PENDAHULUAN
bebas khususnya di kawasan ASEAN atau AFTA pada tahun 2015 telah
daya manusia tidak hanya terjadi diantara perusahaan-perusahaan yang berada dan
kawasan regional ASEAN terkait dengan penerapan AFTA tersebut di atas maka
kinerjanya melalui pengelolaan sumber-sumber daya yang lebih efektif dan efisien
dalam persaingan yang ketat juga dapat memenangkan persaingan. Untuk dapat
1
2
pemberian dividen kepada pemegang saham oleh perusahaan yang telah go public
merupakan suatu signal ke pasar modal untuk menilai baik dan buruknya
perusahaan yang telah go public merupakan harga saham yang dikeluarkan oleh
yang akan dibeli serta analisa kinerja perusahaan dalam beberapa periode. Dengan
hasil analisa dan informasi penilaian saham tersebut sebagai bahan pertimbangan
bagi investor maka diharapkan pilihan saham perusahaan mana yang akan dibeli
lebih akurat dan menguntungkan pihak investor. Sedangkan dari sisi kreditur nilai
pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Apabila nilai perusahaan tersirat tidak baik maka investor akan
perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus. (Sujoko, 2007:46). Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Weston dan Copeland (1999),
terhadap nilai perusahaan hal ini menandakan bahwa pasar lebih mengapresiasi
4
perusahaan besar. (Rachmawati dan Hanung, 2007:14). Namun size atau ukuran
perusahaan secara negatif dan signifikan mempengaruhi kualitas laba dan nilai
aktiva (tangible assets). Struktur aktiva (tangible assets) yang dimiliki oleh
perusahaan dalam jumlah yang besar akan memiliki kesempatan untuk dapat
menggunakan utang lebih banyak. Selain itu tangible assets yang tertanam dalam
sumber dana untuk membayar kembali utang beserta bunganya. Dengan adanya
jaminan atau proteksi bagi pihak kreditur tersebut menjadi salah satu faktor yang
oleh pihak investor. Struktur aktiva berpengaruh dengan arah positif terhadap
1999:77).
perusahaan baik maka para stakeholders yang terdiri dari kreditur, supplier dan
juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari
langsung yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas yang
saham oleh investor. Respon positif dari investor tersebut akan meningkatkan
2013:143)
menunjukkan apakah perusahaan mempunyai prospek atau masa depan yang baik.
Terkait dengan hal tersebut maka setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk
kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan hidup (going concern) akan lebih
terdiri dari profit margin, basic earning power, return on asset, dan return on
equity.
terhadap modal sendiri. Struktur modal terdiri dari modal sendiri di tambah
dengan hutang jangka panjang yaitu hutang yang pelunasannya lebih dari 1 (satu)
struktur modal juga dapat diartikan sebagai “komposisi dari campuran dana dari
6
keuangan yang akan diinvestasikan dalam kegiatan usaha, komposisi ini sebagian
besar dibiayai dari hutang dan modal usaha”. Terdapat beberapa faktor yang
Sedangkan dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saidi dan Sriharto
(2004) yang mengutip pernyataan McCue dan Ozcan, beberapa faktor penting
yang mempengaruhi struktur modal antara lain risiko bisnis, struktur aktiva,
parsial struktur modal memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap
Dengan bergulirnya AFTA pada tahun 2015 tentunya dapat memiliki atau
memberikan pengaruh juga terhadap seluruh bidang usaha tidak terkecuali dengan
persaingan yang ketat baik dengan perusahaan farmasi lokal yang beroperasi di
pasar farmasi dan merupakan pasar farmasi yang terbesar di kawasan ASEAN,
tentunya hal ini akan menjadi fokus utama dari perusahaan - perusahaan farmasi
di negara - negara Asia Tenggara lainnya untuk dapat merebut pasar farmasi yang
masih terbuka dan terbesar di Indonesia sehingga dapat keluar sebagai pemenang
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa
merupakan industri penting dalam suatu negara karena kebutuhan akan obat-
meningkat. Namun selama periode tahun 2009 s.d 2014 tingkat pertumbuhan
dari jumlah perusahaan sebesar 3,25%, akan tetapi berdasarkan data dari
bahwa Pasar Farmasi di Indonesia akan mengalami pertumbuhan dari tahun 2011
s.d 2015 sebesar 13% dan prediksi penjualan farmasi pada tahun 2015 dapat
menembus nilai yang cukup signifikan yaitu mencapai USD 7,4 miliar.
8
Gambar 1.1. Pertumbuhan Pasar Farmasi & Prediksi Penjualan Tahun 2008-2015
Dengan pertumbuhan pasar farmasi yang masih sangat terbuka serta prediksi
penjualan farmasi dengan jumlah yang signifikan tentunya akan menjadi fokus
yang tentunya memerlukan ketersediaan dana atau modal yang cukup sehingga
harga saham dari 9 (sembilan) perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2009 – 2013 diketahui bahwa rata – rata harga per lembar
rata-rata IHSG selama periode tahun 2009 – 2013 maka rata – rata harga per
9
lembar saham masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata – rata IHSG pada
periode yang sama seperti digambarkan pada grafik 1.1. sebagai berikut :
Grafik 1.1.
Perbandingan Harga Saham Perusahaan Farmasi (rata-rata)
dengan IHSG periode tahun 2009 – 2013
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 – 2013 dan www.idx.co.id,
Data diolah
per lembar saham dari perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode tahun 2009 – 2013 lebih tinggi dibandingkan rata – rata IHSG
selama periode tahun yang sama dimana kondisi tersebut dipengaruhi oleh
tingginya harga saham per lembar dari 2 (dua) perusahaan farmasi yaitu PT Merck
Tabel 1.1.
Rata-rata Harga per lembar Saham
Perusahaan Farmasi di BEI
Tahun 2009 – 2013
oleh beberapa faktor baik faktor fundamental maupun teknikal. Para investor akan
menilai kaitan antara tingginya harga saham yang diidentikan dengan nilai
lainnya seperti ukuran perusahaan, struktur aktiva serta struktur modal yang
Pada tabel 1.2. akan disajikan data mengenai rata-rata tingkat profitabilitas
yaitu Net Profit Margin, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE),
struktur modal yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan total assets dari 9 (sembilan)
Tabel 1.2.
Data Rata-Rata Net Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity, Debt to
Equity Ratio dan Total Aset
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 – 2013 dan www.idx.co.id,
Data diolah
perusahaan farmasi secara garis besar mengalami fluktuasi selama kurun waktu
2009 – 2013. Net Profit Margin tersebut mengalami kenaikan tertinggi pada tahun
2011 sebesar 12,79% dan diperoleh Net Profit Margin terendah pada tahun 2013
terdapat fluktuasi dimana ada saat Net Profit Margin tinggi dan ada saatnya
rendah. Net Profit Margin sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan serta
efisiensi biaya operasional yang dapat dilakukan. Dilihat dari sisi Return on Asset
yang tertinggi adalah pada tahun 2011 sebesar 17,02% sedangkan terendah
dialami pada tahun 2013 sebesar 11,81%, demikian halnya pada sisi Return on
Equity dimana tertinggi dialami pada tahun 2011 sebesar 21,45% dan terendah
pada tahun 2013 sebesar 15,35%. Sedangkan pada sisi Debt to Equity Ratio
terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,36% dan tertinggi pada tahun 2013
sebesar 2,25% namun apabila dibandingkan dengan rata-rata harga saham per
lembar yang dapat diidentikan dengan nilai perusahaan dari perusahaan farmasi
12
maka pada tahun 2013 seharusnya baik nilai Net Profit Margin, Return on Asset
serta Return on Equity mengalami trend yang meningkat pada tahun 2013 dan
untuk Debt to Equity Ratio pada tahun 2013 lebih kecil seiring dengan
peningkatan harga rata-rata saham per lembar pada tahun 2013. Terkait dengan
kondisi tersebut seharusnya Net Profit Margin, Return on Asset dan Return on
Equity yang tinggi serta tingkat Debt to Equity Ratio yang rendah akan
mempengaruhi nilai perusahaan atau harga saham menjadi semakin tinggi karena
ditanamkan lebih baik dan didukung oleh struktur permodalan yang kuat.
terhadap Nilai Perusahaan” (studi kasus pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar
di BEI)”.
berikut :
pihak diantaranya :
1) Bidang Teoritis
2) Aspek Praktis
perusahaan.
3) Bagi Peneliti
Strata 2 (S2).