Anda di halaman 1dari 15

REVIEW JURNAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP MOTIVASI


MENGONTROL KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE II

OLEH :

Milatul Aeni 1908179 Misnawati 1908180


Nanda Rahma 1908184 Olivia Natasya 1908196
Pujiwati 1908198 Rosidah 1908206
Satria Yosi H 1908209 Septiana Arsi 1908210
Suci Nowida S 1908216 Tegar Wisnu 1908220

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2020
REVIEW JURNAL

No KOMPONEN ISI
1 Peneliti dan tahun Dian Sukma Dewi Arimbi, Lita, Rani Lisa Indra 2020
penelitian
2 Judul PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
TERHADAP MOTIVASI MENGONTROL KADAR
GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE II
3 Latar belakang / alasan Motivasi dari setiap individu berkaitan dengan
diteliti pengetahuan yang dimiliki masing-masing pasien.
Tingkat motivasi pasien yang rendah dapat dipengaruhi
oleh pengetahuan yang rendah terutama tidak
didapatkannya pendidikan kesehatan secara baik,
sehingga kontrol gula darah pada pasien DM tipe II
tidak dapat berjalan dengan baik.
Pengendalian DM secara efektif diperlukan untuk
mencegah atau meminimkan komplikasi akibat dari
lamanya penyakit DM (Kementerian Kesehatan RI,
2014). Penatalaksanaan DM terdiri dari 4 pilar yaitu
edukasi, diet, olahraga dan intervensi farmakologis,
dan edukasi merupakan yang utama menjadi dasar
membangun pengetahuan (IDF, 2013). Edukasi
diabetes merupakan pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pasien DM. Peran
perawat sangat penting sebagai edukator untuk
menginformasikan kepada pasien pentingnya kontrol
gula darah. Hal ini dapat mengubah perilaku pasien
sehingga persentase kadar gula darah pasien yang
buruk dapat diminimalkan
4 Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap motivasi mengontrol kadar gula darah pada
pasien diabetes melitus tipe II
5 Tinjauan Pustaka DM adalah salah satu penyakit kronik yang disebabkan
karena pankreas tidak menghasilkan insulin dengan
baik, atau dikarenakan tubuh tidak mampu secara baik
menggunakan insulin yang dihasilkan, dengan glukosa
darah puasa ≥126 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu
≥200 mg/dl (WHO, 2016; ADA, 2016).
DM tipe II merupakan tipe yang sering terjadi karena
gaya hidup yang tidak sehat. Pasien DM tipe II akan
berisiko mengalami komplikasi makrovaskuler dan
mikrovaskuler. Menurut hasil penelitian Wardani
(2014), terjadinya komplikasi ini sebagai akibat dari
karena pasien DM tidak mengetahui penyakit yang
dideritanya atau mengetahui penyakit yang dideritanya
tetapi pasien DM memandang penyakit yang
dideritanya merupakan penyakit yang dapat langsung
sembuh dalam satu kali pemeriksaan. Rutin melakukan
kunjungan berobat (kontrol) ke pelayanan kesehatan
adalah salah satu pencegahan komplikasi
6 Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperiment
design dengan rancangan penelitian one group pre test
post test design. Populasi yang yang digunakan yaitu
jumlah pasien diabetes melitus di Puskesmas Rejosari
pada tahun 2018 yang berjumlah 701 pasien. Sampel
pada penelitain ini adalah pasien diabetes melitus tipe
II yang tidak rutin melakukan kontrol kadar gula darah
dan memiliki data jelas di Puskesmas Rejosari dan
dapat dihubungi. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan Purposive Sampling dengan alat
pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner
motivasi
7 Hasil dan kesimpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulakn responden
yang merupakan pasien diabetes didominasi oleh
responden berjenis kelamin perempuan, berusia rata-
rata 50-67 tahun, berpendidikan terakhir mayoritas
SMA, dan pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Rata-rata
motivasi responden sebelum pendidikan kesehatan
yaitu 31.40 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan
yaitu 36.48. Motivasi responden sesudah diberikan
pendidikan kesehatan lebih tinggi dibandingkan
motivasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan,
sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap motivasi mengontrol kadar gula
darah pada pasien DM tipe II di wilayah kerja
puskesmas Rejosari.
8 Saran Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini bagi
petugas puskesmas dapat meningkatkan kegiatan baik
berupa penyuluhan dan pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan motivasi pasien DM tipe II mengontrol
kadar gula darah.
Jurnal Keperawatan Abdurrab P-ISSN : 2541-2620
Vol 4. No.1, Juli 2020 E-ISSN : 2579-8723

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP MOTIVASI


MENGONTROL KADAR GULA DARAH PADA
PASIEN DM TIPE II
Dian Sukma Dewi Arimbi¹, Lita², Rani Lisa Indra³
1,2,3
Program Studi Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Email: diansukmadewiarimbi@gmail.com
ABSTRAK

Motivasi dari setiap individu berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki masing-masing pasien. Tingkat
motivasi pasien yang rendah dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah terutama tidak
didapatkannya pendidikan kesehatan secara baik, sehingga kontrol gula darah pada pasien DM tipe II
tidak dapat berjalan dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap motivasi mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II.
Jenis penelitian yang digunakan adalah pre-eksperiment dengan desain one group pre and post test.
Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari. Dengan sampel yang digunakan sebanyak
35 pasien DM menggunakan teknik penelitian Purposive Sampling. Instrumen yang digunakan kuesioner
demografi responden dan kuesioner motivasi yang di uji menggunakan dependent t-test. Hasil
menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap motivasi dalam mengontrol kadar gula
darah pada pasien DM tipe II diperoleh p 0.000. Kesimpulan yaitu ada pengaruh antara pendidikan
kesehatan terhadap motivasi pasien DM tipe II dalam mengontrol kadar gula darah di wilayah kerja
puskesmas Rejosari. Dari hasil penelitian diharapkan kepada pihak puskesmas khususnya puskesma
Rejosari untuk dapat meningkatkan kegiatan baik berupa kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan motivasi pasien DM tipe II mengontrol kadar gula darah.

Kata kunci : Diabetes Melitus, Motivasi, Pendidikan Kesehatan.

ABSTRACT

The motivation of each patient is related to her knowledge. The low level of patient motivation can be
affected by low knowledge especially not getting good helath education that blood sugar control in type II
diabetes mellitus patients cannot run well. The purpose of this study was to determine the effect of helath
education on the motivation to control blood sugar levels in patients with type II diabetes mellitus. This
study was a pre experiment study used one group pretest-posttest design. With sample was 35 type II
diabetes mellitus patients using purposive sampling techniques. The study was conducted at public health
center Rejosari. The instruments used were questionnaire demographic characteristics of respondents
and motivational questionnaires tested using the dependent t-test. The results of the dependent statistic
test shower that the effect of health education on motivation in controlling blood sugar levels in patient
with type II diabetes mellitus at public health center Rejosari Obtained p-value = 0.000. The conclusion
is that there is an influence between health education ant motivation of type II diabetes mellitus patients
in controlling blood sugar levels in the public health center Rejosari. Based on the result of the study was
expected to the members of the public health center, especially the public health center in Rejosari to be
able to improve their activity health education and guidance to improve the motivation of the patient type
II to control the blood sugar.

Keywords : Diabetes Mellitus, Motivation, Health Education.

PENDAHULUAN baik menggunakan insulin yang


DM adalah salah satu penyakit kronik dihasilkan, dengan glukosa darah puasa
yang disebabkan karena pankreas tidak ≥126 mg/dl dan kadar gula darah
menghasilkan insulin dengan baik, atau sewaktu ≥200 mg/dl (WHO, 2016;
dikarenakan tubuh tidak mampu secara ADA, 2016).
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia
termasuk peringkat ke-6 di dunia dalam pelayanan kesehatan adalah salah satu
prevalensi pasien DM pada tahun 2017, pencegahan komplikasi.
setelah Tiongkok, India, Amerika
Serikat, Brazil, dan Meksiko dengan Kontrol gula darah sangat penting untuk
jumlah pasien DM sebanyak 10,3 juta pasien diabetes melitus sebagai penentu
pasien, dan diperkirakan akan penanganan medis yang tepat, sehingga
mengalami peningkatan menjadi 16,2 dapat mencegah komplikasi dan
juta orang pasien pada tahun 2040. membantu pasien untuk menyesuaikan
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau mengatur gaya hidup (Perkeni,
(Riskesdes) pada tahun 2018, DM di 2011; Shrivastava, & Ramasamy,
Provinsi Riau merupakan tertinggi ke-3 2013). Kadar glukosa darah dinyatakan
di Indonesia setelah DKI Jakarta dan tidak terkontrol apabila kadar glukosa
Kalimantan Timur, dengan proporsi puasa >7,0 mmol/dl atau 126 mg/dl
2,0%. Terdapat berbagai jenis DM, (Rachmawati, 2015). Standar
namun yang prevalensinya paling pemeriksaan di pelayanan kesehatan
banyak adalah DM tipe II yaitu sekitar idealnya 3 bulan sekali setelah
30-50% sedangkan prevalensi DM kunjungan pertama, yang meliputi
gestasional sebesar 10-25% dan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa,
selebihnya DM tipe I (WHO, 2016). 2 jam setelah makan, dan pemeriksaan
HbA1C (Mahendra, 2008). Tetapi untuk
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota seberapa sering cek gula darah, setiap
Pekanbaru (2017), angka kejadian DM masing-masing individu berbeda
tipe II merupakan peringkat ke 3 dari 10 tergantung dari pengobatan yang
penyakit terbesar di Kota Pekanbaru diberikan dan saran dari petugas
sebanyak 19093 kasus dengan jumlah kesehatan atau dokter (Tandra, 2013).
kunjungan paling banyak dari 20
Puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru Pengendalian DM secara efektif
berada di wilayah kerja Puskesmas diperlukan untuk mencegah atau
Rejosari Kecamatan Tenayan Raya meminimkan komplikasi akibat dari
dengan jumlah 2.428 kunjungan pada lamanya penyakit DM (Kementerian
tahun 2017 (Dinkes, 2017). Kesehatan RI, 2014). Penatalaksanaan
DM terdiri dari 4 pilar yaitu edukasi,
DM tipe II merupakan tipe yang sering diet, olahraga dan intervensi
terjadi karena gaya hidup yang tidak farmakologis, dan edukasi merupakan
sehat. Pasien DM tipe II akan berisiko yang utama menjadi dasar membangun
mengalami komplikasi makrovaskuler pengetahuan (IDF, 2013). Edukasi
dan mikrovaskuler. Menurut hasil diabetes merupakan pendidikan untuk
penelitian Wardani (2014), terjadinya meningkatkan pengetahuan dan
komplikasi ini sebagai akibat dari keterampilan pasien DM. Peran perawat
karena pasien DM tidak mengetahui sangat penting sebagai edukator untuk
penyakit yang dideritanya atau menginformasikan kepada pasien
mengetahui penyakit yang dideritanya pentingnya kontrol gula darah. Hal ini
tetapi pasien DM memandang penyakit dapat mengubah perilaku pasien
yang dideritanya merupakan penyakit sehingga persentase kadar gula darah
yang dapat langsung sembuh dalam satu pasien yang buruk dapat diminimalkan
kali pemeriksaan. Rutin melakukan (Asmadi, 2008). Perilaku kesehatan
kunjungan berobat (kontrol) ke adalah tindakan yang berkaitan dengan
upaya pencegahan untuk menghindari
masalah kesehatan (preventif), serta
perilaku dalam mengupayakan, mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan (promotif). Perilaku pasien (pengetahuan baik mungkin disebabkan
DM dalam mengontrol kadar gula darah karena sudah sering mendapatkan
dipengaruhi oleh pengetahuan, penyuluhan dari rumah sakit), namun
kepercayaan dan sikap positif, praktik yang baik hanya 54%.
tersedianya sarana dan prasarana yang Ketidakpatuhan mengontrol glukosa
diperlukan, serta motivasi darah dan kontrol ke pelayanan
(Notoatmodjo, 2014). kesehatan masih menjadi masalah yang
Motivasi adalah dorongan dari dalam penting dalam pengelolaan diabetes
diri individu maupun lingkungan untuk melitus. Selain faktor medis, status
bertindak atau melakukan sesuatu. Oleh sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan
karena itu motivasi berhubungan pengetahuan yang rendah serta depresi
dengan dorongan dan tujuan untuk yang dialami pasien DM, sangat
melakukan manajemen perawatan diri berkaitan dengan kepatuhan yang
(Notoatmodjo, 2010). Motivasi rendah dan tingkat morbiditas yang
merupakan salah satu faktor tinggi pada pasien diabetes melitus
mendukung perubahan perilaku kearah (Delameter, 2006; Kocurek, 2009).
yang lebih baik. Pasien dengan motivasi Studi pendahuluan yang dilakukan pada
yang tinggi memiliki tingkat komitmen tanggal 26 januari 2019 di Kelurahan
yang tinggi dalam melakukan kontrol Rejosari Kecamatan Tenayan Raya,
kadar gula darah, sedangkan pasien hasil wawancara terhadap 8 orang
dengan motivasi yang rendah juga akan pasien DM, 5 orang diantara mereka
memiliki tingkat komitmen yang rendah mengaku enggan ke puskesmas atau ke
pula dalam melakukan kontrol kadar pelayanan kesehatan untuk mengontrol
gula darah. Menurut Given (2002) kadar gula darah, karena belum adanya
dalam Tombokan (2015) mengatakan keluhan terkait dengan gejala penyakit
bahwa tingkat kepatuhan berobat salah DM, takut dan tidak percaya dengan
satunya dipengaruhi oleh Motivasi. penanganan medis, malas untuk pergi
Salah satu faktor yang dapat berobat karena sibuk dengan pekerjaan
mempengaruhi motivasi adalah rutin dan tanpa gejala pasien merasa
pengetahuan. Perawat dapat terlibat sembuh. Berdasarkan fenomena diatas
untuk memberikan pendidikan peneliti tertarik untuk melakukan
kesehatan untuk meningkatkan penelitian mengenai “ Pengaruh
pengetahuan dalam upaya pendidikan kesehatan terhadap motivasi
meningkatkan motivasi pasien diabetes mengontrol kadar gula darah pada
melakukan kontrol kadar gula darah. pasien DM tipe II di Wilayah Kerja
Laporan penelitian Aini (2011) yang Puskesmas Rejosari”. Tujuan dari
dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Surabaya pada 15 pasien tentang pengaruh pendidikan kesehatan
pengetahuan kepatuhan berobat pasien terhadap motivasi mengontrol kadar
penyakit DM adalah 100%, 47% (7 gula darah pada pasien DM tipe II.
orang) sikap sedang,53% (8 orang)
sikap baik, 6% (1 orang) praktik METODELOGI PENELITIAN
kurang, 40% (6 orang) praktik sedang
dan baik 54% (8 orang). Walaupun Jenis penelitian ini adalah penelitian
tingkat pengetahuan pasien sudah baik pre-eksperiment design dengan
rancangan penelitian one group pretest-
posttest design. Populasi yang
dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah jumlah pasien diabetes melitus yang berkunjung di Puskesmas Rejosari
pada tahun 2018 yang berjumlah 701 2 Tahun 7 20.0
pasien. Sampel pada penelitain ini 3 Tahun 11 31.4
adalah pasien diabetes melitus tipe II Berdasarkan hasil analisa pada tabel 1
yang tidak rutin melakukan kontrol dapat disimpulkan bahwa sebagian
kadar gula darah dan memiliki data jelas besar pasien diabetes melitus berusia
di Puskesmas Rejosari dan dapat 50-60 tahun yaitu berjumlah 28 orang
dihubungi. Pengambilan sampel dalam (80.1%). Mayoritas pasien adalah
penelitian ini menggunakan Purposive perempuan dengan jumlah 26 orang
Sampling dengan alat pengumpulan (74.3%). Berdasarkan karakteristik
data menggunakan lembar kuesioner pendidikan terakhir sebagian besar
motivasi. pasien adalah SMA dengan jumlah 11
orang (31.4%). Status pekerjaan
HASIL PENELITIAN
mayoritas pasien adalah IRT dengan
Hasil penelitian yang dilakukan dari jumlah 19 orang (54.3%). Sebagian
bulan Mei dampai bulan Juli 2019 pada besar pasien menderita DM sudah 1
35 responden pasien diabetes melitus di tahun dengan julah 17 orang (48.6%).
wilayah kerja puskesmas Rejosari,
B. Uji Normalitas Shapiro Wilk
dengan data yang diperoleh sebagai
Sebelum dan Sesudah
berikut.
diberikan Pendidikan
A. Karakteristik Responden Kesehatan

Tabel 1. Distribusi frekuensi umur, jenis Tabel 2 Uji Normalitas Shapiro


kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan wilk motivasi sebelum dan sesudah
lama menderita DM. pemberian pendidikan kesehatan di
wilayah kerja puskesmas Rejosari
NO Karakteristik N %
Responden Variabel P value >0.05
1 Umur Pre-test 0.204
50-60 28 80.1 Post-test 0.112
61-67 7 20.2
2 Jenis Kelamin Berdasarkan uji shapiro wilk pada tabel
Laki-laki 9 25.7 diatas dapat dilihat bahwa p value >0.05
Perempuan 26 74.3 sehingga dapat disimpulkan data
3 Pekerjaan dikatakan normal.
PNS 12 34.3
Swasta 2 5.7 C. Uji Analisis Statistik
IRT 19 54.3 Perbandingan Motivasi
Lain-lain 2 5.7 sebelum dan sesudah
diberikan Pendidikan
Kesehatan dengan Uji
4 Pendidikan Dependen Simple T test
Tidak sekolah 3 8.6
SD 5 14.3 Tabel 3 Uji analisis statistik
SMP 7 20.0 perbandingan motivasi sebelum dan
SMA 11 31.4 sesudah pemberian pendidikan
Perguruan Tinggi 9 25.7 kesehatan dengan menggunakan uji

5 Lama menderita dependen simple T-test di wilayah kerja


DM
puskesmas Rejosari
1 Tahun 17 48.6
Variabel Std P Usia memiliki kaitan erat dengan
erro value kenaikan jumlah gula darah, semakin
Mea r
n dif
mean dif <0.05 bertambah usia maka risiko untuk
PreTest – - 0.81310 0.000 mengalami DM tipe II semakin tinggi.
PostTest 5.08571 Proses menua dapat mengakibatkan
perubahan sistem anatomi, fisiologi dan
Hasil analisa diatas, menunjukkan
biokimia tubuh yang salah satu
bahwa setelah dilakukan pendidikan
dampaknya adalah peningkatan
kesehatan pada 35 responden
resistensi insulin (Smeltzer & Bare,
menunjukkan motivasi responden
2014).
sesudah diberikan pendidikan kesehatan
lebih tinggi dari motivasi responden 2. Jenis kelamin
sebelum diberikan pendidikan Jenis kelamin perempuan lebih banyak
kesehatan dengan rata-rata -5.08571 dan yang mengalami diabetes melitus tipe II
hasil uji statistik p value 0.000 (p dibandingkan laki-laki pada penelitian
value ini. Penelitian lain juga mengatakan hal
< 0.05) maka dapat disimpulkan Ho di yang sama. Hasil penelitian ini
tolak dan Ha diterima yaitu adanya didukung oleh susanti (2019) yang
pengaruh pendidikan kesehatan dilakukan dari 89 orang penderita DM
terhadap motivasi mengontrol kadar tipe II ditemukan 68 orang (76.4%)
gula darah pasien diabetes melitus di adalah wanita. Akhsyari dan
wilayah kerja puskesmas Rejosari. rahayuningsih (2017) dalam penelitian
mendapatkan hasil bahwa dari jumlah
PEMBAHASAN sampel 99 orang, 54,5% adalah wanita.
A. Karakteristik Responden Jumlah wanita yang menderita DM
1. Umur dibandingkan jumlah laki-laki lebih
banyak. Hal ini karena hormon
Hasil penelitian tentang pengaruh esterogen hormon yang dimiliki wanita
pendidikan kesehatan terhadap motivasi yang apabila terjadi peningkatan dan
mengontrol kadar gula darah pada penurunan dapat mempengaruhi kadar
pasien DM tipe II di wilayah kerja glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2014).
puskesmas rejosari didapatkan bahwa
pasien yang mengalami diabetes melitus 3. Pekerjaan
adalah pasien yang rata-rata usia Pada penelitian ini pekerjaan pasien
minimum 50 tahun dan usia maksimum yang mengalami diabetes melitus tipe II
67 tahun dengan rata-rata usia adalah sebagai Ibu Rumah Tangga
responden 56.51 tahun. Hasil penelitian (IRT). Hasil penelitian ini didukung
ini didukung oleh Isnaini dan Ratnasari oleh isnaini, dan ratnasari (2018) yang
(2018) yang menyatakan bahwa faktor menyatakan pekerjaan berhubungan
usia sangat berpengaruh dengan dengan aktivitas fisik dan aktivitas
p=0,010 dan orang yang berusia 50 olahraga. Ibu rumah tangga melakukakn
tahun keatas lebih rentan terserang beberapa aktivitas di rumah seperti
diabetes melitus namun tidak menutup mencuci, memasak dan membersihkan
kemungkinan juga bahwa orang yang rumah serta banyak aktivitas yang tidak
berusia dibawah 50 tahun terbebas dari dapat dideskripsikan. Aktivitas fisik
diabetes melitus, dan semakin akan berpengaruh terhadap peningkatan
meningkat umur seseoran semakin insulin sehingga kadar gula dalam darah
besar kejadian DM tipe II. akan berkurang. Jika insulin tidak
mencukupi untuk mengubah glukosa puskesmas Rejosari didapatkan bahwa
menjadi energi maka akan timbul DM. pasien yang mengalami diabetes melitus
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pasien dengan rata-rata lama
termasuk dalam aktivitas ringan. menderita DM minimum 1 tahun dan
Sejalan dengan penelitian yang maksimum 3 tahun dengan rata-rata
dilakukan Maharani, Suryono dan lama menderita DM responden 1.82
Ardiyanto (2018), bahwa orang yang tahun. Penderita sering terdeteksi atau
aktivitas fisiknya buruk (54,8%) mulai menyadari DM adalah 7 tahun
memiliki risiko lebih besar menderita sebelum diagnosis ditegakkan sehingga
DM tipe II dibandingan dengan orang angka morbiditas dan mortalitas dini
yang memiliki aktivitas baik. terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi,
dan penderita baru menyadari bahwa
4. Pendidikan kadar gula darah sudah mengalami
Berdasarkan hasil penelitian ini peningkatan.
diperoleh tingkat pendidikan pasien
yang mengalami diabetes melitus tipe II Hasil penelitian ini sejalan dengan
terbanyak yaitu SMA. Hasil penelitian Aisyah (2018) tentang karakteristik
ini didukung oleh Rahma (2018), lama menderita DM dengan kejadian
menyatakan bahwa terdapat pengaruh DM tertinggi 1-5 tahun. Dimana lama
faktor risiko tingkat pendidikan menderita DM ini dapat mempengaruhi
terhadap risiko terkena penyakit depresi pada pasien seperti pasien
diabetes melitus tipe II, dan yang mengalami kebosanan dan merasa putus
memiliki peluang yang paling besar asa,salah satunya dalam menjalankan
terhadap penyakit diabetes melitus kontrol ke dokter. Hasil penelitian
adalah tingkat pendidikan SMA atau Prasestiyo (2017) menyatakan bahwa
yang sederajat (76.7%). Tingkat lama menderita DM berhubungan
pendidikan memiliki pengaruh terhadap dengan kualitas hidup karena kualitas
kejadian penyakit diabetes melitus tipe hidup yang baik akan menjadikan
II. Orang yang tingkat pendidikannya seseorang tetap menjalankan aktifitas
tinggi biasanya akan memiliki banyak hidup sehari-hari secara normal baik
pengetahuan tentang kesehatan. Dengan segi fisik, mental dan sosial.
adanya pengetahuan tersebut orang akan
memiliki kesadaran dalam menjaga 6. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
kesehatannya. Hal ini sesuai dengan Terhadap Motivasi Mengontrol
literature yang menyatakan rendahnya Kadar Gula Darah
tingkat pendidikan dan pengetahuan
merupakan salah satu penyebab Pendidikan kesehatan, efektif dalam
tingginya angka kasus suatu penyakit. meningkatkan motivasi pasien diabetes
Pengetahuan bisa diperoleh melalui melitus dalam mengontrol kadar gula
promosi kesehatan salah satunya darah dengan pvalue 0.000. Apabila
pendidikan kesehatan motivasi pasien baik dalam mengontrol
(Notoatmodjo,2010). kadar gula darah, maka gula darah
dalam tubuh pasien akan terkontrol
5. Lama menderita DM yang akan mencegah terjadinya
Hasil penelitian tentang pengaruh komplikasi sehingga kesejahteraan
pendidikan kesehatan terhadap motivasi pasien akan meningkat. Sesuai dengan
mengontrol kadar gula darah pada penelitian Pratama (2016) dimana
pasien DM tipe II di wilayah kerja terdapat pengaruh signifikan antara
pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap pada pasien DM dalam pengelolaan diet DM sebelum dan
setelah diberikan perlakuan pendidikan meningkatkan motivasi untuk upaya
kesehatan di puskesmas Boyolali pencegahan penyakit. Hasil tersebut
dengan nilai p=0.000<0,05. Penelitian juga didukung oleh penelitian Prabawati
ini juga didukung oleh penelitian (2017) tentang pengaruh pendidikan
Mutoharoh (2017) tentang pengaruh kesehatan dengan media Booklet
pendidikan kesehatan terhadap terhadap motivasi latihan fisik pasien
pengetahuan tentang penyakit diabetes DM di wilayah kerja Puskesma
melitus pada penderita diabetes melitus Purwokerto Utara dengan pvalue 0.000.
tipe 2 di Ngadiwarno Sukorejo dengan Pendidikan kesehatan merupakan faktor
pvalue = 0.001. penting dalam menunjang kesehatan
Pendidikan kesehatan salah satu upaya masyarakat dan sering dilaksanakan di
yang baik untuk meningkatkan pelayanan kesehatan oleh perawat
pengetahuan. Pengetahuan merupakan sebagai edukator. Keberhasilan
seluruh kemampuan individu untuk penatalaksanaan diabetes salah satunya
berpikir dan bertindak secara terarah disebabkan oleh pendidikan kesehatan
dan efektif, sehingga orang yang karena dari hal tersebut pasien diabetes
mempunyai pengetahuan tinggi akan dapat mengetahui bagaimana mengatur
mudah menyerap informasi, saran dan pola hidup sehat walaupun menyandang
nasihat. Meningkatnya pengetahuan diabetes.
penderita diabetes melitus tentang Sasaran pendidikan kesehatan dalam
penyakitnya akan mampu meningkatkan penelitian ini adalah pendidikan
motivasi penderita diabetes melitus kesehatan pada tingkat kuratif, yang
dalam mengontrol kadar gula darah. mana sasaran pada tingkat ini adalah,
Motivasi penderita diabetes melitus para penderita penyakit (pasien),
dalam mengontrol kadar gula darah terutama untuk para penderita penyakit
dipengaruhi oleh motivasi instrinsik kronik salah satunya diabetes melitus
yang datangnya dari dalam diri individu yang tujuannya adalah agar kelompok
itu sendiri seperti keinginan patuh dan ini mampu mencegah penyakit tersebut
teratur dalam berobat atau terapi medis dan tidak menjadi lebih parah
dan keinginan untuk meningkatkan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini
pengetahuan tentang penyakitnya dan juga menggunakan metode pendidikan
motivasi ekstrinsik yang datangnya dari kesehatan dengan metode individual
luar diri sendiri seperti dukungan (perorangan). Metode pendidikan
keluarga, teman dekta, dukungan individual (perorangan) merupakan
ekonomi dan dukungan petugas metode yang digunakan untuk membina
kesehatan. perilaku baru, atau seseorang yang telah
Jika pengetahuan seseorang berkurang mulai tertarik kepada suatu perubahan
akan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau inovasi. Dasar
motivasi dari individu. Karena digunakannya karena setiap orang
pendidikan kesehatan sangat mempunyai masalah atau alasan yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan berbeda-beda sehubungan dengan
pada individu terhadap perilaku penerimaan atau perilaku baru tersebut
kehidupan sehari-hari dan disertai (fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan
tingkat pengetahuan yang baik pada dengan metode individual sudah banyak
setiap individu inilah yang akan digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan namun masih jarang
digunakan untuk meningkatkan
motivasi terutama motivasi mengontrol Motivasi merupakan suatu usaha yang
kadar gula darah. dilakukan untuk mempengaruhi tingkah
laku seseorang agar tergerak untuk menemani, belum mengetahui betul
mencapai hasil atau tujuan tertentu. manfaat dan prinsip mengontrol kadar
Menurut teori motivasi erat kaitannya gula darah yang baik dan benar untuk
dengan kebutuhan salah satunya pasien DM, dan lebih yakin dengan
kebutuhan fisiologis. Kebutuhan pengobatan tradisional. Pada
fisiologis berkaitan langsung dengan pendidikan kesehatan yang diberikan
hidup manusia. Jika kebutuhan ini tidak peneliti, responden menerima informasi
terpenuhi maka individu tidak akan bahwa mengontrol kadar gula darah
tergerak untuk memenuhi kebutuhan merupakan salah satu 4 pilar dalam
yang lain (Nursalam 2012). Salah satu penatalaksanaan diabetes melitus.
kebutuhan fisiologis bagi pasien Mengontrol kadar gula darah secara
diabetes yaitu kondisi fisik yang teratur dapat mencegah terjadi nya
optimal dan terbebas dari ancaman komplikasi.
komplikasi diabetes. Hal tersebut dalam
kontens ini dapat diatasi dengan KESIMPULAN
mengontrol kadar gula darah.
Kebutuhan terutama kebutuhan Berdasarkan hasil penelitian, maka
fisiologis mempengaruhi motivasi dapat diambil kesimpulan bahwa
seseorang. Pendidikan kesehatan untuk responden yang merupakan pasien
meningkatkan motivasi mengontrol diabetes didominasi oleh responden
kadar gula darah pada pasien DM tipe II berjenis kelamin perempuan, berusia
dengan cara menanamkan kesadaran rata-rata 50-67 tahun, berpendidikan
pada individu bahwa kebutuhan terakhir mayoritas SMA, dan pekerjaan
fisiologis mereka yaitu kondisi fisik Ibu Rumah Tangga. Rata-rata motivasi
yang optimal dan kadar gula darah yang responden sebelum pendidikan
terkontrol meskipun mengalami kesehatan yaitu 31.40 dan setelah
diabetes. Kesadaran tersebutlah yang diberikan pendidikan kesehatan yaitu
akan menjadi energi untuk 36.48. Motivasi responden sesudah
meningkatkan motivasi menjadi lebih diberikan pendidikan kesehatan lebih
tinggi. Penelitian Risti (2017) tinggi dibandingkan motivasi sebelum
didapatkan ada hubungan motivasi diri diberikan pendidikan kesehatan,
dan pengetahuan gizi terhadap sehingga dapat disimpulkan ada
kepatuhan diet DM pada pasien diabetes pengaruh pendidikan kesehatan
melitus tipe II rawat jalan di RSUD terhadap motivasi mengontrol kadar
Karanganyar dengan nilai p=0.002 < gula darah pada pasien DM tipe II di
alpha 0.05. wilayah kerja puskesmas Rejosari.

Berdasarkan data penelitian, responden SARAN


mempunyai motivasi mengontrol kadar
gula darah rendah mayoritas karena 1. Bagi Institusi pendidikan
responden merasa takut untuk
mengontrol kadar gula darah di Bagi institusi pendidikan khususnya
puskesmas atau rumah sakit, karena keperawatan, diharapkan penelitian ini
sibuk dengan pekerjaan, tidak ada yang dijadikan sumber informasi dan
diterapkan untuk sebagai kegiatan
pengabdian masyarakat. Selanjutnya
penelitian ini juga dijadikan evidence
based untuk masa yang akan datang.
2. Bagi Wilayah Kerja Puskesmas
Rejosari Diharapkan setelah dilakukan penelitian
ini bagi petugas puskesmas dapat Akhsyari, F. Z. (2016). Karakteristik
meningkatkan kegiatan baik berupa pasien diabetes mellitus di RSUD
penyuluhan dan pendidikan kesehatan dr. Soehadi Pritonegoro Sragen.
untuk meningkatkan motivasi pasien Skripsi. PSIK. Universitas
DM tipe II mengontrol kadar gula Muhammadiyah : Surakarta.
darah.
Ardiyanto, B. F., Suryon, I., &
3. Bagi Ilmu Keperawatan Maharani, N. E. (2018).
Hungungan Obesitas dan aktivitas
Diharapkan terutama bagi perawat fisik dengan kejadian diabetes
komunitas mampu terlibat langsung melitus tipe 2. Jurnal manajemen
dalam melakukan kegiatan penyuluhan informasi dan administrasi
dan pendidikan kesehatan serta kegiatan kesejatan.1(01),40-48.
lain di masyarakat agar masyarakat
mempunyai tingkat pengetahuan yang Asmadi. (2008). Konsep dasar
cukup baik tentang diabetes melitus keperawatan. Edisi 1. EGC:
sehingga masyarakat bisa menerapkan Jakarta.
prilaku hidup yang lebih baik salah
satunya mengontrol kadar gula darah. American Diabetes Association. (2016).
Standar of Medical Care in
4. Bagi Masyarakat Diabetes 2016: Classification and
diagnosis of diabetes. Diabetes
Bagi masyarakat khususnya pasien care. 39 : 13-22.
diabetes melitus untuk lebih
meningkatkan motivasi untuk mengikuti Delamater, A. M . (2006). Improving
penyuluhan di puskesmas terdekat atau Patient Adherence., 24(2), 71–77.
mencari informasi tentang diabetes International Diabetes Federation.
melitus agar pengetahuan masyarakat (2013). Diabetes Atlas Sicth
meningkat sehingga motivasi untuk Edition. Desember 24. 2018
mengontrolkadar gula darah juga Http://www.idf.org/e-
meningkat. library/epidemiology-
research/diabetes-atlas/19-atlas-
5. Bagi peneliti selanjutnya
6th-edition.html
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya .
untuk melakukan penelitian yang lebih (2015). Diabetes Atlas Seventh
mendalam yaitu dengan mengambil Edition. Desember 25 2018
sampel masyarakat diabetes melitus dan Http://www.oedg.at/pdf/1606_atlas
tidak hanya menghubungkan pengaruh _2015_UK.pdf.
pendidikan kesehatan tentang diabetes
melitus terhadap motivasi mengontrol Isnaeni, F. N., & Risti, K. N. (2017).
kadar gula darah saja. Hubungan motivasi diri dan
pengetahuan gizi terhadap
DAFTAR PUSTAKA kepatuhan diet DM pada pasien
diabetes melitus tipe II rawat jalan
di RSUD karanganyar. Jurnal
kesehatan. 10(02), 94-103.
Kartika, I. I. (2017). Dasar-dasar riset
keperawatan dan pengolahan data statistik. Jakarta: KDT.
Kocurek B. (2009). Promoting pendidikan kesehatan terhadap
medicationadherence in Older pengetahuan dan sikap pasien
Adults Through Early Diagnosis of tentang pengelolaan diet diabetes
Neurocognitive Disorders. 22: 80- melitus di puskesmas boyolali.
84. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan :
Mahendra B. (2008). Care Your Self: Rahma, F., Almasdy, D., Yosmar, R.
Diabetes Melitus. Jakarta : Penebar (2018). Survei risiko penyakit
Plus. diabetes mellitus terhadap
masyarakat kota padang. Jurnal
Mutoharoh. (2017). Pengaruh
sains farmasi & klinis. 5(2), 134-
pendidikan kesehatan terhadap
141.
tingkat pengetahuan tentang
penyakit diabetes mellitus pada Rambiharilal,S.,& Shrivastava,P.S. S.
penderita diabetes mellitus tipe 2 and J. R. (2013). Role of self-care
di desa ngadiwarno sukorejo. in management of diabetes
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan mellitus, 12(1), 1.
Ilmu Kesehatan : Jakarta. https://doi.org/10.1186/2251-6581-
12-14.

Notoadmojo, S. (2010). Ilmu perilaku Ratnasari.,& Isnaini, N. (2018). Faktro


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Risiko Mempengaruhi Kejadian
Diabetes Melitus Tioe Dua. Jurnal
. (2014). Ilmu Perilaku Keperawatan, 1(14), 59-68.
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Ricart, W., & Real, J. M. F. (2006). No
Perkeni. (2011). Pengelolaan dan
Sabrian, F., Aisyah, S., Hasneli, Y.
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
(2018). Hubungan antara
2 di Indonesia. Jakarta : Perkeni.
dukungan keluarga dengan kontrol
Prabawati, S. (2017). Pengaruh gula darah dan olahraga pada
pendidikan kesehatan dengan penderita diabetes melitus. 5(2),
media booklet terhadap motivasi 211-221.
latihan fisik pasien DM di wilayah
kerja puskesmas purwokerto utara. Smeltzer, S. C. & Bare, B.G. (2014).
Skripsi. Fakultas Ilmu-Ilmu Keperawatan Medikal Bedah
Kesehatan : Purwokerto. Brunnert & Suddarth. Jakarta :
EGC.
Prasestiyo H. (2017). Analisa
Tandra H. (2008). Segala Sesuatu yang
Hubungan Faktor Lama Menderita
Harus Kamu Ketahui Tentang
Dan Komplikasi Dengan Kualitas
Diabetes. Jakarta: PT Gramedia
Hidup Pasien Diabetes Melitus Di
Pustaka Utama.
Rumah Sakit PKU Muhammadiya
Bantul. Skripsi. Fakultas Ilmu Vera Tobokan A.J.Rattu Ch.R.Tilaar.
Keperawatan : Yogyakarta. (2000). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan
Pratama, P. A. (2016). Pengaruh
Berobat Pasien Diabetes Melitus
pada Praktek Dokter Keluarga di
Kota Tomohon.260–269.
Wardani, K. W., & Isfandiari, M. A.
(2014). Hubungan dukungan
keluarga dan pengendalian kadar
gula darah dengan gejala
komplikasi mikrovaskuler. Jurnal
Epidemiologi, 2, 1–12.
World Health Organization. (2016).
Global Report On Diabetes.
Geneva: WHO Library Cataloguis
in Publication Data.

Anda mungkin juga menyukai