burung, Flu babi, DBD.
2. Akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara
langsung atau kontak dengan sekresi, ekskresi, jaringan tubuh binatang
yang terinfeksi atau via vektor.

C. Penyakit kerja yang disebabkan Factor biologis


1. Virus
a Hepatitis B dan C
Virus hepatitis dapat menular dari satu orang ke orang
lain, dengan cara penularan yang berbeda-beda. virus hepatitis
B dan C menyebar terutama melalui kontak darah dan cairan

8
tubuh. Seseorang bisa saja terinfeksi lebih dari 1 jenis virus
hepatitis. Karena risiko yang berbahaya bagi hati penderita,
seseorang yang menderita hepatitis C harus berkonsultasi
dengan dokter
untuk juga mendapatkan vaksin terhadap hepatitis A dan
hepatitis B.
Hepatitis B bisa menular kepada setiap orang. Seperti
penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual,
transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat
kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama.
Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya
bagi mereka yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena
penyakit ini.
b Virus HIV
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency
Virus) atau disingkat (HIV) yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan
melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran
mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

9
Siapapun berisiko terkena HIV. Virus ini pun menyebar
dengan berbagai cara. Populasi kunci yang berisiko tinggi
terkena adalah wanita pekerja seks (WPS) / pelanggan pekerja
seks, waria/ lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki
lain, serta pengguna narkoba suntik dan pasangannya .
c Flu Burung
Flu burung atau virus H5N1 adalah penyakit menular
yang pada umumnya ditemukan pada unggas (ayam, kalkun,
bebek, dan telur-telurnya) dan di sejumlah tempat ditemukan
juga pada babi, harimau dan manusia. Penyakit ini disebabkan
oleh virus influenza tipe A. Penyakit ini dapat muncul dari
bentuk yang ringan sampai berat.
Infeksi ini dapat terjadi dengan penghisapan /
penghirupan barang-barang yang terinfeksi dengan virus.
Manusia dapat terinfeksi apabila bersentuhan langsung dan
bernapas dekat dengan anggota tubuh dan kotoran unggas yang
terinfeksi serta benda-benda dan tempat yang terkontaminasi.
Pekerja yang sering terkena virus flu burung/ Kelompok
berisiko tinggi adalah pekerja peternakan dan pedagang.
1). Pencegahan
a). Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi
sehabis bekerja.
b). Hindari kontak langsung dengan ayam atau
unggas yang terinsfeksi flu burung.
c). Menggunakan alat pelindung diri contoh masker
dan pakaian kerja.
d). Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
2). Pengobatan
a). Oksigenasi bila terdapat sesak napas.

10
b). Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral
(infus).
c). Pemberian obat antivirus oseltamivir 83 mg
dosis tunggal selama 8 hari.
d Flu Babi
H1N1 influenza atau flu babi (swine influenza) adalah
infeksi oleh satu atau beberapa jenis virus influenza babi. Virus
influenza babi merupakan ancaman bahaya dari keluarga virus
influenza yang endemik pada babi. Virus flu babi terdapat
umum pada populasi babi di seluruh dunia.
Penularan virus tersebut dari babi ke manusia tidak umum
dan tidak selalu menyebabkan flu pada manusia, seringkali
hanya menyebabkan produksi antibodi dalam darah. Jika
penularan dari babi menyebabkan flu pada manusia, ia disebut
flu babi zoonotik. Orang yang sering berdekatan dengan babi
memiliki resiko terkena infeksi flu babi. Daging hewan yang
mengidap flu babi tidak memiliki resiko infeksi jika dimasak
dengan benar. Flu babi menular antar manusia, sehingga dapat
menyebar dengan cepat. Penularan antar manusia memiliki
cara yang sma dengan penularan flu pada umumnya yaitu dari
kontak fisik dan udara (batuk atau bersin).
2. Bakteri
a Anthrax
Anthrax atau penyakit radang limpa merupakan salah satu
penyakit zoonosis di Indonesia yang disebabkan oleh bakteri.
Istilah anthrax berarti arang, sebab penyakit ini menimbulkan
gejala pada manusia berupa bisul kehitaman yang jika pecah
akan menghasilkan semacam borok (bubonic palque).
Anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang
merupakan bakteri gram positif non motil dan berspora. Di

11
mikroskop tampak terlihat seperti barisan batang panjang
dengan ujung-ujungnya siku, sementara di dalam tubuh inang,
Bacillus anthracis tidak terlihat rantai panjang, biasanya
tersusun secara tunggal atau pendek serta melindungi dirinya
dalam kapsul, dan akan membentuk spora segera setelah
berhubungan dengan udara bebas karena spora diketahui dapat
bertahan hidup bertahun-tahun di dalam tanah yang cocok dan
bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia.
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora
yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit
(kulit, daging, tulang atau darah). Mengkonsumsi produk
hewan yang terkena anthrax atau melalui udara yang
mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau
kulit binatang
Oleh karena itu ada empat tipe antrax pada manusia, yaitu
anthrax kulit, antrax pencernaan/ anthrax usus, anthra
pernapasan/ anthrax paru-paru dan anthrax otak. Anthrax otak
terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak.
1). Pencegahan
a). Tidak memakan daging tercemar anthrax.
b). Tidak menyembelih hewan yang sakit, atau
jatuh karena sakit.
c). Tidak memanfaatkan atau bersentuhan dengan
daging, jerohan, kulit, tanduk tulang, dan
rambut atau bagian tubuh lainnya dari
hewan/ternak penderita anthrax.
d). Mencuci bersih bahan makanan sebelum
dimasak.
e). Memasak daging dan jerohan sampai matang,
karena spora dapat dimusnahkan pada suhu

12
90 0 C selama 45 menit atau 1000 C selama 10
menit.
f). Mencuci tangan sebelum makan.
b TBC
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain
tubuh manusia. Penularan penyakit ini karena kontak dengan
dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari
orang yang terinfeksi kuman tuberculosis.

D. Pekerjaan Yang Beresiko terkena Infeksi Virus Dan Bakteri


Penyakit infeksi virus dan bakteri yang terkait kerja ditemukan pada
berbagi jenis pekerjaan yaitu:
1. Pekerjaan pertanian
2. Pekerjaan di lapangan dimana ada kemungkinan berkontak dengan
tinja binatang (pekerja di saluran air, sungai, parit, selokan,
dermaga, kebun pertanian, dll)
3. Pekerjaan yang berhubungan dengan penanganan binatang dan
produk-produknya, misalnya/ klinik dokter hewan, rumah
pemotongan hewan, pasar daging, pasar ikan, dll.
4. Rumah sakit, laboratorium, ruang otopsi.

E. Cara Penanggulangan Penyakit Kerja Yang Berhubungan Dengan


Factor Biologi
1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang
kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.

13
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk
memastikan dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan
alami untuk bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan
imunisasi.
3. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar
(Good Laboratory Practice).
4. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dan cara penggunaan
yang benar.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lingkungan kerja beserta semua faktor-faktornya dapat merugikan
kesehatan pekerja apabila tidak dikelolah dengan baik. Penyakit akibat kerja
timbul karena pekerja terpapar pada lingkungan kerja yang mengandung
bermacam-macam bahaya kesehatan baik yang bersifat kimia, fisik, biologi,
fisiologi dan mental psikologi. Konsekuensinya terjadi perubahan pola
penyakit karena hubungannya dengan pekerjaan. Salah satunya adalah
dermatitis.
Dermatitis kontak akibat kerja merupakan gangguan pada kulit yang
terjadi karena kontak dengan substansi tertentu yang terdapat di tempat kerja.
Dermatitis kontak merupakan penyakit umum yang sering terkait dengan
pekerjaan. Dermatitis memiliki beberapa tipe diantaranya tipe akut, tipe
kronis, tipe alergi. Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan
dermatitis yaitu kontak dengan iritan dan kontak dengan allergen. Pencegahan
pada dermatitis kontak akibat kerja adalah dengan menghindari bahan
penyebab dari segi frekuenis maupun durasi dari paparan dan menggunakan
alat pelindung yang tepat saat kontak dengan bahan tersebut.
Selain itu ada faktor biologis yang menyebapkan penyakit akibat kerja
diantaranya faktor akibat virus dan juga faktor akibat bakteri. Penyakit infeksi
virus dan bakteri yang terkait kerja ditemukan pada berbagi jenis pekerjaan
yaitu: Pekerjaan pertanian, pekerjaan di lapangan, pekerjaan yang
berhubungan dengan penanganan binatang dan pekerja di Rumah sakit.
Antisipasi yang dapat dilakukan antara lain: Seluruh pekerja harus mendapat
pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi; Sebelum
bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan.

15
3.2 Saran
Berdasarkan hasil dalam pembutan makalah ini penyusun memberikan
usulan dan saran. Bagi pembaca, diharapkan makalah ini mampu menjadi
sumber pengetahuan dermatosis akibat kerja dan penyakit akibat kerja oleh
faktor biologis sesuai dengan pedoman yang ada. Bagi penulis, hasil makalah
ini diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi bahan pembanding pada
penulisan selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

M. Jarot (2017). Penyakit Akibat Kerja Yang Berhubungan Dengan Faktor Biologis
Dan Cara Penanggulangannya. Tidak diterbitkan [Online]. Tersedia di
https://www.scribd.com/document/345188600/Penyakit-Akibat-Kerja-
Faktor-Biologis. diakses pada 10 November 2020

Sinta. (__). Dermatitis Kontak Akibat Kerja. Universitas Udayana. Tidak diterbitkan
[Online]. Tersedia di sinta.unud.ac.id. diakses pada 10 November 2020

17

Anda mungkin juga menyukai