Anda di halaman 1dari 47

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

Penelitian ini mengacu kepada terjadinya research gap dari penelitian-

penelitian sebelumnya dan menjadikan alasan pentingnya untuk melakukan

pengujian terhadap pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur aktiva dan

struktur modal terhadap nilai perusahaan. Untuk mendukung penelitian ini,

berikut ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan

variabel dalam penelitian ini.

1) Solihah dan Taswan (2002) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Kebijaksanaan Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Pemodelan dilakukan dengan Linear Structural Relations

(LISREL) atau Structural Equation Modeling (SEM). Hasilnya menunjukkan

bukti bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan.

2) Sriwardany (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Struktur Modal dan

Dampaknya terhadap Perubahan Harga Saham. Diukur dengan Tobins’Q

hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh

yang positif terhadap perubahan harga saham.

3) Sujoko dan Subiantoro (2007) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern, dan Faktor Extern Terhadap

15
16

Nilai Perusahaan. Diperoleh hasil Structural Equation Modeling (SEM)

bahwa leverage mempunyai pengaruh yang negatif yang signifikan terhadap

nilai perusahaan.

4) Eli Safrida (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur

Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil analisa regresi

diketahui bahwa struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

nilai perusahaan, sedangkan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif

namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan struktur

modal dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan.

5) Putu Eka Lestari (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Struktur Modal dan Kepemilikan Manajerial serta Ukuran Perusahaan

terhadap Nilai Perusahaan. Dari hasil regresi diketahui bahwa secara simultan

struktur modal, kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial struktur modal

memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan.

6) Linda Fitriani (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Leverage,

Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Hasil

analisa regresi diketahui bahwa variabel leverage secara parsial berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran

perusahaan secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai


17

perusahaan dan profitabilitas secara parsial berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan.

7) Agus Siswandi (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur

Modal, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur

Aktiva terhadap Nilai Perusahaan. Hasil analisa regresi berganda diketahui

bahwa variabel struktur modal dan struktur aktiva tidak berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan dan

tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

8) Dewa Kadek Oka Kusumajaya (2011) melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap

Profitabilitas dan Nilai Perusahaan. Dari hasil path analysis diketahui bahwa

struktur modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

profitabilitas, pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap profitabilitas, struktur modal mempunyai pengaruh positif

dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan perusahaan

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan

profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan.

9) Damayanti (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur

Aktiva, Ukuran Perusahaan, Peluang Bertumbuh dan Profitabilitas terhadap

Struktur Modal. Dari hasil uji F dapat dibuktikan bahwa variabel struktur

aktiva, ukuran perusahaan, peluang bertumbuh dan profitabilitas berpengaruh


18

secara simultan terhadap struktur modal. Sedangkan dari hasil uji T secara

parsial diketahui bahwa variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, peluang

bertumbuh dan profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap struktur

modal.

10) Sri Hermuningsih (2013) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh

Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur Modal terhadap Nilai

Perusahaan. Hasil Structural Equation Modeling (SEM), variabel

profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan.

Objek penelitian ini di fokuskan kepada 9 (sembilan) perusahaan yang

bergerak di sektor Industri farmasi dari 11 perusahaan farmasi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dengan kinerja keuangan selama periode tahun 2009 s.d

2013.

2.1.1. Ukuran Perusahaan

2.1.1.1. Pengertian Ukuran Perusahaan

Perusahaan yang berkecimpung dalam dunia usaha pada saat ini

dapat dikategorikan atau dikelompokkan menjadi tiga ukuran yaitu

Perusahaan Besar, Perusahaan Sedang/Menengah dan Perusahaan Kecil.

Pengelompokan ukuran perusahaan tersebut tidak terlepas dari kapasitas

output yang dihasilkan dan kemampuan sumber daya yang dimiliki serta

kualitas hasil produksi maupun jasa yang dihasilkan.


19

Menurut Mochfoedz (1994) dan Rahmi (2010) ukuran perusahaan

pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu :

1) Perusahaan Besar (Large Firm)

Perusahaan besar merupakan perusahaan yang memiliki total aset yang

besar. Perusahaan yang telah Go Public di Pasar Modal rata - rata

memiliki aset minimal sebesar Rp200.000.000.000.

2) Perusahaan Menengah (Medium Size)

Perusahaan menengah merupakan perusahaan yang memiliki total aset

antara Rp2.000.000.000 sampai dengan Rp200.000.000.000 dan

biasanya telah Go Public di Pasar Modal.

3) Perusahaan Kecil (Small Firm)

Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki total aset

kurang dari Rp2.000.000.000 dan biasanya tidak terdaftar di Bursa

Efek.

Dengan ukuran yang semakin besar, maka suatu perusahaan akan

memiliki target yang lebih tinggi sehingga untuk mencapai target tersebut

akan melakukan peningkatan kegiatan usahanya baik di bidang produksi

maupun jasa. Sedangkan perusahaan menengah atau kecil tentunya target

yang akan dicapai disesuaikan dengan kapasitas serta kemampuan sumber

daya yang dimilikinya.

ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat

diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara

lain: total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, kapitalisasi
20

pasar, dan lain - lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Semakin

besar total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, dan

kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan

tersebut. (Panjaitan 2004:)

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang

dimiliki perusahaan, ditunjukan oleh natural logaritma dari total aktiva.

(Yusuf dan Soraya 2004., Vol. 7, No.1), besar kecilnya ukuran suatu

perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar

perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan

perusahaan untuk melakukan investasi. (Ariyanto 2002:)

Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan

akan memerlukan tambahan modal untuk menunjang peningkatan aktivitas

operasionalnya. Salah satu alternatif untuk dapat memperoleh tambahan

modal dengan menggunakan modal yang berasal dari pihak lain

(perbankan atau asing).

Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur

keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda:

a) Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan

perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil

umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik

untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses,

biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat

menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan,


21

sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan

sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar

investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi

secara signifikan.

b) Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar

dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat

memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk

penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang

ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang

digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan

kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak

sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.

c) Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return

membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak

laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik

lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain

tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus,

tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan

sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.(Agnes

Sawir, 2004:101-102)

Penentuan perusahaan yang didasarkan kepada total aset

perusahaan. Total aktiva dipilih sebagai proxy ukuran perusahaan

dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil


22

dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan

(Wuryatiningsih 2002: dan Sudarmadji 2007:). Semakin besar aktiva

suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula modal yang ditanam,

semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin

banyak juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar

maka semakin besar pula perusahaan di kenal oleh masyarakat.

(Hilmi dan Ali 2008: )

2.1.1.2. Faktor – Faktor Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan sangat berpengaruh pada tiga faktor utama,

yaitu :

 Besarnya total aktiva

 Besarnya hasil penjualan

 Besarnya kapitalisasi pasar

Namun disamping faktor utama diatas, ukuran perusahaan pun dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti faktor tenaga kerja, nilai

pasar saham, log size, dan lain-lain.

Terkait dengan adanya perbedaan besaran total aset dari setiap

perusahaan yang mungkin perbedaannya sangat signifikan maka untuk

mengukurnya dapat diketahui melalu variabel ukuran perusahaan diukur

dengan menggunakan Logaritma Natural (Ln) dari total aset. Sehingga

untuk menghindari adanya data yang fluktuasinya signifikan tersebut maka

data total aktiva perlu di Ln kan. Logaritma Natural sendiri adalah


23

logaritma yang berbasis e adalah terdefinisikan semua real x dapat juga

didefinisikan untuk bilangan kompleks yang bukan nol.

Suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar

sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai

pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya control

dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya

perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan

kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang

besar terhadap kemungkinan hilangnya control pihak dominan

terhadap perusahaan yang bersangkutan. (Bambang Riyanto 2008:299-

300). Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar di mana

sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru

dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan

dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.

Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk

mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk

memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena

perusahaan dengan ukuran besar memiliki profitabilitas lebih besar

untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada

sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi

ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap

perubahan yang mendadak.


24

Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan

menggunakan modal dari pihak luar perusahaan (perbankan / asing) juga

semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan

dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu

alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri

tidak mencukupi (Abdul Halim, 2007: ). Adapun perhitungan ukuran

perusahaan adalah sebagai berikut :

Ukuran Perusahaan = Ln. Total Aktiva

2.1.2. Struktur Aktiva

Struktur aktiva diketahui dengan membandingkan total aktiva

tetap dan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Total aktiva tetap

diketahui dengan menjumlahkan rekening-rekening aktiva tetap berwujud

perusahaan seperti tanah, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan dan

aktiva berwujud lainnya setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan

aktiva tetap.

Struktur aktiva menggambarkan besarnya aktiva yang dapat

dijaminkan perusahaan sebagai kolateral ketika perusahaan melakukan

pinjaman kepada kreditur. Struktur aktiva diukur dalam persentase.

Aktiva Tetap
Total Aktiva
25

Struktur aktiva adalah penentuan berapa besarnya alokasi untuk

masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun aktiva

tetap. Struktur Aktiva dapat dipandang dari aspek operasional yang pada

dasarnya menggolongkan aktiva dalam perbandingan tertentu untuk

keperluan operasi utama perusahaan. Struktur aktiva dapat dilihat dari dua

aspek yaitu tersedia untuk operasi dalam suatu periode akuntansi dan

tersedia secara permanen dalam menunjang operasional perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang maka

perusahaan tesebut akan menggunakan pembiayaan hutang hipotik jangka

panjang dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup

hutangnya. Sebaliknya perusahaan yang sebagian besar aktiva yang

dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat

tergantung kepada kelanggengan tingkat profitabilitas (penjualan) masing-

masing perusahaan, sebaiknya dibiayai dengan pembiayaan (hutang)

jangka pendek (Weston dan Copeland, 1997:363)

2.1.3. Profitabilitas

2.1.3.1. Pengertian Profitabilitas

Pengertian profitabilitas kemampuan mendapatkan laba melalui

semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,

modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. (Sofyan Syafri

Harahap 2007:304) Sedangkan pengertian lainnya bahwa profitabilitas

adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya


26

dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. (Agus Sartono,

2003:29)

Terdapat 4 (empat) jenis rasio keuangan yang dapat digunakan

untuk menilai kinerja suatu perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio

leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Profitabilitas adalah hasil

akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh

perusahaan (Brigham dan Houston,2001:107). Dari sudut pandang

investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek

perusahaan di masa datang adalah dengan melihat sejauh mana

pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting

diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan

dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return

yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor

(Tandelilin,2010:372). Artinya di dalam berinvestasi, seorang investor

melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba, sehingga investor memerlukan informasi yang berhubungan dengan

kondisi keuangan perusahaan.

Profitabilitas dapat diukur menggunakan rasio. Rasio yang

dapat dipergunakan untuk mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut:

1. Gross Profit Margin (GPM)

Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor dicari dengan

penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan


27

bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan

dari setiap barang yang dijual. Jadi dengan mengetahui rasio ini,

kita bisa tahu bahwa untuk setiap satu barang yang terjual,

perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar x rupiah. Secara

matematis rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

2. Net Profit Margin (NPM)

Laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan

besarnya laba bersih yang diperoleh oleeh perusahaan pada setiap

penjualan yang dilakukan. Rasio Penjualan Bersih ini tidak

menggambarkan besarnya presentase keuntungan bersih yang

diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur

pendapatan dan biaya non operasional. Secara matematis rasio ini

dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


28

Net Profit Margin merupakan salah satu rasio yang termasuk

didalamnya, yang mengukur efisiensi keseluruhan perusahaan dengan

membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih

(Martono dan Harito, 2001:59). Net Profit Margin (NPM)

merupakan ukuran yang baik dan digunakan hampir secara universal

dalam memantau profitabilitas perusahaan (Walsh, 2004 : 67).

Menurut Dewi Astuti (2004:36) rasio ini mengukur laba per

rupiah penjualan. Perhitungan rumus ini, yaitu laba bersih dibagi

dengan penjualan. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan

dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan

penjualan. Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:304),

angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih

yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin

baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba

cukup tinggi.

3. Return on Asset (ROA)

Laba bersih dibagi rata-rata total aktiva. Rata-rata total aktiva

diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun
29

dibagi dua. Return on Asset bisa diperoleh dari Net Profit Margin

dikalikan Asset turn over. Asset turn over adalah penjualan bersih

dibagi rata-rata total aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah

aset yang digunakan. Secara matematis rasio ini dapat diukur dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

4. Return on Equity (ROE)

Laba bersih dibagi rata-rata ekuitas. Rata-rata ekuitas diperoleh dari

ekuitas awal periode ditambah akhir periode dibagi dua. Rasio ini

berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh

perusahaan untuk setiap rupiah modal dan pemilik. Rasio ini

menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat

kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, akan

semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar

pada pemegang saham. Secara matematis rasio ini dapat diukur dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :


30

Rasio Profitabilitas dapat memberikan informasi mengenai

kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas ini merupakan suatu

perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat laba yang

diperoleh perusahaan dengan berdasarkan komponen-komponen yang

ada dalam perusahaan tersebut. Analisis profitabilitas ini menggambarkan

kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan

efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Harmono,

2009:109).

2.1.3.2. Tujuan Dan Manfaat Profitabilitas

Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik

usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan,

terutama pihak – pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan

dengan perusahaan Kasmir (2008:197), menerangkan bahwa tujuan

dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun

bagi pihak luar perusahaan yakni :

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri
31

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal sendiri

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan

menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di

laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan

laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode

operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi

keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau

kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen

sehingga dapat diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan

perusahaan tersebut. semakin lengkap jenis rasio yang digunakan,

semakin sempurna hasil yang akan dicapai, sehingga posisi dan

kondisi tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna.

2.1.4. Struktur Modal

2.1.4.1. Pengertian Struktur Modal

Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh

beberapa ahli yang menuangkannya dalam buku mereka, yaitu struktur

modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari utang jangka

panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. (Sawir 2005:10),


32

Struktur modal yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan

dari utang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki

perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal

adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan.

(Weston dan Brigham 2005:150),

Pengertian struktur modal menurut Bambang Riyanto (2008:22)

adalah : “Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana

mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal

sendiri.” Sedangkan menurut Agus Sartono (2008:225) menyatakan:

“Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek


yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham
biasa.”

Sedangkan menurut Sutrisno (2009:255) menyatakan:

“struktur modal merupakan imbangan antara modal asing atau hutang


dengan modal sendiri, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka
panjang”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

struktur modal adalah perimbangan antara total hutang dengan modal

sendiri. Modal sendiri bisa terbagi atas modal saham, cadangan, dan

laba ditahan. Keputusan struktur modal yang tidak cermat akan

menimbulkan biaya modal tinggi sehingga berakibat pada rendahnya

profitabilitas perusahaan.
33

2.1.4.2. Komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas

beberapa komponen (Riyanto, 2001:238), yaitu :

1. Modal Asing/Hutang Jangka Panjang (Long-Term Debt)

Modal asing/hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka

waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang

jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai

perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan,

karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang

besar. Komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari :

a). Hutang Hipotik (Mortgage)

Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin

dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan) kecuali kapal

dengan bunga, jangka waktu dan cara pembayaran tertentu.

b). Obligasi (Bond)

Obligasi adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa

perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya

kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran

kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap

yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari

keuntungan.
34

2. Modal Sendiri (Shareholder Equity)

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan

dan yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu

lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber

extern. Sumber intern di dapat dari keuntungan yang dihasilkan

perusahaan, sedangkan sumber extern berasal dari modal yang berasal

dari pemilik perusahaan.

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari setoran pemilik (modal

saham, agio saham) dan hasil operasi perusahaan itu sendiri (laba dan

cadangan-cadangan). (Sutrisno 2005:9).

Komponen modal sendiri terdiri dari :

 Modal saham : saham biasa, saham preferen, saham preferen

kumulatif.

 Cadangan : cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan

untuk hal- hal yang tidak terduga.

 Laba ditahan.

2.1.4.3. Faktor – Faktor Struktur Modal

Apabila keputusan struktur modal sangat mempengaruhi kondisi

dan nilai perusahaan, maka sangat berguna bagi perusahaan untuk

mengetahui faktor-faktor fundamental atau faktor-faktor dari dalam

perusahaan yang dapat mempengaruhi struktur modal.


35

Menurut Sutrisno (2000:307-308) struktur modal juga dipengaruhi

oleh beberapa faktor utama, antara lain:

1. Persesuaian atau Suitability

Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan

jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan-

perusahaan berjangka pendek bila dibelanjai dengan utang, obligasi

atau dengan mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya

cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu

kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka

sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan

dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang.

2. Pengawasan atau Control

Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para

pemegang saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk

menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya sebuah

perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila

diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan apakah tugas

pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu

dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih

menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan menambah

saham.

3. Laba/Earning per Share


36

Memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara financial

harusnya bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham lebih

besar.

4. Tingkat Risiko/Riskness

Utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab

bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan

laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu semakin besar

penggunaan dana dari utang mengindikasikan perusahaan mempunyai

tingkat risiko yang lebih besar.

Adapun faktor–faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur

modal perusahaan menurut Bambang Riyanto, (2010:297), yaitu :

a. Stabilitas Penjualan. Jika penjualan relatif stabil, perusahaan dapat

secara aman menggunakan hutang lebih tinggi dan berani

menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

b. Struktur Aktiva. Apabila aktiva perusahaan cocok digunakan

untuk dijadikan agunan kredit perusahaan tersebut cenderung

menggunakan banyak hutang.

c. Leverage Keuangan. Jika hal– hal lain tetap sama, perusahaan

dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu


37

untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai

risiko bisnis yang lebih kecil.

d. Tingkat Pertumbuhan. Perusahaan–perusahaan yang mempunyai

tingkat pertumbuhan lebih cepat, akan membutuhkan dana dari sumber

extern yang lebih besar.

e. Profitabilitas. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi

atas investasi, menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba

ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar

kebutuhan pendanaan.

f. Pajak. Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak

perusahaan, sedangkan dividen tidak. Oleh karena itu, semakin

tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari

penggunaan pajak, semakin besar daya tarik penggunaan hutang.

g. Pengendalian. Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi

pengendalian manajemen bisa mempengaruhi struktur modal.

h. Sifat Manajemen. Sifat manajemen akan mempengaruhi dalam

pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.

i. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Peringkat. Tanpa

memperhatikan analisis para manajer atas faktor – faktor leverage

yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan

perusahaan penilai peringkat seringkali mempengaruhi keputusan

struktur keuangan.
38

j. Keadaan Pasar Modal. Keadaan pasar modal sering mengalami

perubahan dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar

modal tersebut.

k. Kondisi Internal Perusahaan. Apabila perusahaan memperoleh

keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor,

maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang

daripada mengeluarkan saham.

l. Fleksibilitas Keuangan. Seorang manajer pendanaan yang pintar

adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk

mendukung operasi.

Adapun rumus struktur modal adalah sebagai berikut :

Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal

merupakan bagian dari struktur keuangan yang merupakan

perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri.

2.1.5. Nilai Perusahaan

Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan

mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi

barang dan atau jasa untuk dijual (Salvatore, 2005). Perusahaan dibentuk oleh

sekelompok orang dengan tujuan untuk mencapai target yang ditetapkan dan

keuntungan yang ingin diperoleh melalui cara-cara yang lebih efisien untuk
39

pembuatan kontrak dengan pekerja dan para pemilik modal, tanah dan sumber

daya lain untuk setiap tahap produksi dan distribusi yang terpisah.

Dari sisi pengusaha yang diperhatikan adalah kontrak-kontrak yang besar

dan berjangka panjang dengan tenaga kerja untuk mengerjakan berbagai tugas

dengan upah tertentu dan berbagai tunjangan lain. Kontrak yang umum

semacam itu jauh lebih murah ketimbang sejumlah kontrak spesifik dan

sangat menguntungkan baik bagi pengusaha maupun pekerja dan pemilik sumber

daya lain.

Perusahaan ada karena untuk menghemat biaya transaksi semacam itu.

Dengan menginternalisasi berbagai transaksi (yaitu dengan menjalankan berbagai

fungsi dalam perusahaan), perusahaan juga menghemat pajak penjualan dan

menghindari kontrol harga dan peraturan pemerintah yang berlaku hanya untuk

transaksi antar perusahaan. Semula teori perusahaan didasarkan pada asumsi

bahwa maksud atau tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba sekarang

atau jangka pendek. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan perusahaan sering

kali mengorbankan laba jangka pendek untuk meningkatkan laba masa depan atau

jangka panjang. Karena baik keuntungan jangka pendek maupun jangka

panjang sangat penting, teori perusahaan (theory of the firm) sekarang

mempostulatkan bahwa maksud atau tujuan utama perusahaan adalah untuk

memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm).

Hal ini dicerminkan dari nilai sekarang atas semua keuntungan perusahaan

yang diharapkan di masa depan. Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya

pada kemampuan menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada


40

karakteristik operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil alih.

Beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan nilai

perusahaan sebagai berikut :

1) Nilai Buku

Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai

shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung

dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham

yang beredar. Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio

saham (paid up capital in excess of par value) dan laba ditahan (retained

earning).

2) Nilai Appraisal

Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal

independent .Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat

beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya

penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan sendirinya

karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan

kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan dalam

menghasilkan earnings dan kemudian nilai going concern dari suatu

perusahaan.
41

Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu perusahaan akan bermanfaat

sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode penilaian yang lain.

Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu seperti dalam

perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam atau bagi suatu organisasi

yang beroperasi dalam keadaan rugi.

Kegunaan dari nilai appraisal akan menghasilkan beberapa

keuntungan. Nilai perusahaan yang berdasarkan appraiser independent

juga akan menghasilkan pengurangan goodwill dengan meningkatkan

harga aktiva perusahaan yang telah dikenal. Goodwill dihasilkan sewaktu

nilai pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya.

3) Nilai Pasar Saham

Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal

adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis.

Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas

diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai

pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering

dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini

dapat berubah secara cepat. Faktor analisis berk ompetisi dengan pengaruh

spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan

keputusan pribadi.

4) Nilai “ Chop - Shop ”

Pendekatan “Chop - Shop” untuk valuasi pertama kali diperkenalkan

oleh Dean Lebaron dan Lawrence Speidell of Batterymarch Financial


42

Management. Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi

perusahaan multi industry yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila

dipisahkan menjadi bagian - bagian. Pendekatan ini mengkonseptualisasikan

praktik penekanan untuk membeli aktiva di bawah harga penempatan

mereka.

5) Nilai Arus Kas

Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat

mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang

menawarkan sebagai hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus

kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum

yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan.

Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai

bersih sekarang dari merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang

berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar

(market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai

saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai

saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari

saham.

Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk

memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm)

(Salvatore, 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya


43

bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti

juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan

utama perusahaan (Euis dan Taswan, 2002). Menurut Husnan (2000) nilai

perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli

apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2004) nilai

perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas

perusahaan yang beredar.

Nilai perusahaan merupakan pandangan pihak investor terhadap tingkat

keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham

yang tinggi berbanding lurus dengan nilai perusahaan, jadi semakin tinggi harga

saham membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi

akan membuat baik pihak pasar dan calon investor percaya tidak hanya pada

kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.

Menurut Brigham&Houston (2001) terdapat beberapa pendekatan analisis

rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning

ratio (PER), price to book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR),

deviden yield ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai

perusahaan dari sisi perusahaan akan diukur dengan menggunakan ratio Price to

Book Value (PBV), sedangkan untuk kepentingan investor menggunaan ratio

Dividend Payout Ratio (DPR).

2.1.5.1. Price to Book Value (PBV)


44

Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value

(PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai

relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi

mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per

lembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil

perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan

perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan

kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula

(Sartono, 2001), secara sederhana menyatakan bahwa price to book

value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan

untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya.

Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut (Robert , 1997) :

Price to Book Value = Market price per share of stock


Book value per share of stock

Ps merupakan harga pasar saham dan BVS merupakan nilai

buku per lembar saham (book value per share). BVS digunakan untuk

mengukur nilai shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai

BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan

jumlah saham yang beredar. PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai

berikut :

1) Nilai buku mempunyai ukuran intuitif yang relatif stabil yang

dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang


45

percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price

book value sebagai perbandingan.

2) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk

semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan -

perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau

overvaluation.

3) Perusahaan - perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa

dinilai dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat

dievaluasi menggunakan price book value ratio (PBV).

2.1.5.2. Dividen Payout Ratio (DPR)

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan

pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)

menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan.

Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan

untuk pembayaran dividen.

Pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menurut

Agus Sartono (2001:491) menyatakan bahwa :

“ Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan


dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam
bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang
saham”.

Rasio ini dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :


46

Dividen Per Lembar Saham


DPR = Laba per lembar sahamx 100%
Laba Per Lembar saham

1. Dividen Per Lembar Saham (Dividend Per Share)

Dividen per lembar saham (DPS) dapat dicari dengan rumus :

Total dividen yang dibagikan

DPS = Jumlah Lembar Saham yang Beredar


2. Laba Per LembarJumlah
Saham (Earning
Lembar Per
saham Share)
yang beredar

Laba per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai

berikut :

Laba Bersih Setelah Pajak


EPS = Jumlah Lembar Saham yang Beredar
Jumlah Lembar Saham Yang Beredar

2.2. Kerangka Pikir

Pemegang saham maupun pemilik perusahaan mempunyai keinginan agar

perusahaan tempat modalnya ditanamkan atau perusahaan yang dimilikinya dapat

menunjukkan kinerja yang baik dengan memberikan keuntungan yang optimal

sehingga tingkat pengembalian modal menjadi lebih meningkat dan tentunya nilai

perusahaannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya serta dapat

memberikan return berupa dividen yang peningkatannya berkesinambungan.

2.2.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dianggap mampu

untuk mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini terkait dengan kondisi dan
47

pandangan dari pihak investor yang melihat bahwa dengan skala perusahaan yang

ditunjukan dengan total aset, dimana semakin besar total aset maka akan semakin

besar peluang perusahaan tersebut untuk memperoleh akses kepada sumber

pendanaan baik pendanaan dari pihak internal maupun eksternal perusahaan

dengan lebih mudah.

Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan. Investor akan mempertimbangkan ukuran perusahaan dalam membeli

saham, dimana ukuran perusahaan dijadikan sebagai patokan bahwa perusahaan

tersebut mempunyai kinerja yang bagus. (Sujoko, 2007:46). Hal ini sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Weston dan Copeland (1999),

keputusan yang menyangkut besarnya perusahaan akan berakibat terhadap tingkat

harga saham perusahaan. Size atau ukuran perusahaan berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan hal ini menandakan bahwa pasar lebih mengapresiasi

perusahaan besar. (Rachmawati dan Hanung, 2007:14). Namun size atau ukuran

perusahaan secara negatif dan signifikan mempengaruhi kualitas laba dan nilai

perusahaan. (Siallagan dan Machfoedz, 2006:16).

Bagi pihak kreditur nilai perusahaan berkaitan dengan likuiditas

perusahaan, yaitu perusahaan dinilai mampu untuk atau tidaknya mengembalikan

pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur. Apabila nilai perusahaan tersirat

tidak baik maka investor akan menilai perusahaan dengan nilai rendah. Nilai

perusahaan yang telah go public dari harga saham yang dikeluarkan oleh

perusahaan tersebut.
48

Pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing perusahaan yang lebih tinggi

dibanding pesaing utamanya. Namun berdasarkan penelitian dari Siallagan dan

Mas’ud (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai nilai negatif

dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.2.2. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Nilai Perusahaan

Struktur Aktiva yang bisa diklasifikasikan sebagai Fixed Asset Ratio atau

dikenal juga dengan tangible asset yang merupakan rasio antara aktiva tetap

perusahaan dengan total aktiva. Perusahaan yang memiliki aktiva dengan jumlah

atau nilai yang besar maka akan mendapatkan kemudahan dalam menggunakan

hutang yang lebih besar pula. Hal ini terkait dengan adanya jaminan berupa aktiva

yang dapat menutupi nilai hutang apabila terjadi ketidakmampuan bayar dari

perusahaan.

Struktur aktiva (tangible assets) yang dimiliki oleh perusahaan dalam

jumlah yang besar akan memiliki kesempatan untuk dapat menggunakan utang

lebih banyak. Selain itu tangible assets yang tertanam dalam industri memberikan

jaminan atau proteksi terhadap kreditur, karena kemampuannya untuk

menghasilkan laba dana dapat di jual sehingga merupakan sumber dana untuk

membayar kembali utang beserta bunganya. Dengan adanya jaminan atau proteksi

bagi pihak kreditur tersebut menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan

dalam penilaian perusahaan yang akan ditanamkan modalnya oleh pihak investor.

Struktur aktiva berpengaruh dengan arah positif terhadap struktur modal


49

(Widaningsih, 2007:362). Namun tangible asset yang di-proxy dengan fixed asset

tidak mempengaruhi struktur modal (Sartono, Sriharto, 1999:77).

2.2.3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Analisis laporan keuangan merupakan alat analisis yang dipergunakan oleh

investor. Analisis tersebut diperlukan untuk dapat meramalkan masa depan

sedangkan sudut pandang dari pihak manajemen analisis laporan keuangan akan

bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi – kondisi perusahaan di

masa yang akan datang serta yang lebih penting, sebagai titik awal untuk

melakukan perencanaan langkah - langkah akan meningkatkan kinerja perusahaan

di masa yang akan datang. Apabila manajemen ingin memaksimalkan nilai sebuah

perusahaan, maka harus mengambil keuntungan dari kekuatan - kekuatan yang

telah dimiliki oleh perusahaan dan mengupayakan peningkatan dan perbaikan atas

kelemahan – kelemahan yang ada serta melalui strategi yang tepat, efektif dan

efisien.

Analisis laporan keuangan akan melibatkan membandingkan kinerja

perusahaan dengan kinerja perusahaan - perusahaan lain dalam industri yang

sama dan mengevaluasi tren posisi keuangan dari waktu ke waktu. Studi - studi ini

akan membantu manajemen mengidentifikasikan berbagai kekurangan yang

mereka miliki dan kemudian mengambil tindakan untuk meningkatkan

kinerjanya (Brigham&Houston, 2004) Profitabilitas merupakan gambaran dari

kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Robert (1997) mengungkapkan

bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan


50

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam penelitian ini

profitabilitas diukur dengan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Kedua rasio tersebut merupakan rasio yang sangat penting baik bagi pemilik

perusahaan (the common stockholder) maupun pihak calon investor, karena

rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen baik

dari aktiva yang dimiliki maupun modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan

atau pemegang saham.

Dengan kata lain, ROA dan ROE menunjukkan keuntungan yang dapat

dinikmati oleh pemilik saham maupun pemilik perusahaan. Adanya pertumbuhan

baik ROA maupun ROE menunjukkan kondisi dan prospek perusahaan yang

semakin baik karena adanya potensi peningkatan keuntungan yang akan diperoleh

oleh perusahaan. Hal ini tentunya akan dimanfaatkan oleh investor sebagai sinyal

positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta

akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam

bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu

perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di

pasar modal.

Profitabilitas memiliki pengaruh langsung yang positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek

perusahaan yang bagus sehingga memicu permintaan saham oleh investor. Respon

positif dari investor tersebut akan meningkatkan harga saham dan selanjutnya

akan meningkatkan nilai perusahaan (Hermuningsih, 2013:143)


51

Penelitian yang dilakukan Sari (2005) membuktikan bahwa faktor -

faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah kepemilikan

manajerial, rasio leverage, interaksi leverage dengan investasi dan interaksi

profitabilitas dengan investasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan

Caringsih (2008) membuktikan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap

nilai perusahaan sedangkan ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.2.4. Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan

Pada tahun 1958 Modigliani dan Miller (MM) menunjukkan bahwa nilai

suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal, bukti tersebut

dengan berdasarkan serangkaian asumsi antara lain, tidak ada biaya broker

(pialang), tidak ada pajak, tidak ada kebangkrutan, para investor dapat

meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan, semua

investor mempunyai informasi yang sama, EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya

hutang. Hasil tersebut menunjukkan kondisi - kondisi dimana struktur modal

tidak relevan, MM juga memberikan petunjuk agar srtuktur modal menjadi

relevan sehingga akan mempengaruhi nilai perusahaan (Brigham dan Houston,

2001).

Pada tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang

melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan

memperbolehkan pengurangan bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen

kepada pemegang saham tidak dapat dikurangi. Hasil penelitain mendorong

perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modal. Kesimpulan

ini diubah oleh Miller ketika memasuki efek dari pajak perseroan. Miller
52

berpendapat bahwa investor bersedia menerima pengembalian atas saham

sebelum pajak yang relatif rendah di bandingkan dengan pengembalian atas

obligasi sebelum pajak (Brigham dan Houston, 2001). Hasil - hasil MM

yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi tidak adanya biaya

kebangkrutan.

Perusahaan yang mengalami kebangkrutan mempunyai biaya hukum dan

akutansi yang tinggi, dan mereka juga akan kesulitan untuk menahan

pelanggan, pemasok dan karyawan. Bahkan kebangkrutan sering memaksa suatu

perusahaan melikuidasi atau menjual hartanya dengan harga dibawah harga

seandainya perusahaan beroperasi. Biaya yang terkait dengan kebangkrutan,

yaitu:

1) profitabilitas terjadinya,

2) biaya - biaya yang timbul bila kesulitan keuangan akan muncul.

Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua hal lain sama, tentunya akan

menghadapi biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga harus lebih sedikit

hutang daripada perusahaan yang stabil (Brigham dan Houston, 2001 ).

Teori trade - off dari leverage adalah teori yang menjelaskan bahwa

struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat

dari pendanaan dengan hutang (perlakukan pajak perseroan yang

menguntungkan) dengan suku bunga dan kebangkrutan yang lebih tinggi

(Brigham dan Houston, 2001). Biaya dari hutang dihasilkan dari :

1) peningkatan kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban

hutang yang tergantung pada risiko bisnis dan risiko keuangan;


53

2) biaya agen dan pengendalian tindakan perusahaan;

3) biaya yang berkaitan dengan manajer yang mempunyai informasi yang lebih

banyak tentang prospek perusahaan daripada investor (Sriwardany, 2006 ).

Jika pendekatan Modigliani dan Miller dalam kondisi memperhitungkan

faktor pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh perusahaan, maka nilai

perusahaan akan meningkat terus karena penggunaan hutang yang semakin

besar. Tetapi perlu diingat bahwa bila sekarang dari financial distress dan

nilai sekarang adalah agency cost dapat mengakibatkan menurunnya nilai

perusahaan yang memiliki leverage (Sartono, 2001).

Trade - off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada di

bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan

nilai perusahaan. Sebaliknya, jika posisi struktur modal berada di atas titik

optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan.

Oleh karena itu, dengan asumsi titik target struktur modal optimal belum tercapai,

maka berdasarkan trade - off theory memprediksikan adanya hubungan yang

positif terhadap nilai perusahaan. Solihah dan Taswan (2002) dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Driffield et al (2007)

dalam penelitiannya menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan

untuk struktur kepemilikan terhadap leverage (DER) dan nilai perusahaan

(Tobin ’ Q) di Indonesia, Korea , Malaysia, dan tidak signifikan di Thailand.

Sedangkan penelitian dengan hasil yang berbeda dilakukan oleh Arijit (2008)
54

menunjukkan bahwa penggunaan leverage ternyata berdampak negatif terhadap

kesempatan peningkatan nilai perusahaan di masa yang akan datang.

Sedangkan dalam penelitian Ekayana (2007) serta Sujoko dan

Soebiantoro (2007) yang menemukan bahwa kebijakan hutang yang diukur

dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan ukuran perusahaan yang diukur

dengan total aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book

value (PBV). Sedangkan Chen (2002) menemukan bahwa struktur modal

berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan,

Chen juga membuktikan bahwa nilai perusahaan akan meningkat jika

perusahaan memilih tidak ada hutang pada struktur modal di perusahaan

Belanda.

2.2.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas,

Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan.

Suatu perusahaan akan dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang

memiliki nilai yang baik oleh pihak calon investor maupun pemegang saham atau

pemilik perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang menjadi

prioritas dan perhatian baik dari calon investor akan berbeda dengan pemegang

saham atau pemilik perusahaan. Faktor-faktor yang menjadi fokus perhatian dari

pihak calon investor maupun pemegang saham atau pemilik perusahaan tersebut

dapat saling mempengaruhi baik positif namun terdapat faktor-faktor yang tidak

saling mempengaruhi atau berdiri sendiri.


55

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi faktor lain terhadap nilai perusahaan maupun pengaruh

faktor-faktor tersebut langsung terhadap nilai perusahaan maka peneliti

berkeinginan untuk dapat membuktikan pengaruh dari faktor-faktor yang ada

dalam perusahaan yang menjadi perhatian dari pihak calon investor, pemegang

saham maupun pemilik perusahaan seperti ukuran perusahaan, struktur aktiva,

profitabilitas, dan struktur modal terhadap nilai perusahaan.

Ukuran perusahaan yang dinyatakan sebagai total aset suatu perusahaan

dapat menjadi salah satu faktor yang diperhatikan oleh calon investor, pemegang

saham maupun pemilik perusahaan, karena semakin besar total aset perusahaan

maka perusahaan tersebut akan mudah memperoleh sumber pendanaan.

Sedangkan menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang besar menunjukkan

perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor merespon positif dan

nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing

perusahaan yang lebih tinggi dibanding pesaing utamanya.

Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dalam hubungannya

dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pertumbuhan

mempengaruhi profitabilitas, melalui aset yang dimiliki sehingga

berpengaruh terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya

berpengaruh pada profitabilitas. Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana

perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan

atau penurunan volume usaha (Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan


56

sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena

pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan.

Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan

merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan

investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari

investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Sriwardany

(2006) menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh

langsung dan positif terhadap harga saham perusahaan , yang artinya

bahwa infomasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan direspon positif oleh

investor, sehingga akan meningkatkan harga saham.

Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus banyak mengandalkan modal

eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada

biaya penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih

banyak menghandalkan hutang. Shin dan Stulz (2000) dalam penelitian

menunjukkan hasil hubungan negatif antara perubahan total equity risk

terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa dengan adanya kesempatan

pertumbuhan pada perusahaan kecil akan mengurangi dampak yang

merugikan dan peningkatan risiko terhadap nilai perusahaan. Hubungan

positif antara total equity risk terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa

dengan adanya kesempatan pertumbuhan pada perusahaan besar makan

perusahaan tersebut dengan mudah akses ke pasar modal dan skala ekonomi

dari risiko manajemen.


57

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian

kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu peralatan tertentu,

berupa alat analisis. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio - rasio

keuangan . Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada suatu

titik tertentu maupun operasinya selama suatu periode di masa lalu. Akan tetapi,

nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan

tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen

di masa depan.

Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat

profitabilitas dari ekuitas. Semakin besar hasil ROE maka kinerja perusahaan

semakin baik. Return on Equity (ROE) atau yang sering disebut juga return on

common equity sering diterjemahkan sebagai rentabilitas saham sendiri

(rentabilitas modal saham). Investor yang akan membeli saham akan tertarik

dengan return on equity atau bagian dari total profitabilitas yang bisa

dialokasikan ke pemegang saham. Oleh karena itu semakin tinggi ROE

maka akan semakin tinggi juga price book value sebagai ukuran dari nilai

perusahaan.

Return on Equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik

perusahaan (the common stockholder). Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan

prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan

keunt ungan yang diperoleh perusahaan sehingga akan meningkatkan

kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk

menarik modal dalam bentuk saham.


58

Suatu struktur modal dikatakan optimal apabila dengan tingkat risiko

tertentu dapat memberikan nilai perusahaan yang maksimal. Tujuan utama

perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Nilai perusahaan merupakan

harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut

dijual. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga

saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan

(Husnan,1998).

Keputusan struktur modal dalam perusahaan merupakan hal yang penting.

Pentingnya struktur modal ini karena adanya pilihan kebutuhan antara

memaksimalkan return (meminimalkan biaya modal) dengan kemampuan

perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif. Pada

umumnya, suatu perusahaan dapat memilih alternatif struktur modal.

Persoalannya adalah apakah perusahaan menggunakan hutang yang besar

atau hanya menggunakan hutang yang sangat kecil. Nilai perusahaan adalah

sama dengan nilai pasar saham ditambah pasar hutang. Apabila besarnya

nilai saham akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila hutang berubah,

maka srtuktur modal akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan

menguntungkan bagi pemegang saham, jika nilai perusahaan meningkat.

Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara struktur modal dengan PBV yaitu penelitian yang dilakukan oleh Masdar

Mas’ud (2008 ) dan Taswan (2003) dalam hasil penelitiannya mengemukakan

bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap price
59

book value. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2011)

menunjukkan bahwa posisi kas dan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan

terhadap Dividen Payout Ratio (DPR), sedangkan secara parsial DER

berhubungan secara negatif dan signifikan terhadap DPR. Penelitian yang

dilakukan oleh Sudarsi (2002) diperoleh hasil bahwa variabel cash position,

profitability, dan potensi pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap DPR. Selain

itu penelitian yang dilakukan oleh Utami (2008) menunjukkan bahwa secara

simultan variabel Earning per Share, Current Ratio, Net Profit Margin, Total

Asset Turnover, Return on Equity, Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dimana

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel – variabel yang mempengaruhi

nilai perusahaan dengan mempergunakan indikator yaitu Price to Book Value dan

Dividen Payout Ratio yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, aset berwujud dan

struktur modal. Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti difokuskan kepada

perusahaan yang bergerak di bidang farmasi. Jumlah populasi adalah sebanyak 11

(sebelas) perusahaan farmasi diambil sampel sebanyak 9 (sembilan) perusahaan

farmasi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Alasan penggunaan variabel ukuran perusahaan, struktur aktiva,

profitabilitas dan struktur modal tersebut disebabkan adanya research gap dari

penelitian-penelitian terdahulu dan objek penelitian dikhususkan pada perusahaan-

perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang sama yaitu perusahaan farmasi

sehingga karakteristik dan kriteria penilaian tidak mengalami perbedaan yang


60

terlalu signifikan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang berbeda

segmen industrinya. Maka, berdasarkan kepada pembahasan yang telah

diungkapkan di atas, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis berikut kerangka

berfikir yang menunjukkan Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva,

Profitabilitas, dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan

farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut

UKURAN PERUSAHAAN STRUKTUR AKTIVA

STRUKTUR MODAL
PROFITABILITAS

NILAI PERUSAHAAN (PRICE BOOK VALUE & DIVIDEN PAYOUT RATIO)

Keterangan :
: Pengaruh secara parsial
: Pengaruh secara simultan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3 Hipotesis
61

Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian emperik yang telah

dilakukan sebelumnya, maka hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut :

1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan (X1), struktur

aktiva (X2), profitabilitas (X3) dan struktur modal (X4) secara parsial

terhadap nilai perusahaan (Y) pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.

2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan (X1), struktur

aktiva (X2), profitabilitas (X3) dan struktur modal (X4) secara simultan

terhadap nilai perusahaan (Y) pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.

Anda mungkin juga menyukai