Anda di halaman 1dari 9

KEBIJAKAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN MUTU

MADRASAH SALAFIYAH WUSTHO (MSW) HIDAYATUL QOMARIYAH KOTA


BENGKULU

Bunga Wati
Guru RA Syakira Kota Bengkulu
Email: bungawati90@gmail.com

ABSTRAK
Penelitan ini menunjukkan bahwa kebijakan pimpinan pondok dalam meningkatkan mutu madrasah salafiyah wustho, Bahwa
(1) pimpinan pondok memiliki kebijakan tersendiri dan tidak sesuai dengan standar mutu madrasah baik standar isi, proses, dan
pendidik dan tenaga kependidikan, (2) Kebijakan ini merupakan tradisi turun menurun dan ditambah lagi kurangnya tenaga ahli
dalam manajemen pendidikan modern, (3) kebijakan yang diambil oleh pimpinan pondok tidak sesuai dengan standar mutu madrasah
namun, kebijakan itu diambil atas dasar tabarukan/mencari berkah berkaca dari pondok pesantren dahulu,
(4) Sedangkan faktor lain yang menrurut peneliti yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan pondok pesantren
tersebut, terletak pada sosok kepemimpinan yang sangat mempengaruhi kemajuan dan kemunduran sebuah pesant-ren, kemudian ciri
khas dari pondok tersebut yang masih tradisional dan khusus untuk santri putri saja serta kegiatan bulanan pondok pesantren yang
melibatkan masyarakat prov. Bengkulu yang ingin terlibat.
Kata Kunci: Kebijakan Piminan Pondok Pesantren, Mutu Madrasah

ABSTRACT
The results of this study indicate that the policy of cottage leadership in improving the quality of madrasah salafiyah wustho, that (1)
The leadership of the hut has its own policy and does not comply with the standard of quality of the madrasah, both the content
standard, the process, and the educators and education personnel, (2) This policy is a tradition of downhill and added lack of experts in
modern education management, (3) The policy adopted by the cottage leadership does not conform to the madrasah quality standard
but, the policy was taken on the basis of a tabarukan / seeking blessing to see from the previous boarding school, (4) While other
factors that according to researchers who have an influence on the development and progress of the boarding school, lies in the figure
of leadership that greatly affects the progress and decline of a boarding school, Then the hallmark of the hut is still traditional and
special for girls only as well as monthly activities pesantren pondok involving the community prov. Bengkulu who want to get involved.

Key word: Policy of boarding school leadership, Quality of madrasah

PENDAHULUAN ada, yang dikenakan kepada seseorang karena adan-ya


Kepemimpinan adalah suatu pokok dari keinginan alasan yang dapat diterima untuk tidak member-lakukan
manusia yang besar untuk menggerakkan potensi or- aturan yang berlaku. Kebijakan atau wisdom adalah suatu
ganisasi, kepemimpinan juga salah satu penjelas yang kearifan pimpinan kepada bawahan atau masyarakatnya.
paling populer untuk keberhasilan atau kegagalan dari Pimpinan yang arif, dapat saja mengecualikan aturan
suatu organisasi. Artinya organisasi sekolah atau institusi yang baku, kepada seseorang atau sekelompok orang,
pendidikan jika dinyatakan berhasil dan gagal faktor jika seseorang atau kelom-pok orang tersebut tidak dapat
penentu utamanya adalah kepemimpinannya.1 Adapun dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi.
pemimpin dalam sebuah lembaga pendidi-kan pondok Dengan kata lain, ia dapat diperkecualikan.2
pesantren dipimpin oleh seorang kiyai, yang merupakan Kebijakanpun juga dilakukan oleh kepala sekolah
pendiri sekaligus pemilik pesantren. Dimana seorang terhadap bawahan-nya seperti guru dan staff sekolah, hal
kiyai mempunyai wewenang yang mutlak melakukan tersebut di-lakukan guna meningkatkan mutu pendidikan.
atau mengambil keputusan dan kebijakan terhadap Mutu dalam pendidikan bukanlah berbentuk barang. akan
komponen-komponen yang terda-pat disekolah guna tetapi, sebuah layanan, di mana mutu harus dapat
meningkatkan mutu pendidikan. memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua
Kebijakan atau wisdom adalah suatu ketentuan dari pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada
pimpinan yang berbeda dengan aturan yang

1Saiful Sagala, Admistrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: ALFA- 2Ali Imron, “Kebijaksanaan Pendidikan diIndonesia”, (Jakarta: Bu-

BETA, 2008), h. 147 miAksara, 2008). h.16

8
Bunga Wati | Kebijakan Pimpinan Pondok Pesantren

peserta didik (leaners). kurang diperhitungkan dikancah pendidikan saat ini,


Karakteristik mutu jasa lebih sulit untuk didefinisi-kan karena masih mempertahankan pembalajaran yang
dari pada mendefinisikan mutu produk, karena tradisional, sehingga tidak memperhatikan tuntunan
karakteristik mutu jasa mencakup beberapa elemen masyarakat yang diharapkan dapat bersaing dengan
subjek penting. Sebab-sebab terjadi mutu produk yang sekolah modern lainnya. Namun, bukan berarti tidak ada
jelek dan rusak tidak sama dengan sebab-sebab yang ada pondok pesantren salaffiyah yang tetap bertahan dan
pada jasa. Produk sering rusak disebabkan oleh kesalahan berkembang dikota Bengkulu, salah satunya sep-erti
bahan dan komponen yang jelek, de-sain produk yang pondok pesantren Hidayatul Komariyah.
rusak atau mungkin tidak sesuai dengan spesifikasi. Mutu Pondok Pesantren Hidayatul Qomariyah merupa-kan
jasa yang jelek, disatu sisi biasanya secara langsung sekolah yang berada dibawah naungan yayasan Hidayatul
dinisbatkan pada kelakuan atau sifat pekerja.3 Qomariah yang beraliran salafiyah dan yang dipimpin
oleh KH Ali Sodiq Ahmad. Pondok pesantren Hidayatul
Keberhasilan jasa pendidikan tidak hanya ditentu-kan Qomariyah merupakan salah satu pondok pesantren yang
oleh guru saja, melainkan segala komponen-kom-ponen beraliran salafiyyah yang masih tetap bertahan dan
yang terdapat disekolah karena untuk menin-gkatkan berkembang sampai saat ini. Hal ini ditujukan dengan
mutu pendidikan, segala komponen harus terlibat agar keikutsertaan dalam per-lombaan baik tingkat daerah dan
mendapatkan hasil yang maksimal. nasional, selain itu juga jumlah santri yang cukup banyak
Peningkatan kualitas pendidikan sangat mene-kankan dibanding pon-dok pesantren salafiyyah lainnya yaitu ±
pentingnya peranan sekolah sebagai pelaku dasar utama 200 santri. Pondok pesantren Hidayatul Qomariyah
yang otonom, dan peranan orang tua dan masyarakat memiliki jenjang pendidikan yaitu Madrasah Aliyah
dalam mengembangkan pendidikan. Sekolah perlu (MA) dan Madrasah Salafiyah Wustho (MSW).
diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus
dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan Madrasah Salafiyah Wustho (MSW) Hidayatul Qo-
kebutuhan pelanggan. Sekolah se-bagai institusi otonom mariyah adalah sejenis jenjang pendidikan Madrasah
diberikan peluang untuk men-gelolah dalam proses Tsnawiyah. Dimana proses pembelajaran Madrasah
koordinasi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.4 Salafiyah Wostho dilakukan dari pagi hingga malam,
sehingga setiap santriwati diwajibkan untuk mondok atau
Mutu suatu sekolah merupakan sebuah esensi dari tinggal di asrama. Pembelajaran pada jenjang Madrasah
pengelolahan sekolah dengan mengetahui kebutuhan Salafiyah Wustho (MSW) ini ada pelajaran pondok dan
pelanggan dan melakukan tindakan untuk memenuhi pelajaran umum. Dalam proses pem-belajaran pondok
kebutuhan pelanggan tersebut disertai dengan kesa-daran dilakukan pada pagi hari dari jam 07.30 WIB sampai jam
yang terus meningkat bahwa mutu merupakan kunci 10.00 WIB dan setelah itu di-lanjutkan pada
keberhasilan sebuah sekolah dalam mencapai keunggulan pembelajaran umum yaitu jam 10.15 WIB sampai jam
yang komperatif. Oleh karena itu, mutu merupakan 12.00 WIB, dapaun pembelajaran umum hanya pelajaran
sesuatu yang sangat penting karena mutu selalu dituntut yang di ujian akhir nasional (UAN) saja yaitu
oleh masyarakat dalam upaya penca-paian keberhasilan matematika, bahasa Indonesia, ba-hasa inggris, PKN,
pendidikan yang terus ditingkatkan dari dunia pendidikan IPA dan IPS.5
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. dalam hal ini pondok pesantren memiliki RUMUSAN MASALAH
peran yang sama dengan seko-lah-sekolah formal lainnya 1. Bagaimana kebijakan pimpinan pondok pesant-ren
yaitu menciptakan atau menghasilkan sumber daya terhadap dalam meningkatkan mutu MSW Hidayatul
manusia yang berkualitas serta menghasilkan generasi Qomariyah Kota Bengkulu?
yang berakhlak mulia berdasarkan syariat Islam. 2. Apa alasan atau faktor-faktor yang melatarbela-kangi
kebijakan tersebut di MSW Hidayatul Qo-mariyah
Berdasarkan hasil observasi tentang keberadaan Kota Bengkulu?
pondok pesantren di Bengkulu cukup banyak yang telah 3. Bagaimana mutu madrasah dengan adanya kebi-
mengalami kemunduran dan tidak berkembang terutama jakan dalam meningkatkan mutu MSW Hidayatul
pondok pesantren yang beraliran salafiyah. Hal ini Qomariyah Kota Bengkulu?
berdasarkan dari fenomena, bahwa banyak pe-santren
yang beraliran salafiyah yang kiprahnya mulai

3Edward Sallis, “Total Quality Management In Education”, (Jogjakarta:

IRCiSoD, Cet. V 2007), h..63


4Soebagio Admodiwirio, “Manajemen Pendidikan Indonesia”, (Jakarta: 5Hasil wawancara bersama Muzaeyyana, Ketua Pengurus Asrama Pada
Ardadizyajaya, 2000), h. 56 Hari Minggu, 05 Februari 2016 Pukul 10.40 WIB

9
An-Nizom | Vol. 3, No. 1, April 2018

METODE PENELITIAN oleh Sanusi, kepemimpinan arti substantif merujuk pada


Penelitian ini bersifat kualitatif dimana penelitian ini satu kenyataan dimana seseorang atau sistem mempunyai
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kekuatan dan keberanian dalam menya-takan
deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari kemampuan mental, organisasional, fisik yang lebih
orang-orang dan pelaku yang diamati, diarahkan pada besar dari rata-rata umumnya, yang antara lain didukung
latar belakang individu secara utuh (holistick) tanpa oleh unsur-unsur penting sebagai ways and means.10
mengisolasikan individu dan organisasi dalam variabel
atau hipotesis, tetapi memandangnya seba-gai bagian dari Sedangkan istilah pondok berasal dari pengertian
suatu keutuhan.6 Data didapat dari se-mua pihak yang asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau
mendukung penelitian ini khususnya yang berkaitan tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau berasal dari
tentang kebijakan, pimpinan dan mtu madrasah di MSW bahasa Arab fundug, yang berarti hotel atau as-rama.
Hidayatul Qomariyah. Sedangkan perkataan pesantren berasal dari kata santri,
dengan awalan pe- dan akhiran –an yang berarti tempat
LANDASAN TEORI para santri.11 Sedangkan KH. Imam Zarkasi
A. Kebijakan Pimpinan Pondok Pesantren Kamus mendefinisikan pondok pesantren adalah lem-baga
Besar Bahasa Indonesia mengemukakan pendidikan Islam dengan sistem asrama, kyai se-bagai
bahwa kebijakan adalah kepandaian , kemahiran, sentral figurnya, masjid sebagai titik pusat yang
kebijaksanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi menjiwai.12 Lembaga pendidikan pesantren dikenal
garis dasar dan dasar rencana dalam pelak-sanaan sebagai lembaga pendidikan yang menganut kepada
pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak oleh sistem terbuka, sehingga amat fleksibel dalam menga-
pemerintah, organisasi dan sebagainya sebagai komodasi harapan-harapan masyarakat dengan cara-cara
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud se-bagai yang khas dan unik.13
garis pedoman untuk manajemen dalam men-capai Berdasarkan beberapa teori-teori diatas, penelitian ini
sasaran.7 Kebijakan dalam pendidikan adalah segala disintesiskan bahwa kebijakan pimpinan pondok
bentuk keputusan atau ketetapan yang dipu-tuskan oleh pesantren adalah suatu ketentuan atau keputusan yang
pembuat keputusan (policy maker) dalam menjadi garis dasar besar atau dasar rencana dalam
menyempurnakan dan meningkatkan pendidikan. Fakry pelaksanaan suatu pekerjaan atau pedoman untuk
Gaffar mendefinisikan kebijakan pendidikan sebagai mencapai tujuan yang telah ditetapkan, di-dasari atas
keputusan yang berhubungan dengan perbai-kan dan suatu ketentuan dari seorang Kyai, yang menjadi
penyempurnaan penyelenggarakan pendidi-kan.8 pemimpin sekaligus yang memiliki pesantren sehingga
memiliki wewenang secara mutlak dalam mengambil
Sedangkan kepemimpinan secara etimologi, suatu keputusan.
kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam B. Peningkatan Mutu Madrasah
bahasa Inggris, leadership yang berar-ti kepemimpinan, Dalam kamus besar bahasa Indonesia “Mutu” be-rarti
dari kata dasar leader berarti pemimpin dan akar katanya karat. Baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat
to lead yang terkandung beberapa arti yang saling erat (kepandaian, kecerdasan). Menurut Sallies mutu dapat
berhubungan: bergerak lebih awal, berjalan di awal, didefiniskan sebagai sesuatu yang me-muaskan dan
mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, melopori, melampauui keinginan dan kebutuhan pelanggan.
mengarahkan pikiran-pendapat-orang lain, membimbing, Definisi ini disebut juga dengan istilah mutu sesuai
menuntun, dan menggerakkan orang lain melalui dengan persepsi (quality in perception).14
pengaruhnya.9 Sanusi menyatakan bahwa kepemimpinan Depdiknas, Secara umum “mutu diartikan sebagai
adalah penyatupaduan dari kemampuan, cita-cita dan se- gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau
mangat kebangsaan dalam mengatur, mengendali-kan, jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
dan mengelolah rumah tangga keluarga maupun memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau ter-
organisasi atau rumah tangga negara. Ditambah pula

10Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan, (Ja-karta:

Bumi Aksara, 2008), h.274


11Nur Efendi, Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren Konstruksi Teoritik
dan Praktek Pengelolahan Perubahan Sebagai Upaya Pewaris Tradi-si dan
6Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Ros- Menatap Tantangan Masa Depan , (Yogyakarta: Teras, 2014), h.110
dakarya, 2001), h. 3 12Musbikhin, Membangun Tradisi Mutu Di Ponpes Sunan Drajat (Mera-jut
7Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: ALFABETA, Benang Kusut Pendidikan Pesantren Sunan Drajat Lamongan), Jurnal
2008), h. 97 Ummul Qura Vol V, No 1, Maret 2015, h. 13
8Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi, 13Shulthon dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren da-lam
dan Implementasi, (Bandung: ALFABETA, 2013), h. 127 Perspektif Global, (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006), h. 45
9Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori 14Edward Sallis, Total Quality Manajemen In Education Manajemen Mutu
dan Peraktek, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 47 Pendidikan, (Jogyakarta: IRCiSod, Cet V 2007), h.56

10
Bunga Wati | Kebijakan Pimpinan Pondok Pesantren

sirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu b) Sarana prasarana


mencakup input, proses dan output pendidikan”.15 Input Sarana prasarana pendidikan merupakan media be-lajar
pendidikan dikatakan bermutu, jika sumber daya atau alat bantu yang pada hakikatnya akan lebih
menjamin berlangsungnya proses secara baik. Proses mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
dikatakan bermutu apabila pengkoordinasian dan siswa dalam proses pembelajaran.20 c) Kesiswaan
penyerasian input sekolah dilakukan secara har-monis
sehingga mampu menciptakan situasi pembe-lajaran yang Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu in-put
menyenangkan (enjoy able learning), mendorong yang turut menentukan keberhasilan proses pen-didikan.
motivasi dan minat belajar siswa, serta memberdayakan Penerimaan siswa berdasarkan pada kriteria yang jelas
peserta didik. Sementara itu, output dikatakan bermutu, transparan dan akuntabel. d) Pembiayaan
jika prestasi sekolah, baik akade-mik maupun
nonakademik sesuai dengan standard nasional atau tujuan Salah satu faktor yang memberikan pengaruh ter-hadap
sekolah.16 peningkatan mutu dan kesesuaian pendidi-kan adalah
Dalam peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh pembiayaan pendidikan yang memadai. Sekolah harus
input dan faktor proses manajemen pendidikan. Input memiliki dana yang cukup untuk me-nyelenggarakan
pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia pendidikan. Oleh karena itu pembi-ayaan harus dikelola
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input secara transparan.21
pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia Berdasarkan beberapa teori-teori diatas, penelitian ini
karena dibutuhkan untuk berlangsung-nya proses. Input disintesiskan bahwa peningkatan mutu madrasah adalah
pendidikan terdiri dari seluruh sum-ber daya sekolah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau
menurut Subagio terdiri dari man, money, policy.17 sekelompok orang dalam lembaga pendidikan dalam
meningkatkan sumber daya sekolah yaitu man, money
Dari pengertian diatas maka input pendidikan dan policy sehingga tercapai tujuan pen-didikan
merupakan faktor yang mempengaruhi mutu dapat berdasarkan 8 (delapan) standar pendidikan yaitu standar
berupa: isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
a) Sumber daya manusia sebagai pengelola sekolah pendidik dan tenga kependidikan, standar sarana dan
terdiri dari : prasarana, standar pengelolahan, standar pembiyaan,
1) Kepala Sekolah merupakan guru yang mendapat tugas standar penilaian.
tambahan sebagai kepala.
2) Guru merupakan adalah pendidik professional yang PEMBAHASAN
tugas utamanya mendidik, mengajar, mem-bimbing, 1. Kebijakan-kebijakan Pimpinan Pondok Pesantren
mengarahkan dan melatih, menilai dan mengevaluasi Dalam Meningkatan Mutu MSW Hidayatul Qo-
peserta didik. mariyah Kota Bengkulu
3) Tenaga kependidikan.18 a) Standar Isi
Menurut soejono persyaratan untuk menjadi guru Dari hasil observasi dan wawancara menunjuk-
sebagai berikut: a) sudah dewasa, b) sehat jasmani dan kan bahwa kebijakan pimpinan pondok terhadap mutu
rohani, c) mempunyai kompetensi yang cukup dan expert madrasah khususnya standar isi telah terlak-sana namun
dalam mendidik, d) bermoral dan berdedi-kasi tinggi.19 ada beberapa komponen yang belum sesuai dengan
standar mutu madrasah yang diharap-kan, ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa “Madrasah ideal
yang diharapkan adalah madrasah yang memenuhi
standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat
15Muhammad Nur, Manajemen Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan Pada Sdn Dayah Guci Kabupaten Pidie, Jurnal Administrasi kompetensi, meliputi kerangka dasar dan struktur
Pendidikan Volume 4, No. 1, Februari 2016, Pascasarjana Universitas Syiah kurikulum, beban belajar dan kalender pen-
Kuala, h. 97
16Nurul Hidayah, Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dalam Men-
didikan/akademik.”22
ingkatkan Mutu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 129-130

17Luluk Aryani Isusilaningtyas, Strategi Peningkatan Mutu Lembaga


Pendidikan Islam Melalui Manajemen Pembiayaan (Studi Kasus Pada Mi
Negeri Ambarawa Kab. Semarang),” (Salatiga: Tesis Program Pascasarjana 20Luluk Aryani Isusilaningtyas, Strategi Peningkatan Mutu Lembaga
Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2015), h. 41 diakses di http://perpus. Pendidikan Islam Melalui Manajemen Pembiayaan (Studi Kasus Pada Mi
iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/8541998858.pdf, pada hari Minggu, 11 Juni Negeri Ambarawa Kab. Semarang), h. 41
2017 Pukul 20.14 21Luluk Aryani Isusilaningtyas, Strategi Peningkatan Mutu Lembaga
18Luluk Aryani Isusilaningtyas, Strategi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Melalui Manajemen Pembiayaan (Studi Kasus Pada Mi
Pendidikan Islam Melalui Manajemen Pembiayaan (Studi Kasus Pada Mi Negeri Ambarawa Kab. Semarang), h.41-42
Negeri Ambarawa Kab. Semarang), h.41-42 22Departemen Agama RI Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan
19Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi dan Ap- Pendidikan Agama dan Keagamaan MP3A, Profil Madrasah Masa Depan, h. 10
likasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), h.75

11
An-Nizom | Vol. 3, No. 1, April 2018

b) Standar Proses kompetensi sosial. Pendidik pada MTs berkualifikasi


Dari data yang telah dikumpulkan oleh peneliti bahwa akademik minimun diloma empat (D-IV) atau sarjana
kebijakan pimpinan terhadap standar proses tidak (SI).”24
memiliki arti apa-apa, dan dalam proses pembe- 2. Latarbelakang Munculnya Kebijakan Pimpinan
lajarannya sudah terlaksana dengan baik namun be-lum Pondok Pesantren Hidayatul Qomariyah Kota
memenuhi standar mutu madrasah yakni standar proses Bengkulu
yang diharapkan, sebagaimana teori yang me-nyatakan a) Standar Isi
bahwa: “Madrasah masa depan dan yang diharapkan Berdasarkan data yang didapat melalui metode
adalah menyelenggarakan proses pem-belajaran secara observasi dan wawancara bahwa yang diharapkan dari
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, pimpinan pondok bahwa kegiatan pembelajaran trus
memotivasi peserta didik untuk berparti-sipasi aktif, serta berjalan dengan baik tanpa membebankan guru walaupun
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, demikian masih banyak yang diperhatikan dalam standar
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan isi tersebut, karena standar isi meru-pakan pedoman
perkembangan fisik serta psikolo-gis peserta didik. utama dalam berlangsungya proses pembelajaran, namun
Dalam proses pembelajaran tidak hanya mengalihkan kegiatan pesantren tersebut juga bukan didalam kelas
pelajaran tetapi juga memberikan keteladaanan. saja, namun setiap kegiatan yang meruakan kurikulum
Menyususn perencanaan proses pem-belajaran untuk pesantren tersebut dilaku-kan santri seharis semalam
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan dalam pondok pesantren tersebut, hal ini senada dengan
efisien. Memilih dan menentukan tujuan pembelajarn, teori yang menyata-kan bahwa: “Kurikulum pesantren
materi ajar, metode pengajran, sumber belajar dan sebenarnya me-liputi seluruh kegiatan yang dilakukan di
enilaian hasil belajar dengan te-pat. Memilih rasio yang pesantren selama sehari semalam (yang saat itu belum
tepat antara peserta didik dengan pendidik, antara buku dirumus-kan), di luar pelajaran banyak kegiatan yang
teks dengan peserta didik dan jumlah peserta didik dalam bernilai pendidikan dilakukan dipondok berupa latihan
setiap kelasnya. Madrasah melakukan pengawasan proses hidup sederhana, mengatur kepentingan bersama, mengu-
pemelaja-ran meliputi pemantauan, supervisi, pelaporan rusi kebutuhahn sendiri, latihan bela diri, ibadah den-gan
sesuai standar dan pengambilan langkah tindak lanjut tertib dan riyadlah.25
yang diperlukakan.”23
b) Standar Proses
c) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pondok pesantren yang beraliran salafiyah menun-
Dari data yang dikumpulkan menengenai standar jukkan bahwa dalam pembelajarannya mempertah-ankan
pendidik dan tenaga kependidikan bahwa kebijakan tradisi dan juga kultur yang sudah turun temu-run. Hal ini
pimpinan pondok terhadap standar pendidik dan ten-aga diperkuat dengan teori tentang pesantren salafiyah yaitu:
pendidikan tidak ada kualifikasi khusus atau re-krutmen “Keunikan pondok pesantren sebe-narnya pada intinya
guru dilakukan bagi santri yang lulus Madra-sah Aliyah adalah terkait dalam menjalank-an tradisinya, namun
dan ingin mengabdi dipondok pesantren, ini tidak menutup kemungkinan pondok pesanren tersebut
menunjukkan bahwa kebijakan pimpinan pondok belum juga menerima perubahan. Maka dari itu, pondok
sesuai dengan standar madrasah yang diharap-kan, yang pesantren itu dikatakan lem-baga yang mewariskan
mana senada dengan teori yang menyata-kan bahwa tradisi namun juga peka terh-adap perubahan yang
“Pendidik dan tenaga kependidikan pada madrasah terjadi.26
haruslah memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi Selain itu juga diperkuat dengan teori yang menya-
sebagai agen pembelajaran,, sehat jas-mani dan rohani, takan bahwa “Tujuan pesantren adalah memebentuk
serta memiliki kemampuan untuk mewujdkan tujuan kepribadian, memantapkan akhlak dan melengkap-inya
pendidikan nasional, tingkat pen-didikan minimal yang dengan pengetahuan. Mereka diharapkan set-elah
harus dipenuho oleh seorang pendidik yang dibuktikan kembali ke kampung halamannya menempuh hidupnya
dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai sebagai muslim teladan, yang memantul-kan sosialisasi
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. pesantrennya serta mempromosikan, menyiarkan nilai-
Kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan sebagai nilai dan gambaran kemasyarakatan Islam. Dalam
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan melaksanakan dalam arti luas, santri di-harapkan
menengah meliputi komotensi pedagogik, kepribadian, menyebarluaskan citra nilai budaya pesant-
profesionaldan
24Departemaen Agama RI Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan

Pendidikan Agama dan Keagamaan MP3A, Profil Madrasah Masa Depan, h.


23Departemen Agama RI Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pen-
12-13
25M. Habib Chirzin, Agama dan Ilmu Dalam Pesantren, (Jakarta:
didikan Agama dan Keagamaan MP3A, Profil Madrasah Masa Depan, h. 11-12
LP3ES, 1974), h.87
26Nur Efendi, Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren Konstruksi

Teoritik dan Praktek Pengelolahan Perubahan Sebagai Upaya Pewaris Tra-disi


dan Menatap Tantangan Masa Depan, (Yogyakarta: Teras, 2014), h. 122-123
12
Bunga Wati | Kebijakan Pimpinan Pondok Pesantren

rennya yang khusus melalui cara hidupnya: pengabdi-an sep mutu bahwa sesuatu dianggap bermutu apabila telah
sosial, ketulusan, kesahajaan pribadi atau sifat-sifat yang memenuhi kebutuhan dan keingingan pelan-gannya.
dapat dituangkan dalam suatu pengertian ulama dari Seperti yang diutarakan Sallies bahwa mutu dapat
pendidikan yang ideal “keikhlasan”.27 didefiniskan sebagai sesuatu yang memuaskan dan
c) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi
Dari data yang didapat bahwa sebenarnya guru ini disebut juga dengan istilah mutu sesuai dengan
tidak mesti harus berpendidikan atau bergelar, karena persepsi (quality in perception).30
kemampuan mengajar tidak hanya di buktikan den-gan b. Kharisma Kepemimpinan Pondok Pesantren Setelah
gelar semata. Terkadang pengalaman yang ban-yak serta peneliti mengikuti dan mengamati secara
keterampilan yang cukup mampu membuat seseorang mendalam faktor yang sangat berpengaruh terhadap maju
menjadi guru yang baik dan memiliki loy-alitas yang atau bertahannya pondok pesantren sampai saat ini
tinggi terhadap madrasah tempat ia meng-abdi. Hal ini dikarenakan sosok kyai yang sangat bermsyarakat dan
disampaikan oleh Soejono persyaratan untuk menjadi setiap minggu mengisi kegiatan pengajian diluar pondok
guru sebagai berikut: a) sudah dewasa, pesantren. Hal ini senada dengan teori yang menyatakan
b) sehat jasmani dan rohani, c) mempunyai kom-petensi bahwa: “Kyai merupakan elemen yang paling utama dari
yang cukup dan expert dalam mendidik, d) bermoral dan suatu pesantren, bahkan kadang-kadang ia juga
berdedikasi tinggi.28 pendirinya. Sudah sewajarnya bila pertumbuhan suatu
3. Faktor-Faktor Penyebab Peningkatan Mutu Madra-sah pesantren semata-mata bergan-tung pada kemampuan
Salafiyah Wustho (MSW) Hidayatul Qomari-yah kyainya.”31 Dan diperkuat lagi pernyataan Manfred
Kota Bengkulu Ziemek dengan teori “Ke-nyataan bahwa nama dan
Berdasarkan data-data yang telah didapat dan pengaruh sebuah pe-santren berkaitan erat dengan
dianalisis bahwa peneliti menyimpulkan bahwa fak-tor- masing-masing Kyai, telah menunjukkan, betapa kuatnya
faktor yang mempengaruhi kemajauan pondok pesantren kecakapan dan pancaran kepribadian seorang pimpinan
Hidayatul Qomariyah, sehingga masih di-minati oleh pesant-ren menentukan kedudukan dan tingkat suatu pe-
masyarakat adalah sebagai berikut: santren. Bila pada saat pendirian sebuah pesantren
a. Kebijakan Pimpinan Pondok Pesantren Berdasarkan kepemimpinan dan kecakapan seorang Kyai meng-
pengamatan peneliti bahwa faktor yang gerakkan massa merupakan faktor menentukan, un-tuk
mempengaruhi kemajuan pimpinan pondok pesantren mengajak penduduk sekitarnya bekerja dan turut serta
Hidayatul Qomariyah, yaitu kebijakan pimpinan pondok dalam pembiayaan , selanjutnya seorang kyai sering
pesantren yang masih mempertahankan pembelajaran dapat membangun peran strategisnya sebagai pimpinan
agama yang masih bersifat tradisional yaitu pembela- masyarakat yang nonformal melalui suatu komunikasi
jaran kitab kuning dan menanamkan akhlakul karimah yang intensif dengan penduduk.32 Dan diperkuat lagi
dan hidup sederhana. Selain itu juga kebijakan pimpi-nan dengan teori: “Khasanah riwayat pe-santren
pondok pesantren yang mengkususkan pondok pesantren menggambarkan betapa kuat pengaruh kha-risma kyai,
putri, sehingga pembelajaran agama tentang kewanitaan mereka menjadi kiblat para pengikutnya. Kebijakan yang
pun lebih mendalam lagi seperti Fiqh Wani-ta dan lain- seringkali dituangkan secara lisan di-jadikan pegangan,
lain. Dalam hal ini bahwa pondok pesantren masih sikap dan tingkahlakunya sehari-hari dijadikan panutan,
mempertahankan tradisionalitas pesantren dan bahasa kiasan yang dilontar-kannya acapkali menjadi
mengkhususkan bagi santri putri saja, yang ini merupa- bahan renungan. Karena itu mekanisme administrasi
kan spesifik produk yang hanya dimiliki oleh pondok pe- pondok pesantren baik yang berkaitan dengan struktur
santren tersebut, ditambah lagi kajian keagamaan yang organisasi kepemimpinan maupun arah perkembangan
khusus dan mendalam tentang kewanitaan, menjadi daya pesantren, tidak lepas dari peranan kyai. Dengan
jual tersendiri bagi pondok tersebut. Produk meru-pakan demikian, seringkali visi kyai merupakan barometer
salah satu aspek daya jual yang kuat yang dimi-liki oleh pondok pesantren.”33
lembaga, seperti yang dikatakan produk bukan hanya
yang berbentuk atau berwujud juga berbentuk juga jasa
atau ciri khas dalam suatu lembaga yang da-pat
memenuhi 3 hal pokok konsumen yaitu kebutuhan, 30Edward Sallis, Total Quality Manajemen In Education Manajemen Mutu

keinginan dan kepuasan.”29 Selain itu juga bahwa kon- Pendidikan, (Jogyakarta: IRCiSod, Cet V 2007), h.56
31Musbikhin, Membangun Tradisi Mutu Di Ponpes Sunan Drajat (Mera-jut

Benang Kusut Pendidikan Pesantren Sunan Drajat Lamongan), Jurnal Ummul


27Mahfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial”, (Perhimpunan Qura Vol V, No 1, Maret 2015, h. 14
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)), h. 157 32Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: Per-
28Sulistyorini, manajemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi dan Ap- himpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat), h.132
likasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), h.75 33Amir Fadhilah, Struktur Dan Pola Kepemimpinan Kyai Dalam Pesant-
29Buchori Alma, manajemen pemasaran dan pemasaran jasa, (Bandung, ren Di Jawa, Hunafa: Jurnal Studia Islamika Vol. 8, No.1, Juni 2011:101-120,
Alfabeta, 2014), h. 139 h. 105

13
An-Nizom | Vol. 3, No. 1, April 2018

c. Program/Kegiatan Sosial kepemimpinan yang sangat mempengaruhi kem-


Selain itu juga menurut peneliti menjadi faktor lain ajuan dan kemunduran pesantren tersebut, ke-
yang menjadi daya tarik pondok pesantren dan men-jadi mudian ciri khas dari pondok tersebut yang masih
bertahannya pondok pesantren Hidayatul Qo-mariyah tradisional dan khusus untuk santri putri saja serta
yaitu kegiatan sosialnya yaitu Istiqosah atau pengajian kegiatan bulanan pondok pesantren yang me-
yang dibuka secara umum atau melibatkan masyarakat libatkan masyarakat Prov. Bengkulu yang ingin
Kota Bengkulu yang dilakukan selama sebulan sekali terlibat.
yang diadakan di hari Jum’at ke-3. Dan kegiatan-kegiatan
besar pondok pesantren seperti per-pisahan sekolah, DAFTAR PUSTAKA
kegiatan tersebut dilakukan juga me-libatkan masyarakat Admodiwirio, Soebagio “Manajemen Pendidikan In-
yang bersifat pengajian dan dzikir bersama dan pengisi donesia”, (Jakarta: Ardadizyajaya, 2000)
dalam acara tersebut diundang ulama-ulama besar baik Arifin, Imron, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
dari luar kota bengkulu dan terkadang diundang ulama- Mengelolah Sekolah Berprestasi (Studi Multi Ka-sus
ulama dari luar negeri. Hal ini senada dengan teori yang Pada Min Malang I , MI Mambaul Ulum, dan SDN
menyatakan bahwa “hubungan sekolah Islam dengan Ngaglik I Batu Malang, (Yogyakarta: Aditya Media
masyarakat memili-ki hubungan yang sangat erat dalam Publishing, 2004)
mencapai tujuan sekolah Islam atau pendidikan Islam Arikunto, Suhalarsimi, Prosedur Penelitian Sebagai
secara efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah juga harus Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rhalineka
menun-jang pencapaian tujuan atau pemenuhan Cipta, 1991)
kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan
Oleh karena itu, sekolah Islam berkewajiban untuk Islam Antara Teori dan Peraktek, (Jogjakarta: Ar-
memberi penerangan tentang tujuan-tujuan, program- Ruzz Media, 2016)
program, kebutuhan, serta keaadaan masyarakat. Chirzin, M. Habib, Agama dan Ilmu Dalam Pesant-ren,
Sebaliknya, sekolah Islam juga harus mengetahi dengan (Jakarta: LP3ES, 1974)
jelas apa kebutuhan, terutama terhadap sekolah Islam. Denim, Sudarman, Visi Baru Manajemen Sekollah Dari
Dengan perkataan lain, antara sekolah Islam dan Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Ja-karta: PT.
masyarakat harus dibina suatu hubungan yang Bumi Aksara, Cet. III 2008)
harmonis.34 Depertemen Agama RI Majelis Pertimbangan dan
Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Kea-gamaan
KESIMPULAN MP3A 2005, Profil Madrsah Masa De-pan, (Jakarta:
1. Bahwa pimpinan pondok pesantren memiliki ke- Bina Mitra Pemberdayaan Madra-sah: 2005)
bijakan tersendiri dan belum sesuai dengan stan-dar
mutu madrasah khususnya standar isi, proses, dan Efendi, Nur, “Manajemen Perubahan di Pondok Pe-
pendidik dan tenaga kependidikan. santren Konstruksi Teoritik dan Praktek Pengelo-
2. Kebijakan ini merupakan tradisi turun menurun dan lahan Perubahan Sebagai Upaya Pewaris Tradisi dan
ditambah lagi kurangnya tenaga ahli dalam Menatap Tantangan Masa Depan, (Yogya-karta:
manajemen pendidikan modern sehingga jika Teras, 2014)
dipaksakan akan memberatkan bagi segenap Fadhilah, Amir, Struktur Dan Pola Kepemimpinan Kyai
penggurus dalam menjalankan esensi dari pen- Dalam Pesantren Di Jawa , Hunafa: Jurnal Studia
didikan tersebut. Padahal proses pembelajaran itu Islamika Vol. 8, No.1, Juni 2011:101-120 Hidayah,
esensinya adalah pemahaman tentang apa yang Nurul, “Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dalam
dipelajari. Meningkatkan Mutu Pendidikan”,
3. kebijakan yang diambil oleh pimpinan pondok belum (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016)
sesuai dengan standar mutu madrasah na-mun, Imron, Ali, Kebijaksanaan Pendidikan diIndonesia,
kebijakan itu diambil atas dasar tabarukan/ mencari (Jakarta: BumiAksara, 2008)
berkah berkaca dari pondok pesantren dahulu yang Isusilaningtyas, Luluk Aryani, Strategi Peningkatan
telah berhasil mendidik putra-putri Indonesia pada Mutu Lembaga Pendidikan Islam Melalui Mana-
zaman dahulu. Sedangkan faktor lain yang menurut jemen Pembiayaan (Studi Kasus Pada Mi Negeri
peneliti yang memiliki pen-garuh terhadap Ambarawa Kab. Semarang),” (Salatiga: Tesis Pro-
perkembangan dan kemajuan pondok pesantren gram Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri
tersebut, terletak pada sosok Salatiga, 2015
Jahari, Jaja dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Ma-
drasah Teori, Strategi, dan Implementasi, (Ban-dung:
34Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi dan Ap-

likasi, (Yogyakarta: TERAS, 2009), h.141 ALFABETA, 2013)

14
Bunga Wati | Kebijakan Pimpinan Pondok Pesantren

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, (Ban- Pesantren dalam Perspektif Global, (Yogyakarta:
dung: Remaja Rosdakarya, 2001) LaksBang PRESSindo, 2006)
Musbikhin, Membangun Tradisi Mutu Di Ponpes Su-nan Suryana, Yaya dan Tedi Priatna, Metode Penelitian
Drajat (Merajut Benang Kusut Pendidikan Pe-santren Pendidikan, (Bandung: Tsabita, 2008)
Sunan Drajat Lamongan), Jurnal Ummul Qura Vol Sugiono, Metode penelitian Kualitatif dan R&D, cet ke-
V, No 1, Maret 2015 18, (Bandung : Alfabeta, 2013)
Sagala, Saiful, Admistrasi Pendidikan Kontemporer, Usman, Husaini, Manajemen Teori Praktik & Riset
(Bandung: ALFABETA, 2008) Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Sallis, Edward, Total Quality Management In Educa-tion, Ziemek, Manfred, Pesantren Dalam Perubahan Sosial,
(Jogjakarta: IRCiSoD, Cet. V 2007), (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan
Shodiq, M., Pesantren Dan Perubahan Sosial, Jurnal Masyarakat)
Sosiologi Islam, Vol. 1, No.1, April 2011 ISSN:
2089-0192,
Shulthon dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok

15

Anda mungkin juga menyukai