Anda di halaman 1dari 5

Tugas Pertemuan ke 10

Mata Kuliah Desain Kurikulum

Nama : Yani Sri Rahayu


NIM : 191100013

1. Sebutkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?


Jawab :
Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum menurut Prof. Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata terdiri dari dua hal yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip
khusus. Prinsip-prinsip umum meliputi :
·         Relevansi
Dalam hal ini dapat dibedakan relevansi keluar yang berarti bahwa tujuan, isi, dan
proses belajar harus relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan
masyarakat dan relevansi ke dalam berarti bahwa terdapat kesesuaian atau
konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses
penyampaian dan penilaian yang menunjukkan keterpaduan kurikulum.
·         Fleksibilitas
Kurikulum harus dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang
akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan
kemampuan yang berbeda. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus berisi hal-hal yang
solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar
belakang anak.
·         Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung secara
berkesinambungan, maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga
hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya,
antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, serta antara jenjang
pendidikan dengan pekerjaan.
·         Praktis/efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana
dan biayanya murah. Dalam hal ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan
dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun
personalia.
·         Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara
kuantitas maupun kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan
pendidikan dari kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya, harus
diperhatikan kaitan antara aspek utama kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman
belajar, serta penilaian dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

2. Bagaimana langkah-langkah pengembangan kurikulum?


Jawab :
Langkah - Langkah Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan
pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar
(selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar
(organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
· Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan
adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat (source
of society), dan konten (source of content).
· Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar
kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian
di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan
filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of
learning).
Tahap ketiga adalah merumuskan precise education atau kompetensi dasar (KD).

2. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar (selection of


learning eeriences)
Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam
pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan
landasan psikologi belajar (psychology of learning). Pengalaman belajar merupakan
bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru
untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus
dialami siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek
belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan adalah
apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh guru. Dalam merancang dan
menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga memperhatikan psikologi belajar.
Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip tersebut
adalah :
Pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai,
Pengalaman belajar harus cukup sehingga siswa memperoleh kepuasan dari
pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan oleh sasaran hasil, Reaksi
yang diinginkan dalam pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk
mengalaminya (terlibat), Pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang sama, dan Pengalaman belajar yang sama
akan memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).
3. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of learning
experiences)
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik
untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal
penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang
pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat.
Pengorganisasian kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Oleh karena itu kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan
waktu yang tepat untuk mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan
keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.
4. Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum
Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah
proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan
untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial
dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat
keputusan , sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar
pengambilan keputusan.
Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset. Tipe-tipe
evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedagkan tipe-tipe riset adalah
aksi, deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum
menggunakan evaluasi formatif (proses atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome
atau produk).
Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model Saylor, Alexander, dan Lewis,
dan model CIPP yang didesain oleh Phi Delta Kappa National Study Committee on
Evaluation yang diketuai Daniel L. Stufflebeam.
Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima komponen kurikulum
yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan objectives), program pendidikan
secara keseluruhan (the program of education as a totality), segmen khusus dari
program pendidikan ( the specific segments of the education program, pembelajaran
(instructional), dan program evaluasi (evaluation program). Komponen pertama,
ketiga, dan keempat mempunyai konttribusi pada komponen kedua (program
pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen kelima, program evaluasi,
disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program itu sendiri, sebab hal
ini suatu operasi idependen yang mempunyai implikasi pada proses evaluasi.
Pada model CIPP mengkombinasikan tiga langkah utama dalam proses evaluasi,
yaitu:
a. penggambaran (delineating),
b.perolehan (obtainin),
c. penyediaan (providing);
Tiga kelas perubahan yaitu homeostastis, incrementalisme, dan neomobilisme; dan
empat tipe evaluasi (konteks, input, proses, dan produk); serta empat tipe keputusan
( planning, structuring, implementing, dan recycling).
Evaluator kurikulum yang dipekerjakan oleh sistem sekolah dapat berasal dari dalam
maupun dari luar. Banyak evaluasi kurikulum dibebankan pada guru-guru di mana
mereka bekerja. Dalam mengevaluasi harus memenuhi empat standar evaluasi
yaitu:
1. utility,
2. feasibility,
3. propriety,
4. accuracy.
Evaluasi kurikulum merupakan titik kulminasi perbaikan dan pengembangan
kurikulum. Evaluasi ditempatkan pada langkah terakhir, evaluasi mengkonotasikan
akhir suatu siklus dan awal dari siklus berikutnya. Perbaikan pada siklus berikutnya
dibuat berdasarkan hasil evaluasi siklus sebelumnya.

3. Apakah tujuan pengembangan kurikulum?


Jawab :
Terdapat empat tujuan pengembangan kurikulum yang substansial: 1)
merekonstruksi kurikulum sebelumnya; 2) menginovasi; 3) beradaptasi dengan
perubahan sosial (sisi positifnya); 4) mengeksplorasi pengetahuan yang masih
tersembunyi berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan. Dari
pengembangan kurikulum harus berakar, namun harus juga berpucuk menjulang
tinggi, beranting, dan berdaun rindang. Berakar berarti tetap berpegang kepada
falsafah bangsa dan menjulang berarti mengikuti perubahan dan perkembangan
zaman.
4. Apakah tujuan penilaian dalam kurikulum?
Jawab:
Penilaian oleh pendidik merupakan suatu proses yang dilakukan melalui
langkahlangkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi
melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian kompetensi peserta didik,
pengolahan, dan pemanfaatan informasi tentang pencapaian kompetensi peserta
didik. Penilaian tersebut dilakukan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian
unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test),
penilaian projek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya
peserta didik (portofolio), dan penilaian diri.
Tujuan dari penilaian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk
ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan pengayaan.
2. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan
kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat
dalam belajar dan pencapaian hasil belajar.
3. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik ditetapkan
harian, satu semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan.
4. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan dan/atau semester berikutnya.
5. Memetakan mutu satuan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai