PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari seluruhkalangan
masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dapat berakibat jangkapendek maupun jangka
panjang bagi penderitannya, hal ini membutuhkanpenanggulangan yang menyeluruh
dan terpadu. Hipertensi menimbulkanangka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas
(kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi menjadi penyebab kematian 7,1juta orang
di seluruhdunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian, prevalensinya hamper
samabesar baik di negara berkembang maupun negara maju (Sani, 2008).
Perkembangan penyakit hipertensi berjalan perlahan tetapi secarapotensial
sangat berbahaya. Hipertensi merupakan faktor risiko utama daripenyakit jantung dan
stroke. Pengendalian hipertensi belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rata-
rata,pengendalian hipertensi baru berhasil menurunkan prevalensihingga 8% dari
jumlah keseluruhan. Berdasarkan data WHO dari 50%penderita hipertensi yang
diketahui ,25% yang mendapat pengobatan danhanya 12,5% yang diobati dengan
baik. Data Depkes (2007) menunjukkan, di Indonesia ada 21% penderita hipertensi
dan sebagianbesar tidak terdeteksi.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) juga menunjukkan cakupan tenaga
kesehatan terhadap kasus hipertensi dimasyarakat masih rendah, hanya 24,2% untuk
prevalensi hipertensi di Indonesia yang berjumlah 32,2%.Data Riskesdas 2007 juga
menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi diIndonesia berkisar 30% dengan insiden
komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%)
dibandingkan laki-laki (48%). Data lain menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu,
60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai
paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini
sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37
persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di
peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Pemerintah juga
menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan
UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.
2.2. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan
10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika
umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari
perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan
berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum
obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi
.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
( Brunner & Suddarth, 2002 ).
2.5. Klasifikasi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of
Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tekanan darah Tekanan darah
Kategori
sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2.8.Phatway
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress, kurang
olahraga, genetik, konsentrasi garam.
Perubahan struktur
B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Hipertensi
2.1. Pengkajian
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain : kegemukan, riwayat
keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokoksigaret berat, penyakit
ginjal, terapi hormonkronis, gagal jantung, kehamilan.
b. Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih,nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
c. Sirkulasi, gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakitjantung koroner/katup
dan penyakitcebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda : kenaikan TD, nadi denyutan
jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmurstenosis valvular, distensi
vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin(vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ bertunda.
d. Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple(hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda : letupan
suasana hati,gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot
muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
e. Eliminasi, gejala : gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
f. Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual,muntah dan perubahan BB akhir-akhir ini
(meningkat/turun) danriwayat penggunaan diuretik. Tanda : berat badan normal
atau obesitas,adanya edema, glikosuria.
g. Neurosensori, gejala: keluhan peningpening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saat bangun danmenghilangkan secara spontan
setelahbeberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur,epistakis). Tanda : status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek,proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
h. Nyeri/ketidaknyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung), sakit kepala.
2.2. Diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload,vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
3. Gangguan rasa nyaman:nyeri (sakit kepala) berhubungan denganpeningkatan
tekanan vaskuler serebral.
4. Potensial perubahan perfusi jaringan:serebral, ginjal, jantung berhubungandengan
gangguan sirkulasi (Doengoes,2000).
2.3.Intervensi
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko tinggi terhadap Afterload tidak meningkat, tidak Klien berpartisipasi dalam aktivitas 1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan,
penurunan curah jantung Terjadi vasokonstriksi, yang menurunkan tekanan darah / gunakan manset dan tehnik yang
berhubungan dengan tidak terjadi iskemia miokard. beban kerja jantung tepat.
peningkatan afterload, ,mempertahankan TD dalam 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan
vasokonstriksi, iskemia rentang sentral dan perifer.
miokard, hipertropi individu yang dapat 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi
ventrikular. diterima, memperlihatkan napas.
norma dan frekuensi 4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu
jantung stabil dalam dan masa pengisian kapiler.
rentang normal pasien. 5. Berikan lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktivitas.
6. Pertahankan pembatasan aktivitas
seperti istirahat ditempat tidur/kursi.
7. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas pengalihan.
8. Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
A. Data Inti
1. Umur
Karakteristik umur Perempuan Laki-laki Jumlah Prosentase
< 60 - - - 0%
60 – 70 8 6 14 70 %
71 – 90 4 2 6 30 %
> 90 - - - -
Jumlah 12 8 20 100 %
2. Berdasarkan pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase
Tidak tamat SD 1 5%
Tamat SD/sederajat 12 60 %
Tamat SMP/sederajat 3 15%
Tamat SMA 2 10%
Sarjana 2 10 %
Jumlah 20 100%
3. Berdasarkan Agama
Agama Jumlah Prosentase
Muslim 20 100%
Non Muslim - -
Jumlah 20 100%
4. Berdasarkan Suku
Suku Jumlah Prosentase
Kaili 13 65%
Bugis 5 25%
Jawa 2 10%
Jumlah 20 100%
5. Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Prosentase
Aktif bekerja 14 70%
Pensiun 6 30%
Jumlah 20 100%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan Tabel di atas, Status perkawinan kelompok lansia yang ada
dikelurahan Tondo, lebih banyak yang masih berpasangan atau kawin
dibanding hidup terpisah baik janda maupun duda, yaitu 14 orang atau
sekitar 70%.
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel diatas pola makan lansia di wilayah tondo lebih banyak
3x sehari dengan jumlah 12 orang, sekitar 60%
2. Pola minum
Pola minum Jumlah Prosentase
5 gelas/ hari 5 25%
4 gelas/ hari 8 40%
3 gelas/ hari 7 35%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel diatas pola minum lansia yang paling banyak 4 gelas/
hari dengan air putih sebanyak 8 orang, sekitar 40%.
3. Pola mandi
Pola mandi Jumlah Prosentase
3 x sehari 1 5%
2 x sehari 6 30%
1 x sehari 13 65%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel diatas pola mandi lansia yang paling banyak 1 x sehari
yaitu 13 orang atau sekitar 65%.
Berdasarkan tabel diatas pola gosok gigi lansia yang paling jarang- yang
lebih banyak yaitu 10 orang atau sekitar 50%.
5. Pola keramas
Pola gosok gigi Jumlah Prosentase
2 x seminggu 2 10%
1 x seminggu 10 50%
Tidak tentu 8 40%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel diatas pola gosok gigi para lansia dikelurahan tondo yang
paling banyak 1 x seminggu sebanyak 10 orang, sekitar 50%.
Berdasarkan tabel diatas pola memotong kuku para lansia yang paling
banyak tidak menentu, sebanyak 14 orang atau sekitar 70%.
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel diatas pola ganti pakaian para lansia yang paling banyak
adalah 1x sehari yaitu 14 orang, atau sekitar 70%.
Berdasarkan tabel diatas pola mencuci pakaian para lansia yang paling
banyak adalah tidak menentu yaitu 11 orang, atau sekitar 55%.
C. Pola Aktivitas
1. Istirahat dan tidur
Istirahat & tidur Jumlah Prosentase
Sering terjaga 5 25%
Susah tidur 16 55%
Cukup 4 20%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel diatas pola istirahat para lansia di kelurahan tondo lebih
banyak yang susah tidur yaitu 16 orang, atau sekitar 55%.
Berdasarkan tabel diatas para lansia yang ada di kelurahan Tondo dalam
melakukan aktivitas dalam pertanian, perikanan dan perkebunan, mereka
lebih banyak memilih istirahat dirumah yaitu 10 orang atau sekitar 50%.
Jumlah 20 100%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel diatas Tekanan Darah yang paling tinggi para lansia
140/90 mmHg – 160/110 mmHg berjumlah 14 orang, atau sekitar 70%.
Nadi
Nadi Jumlah Prosentase
< 80 x / menit 2 10%
80 x / menit – 100 x / menit 16 80%
>100 x / menit 2 10%
Jumlah 20 100%
Jumlah 20 100%
2. Psikologis
Pengetahuan Tentang Kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan Jumlah Prosentase
Mengerti 2 10%
Sebagian mengerti 4 20%
Tidak Mengerti 14 70%
Jumlah 20 100%
B. Hasil Observasi
1. Berdasarkan Observasi Fisik, Tekanan Darah yang paling tinggi para lansia
140/90 mmHg – 160/110 mmHg berjumlah 14 orang, atau sekitar 70%.
2. Berdasarkan Observasi Fisik jumlah lansia yang jumlah Nadinya 80 x / menit –
100 x/ menit yang paling banyak yaitu 16 orang atau sekitar 80%
3. Berdasarkan Observasi Fisik jumlah lansia yg Suhunya yang paling banyak
adalah < 37 derajat C, yaitu 18 orang, sekitar 90%.
C. Hasil Wawancara
1. Berdasarkan Keluhan kesehatan Lansia yang ada di kelurahan Tondo yang
paling banyak adalah: Pusing dan sakit kepala yaitu 7 orang atau sekitar 35%,
di banding keluhan kesehatan lainnya.
2. Berdasarkan Pengetahuan tentang Kesehatan, para lansia dikelurahan Tondo
lebih banyak yang tidak mengerti tentang kesehatan, yaitu 14 orang atau
sekitar 70%.
3. Berdasarkan Data subsistem Dibidang Pendidikan, Para Lansia sering
dilibatkan dalam berbagai kegiatan keagamaan, Ketrampilan dan kesenian,
bimbingan sosial dan Penyuluhan kesehatan.
D. Data Sekunder
1. Menurut Petugas Puskesmas, sebagian besar para lansia yang datang ke
puskesmas dengan keluhan Sakit kepala akibat Hipertensi.
No Data Masalah
1. Berdasarkan pengkajian pada pola istirahat Tingginya penyakit
para lansia di kelurahan tondo lebih banyak hipertensi pada lansia
yang susah tidur yaitu 16 orang, atau sekitar berhubungan dengan
55%. kurangnya kepatuhan lansia
Berdasarkan Pola Kebiasaan yang dapat dalam memeriksakan
merugikan Kesehatan para lansia yang paling kesehatannya.
banyak merokok yaitu 9 orang, atau sekitar
45%.
Berdasarkan Pola Aktivitas Olah raga para
lansia yang ada di kelurahan Tondo, Mayoritas
tidak pernah berolah raga yaitu 12 orang, atau
sekitar 60%.
DS :
Berdasarkan Keluhan kesehatan Lansia
yang ada di kelurahan Tondo yang paling
banyak adalah: Pusing dan sakit kepala
yaitu 7 orang atau sekitar 35%, di banding
keluhan kesehatan lainnya.
Para lansia dikelurahan Tondo
mengatakan dirinya malas mengontrol
kesehatannya ke puskesmas dengan
berbagai alasan masing-masing,
diantaranya : puskesmas jauh dari rumah,
tidak ada yang mengantar atau
menemani.
DO :
Berdasarkan Observasi Fisik, Tekanan
Darah yang paling tinggi para lansia
140/90 mmHg – 160/110 mmHg berjumlah
14 orang, atau sekitar 70%.
Berdasarkan Observasi Fisik jumlah lansia
yang jumlah Nadinya 80 x / menit – 100 x/
menit yang paling banyak yaitu 16 orang
atau sekitar 80%
Berdasarkan Observasi Fisik jumlah lansia
yg Suhunya yang paling banyak adalah
< 37 derajat C, yaitu 18 orang, sekitar
90%.
2. Menurut Petugas Puskesmas, sebagian besar Kurang pengetahuan Lansia
para lansia yang datang ke puskesmas dengan tentang Penyakit Hipertensi
keluhan Sakit kepala akibat Hipertensi. berhubungan dengan
Kurangnya Informasi
DS : tentang Penyakit Hipertensi.
Tondo lebih banyak yang tidak mengerti
tentang kesehatan, yaitu 14 orang atau
Berdasarkan Pengetahuan tentang
Kesehatan yang ada para lansia
dikelurahan sekitar 70%.
Para lansia dikelurahan Tondo
mengatakan dirinya malas mengontrol
kesehatannya ke puskesmas dengan
berbagai alasan masing-masing,
diantaranya : puskesmas jauh dari rumah,
tidak ada yang mengantar atau
menemani.
DO :
Berdasarkan Tingkat pendidikan ,
Mayoritas Kelompok Lansia hanya Tamat
SD / sederajat di kelurahan Tondo adalah
12 orang, atau sekitar 60%.
Kesadaran
Besarnya masyarakat Sumberdaya
No Masalah kesehatan Skor
masalah untuk yang tersedia
berubah
1. Tingginya penyakit 5 4 5 14
hipertensi pada lansia
berhubungan dengan
kurangnya kepatuhan
lansia dalam
memeriksakan
kesehatannya.
2. Kurang pengetahuan 4 2 5 11
Lansia tentang
Penyakit Hipertensi
berhubungan dengan
Kurangnya Informasi
tentang Penyakit
Hipertensi.
Keterangan
Skore 0-5
0 : Paling rendah
1 : rendah
2 : sedang
3 : cukup
4 : tinggi
5: Paling tinggi