Anda di halaman 1dari 14

Penelitian dan Desain Penelitian Eksperimental

Yulianto Tell, 0831077902

I. Penelitian Eksperimental

Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan
digunakan dalam kegiatan penelitian. Penelitian Eksperimental dapat diartikan
sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi
atau mengontrol fenomena.

Seorang peneliti akan memilih salah satu pendekatan yang dianggap paling cocok,
yaitu yang sesuai dengan masalah yang akan dipecahkan (pertimbangan
fefktivitas). Pertimbangan lainnya adalah masalah sfisiensi, yaitu dengan
mempertimbangkan keterbatatasan dana, tenaga, waktu dan kemampuan. Dalam
hal ini pendekatan (metode) penelitian yang paling baik yang dipakai apabila
pendekatan tersebut paling efisien, valid dan reliabel.

Metode eksperimen sebagai bagian dari metode kuantitatif mempunyai ciri khas
tersendiri, terutama pada kelompok kontrolnya. Dalam arti yang luas
bereksperimen ialah mengadakan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu
akan menegaskan bagaimanakah kedudukan hubungan kausal antara variabel-
variabel yang diselidiki/diteliti.

Eksperimen di dalam laboratorium lebih "mudah" dilakukan oleh karena adanya


fasilitas yang khusus dan adanya situasi yang terpisah dari gangguan luar,
sehingga setiap variabel dapat dimanipulasi menurut perencanaan. Sebagai contoh
penelitian dalam bidang Fisika, variabel yang dipilih dan variabel lain dapat
dikontrol secara ketat (misalnya mencari pengaruh limbah laut terhadap kesehatan
masyarakat di lingkungan laut itu). Eksperimen di luar laboratorium pada
umumnya menghadapi kesulitan dalam pelaksanaannya, karena banyak variabel
luar yang berpengaruh dan sulit untuk mengontrolnya. Misalnya penelitian-
penelitian dalam bidang sosial, desain eksperimen yang digunakan untuk
penelitian akan sulit mendapatkan hasil yang akurat, karena banyak variabel luar
yang berpengaruh misalnya mencari pengaruh iklan terhadap output yang terjual.

Untuk mencari seberapa besar pengaruh iklan terhadap penjualan, maka harus
membandingkan penjualan sebelum ada iklan dan sesudah ada iklan. Sementara
itu penjualan tidak hanya dipengaruhi oleh iklan saja, tetapi juga oleh kualitas
produknya, desain produknya, pengepakannya dan lain sebagainya, sehingga
mengukur seberapa jauh pengaruh iklan terhadap penjualan akan sedikit sulit.
Namun dalam penelitian bisnis pendekatan eksperimental masih menjadi pilihan
untuk dijadikan acuan, karena banyak masalah bisnis yang sangat membutuhkan
eksperimen-eksperimen tertentu (misalnya penelitian dalam peluncuran produk
baru, diferensiasi produk misalnya pada produk obat-obatan, kosmetika, makanan,
minuman dan lain sebagainya, atau penelitian manajerial dalam mengukur
efektivitas training terhadap kinerja karyawan dan lain sebagainya).

Dalam menilai sebuah desain penelitian, Validitas dan Realibilitas merupakan dua
hal penting yang perlu mendapatkan perhatian dari seorang peneliti. Kedua hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Validitas

Dalam teori maupun dalam prakteknya, pengukuran yang diperlukan untuk


menggali suatu data kadang menimbulkan suatu masalah yang disebut
validitas, yaitu :

 Seberapa jauh alat pengukur dapat mengungkap dengan jitu gejala atau
bagian – bagian gejala yang hendak diukur.
 Seberapa jauh alat pengukur dapat memberikan "reading" yang teliti
dalam arti dapat menunujukkan yang sebenarnya status atau keadaan
gejala atau bagian gejala yang diukur.

Menurut Soetrisno Hadi (1989), yang termasuk dalam problem validitas


adalah problem tentang:
 Kejituan, ketepatan atau kekenaan pengukuran. Suatu alat ukur disebut jitu
apabila alat itu dengan jitu mengenai sasarannya. Meteran mengukur
panjang bukan mengukur berat. Timbangan mengukur berat bukan
mengukur suhu. Thermometer mengukur suhu bukan mengukur tekanan
udara. Barometer untuk mengukur tekanan udara bukan yang lain.
 Problem tentang ketelitian atau kecermatan suatu alat ukur dikatakan teliti
jika mempunyai kemampuan dengan cermat menunjukkan ukuran besar
kecilnya gejala atau bagian gejala yang diukur. Meteran dapat dikatakan
teliti jika suatu benda yang panjangnya 20 meter diukur tepat 20 meter,
bukan 19 atau 21 meter. Alat ukur yang dapat memberikan hasil yang teliti
yang dapat memberikan "readings" sesuai dengan besar kecilnya gejala
atau bagian gejala yang diukur disebut alat pengukur yang teliti atau valid.

Jadi ada dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dari prinsip validitas yaitu
"kejituan" dan "ketelitian". Pekerjaan untuk mencari validitas suatu alat
pengukur disebut Validation. Prinsip dari validation adalah membandingkan
hasil-hasil dari pengukuran faktor dengan suatu kriterium. Ada dua jenis
kriterium yang digunakan untuk menguji validitas alat pengukur yaitu :

a. Kriterium dalam atau validitas internal

Validitas internal menunjukkan apakah perlakuan eksperimental adalah


satu-satunya penyebab perubahan variabel dependen. Manusia adalah
contoh dari validitas internal. Manusia selalu diasumsikan berubah dari
waktu ke waktu, itu sebabnya selalu terjadi proses pematangan. Sepanjang
periode eksperimen, mungkin saja subyek menjadi semakin matang atau
berubah sehingga berdampak pada hasil eksperimen.

b. Kriterium luar atau validitas eksternal

Validitas eksternal merupakan kemampuan suatu eksperimen untuk


menggenaralisasi hasilnya terhadap lingkungan eksternal. Penelitian yang
mempunyai validitas eksternal apabila hasil penelitian tersebut dapat
diterapkan pada sample lain, tetapi masih dalam populasi yang sama, atau
hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.
2. Reliabilitas

Keadaan alat ukur itu sendiri biasanya akan mempengaruhi variasi


pengukuran, misal alat ukur berat yang sudah dipakai berkali-kali akan
menjadi tidak tepat lagi sebagai alat ukur karena usang yang pada akhirnya
akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Jadi variasi hasil pengukuran
tergantung juga kepada stabilitas alat pengukuran yang digunakan. Pada
dasarnya penetapan realibilitas didasarkan pada komparasi antara hasil-hasil
pengukuran yang dilakukan berulang-ulang pada sejumlah subyek yang sama.
Prinsip ini dengan mudah dapat dipenuhi dalam pengukuran-pengukuran
terhadap benda fisik. Namun dalam pengukuran terhadap gejala-gejala sosial
tidak mudah dikendalikan karena pengendalian terhadap kondisi-kondisi sosial
tidak dapat dilakukan dengan sempurna, dengan demikian prinsip tersebut
sukar dipenuhi. Prosedur yang lazim dipakai untuk menilai realibilitas
pengukuran adalah mencari petunjuk hubungan antara hasil-hasil pengukuran
pertama dan ulangannya. Hubungan itu bisa diukur dengan koefisien korelasi.

II. Kriteria Penelitian Eksperimental

Wiersma (1991) dalam Emzir (2009)mengemukakan kriteria-kriteria untuk suatu


desain penelitian eksperimen yang baik, diantaranya:

 Kontrol eksperimental yang memadai.


 Mengurangi artifisialitas (dalam merealisasikan suatu hasil eksperimen ke
non-eksperimen).
 Dasar untuk perbandingan dalam menentukan apakah terdapat pengaruh atau
tidak.
 Informasi yang memadai dari data yang akan diambil untuk memutuskan
hipotesis.
 Data yang diambil tidak terkontaminasi, memadai dan mencerminkan
pengaruh tidak mencampurkan variabel yang relevan agar variabel lain tidak
mempengaruhi.
 Keterwakilan dengan menggunakan randomisasi aspek-aspek yang akan
diukur.
 Kecermatan terhadap karakteristik desain yang akan dilakukan.

III. Desain Eksperimental

• Digunakan untuk studi pendahuluan,


sebelum melakukan eksperimen sebenarnya
Pre- atau quasi eksperimen.
Eksperiment

• Eksperimen yang memiliki ciri-ciri utama


eksperimen seperti manipulasi variabel,
True- kontrol, penugasan random dan perlakuan.
Eksperiment

• Tidak melakukan penugasan random,


tetapi menggunakan kelompok yang
telah ada (intact group). Digunakan,
apabila ada hambatan melakukan
penugasan random, dan/ bila dilakukan
penugasan random akan merusak
Quasi- kealamiahan situasi kelompok,
Eksperiment sedangkan kealamiahan situasi
kelompok sangat penting dalam proses
manipulasi variabel.
IV. Bagan Desain Eksperimental

Quasi-
Pre-Eksperiment True-Eksperiment
Eksperiment

• Desain kelompok • Desain Pretes- • Desain Pretes-


tunggal dengan Postes Postes
Pretes-Postes menggunakan menggunakan
• Desain kelompok kelompok kelompok
tunggal dengan kontrol dengan kontrol tanpa
rangkaian waktu penugasan penugasan
Random Random
• Desain Solomon • Desain rangkaian
• Desain dengan waktu dengan
kelompok kelompok
kontrol tanpa kontrol
Pretes • Desain
Counterbalance
• Desain Faktorial

IV.1 Desain Pre-Eksperiment

IV.1.1 Desain Kelompok Tunggal Dengan Pretes-Postes

T1 X T2

 Memilih sekelompok subyek untuk sample.


 Mengadakan Pretes (T1)
 Mencobakan/memberi perlakuan (X).
 Mengadakan Postes (T2) setelah perlakuan.
 Mencari rata-rata skor dan simpangan baku, baik dari T1 maupun T2
untuk membandingkan keduanya.
 Menguji perbedaan rata-rata dengan uji-t.
IV.1.2 Desain Kelompok Tunggal Dengan Rangkaian Waktu

T1.1 T1.2 T1.3 T1.4 X T2.1 T2.2 T2.3 T2.4

Penggunaan dan pelaksanaannya sama dengan Desain Kelompok tunggal


dengan Pretes-Postes. Kecuali dalam tes, baik Pretes maupun Postes
dilakukan beberapa kali dalam serangkaian waktu pelaksanaan.

IV.2 True-Eksperiment

IV.2.1 Desain Pretes-Postes Menggunakan Kelompok Kontrol Dengan Penugasan


Random

T1 X T2

T1 T2

 Memilih subjek yang memiliki latar belakang sama (homogen) melalui


pemilihan secara random.
 Secara Random, setiap subjek dimasukkan ke kelompok eksperimen
(Se) atau ke kelompok kontrol (Sk).
 Mengadakan Pretes T1 terhadap Se untuk memperoleh skor T1e dan
terhadap Sk untuk memperoleh skor T1k.
 Memberi perlakuan terhadap Se misalnya diajar dengan metode baru
yang dieksperimenkan.
 Terhadap Sk dilakukan pengajaran dengan materi yang sama dengan
metode lain, bukan dengan metode yang sedang dieksperimenkan.
 Mengadakan Postes untuk memperoleh skor baik T2e maupun skor
T2k.
 Dengan menggunakan metode statistika, dicari perbedaan antara rata-
rata T1 dan T2 baik dari Se maupun Sk (misalnya menggunakan
Analisis Kovarians).
 Untuk memperbesar ketelitian pelaksanaan eksperimen, penggunaan
desain ini dapat dimodifikasi dengan menggunakan lebih dari satu
kelompok eksperimen.

IV.2.2 Desain Solomon

R T1 X T2

R T1 T2

R X T2

R T2

 Dilakukan menggunakan empat kelompok.


 Dua kelompok pertama terdiri dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang mengalami Pretes (T1).
 Dua kelompok terakhir tidak dilakukan Pretes, baik terhadap
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
 Penempatan subjek pada masing-masing dilakukan dengan penugasan
random.
 Analisis statistik dilakukan untuk mencari perbedaan rata-rata (D)
antara T1 dan T2, baik dari kelompok eksperimen pertama maupun
kelompok kedua.
 Sedangkan D dari kelompok ketiga dan keempat diperoleh dengan cara
menghitung perbedaan antara T1 dan T2, di mana T1 kelompok ketiga
dan keempat diperoleh dari T1 pada dua kelompok pertama, dengan
catatan jumlah subjek pada keempat kelompok itu sama.
 Hal ini dipertimbangkan, karena pengambilan sampel dilakukan secara
random, maka diduga skor T1 pada kelompok pertama dan kedua akan
sama dengan skor T1 yang mungkin akan diperoleh dari kelompok
ketiga dan keempat, meskipun dua kelompok yang terakhir ini tidak
mengalami T1.
 Hasil perhitungan terhadap perbedaan (D) selanjutnya dilakukan
pengujian statistik, seperti menggunakan uji t untuk variabel
tergantung, atau Planned Analysis.
 Maksud pengujian itu adalah untuk membuat perbandingan D1 - D2,
D3 - D4, dan (D1 - D2) - (D3 – D4).
 Penggunaan desain Solomon ini memiliki validitas sama dengan
penggunaan desain 2.1, dengan nilai tambah dapat mengontrol
pengaruh pecemar efek interaksi testing dan X.
 Mengapa demikian, sebab dengan desain ini, bila temyata
perbandingan antara (D1 - D2) - (D3 - D4) itu ada perbedaan yang
signifikan, maka diasumsikan perbedaan itu disebabkan karena efek
interaksi testing dan X.
 Bila tidak, maka berarti perlakuan (X) telah memberi pengaruh
kepada variabel terikat.

IV.2.3 Desain Dengan Kelompok Kontrol Tanpa Pretes

R X T2

R T2

 Menugaskan setiap subjek pada kelompok eksperimen dan kelompok


kontrol secara random.
 Melaksanakan eksperimen terhadap kelompok eksperimen.
 Mengadakan tes baik terhadap kelompok eksperimen maupun
kelompok pembanding.
 Mencari perbedaan rata-rata antara skor T2e dan skor T2k dengan
metode statistika; untuk melihat apakah perbedaan tersebut signifikan
atau tidak.

IV.3 Quasi-Eksperiment

IV.3.1 Desain Pretes-Postes Menggunakan Kelompok Kontrol Tanpa Penugasan


Random

T1 X T2

-------------------

T1 T2

 Pelaksanaan kuasi-eksperimen dengan desain ini sama dengan desain


2.1.
 Perbedaan satu-satunya adalah dalam kuasi-eksperimen tidak
dilakukan penugasan random.
 Oleh sebab itu, bila pada desain 2.1 semua pecemar kevalidan internal
dapat dihindari, maka dalam desain ini pecemar yang terkait dengan
akibat pemilihan subjek yang bias, seperti interaksi antara pemilihan
subjek dengan kematangan, dan sebagainya, tidak dapat terkontrol.
 Selain itu, kemungkinan tak terhindarinya pecemar regresi statistik
akan ada, terutama bila jumlah subjek pada masingmasing kelompok
tidak sarna.
 Oleh sebab pelaksanaan kuasi-eksperimen dengan desain ini sarna
dengan desain 1.2, maka bagannya pun sama, kecuali tidak
menggunakan penugasan random·yang disimbulkan dengan "Tanpa
R".
IV.3.2 Desain Rangkaian Waktu Dengan Kelompok Kontrol

T1.1 T1.2 T1.3 T1.4 X

T2.1 T2.2 T2.3 T2.4

T1.1 T1.2 T1.3 T1.4 X

T2.1 T2.2 T2.3 T2.4

 Menentukan sampel baik kelompok eksperimen maupun kelompok


kontrol.
 Mengadakan serangkaian tes dalam serangkaian waktu baik terhadap
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol; baik sebelum
maupun sesudah eksperimen.
 Mencatat data (skor) dalam bentuk tabel rangkaian waktu.
 Mencari rata-rata dari masing-masing skor baik sebelum maupun
sesudah eksperimen; baik dari kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol.
 Mencari DM baik dari kelompokeksperimen (DMe) maupun kelompok
kontrol (DMk).
 Membandingkan DMe dengan DMk apakah secara statistik perbedaan
itu signifikan atau tidak.

IV.3 3 Desain Counterbalance

Kelompok A XaT1 XbT2

----------------------------

Kelompok B XbT2 XaT1


Langkah-langkah desain Counterbalance:
 Menetapkan dua kelompok atau lebih untuk dieksperimen. Misalnya
eksperimen tentang efektivitas dua macam metode mengajar, tiap
metode dieksperimenkan masing-masing dua kali, sekali pada
kelompok pertama dan sekali pada kelompok kedua.
 Melakukan eksperimen .dengan cara sebagaimana dijelaskan pada
butir a.
 Mentes setiap kelompok, masing-masing setelah diberi setiap jenis
perlakuan.
 Mencari rata-rata dari setiap kelompok yang mengalami tiap jenis
perlakuan.
 Mencari perbedaan rata-rata; kemudian dilihat apakah perbedaan itu
signifikan atau tidak.
 Untuk meningkatkan kontrol terhadap validitas desain ini, dapat
digunakan lebih dari dua kelompok.
 Misalkan akan diteliti empat macam metode mengajar (a. Ceramah, b.
Diskusi, c. Pengajaran Berprogram, dan d. Sistem Modul).
 Dengan Counterbalance, setiap kelompok akan mengalami eksperimen
dari keempat macam metode tersebut; sehingga bagan desain akan
berkembang menjadi seperti berikut:
Kelompok A XaT1 XbT2 XcT3 XdT4
Kelompok B XbT2 XdT4 XaT1 XcT3
Kelompok C XcT3 XaT1 XdT4 XbT2
Kelompok D XdT4 XcT3 XbT2 XaT1
 Setelah dilakukan tes terhadap setiap kelompok sebagaimana
digambarkan pada bagan di atas.
 Selanjutnya dicari rata-rata dari tiap kelompok.
 kemudian dicari perbedaan rata-rata dari masing-masing skor, untuk
menetapkan suatu jenis metode yang terbaik di antara keempat metode
di atas.
IV.3.4 Desain Faktorial

X1T1 X2T2

X3T3 X4T4

 Apabila pada desain sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu,


penelitian hanya memperhatikan dan menganalisis variabel eksperirrien
(X), baik menggunakan kelompok kontrol ataupun tidak menggunakan
kelompok kontrol.
 Pada desain faktorial memungkinkan dapat digunakan, diamati serta
dianalisis berbagai pengaruh dari dua atau lebih variabel seeara
bersamaan.
 Hal ini dapat memungkinkan untuk dilihat sesuatu proses lebih mendekati
keadaan yang sebenarnya; sehingga dapat dinilai seeara serentak berbagai
akibat dari setiap X (variabel eksperimen).
 Desain faktorial di samping dapat digunakan dalam kuasi eksperimen, juga
dapat digunakan dalam eksperimen sebenarnya.
 Bila desain ini digunakan pada eksperimen sebenarnya, maka dilakukan
penugasan random.
 Misalnya akan diteliti efektivitas dua macam metode/sistem pengajaran
individual (pengajaran modul dan pengajaran berprograma) dengan dua
variasi waktu pelaksanaan setiap kali pertemuan (90 menit dan 80 menit).
 Untuk melihat sampai sejauh mana pengaruhnya terhadap hasil belajar
siswa dalam sesuatu bidang studi tertentu.
 Langkah-Iangkah eksperimen adalah sebagai berikut:
 Memilih subjek untuk sampelpenelitian sebanyak empat kelompok
yang diambilsecara acak (random).
 Setiap kelompok diberi perlakuan, masing-masing dengan satu jenis
variabel eksperimen X (kelompok dengan X1 sistem pengajaran modul
90 menit; kelompok dua dengan X2--sistem modul 80 menit;
kelompbk tiga dengan· X3-pengajaran berprograma 90 menit; dan
kelompok empat dengan X4 pengajaran berprograma 80.
 Setelah eksperimen, diadakan tes untuk memperoleh skor dari setiap
subjek dalam kelompoknya masing-masing, sesuai dengan jenis
variabel X-nya.
 Membuat analisis statistik faktorial (analisis variansi factorial →
R.A.Fisher), dengan terlebih dahulu mencatat data dalam bentuk table
melalui Model tabel pengolahan Skor Test Desain Faktorial.

Referensi
Hayatuddin Fataruba (2012), Desain Penelitian Eksperimen diakses di
http://sospol.untag-smd.ac.id/?p=347 tanggal 1 Maret 2013
Tjutju Soendari. (2014): Modul Desain Penelitian Eksperimen
Materi 3. Desain penelitian eksperimental

Anda mungkin juga menyukai