Anda di halaman 1dari 19

TUGAS DESAIN KURIKULUM

RUMUSAN MODEL KURIKULUM

DISUSUN OLEH :
YANI SRI RAHAYU 191100013

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
2020
LATAR BELAKANG
• Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral,
keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan
peserta didik.
• Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur
dalam rangka mendesain (design), menerapkan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
• Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang
dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.
TUJUAN

1. Menjelaskan pengertian model pengembangan kurikulum.


2. Menjelaskan berbagai jenis model pengembangan kurikulum.
3. Memenuhi tugas desain kurikulum.
PEMBAHASAN
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan
(implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran
yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan
pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).
PEMBAHASAN
Model Model Seller dan
Model
Grassroot Miller
Taba

RUMUSAN MODEL
KURIKULUM

Model Seller Evaluasi


dan Miller Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur
adipisicing elit Model
MODEL GRASS ROOTS
Model Grass Roots adalah model pengembangan kurikulum yang dimulai dari bawah.
Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan dan ide
guru-guru sebagai tim pengajar. Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatian dalam
menerapkan model pengembangan grass roots ini, yaitu:

Seringnya pertemuan
Guru harus Guru harus kelompok dalam
Guru harus terlibat penuh terlibat langsung pembahasan
memiliki dalam perbaikan dalam perumusan kurikulum yang akan
berdampak terhadap
kemampuan kurikulum dan tujuan, pemilihan pemaham guru dan
yang penyelesaian bahan, dan akan menghasilkan
professional masalah penentuan konsesus tujuan,
kurikulum evalusi prinsip, maupun
rencana-rencana
MODEL SELLER DAN MILLER

Model kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum


kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s &
Robinson). Miller Seller (1985) mendefinisikan kurikulum sebagai rangkaian
interaksi sadar (intentional interactions) yang bersifat eksplisit maupun
implicit yang didesain untuk memfasilitasi belajar siswa dan perkembangan
siswa, serta untuk memberikan arti (meaning) pada pengalaman.
MODEL SELLER DAN MILLER

Orientasi pengembangan kurikulum menurut Miller-Seller menyangkut enam aspek, yaitu:

• Tujuan • Pandanga • Pandanga • Pandanga • Konsepsi • Evaluasi


pendidik n tentang n tentang n tentang tentang belajar
an anak proses lingkunga peranan
menyang pembelaj n guru
kut arah aran
kegiatan
pendidik
an
MODEL SELLER DAN MILLER
Pengembangan kurikulum ini ada perbedaan dengan model-model sebelumnya. model pengembangan
kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan
model transaksi (Taba’s & Robinson), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:

Klarifikasi Orientasi Kurikulum

A Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologos, dan


sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan

Pengembangan Tujuan

B Tujuan pengembangan merupakan tujuan yang masih relative umum. Oleh karena itu,
perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
MODEL SELLER DAN MILLER

Identifikasi Model Mengajar

C Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi strategi


mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan
orientasi kurikulum.

implementasi

D Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan


komponenkomponen program studi, identifikasi sumber, pengembangan
professional, penetapan waktu, komunikasi, dan sistem monitoring.
MODEL TABA
Model pengembangan kurikulum Hilda Taba, sering disebut sebagai model terbalik.
Dikatakan terbalik karena model ini merupakan cara yang lazim ditempuh secara deduktif
sehingga model ini sifatnya lebih induktif.

Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan
kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai innovator dalam
pengembang kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba.
MODEL TABA
Dalam pengembangannya, model ini lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang
deduktif. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru.

Menguji unit eksperimen.

Mengadakan revisi dan konsolidasi

Pengembangan keseluruhan kurikulum (developing’ a framework)

Implementasi dan desiminasi


MODEL EVALUASI PROGRAM

 Evaluasi adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk


mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara
dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
 Sedangkan evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang
sistematis tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu
objek.
MODEL EVALUASI PROGRAM

Ada banyak model evaluasi program yang dikembangkan oleh para


ahli yang dapat dipakai untuk mengevaluasi program. Model-model
tersebut di antaranya : Discrepancy Model (Provus), CIPP Model
(Daniel Stufflebeam’s), Responsive Evaluation Model (Robert
Stake’s), FormativeSumatif Evaluation Model (Michael Scriven’s),
Measurement Model (Edward L. Thorndike dan Robert L. Ebel),
dan Goal-Free Evaluation Approach (Michael Scriven’s).
MODEL EVALUASI PROGRAM
Discrepancy Model (Provus)
Evaluasi model kesenjangan (discrepancy model) menurut Provus (dalam Fernandes, 1984) adalah untuk
mengetahui tingkat kesesuaian antara baku (standard) yang sudah ditentukan dalam program dengan
kinerja (performance) sesungguhnya dari program tersebut.

CIPP Model (Daniel Stufflebeam’s)


Evaluasi konteks (context) dimaksud untuk menilai kebutuhan, masalah, aset dan peluang, evaluasi masukan (input)
dilaksanakan untuk menilai alternatif pendekatan, rencana tindak, rencana staf dan pembiayaan bagi kelangsungan
program, evaluasi proses (process) ditujukan untuk menilai implementasi dari rencana yang telah ditetapkan, evaluasi
hasil (product) dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menilai hasil yang dicapai
MODEL EVALUASI PROGRAM
Responsive Evaluation Model (Robert Stake’s)
Model ini juga menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi tidak diartikan
sebagai pengukuran melainkan pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai
perspektif orang- orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program.

Formative-Sumatif Evaluation Model (Michael Scriven’s)

Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu


memperbaiki program. Evaluasi formatif dilaksanakan pada saat implementasi
program sedang berjalan.
MODEL EVALUASI PROGRAM
Measurement Model (Edward L. Thorndike dan Robert L. Ebel)

Model pengukuran (measurement model) banyak mengemukakan pemikiran- pemikiran


dari R Edward L. Thorndike dan Robert L. Ebel. Sesuai dengan namanya, model ini sangat
menitikberatkan pada kegiatan pengukuran.

Goal-Free Evaluation Approach (Michael Scriven’s)


Model evaluasi bebas tujuan maksudnya, bahwa para evaluator atau penilai mengambil
dari berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan
pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan pelatihan.
KESIMPULAN
Ada beberapa model pengembangan kurikulum seperti Grassroot, Seller dan Miller, Taba, masing-
masing dari model pengembangan kurikulum memiliki karakteristik yang sama, yang mengacu berbasis pada
tujuan yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata
pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan
sosial.

Kegiatan penilaian dalam evaluasi program tidak hanya dilaksanakan pada akhir kegiatan program,
tetapi sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu dari penyususnan rancangan program, pelaksanaan program dan
hasil dari program tersebut. Penilaian hasil program tidak cukup hanya pada hasil jangka pendek (output)
tetapi dapat menjangkau hasil dalam jangka panjang (outcome and impact program). Berbagai model
evaluasi tersebut dapat digunakan tergantung kepada tujuan evaluasi yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai