Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No.

1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

SINTESA UNSUR-UNSUR SPIRITUALITAS, BUDAYA, DAN


KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BALI DALAM MATERI KULIAH
AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Oleh:
Putu Sukma Kurniawan
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha
putusukma1989@gmail.com

Abstrak

Pendidikan dan pengajaran akuntansi bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang nantinya
akan bekerja pada profesi akuntansi. Diharapkan nantinya lulusan yang dihasilkan tidak hanya
memiliki kemampuan teknis dan profesional yang baik, tetapi juga memiliki kepribadian dan
karakter yang baik. Kualitas pendidikan dan pengajaran akuntansi akan menentukan kualitas
lulusan yang dihasilkan. Memasukkan unsur-unsur spiritualitas, budaya, dan kearifan lokal
seperti konsep tri hita karana, catur purusa artha, manyama braya, paras paros, dan sagilig
sagulug salunglung sabyantaka dalam pendidikan dan pengajaran akuntansi khususnya dalam
mata kuliah akuntansi sosial dan lingkungan diharapkan dapat membantu untuk menghasilkan
lulusan akuntansi yang memiliki kepribadian dan karakter yang baik.
Kata kunci: spiritualitas, budaya, kearifan lokal, akuntansi sosial dan lingkungan

Abstract

Accounting education aims to produce graduates who will be working on the accounting
profession. Expected later graduates produced not only have the technical ability and a good
professional, but also have a good personality and good character. The quality of accounting
education will determine the quality of graduates produced. Incorporating elements of
spirituality, culture and local wisdom likes tri hita karana, catur purusa artha, manyama
braya, paras paros, and sagilig sagulug salunglung sabyantaka concepts in accounting
education especially in social and environmental accounting can help to produce accounting
graduates who have good personality and good character.
Keywords: spirituality, culture, local wisdom, social and environmental accounting

PENDAHULUAN yang semakin cepat adalah munculnya


Akuntansi saat ini telah memasuki konsep akuntansi sosial dan lingkungan
dimensi internasional. Internasionalisasi (social and environmental accounting).
dalam akuntansi terjadi karena dunia bisnis Akuntansi sosial dan lingkungan merupakan
dan ekonomi yang semakin global. Tidak perubahan paradigma dari akuntansi
dapat dipungkiri bahwa ketika semua konvensional. Akuntansi sosial dan
dimensi dunia bisnis dan ekonomi lingkungan memasukkan dimensi sosial dan
mengglobal, akuntansi pun ikut masuk lingkungan ke dalam pencatatan akuntansi.
dalam dimensi internasional. Hal ini Hasil akhirnya adalah akuntansi sosial dan
dikarenakan akuntansi adalah bagian dari lingkungan berpusat tidak hanya pada
dunia bisnis dan ekonomi. Konsep baru indikator ekonomi yang dicapai perusahaan,
dalam ilmu akuntansi yang muncul akibat tetapi juga memikirkan dampak sosial dan
globalisasi dan perkembangan dunia bisnis lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan
74
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

perusahaan. Adanya globalisasi dalam sistem pendidikan akuntansi sekarang adalah


akuntansi tidak hanya menyebabkan sekularisme (paham yang membuat
perkembangan yang baru dalam konsep- akuntansi terlepas dari nilai spiritualitas) dan
konsep ilmu akuntansi tetapi juga paham liberal barat (Mulawarman, 2008).
menimbulkan perubahan dalam dimensi Sylvia (2014) menyatakan bahwa nilai-nilai
pendidikan dan pengajaran akuntansi, pada era modernitas, seperti kapitalisme,
khususnya di tingkat perguruan tinggi. materialisme, individualisme, dan
Konsep pendidikan dan pengajaran sekularisme terbawa juga ke dalam
akuntansi saat ini telah berkembang dengan akuntansi. Mulawarman (2012) berpendapat
cepat. Materi pendidikan dan pengajaran bahwa pendidikan akuntansi yang diajarkan
akuntansi saat ini merujuk pada materi dalam sistem pendidikan di Indonesia
pendidikan akuntansi pada universitas- seharusnya sesuai dengan nilai-nilai dan jati
universitas ternama di luar negeri, diri bangsa, yaitu Pancasila.
khususnya dari Amerika Serikat. Akibatnya Pendidikan dan pengajaran akuntansi
akuntansi Amerikalah yang berkembang yang dilakukan bertujuan untuk menyiapkan
sampai munculnya ide penyeragaman mahasiswa agar memiliki kemampuan dan
praktek akuntansi internasional (Sylvia, kompetensi yang baik dalam bidang
2014). Materi perkuliahan, rujukan referensi, akuntansi. Diharapkan nantinya lulusan yang
dan tata cara perkuliahan lebih menjadi dihasilkan tidak hanya memiliki kemampuan
bersifat internasional. Dampak dari adanya teknis dan profesional yang baik, tetapi juga
hal ini adalah pendidikan dan pengajaran memiliki kepribadian dan karakter yang
akuntansi akan disampaikan dengan cara baik. Kepribadian dan karakter yang baik,
yang tidak sesuai dengan kondisi misalnya bersikap profesional, jujur dalam
mahasiswa. Artinya ketika materi melaksanakan tugas, cermat, dan memiliki
perkuliahan, rujukan referensi, dan tata cara rasa welas asih. Efferin (2015) berpendapat
perkuliahan disampaikan dengan praktek bahwa saat ini belum banyak kurikulum
atau cara yang tidak sesuai dengan kondisi pendidikan tinggi akuntansi yang mencoba
lingkungan mahasiswa, maka materi untuk memasukkan unsur spiritual dan
perkuliahan akan sulit diterima oleh kearifan lokal dalam setiap mata kuliah
mahasiswa. Terlebih lagi istilah-istilah akuntansi. Dampaknya adalah praktek
dalam akuntansi kini lebih banyak akuntansi hanya dipandang sebagai
menggunakan Bahasa Inggris dalam buku keterampilan teknis semata dan tidak
teks asli sehingga mahasiswa cukup sulit memerlukan unsur-unsur nurani dalam
memahami hal tersebut. Sylvia (2014) dalam pelaksanaan praktek akuntansi tersebut
tulisannya secara khusus menyampaikan (Efferin, 2015). Molisa (2011) berpendapat
bahwa penggunaan istilah Bahasa Inggris bahwa penelitian mengenai pendidikan
dalam akuntansi dapat menimbulkan akuntansi dianggap kurang mendidik
perbedaan penafsiran antara akademisi sehingga mengakibatkan banyak profesi
dengan praktisi. Hal ini sejalan dengan akuntansi tidak mampu menyesuaikan diri
pendapat Mulawarman (2008) yang dengan lingkungan bisnis yang terus
berpendapat bahwa sistem pendidikan berkembang. Boyce (2008) menjelaskan
akuntansi yang saat ini berkembang di bahwa pemahaman akuntansi tidak cukup
Indonesia telah lepas dari realitas hanya dengan memasukkan nilai-nilai etis
masyarakat Indonesia karena sistem saja tetap juga harus dimasukkan dimensi-
pendidikan akuntansi yang sekarang dimensi sosial, politik, etis dan lingkungan
diadopsi langsung dari luar negeri tanpa di mana isu-isu akuntansi itu berkembang.
disesuaikan dengan kondisi pendidikan di Jika pendidikan akuntansi hanya
Indonesia. Nilai-nilai yang melekat pada mengutamakan rasionalitas belaka tanpa
75
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

mengandung unsur-unsur spiritual, maka unsur spiritualitas, budaya, dan kearifan


lulusan akuntansi nantinya akan bercirikan lokal dengan beberapa pertimbangan, yaitu
rasionalitas, egois, apatis, tidak peka pada (1) konsep akuntansi sosial dan lingkungan
lingkungan sekitar, dan miskin nilai muncul sebagai jawaban atas tuntutan
spiritualitas (Kamayanti, 2012). adanya kerusakan sosial dan lingkungan
Diperlukan teknik atau cara baru agar yang disebabkan oleh aktivitas bisnis
mahasiswa bisa lebih mudah memahami perusahaan dan (2) materi-materi dalam
materi akuntansi yang telah bersifat mata kuliah akuntansi sosial dan lingkungan
internasional. Salah satu cara yang dapat dapat dimasukkan unsur-unsur spiritualitas,
dipergunakan adalah memberikan materi budaya, dan kearifan lokal masyarakat Bali
pendidikan dan pengajaran akuntansi dengan yang memang sebagian besar mengandung
disertai unsur-unsur spiritual, unsur-unsur nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan
budaya, dan kearifan lokal (local wisdom) lingkungan. Diharapkan dengan lebih
yang telah dipahami oleh mahasiswa. Saat banyak memasukkan unsur-unsur spiritual,
ini belum banyak kurikulum pendidikan budaya, dan kearifan lokal akan membantu
tinggi khususnya akuntansi yang secara menghasilkan lulusan akuntansi yang tidak
khusus berusaha untuk memasukkan materi- hanya memiliki keterampilan teknis yang
materi mengenai kearifan lokal dalam mata baik, tetapi juga memiliki karakter dan
kuliah akuntansi (Efferin, 2015). Materi kepribadian yang baik.
mengenai spiritualitas dan budi pekerti
dianggap sebagai bagian yang tidak integral Unsur Spiritualitas, Budaya, dan
dalam materi akuntansi. Efferin (2015) Kearifan Lokal dalam Pendidikan
berpendapat bahwa perlu adanya usaha Akuntansi
untuk mendekatkan kearifan lokal (local Sukarsa (2010) berpendapat bahwa
wisdom) dengan akuntansi sehingga praktek- konsep ekonomi selama ini hanya
praktek akuntansi dapat berkembang dan memasukkan manusia sebagai homo
memiliki manfaat untuk kesejahteraan sosial economicus yang menyatakan bahwa
jangka panjang. Kearifan lokal mengandung manusia harus menerapkan prinsip ekonomi
nilai-nilai sosial dan budaya yang tidak dengan cara meminimalkan sumber daya
hanya dapat meningkatkan kecerdasan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
peserta didik tetapi juga dapat meningkatkan Akibat sifat ini maka akan muncul
nilai moralitas dan etika peserta didik. keserakahan dalam bisnis. Pelaku bisnis
Akuntansi pada dasarnya membawa nilai- tidak hanya berpatokan pada laba yang akan
nilai etika, moral, spiritualitas namun nilai- didapat tetapi juga harus memikirkan
nilai ini sering diabaikan karena kita terlalu dampak sosial dan dampak lingkungan dari
mendewakan rasionalitas dan intelektualitas kegiatan bisnis yang mereka lakukan.
(Sylvia, 2014). Nilai-nilai karakter dan Memasukkan dimensi spiritualitas dalam
sosial harus dimasukkan ke dalam bisnis bertujuan agar bisnis semakin
pendidikan agar peserta didik dapat bermanfaat bagi peradaban. Sukarsa (2010)
menghayati dan memahami nilai-nilai moral mengedapankan istilah homospiritual bagi
kemanusiaan (Aufin, 2014). manusia dalam menjalankan bisnis yang
Tulisan ini mencoba untuk memasukkan mengedepankan nilai-nilai etika dalam
atau mensintesakan unsur-unsur spiritualitas, berbisnis. Bisnis seringkali dijalankan
budaya, dan kearifan lokal, khususnya yang dengan menghalalkan segala cara agar laba
dimiliki oleh masyarakat Bali dalam materi yang didapatkan perusahaan semakin besar
kuliah akuntansi sosial dan lingkungan. (Ghani, 2006). Harus disadari bahwa pelaku
Mata kuliah akuntansi sosial dan lingkungan dalam bisnis adalah manusia itu sendiri
dipilih untuk disintesakan dengan unsur- sehingga seringkali bisnis tersebut
76
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

dijalankan dengan cara yang tidak baik tidak hanya bertanggung jawab secara
(persaingan yang tidak sehat, ketidakjujuran, hubungan bisnis kepada pihak tertentu,
dan kecurangan). tetapi juga memiliki tanggung jawab moral
Mulawarman dan Ludigdo (2010) kepada masyarakat dan lingkungan.
berpendapat bahwa perilaku etis yang Moralitas yang disertai dengan integrasi
dimiliki oleh mahasiswa tidak cukup untuk nilai-nilai spiritual akan dapat mencerahkan
mengantarkan mahasiswa menjadi akuntan mahasiswa menuju cinta Allah
yang profesional tetapi akuntansi harus (Mahabbatullah) (Mulawarman dan
dipahami sebagai ilmu dan nilai. Etika yang Ludigdo, 2010).
tinggi dalam menjalankan profesi akan
membuat setiap orang yang terlibat dalam Unsur Spiritualitas, Budaya, dan
profesi akuntansi menjadi disegani. Secara Kearifan Lokal Masyarakat Bali
tidak langsung hal ini akan membawa Unsur-unsur spiritualitas dalam
profesi akuntansi ke tingkat yang lebih masyarakat Bali sangat memperhatikan atau
terhormat. Sulistiyo (2012) berpendapat memfokuskan pada keadaan alam. Ini sangat
bahwa banyaknya skandal akuntansi dan sesuai dengan filosofi ketimuran yang
manipulasi laporan keuangan serta mengagungkan alam karena telah
rendahnya kepedulian perusahaan terhadap memberikan berkah kepada manusia.
tanggung jawab sosial dan lingkungan Penghormatan-penghormatan kepada bagian
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan alam sangat ditekankan pada nilai-nilai
dari sisi pelaku akuntansi. Dari pendapat spiritual masyarakat Bali. Ini adalah bentuk
Sulistiyo (2012) kita dapat menyimpulkan sederhana dari unsur spiritualitas yang
bahwa kecurangan-kecurangan yang terjadi terdapat dalam masyarakat Bali. Kearifan
dalam akuntansi lebih banyak disebabkan lokal suatu daerah dapat berasal dari
oleh pelaku akuntansi tersebut. Akuntansi pengetahuan lokal (local knowledgement)
sudah diciptakan sedemikian baiknya tetapi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut atau
ketika yang menggunakan akuntansi tersebut tradisi yang sudah berjalan lama di daerah
hanya berdasar kepentingannya semata, tersebut. Karakteristik dari kearifan lokal
maka akuntansi pun akan dipergunakan adalah bahwa kearifan lokal tersebut harus
untuk kepentingan satu kelompok saja. mengajarkan mengenai nilai-nilai etika dan
Calon-calon pelaku akuntansi (mahasiswa) moral dan ajaran-ajaran kearifan lokal harus
harus menyadari hal ini dan sudah dapat mengajarkan untuk mencintai alam
seharusnya pendidikan akuntansi dan lingkungan. Masyarakat Bali juga
memberikan pemahaman bahwa etika dan memiliki beberapa konsep kearifan lokal
moralitas sangat diperlukan dalam profesi yang sudah dianut selama ratusan tahun.
akuntansi. Salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh
Mulawarman (2008) berpendapat bahwa masyarakat Bali, yaitu konsep tri hita
tujuan dari pendidikan akuntansi adalah karana, konsep manyama braya (hubungan
memberikan nilai “cinta yang melampaui” kekeluargaan), konsep paras paros, dan
pada mahasiswa dalam bentuk konsep sagilig sagulug salunglung
keseimbangan antara akuntabilitas dan sabyantaka. Sebagian besar nilai-nilai dalam
moralitas. Pada titik ini maka diharapkan konsep kearifan lokal masyarakat Bali
lulusan akuntansi nantinya memiliki adalah nilai-nilai etika, sosial, dan
pertanggungjawaban moral tidak hanya kepedulian terhadap alam dan lingkungan.
kepada pemilik perusahaan atau investor Konsep tri hita karana merupakan
saja, tetapi juga kepada masyarakat sosial sebuah konsep spiritual dan konsep kearifan
dan lingkungan. Pada akhirnya orang-orang lokal masyarakat Bali yang bertujuan untuk
yang berkecimpung dalam profesi akuntansi membentuk keselasaran hidup manusia.
77
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

Kata tri hita karana berasal dari bahasa saja yang diajarkan dalam mata kuliah
sanskerta yang terdiri dari tiga kata, yaitu akuntansi sosial dan lingkungan tersebut.
“tri” yang berarti tiga, “hita” yang berarti Proses wawancara dilakukan juga untuk
kebaikan atau kemuliaan, dan “karana” yang mengetahui apakah para pengajar sudah
berarti penyebab sehingga secara umum memasukkan materi unsur-unsur spiritual,
pengertian dari tri hita karana adalah tiga budaya, dan kearifan lokal dalam materi
hal atau tiga penyebab yang mengakibatkan mata kuliah akuntansi sosial dan lingkungan.
kehidupan manusia menjadi baik atau Wawancara juga dilakukan untuk
bahagia. Konsep tri hita karana terdiri dari mengetahui bagaimana respon pengajar
konsep parahyangan (hubungan manusia mengenai proses pembelajaran akuntansi
dengan Tuhan (kata hyang berarti suci)), sosial dan lingkungan yang disertai dengan
konsep pawongan (hubungan manusia memasukkan unsur-unsur spiritual, budaya,
dengan manusia (kata wong berarti dan kearifan lokal. Penelitian konseptual ini
manusia)), dan konsep palemahan dilakukan di jurusan akuntansi program S1
(hubungan manusia dengan lingkungan atau Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja,
alam). Ajaran utama dari konsep tri hita Bali. Penelitian konseptual ini dilakukan di
karana adalah bagaimana agar manusia jurusan akuntansi program S1 Universitas
mencapai keseimbangan dan keselarasan Pendidikan Ganesha untuk mengetahui
hidup. Menurut konsep tri hita karana, bagaimana proses pembelajaran akuntansi
keseimbangan dan keselarasan hidup akan sosial dan lingkungan yang memasukkan
tercapai jika manusia menjalin hubungan unsur-unsur spiritual, budaya, dan kearifan
yang baik dengan Tuhan, menjalin hubungan lokal khas daerah Bali.
baik dengan sesama manusia, dan menjalin
hubungan baik dengan lingkungan atau HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-
alam. HASAN
Gambaran Umum Materi Kuliah
METODE PENELITIAN Akuntansi Sosial dan Lingkungan pada
Penelitian ini merupakan penelitian Jurusan Akuntansi Program S1
konseptual yang bertujuan untuk Universitas Pendidikan Ganesha
mensintesakan unsur-unsur spiritualitas, Standar kompetensi dari mata kuliah ini
budaya, dan kearifan lokal dalam materi adalah diharapkan mahasiswa memahami
kuliah akuntansi sosial dan lingkungan. dan mampu mengaplikasikan konsep dasar
Pengumpulan data dalam penelitian ini akuntansi sosial dan lingkungan, konsep
selain ditentukan berdasarkan informasi dasar corporate social responsibility dan
pribadi yang dimiliki oleh penulis juga dapat menjelaskan serta membuat komponen
ditentukan berdasarkan dokumen-dokumen laporan keberlanjutan perusahaan dalam
yang berisi mengenai materi pembelajaran bentuk laporan keberlanjutan perusahaan.
mata kuliah akuntansi sosial dan lingkungan Sebaran materi yang disampaikan berikut ini
(silabus dan satuan acara perkuliahan) dan merupakan materi yang terdapat dalam
dosen yang mengampu mata kuliah tersebut. silabus mata kuliah akuntansi sosial dan
Observasi dilakukan untuk melihat lingkungan. Berikut adalah sebaran materi
bagaimana para pengajar menyampaikan yang diajarkan pada setiap pertemuan:
materi kuliah akuntansi sosial dan
lingkungan. Observasi juga dilakukan untuk
melihat teknik atau cara pengajar
menyampaikan materi kuliah akuntansi
sosial dan lingkungan dan materi-materi apa

78
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

Pertemuan Materi Pokok


Ke-
1 Konsep dasar akuntansi sosial dan lingkungan dan sejarah munculnya
akuntansi sosial dan lingkungan
2 Konsep dasar, ruang lingkup, dan prinsip tanggung jawab sosial perusahaan/
corporate social responsibility (CSR)
3 Konteks keberlanjutan dalam bisnis, green business, green economy, dan green
accounting
4 Rerangka pelaporan Global Reporting Initiative (GRI), prinsip-prinsip
pelaporan, dan standar pengungkapan
5 Indikator kinerja ekonomi perusahaan
6 Indikator kinerja sosial perusahaan
7 Indikator kinerja lingkungan perusahaan
8 Ujian tengah semester
9 Konsep laporan berkelanjutan (sustainability report)
10 Unsur-unsur laporan berkelanjutan pada industri manufaktur
11 Unsur-unsur laporan berkelanjutan pada industri pertambangan
12 Unsur-unsur laporan berkelanjutan pada industri perbankan
13 Diskusi laporan berkelanjutan perusahaan pada industri manufaktur
14 Diskusi laporan berkelanjutan perusahaan pada industri pertambangan
15 Diskusi laporan berkelanjutan perusahaan pada industri perbankan
16 Ujian akhir semester

Berdasarkan sebaran mata kuliah ini, Sintesa Unsur-Unsur Spiritualitas,


kita dapat melihat bahwa secara garis besar Budaya, dan Kearifan Lokal dalam
materi mata kuliah akuntansi sosial dan Konsep Dasar Mata Kuliah Akuntansi
lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu Sosial dan Lingkungan
pemahaman konsep dan aplikasi dari Jika materi konsep dasar akuntansi sosial
konsep. Pemahaman konsep ditekankan dan lingkungan dikaitkan dengan unsur-
pada pertemuan 1 sampai 7 dan pertemuan 9 unsur spiritualitas, budaya, dan kearifan
sampai 12. Aplikasi dari konsep ditekankan lokal maka akan sesuai dengan konsep
pada pertemuan 13 sampai 15. Metode kearifan lokal tri hita karana. Konsep
pembelajaran yang dilakukan di kelas adalah kearifan lokal tri hita karana mengajarkan
metode presentasi dan diskusi. Setiap bahwa manusia harus mencapai
mahasiswa akan membentuk kelompok dan keseimbangan secara spiritual
menyajikan materi yang didapat kelompok (parahyangan), keseimbangan secara sosial
tersebut di depan kelas. Metode presentasi (pawongan), dan keseimbangan dengan
dilakukan saat membahas materi-materi alam (palemahan). Konsep triple bottom
kuliah yang berkaitan dengan konsep-konsep lines juga secara tegas memberikan
akuntansi sosial dan lingkungan. Metode pemahaman bahwa perusahaan dalam
diskusi dilakukan saat membahas materi- menjalankan usahanya tidak hanya harus
materi aplikasi konsep, khususnya pada saat terfokus pada keuntungan semata (profit),
mahasiswa diminta untuk membuat laporan tetapi juga harus memikirkan dampak dari
berkelanjutan perusahaan. usaha perusahaan pada lingkungan sosial
(people) dan lingkungan alam di sekitar
perusahaan (planet). Nuryaman (2013)
berpendapat bahwa konsep people dalam
kegiatan sosial perusahaan berarti bahwa
79
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

entitas bisnis harus bertanggung jawab sebagai manusia. Manusia harus bisa
terhadap kesejahteraan sosial (social menggunakan kama (keinginan) untuk
welfare) stakeholders perusahaan, konsep mendapatkan artha (tujuan hidup yang
profit diartikan bahwa perusahaan tidak dalam konteks ini diartikan sebagai harta)
hanya mengejar keuntungan perusahaan dengan berlandaskan dharma (kebaikan)
semata tapi juga harus memberikan agar mendapatkan moksha (pembebasan dari
kemajuan kepada semua stakeholders kehidupan duniawi). Jika dilihat secara
perusahaan, dan konsep planet yang sepintas maka orang awam mungkin akan
diartikan bahwa perusahaan harus bijak mengartikan bahwa tujuan hidup manusia
dalam mengelola sumber daya alam. sesuai ajaran Agama Hindu adalah mencari
Berdasarkan pemahaman ini maka sintesa artha (harta). Konsep inti dari catur purusa
konsep tri hita karana pada konsep artha mengajarkan bahwa manusia harus
akuntansi sosial dan lingkungan adalah mencari artha bukan sebagai tujuan utama
unsur dalam triple bottom lines yang tetapi hanya sebagai sarana untuk mencapai
menyatakan bahwa perusahaan harus tujuan yang sebenarnya. Tujuan yang
memikirkan juga lingkungan sosial (people) sebenarnya dalam Agama Hindu adalah
dan lingkungan alam (planet) dalam untuk mencapai moksha (jiwa manusia
aktivitas perusahaan adalah sama dengan menyatu dengan jiwa Brahman (Tuhan))
konsep bahwa manusia harus mencapai dalam hal ini bahwa manusia sudah
keseimbangan sosial (pawongan) dan mencapai pembebasan yang sejati. Harta
keseimbangan dengan alam (palemahan) hanya sebagai sarana untuk menjalani hidup
dalam konsep tri hita karana. Dengan dan harta dapat pula dipergunakan untuk
sintesa konsep ini maka pemberian materi membantu orang lain. Jadi dalam pengertian
konsep akuntansi sosial dan lingkungan di yang sebenarnya tujuan hidup manusia
kelas dapat ditekankan bahwa konsep triple bukanlah untuk mencari harta. Konsep inti
bottom lines secara garis besar sama dengan berikutnya dari catur purusa artha adalah
konsep tri hita karana. bahwa dalam mencari artha (harta) manusia
Unsur spiritual dari masyarakat Bali harus berlandaskan dengan dharma
mengenal konsep catur purusa artha yang (kebaikan). Manusia tidak diperbolehkan
terdiri dari 4 bagian, yaitu dharma untuk menggunakan cara-cara yang tidak
(kebaikan), artha (harta), kama (keinginan), baik dalam mencari harta. Kebaikan harus
dan moksha (kebebasan dari duniawi). Kata menjadi dasar dalam segala perbuatan
catur purusa artha berasal dari bahasa manusia dalam hidupnya. Jika kita
sanskerta yang memiliki arti, yaitu catur sintesakan konsep catur purusa artha ini ke
berarti empat, purusa berarti hidup, dan dalam konsep akuntansi sosial dan
artha berarti tujuan. Secara keseluruhan lingkungan maka dapat diartikan bahwa
catur purusa artha berarti empat tujuan perusahaan dalam mencapai laba (profit atau
hidup sebagai manusia. Tujuan hidup artha) harus dilandasi dengan cara-cara yang
manusia sebagaimana dinyatakan dalam baik (dharma). Perusahaan harus menyadari
sebuah sloka “dharma, artha, kama, bahwa yang diuntungkan dari kegiatan
moksana sarira sadhanam” yang berarti perusahaan bukanlah hanya manajemen dan
bahwa badan yang disebut sarira hanya pemegang saham saja, tetapi semua
boleh dipergunakan sebagai alat untuk stakeholder baik di internal maupun
mencapai kebaikan, harta, keinginan, dan eksternal perusahaan juga harus dapat
pembebasan duniawi. Dari konsep catur menikmati keuntungan yang didapatkan oleh
purusa artha ini kita dapat melihat bahwa perusahaan. Ini dapat diartikan bahwa tujuan
Agama Hindu mengajarkan bahwa manusia perusahaan tidak hanya untuk
dalam hidupnya harus memiliki tujuan menguntungkan manajemen dan pemegang
80
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

saham tetapi unsur sosial dan lingkungan di tambah kepada lingkungan sosial) dengan
sekitar perusahaan juga harus mendapatkan laporan laba rugi yang memasukkan faktor
keuntungan. Perusahaan akan memberikan nilai tambah kepada lingkungan sosial dan
manfaat yang lebih luas kepada semua unsur lingkungan alam. Pada dasarnya konsep
baik yang ada di dalam maupun di luar inipun sama dengan arti dari konsep triple
perusahaan (moksha). Manajemen bottom lines dimana perusahaan harus
perusahaan tidak boleh menggunakan memikirkan faktor sosial dan lingkungan.
egonya (kama) hanya untuk kepentingan Jika kita melihat pembahasan sintesa ini
manajemen dan pemegang saham saja. sebenarnya merupakan bukti bahwa nilai
Manajemen perusahaan harus menyadari atau konsep dari akuntansi sosial dan
bahwa banyak unsur sosial dan lingkungan lingkungan mengandung nilai-nilai universal
yang telah membantu aktivitas perusahaan. yang dianut juga oleh ajaran agama dan
Berdasarkan teori enterprise maka pada berlaku dalam kehidupan manusia.
dasarnya income atau keberhasilan lain yang
diperoleh perusahaan bukan hanya usaha Gambaran Umum Materi Kuliah
dari manajemen perusahaan saja tetapi Akuntansi Sosial dan Lingkungan dengan
terdapat juga dukungan dari lingkungan Sintesa Unsur-Unsur Spiritualitas,
sosial yang ada di luar perusahaan, misalnya Budaya, dan Kearifan Lokal
dukungan dari pemerintah dan masyarakat Tujuan dari penulisan artikel ini adalah
(konsumen). Berdasarkan pemahaman ini untuk menemukan komposisi materi kuliah
maka dalam teori enterprise, lingkungan akuntansi sosial dan lingkungan yang
sosial lebih berkuasa dan lebih kuat disertai dengan sintesa unsur-unsur
dibandingkan dengan pemegang saham spiritualitas, budaya, dan kearifan lokal
perusahaan (Soetedjo, 2009). Soetedjo masyarakat Bali. Komposisi tersebut akan
(2009) dalam bukunya memberikan contoh dibentuk dalam materi perkuliahan setiap
perbandingan antara laporan laba rugi pertemuan.
konvensional (tidak memasukkan nilai

Pertemuan Materi Pokok


Ke-
1 Sejarah dan konsep dasar akuntansi sosial dan lingkungan dan hubungannya
dengan konsep spiritualitas catur purusa artha dan tri hita karana
2 Konsep, prinsip, dan ruang lingkup corporate social responsibility sebagai
perwujudan konsep tri hita karana dan manyama braya dalam bisnis
3 Konteks keberlanjutan dalam bisnis, green business, green economy, dan
green accounting : perwujudan konsep palemahan sebagai bagian dari
konsep tri hita karana
4 Rerangka pelaporan Global Reporting Initiative (GRI), prinsip-prinsip
pelaporan, dan standar pengungkapan
5 Indikator kinerja ekonomi perusahaan : tinjauan dari konsep spiritual catur
purusa artha
6 Indikator kinerja sosial perusahaan dan hubungannya dengan konsep kearifan
lokal manyama braya, paras paros, dan sagilig sagulug salunglung
sabyantaka
7 Indikator kinerja lingkungan, akuntansi air, konsep palemahan, dan filosofi
subak
8 Ujian tengah semester
81
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

9 Konsep laporan berkelanjutan (sustainability report) sebagai bentuk


akuntabilitas informasi sosial dan lingkungan perusahaan
10 Unsur-unsur laporan berkelanjutan pada industri manufaktur dan
hubungannya dengan konsep spiritualitas, budaya, dan kearifan lokal
masyarakat Bali
11 Unsur-unsur laporan berkelanjutan pada industri pertambangan dan
hubungannya dengan konsep spiritualitas, budaya, dan kearifan lokal
masyarakat Bali
12 Unsur-unsur laporan berkelanjutan pada industri perbankan dan hubungannya
dengan konsep spiritualitas, budaya, dan kearifan lokal masyarakat Bali
13 Diskusi laporan berkelanjutan perusahaan pada industri manufaktur
14 Diskusi laporan berkelanjutan perusahaan pada industri pertambangan
15 Diskusi laporan berkelanjutan perusahaan pada industri perbankan
16 Ujian akhir semester

Pertemuan 1 membahas mengenai dan lingkungan di luar perusahaan.


materi konsep akuntansi sosial dan Pertemuan 6 diisi dengan membahas item-
lingkungan dan hubungannya dengan konsep item kinerja sosial pada standar GRI dan
tri hita karana dan catur purusa artha. dihubungkan dengan konsep kearifan lokal
Pertemuan 2 membahas mengenai konsep sosial masyarakat Bali. Pada pertemuan 7
tanggung jawab sosial dan dihubungkan dibahas mengenai kinerja lingkungan
dengan konsep tri hita karana dan manyama perusahaan. Pada pertemuan ini mahasiswa
braya. Pengajar dapat memberikan materi dikenalkan dengan konsep akuntansi air dan
bagaimana tanggung jawab sosial dan hubungannya dengan konsep palemahan.
lingkungan perusahaan ditinjau dari ruang Pertemuan ini dapat juga membahas nilai-
lingkup tri hita karana dan manyama braya. nilai budaya dalam sistem subak dan
Pertemuan 3 membahas konsep dihubungkan dengan kinerja lingkungan
keberlanjutan dalam bisnis dan konsep perusahaan. Pertemuan 9 membahas
turunan dalam akuntansi sosial dan mengenai laporan berkelanjutan perusahaan
lingkungan. Dalam materi ini mahasiswa sebagai bentuk transparansi dan
diharapkan dapat memahami bahwa pada akuntabilitas informasi ekonomi, sosial, dan
dasarnya konsep-konsep akuntansi sosial lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan.
dan lingkungan sesuai dengan nilai-nilai Pertemuan 10 sampai 12 diisi dengan
budaya dan kearifan lokal yang selama ini pembahasan unsur-unsur laporan
berkembang di daerah asal. Pertemuan 4 berkelanjutan perusahaan dari berbagai
membahas mengenai rerangka pelaporan, industri dan item-item dalam laporan
prinsip, dan standar dalam pengungkapan berkelanjutan itu dapat dihubungan dengan
informasi sosial dan lingkungan. Materi ini nilai-nilai spiritualitas, budaya, dan kearifan
tidak dihubungkan dengan konsep lokal masyarakat Bali. Pertemuan 13 sampai
spiritualitas, budaya, dan kearifan lokal 15 dilakukan dengan mahasiswa diminta
karena yang dibahas adalah standar menyusun laporan berkelanjutan perusahaan
pengungkapan yang masih bersifat yang berisi aspek kinerja ekonomi, kinerja
internasional. Pertemuan 5 membahas sosial, dan kinerja lingkungan yang sesuai
mengenai aspek kinerja ekonomi perusahaan dengan standar GRI dan harus berisi nilai-
ditinjau dari konsep catur purusa artha. nilai atau konsep spiritual, budaya, dan
Pada materi ini mahasiswa diharapkan dapat kearifan lokal yang dipahami oleh
memahami bahwa perusahaan dalam mahasiswa.
mencari laba harus juga melihat aspek sosial
82
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

Kurikulum pendidikan tinggi di dalam unsur-unsur akuntansi akan membuat


Indonesia disusun berdasarkan KKNI akuntansi memiliki perhatian yang lebih
(kerangka kualifikasi nasional Indonesia) kepada semua stakeholder sehingga tidak
yang merupakan penjenjangan kompetensi lagi menjadi akuntansi yang materialistis
yang harus dimiliki oleh lulusan perguruan (Sylvia, 2014). Akuntansi yang berkembang
tinggi. KKNI disusun agar sistem di Indonesia harus menghasilkan “anak-anak
pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang akuntan” yang beretika, bernilai kebaikan,
nantinya sesuai dengan yang dibutuhkan membela rakyatnya, dan tetap berwajah asli
oleh dunia kerja. Penyusunan kurikulum Indonesia (Kusdewanti et al., 2014).
yang didasarkan pada KKNI harus Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
mencerminkan nilai-nilai yang dimiliki oleh bahwa penelitian ini bersifat konseptual dan
bangsa Indonesia, namun tetap dengan visi belum pernah diaplikasikan dalam
dan misi yang berwawasan global. Lulusan pembelajaran di kelas. Penulis menyarankan
pendidikan tinggi akuntansi harus berprinsip agar sintesa unsur-unsur spiritualitas,
seperti “pohon beringin”, dimana cabangnya budaya, dan kearifan lokal ini benar-benar
menjulang ke atas (visi dan misinya dapat diaplikasikan dalam proses
berwawasan global dan mampu bersaing di perkuliahan. Dengan kata lain materi
dunia internasional) dan akarnya tertancap mengenai unsur-unsur spiritualitas, budaya,
kuat ke bumi (memiliki nilai-nilai dan kearifan lokal dapat dimasukkan sebagai
spiritualitas, budaya, dan kearifan lokal bagian dari silabus dan satuan acara
sesuai jati diri bangsanya). Lulusan perkuliahan. Tujuan akhir dari kegiatan ini
pendidikan tinggi akuntansi harus dan kegiatan belajar mengajar pada
menjunjung dharma (kebenaran) dalam umumnya adalah membentuk lulusan
menjalankan tugasnya nanti dan dapat pendidikan tinggi akuntansi yang
bertindak berdasarkan konsep spiritualitas tri berkompeten dan berkarakter. Orang-orang
kaya parisudha (berpikir yang baik, berkata yang nantinya akan berkecimpung dalam
yang baik, dan berbuat yang baik). profesi akuntansi selain harus memiliki
kompetensi yang baik juga harus memiliki
SIMPULAN DAN SARAN nilai spiritualitas yang tinggi, moralitas yang
Sintesa unsur budaya, spiritualitas, dan baik, dan karakter yang baik sehingga tujuan
kearifan lokal dalam pendidikan akuntansi utama dari akuntansi akan dapat tercapai.
bermaksud agar akuntansi lebih “membumi”
dan mudah dipahami. Akuntansi yang lebih DAFTAR PUSTAKA
“membumi” akan membuat tujuan akuntansi Aufin, M. (2014). “Sintesa Pendidikan
tercapai. Kita harus menyadari bahwa Karakter dan Multikultural bagi
akuntansi adalah alat yang dapat Lingkungan Pendidikan Tinggi.”
dipergunakan untuk mencapai kesejahteraan Jurnal Psikologi. Volume II Nomor 2.
sosial (social welfare) atau kebahagiaan Hal 110-125
yang sebenarnya (mokshartam jagadhita).
Akuntansi tidaklah hanya akuntansi itu Boyce, G. (2008). “The Social Relevance of
sendiri tetapi di dalamnya terdapat nilai Ethics Education in a Global(ising)
politik, sosial, budaya, dan unsur lain yang Era: From Individual Dilemmas to
dapat membentuk akuntansi itu seutuhnya. Systemic Crises.” Critical
Nilai laba dalam akuntansi tidak hanya akan Perspectives on Accounting. Volume
dimaknai untuk kepentingan manajemen dan 19. Hal 255-290
pemegang saham saja, tetapi laba dapat
dimaknai untuk kepentingan semua Efferin, Sujoko. (2015). Prospek Penelitian
stakeholder perusahaan. Cinta yang terdapat Kritis Akuntansi Berbasis Local

83
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016
Putu Sukma Kurniawan
74 - 84

Wisdom: Belajar dari Tri Hita Karana dalam Konferensi Nasional


dan Udayana. Disajikan dalam Pendidikan Akuntansi Indonesia,
Pertemuan Masyarakat Akuntansi Malang, 18-20 April 2012
Multiparadigma Indonesia (TEMAN
3), Universitas Udayana, Denpasar, Mulawarman, A. D. & U. Ludigdo. (2010).
26-27 Maret 2015 Metamorfosis Kesadaran Etis Holistik
Mahasiswa Akuntansi (Implementasi
Ghani, M.A. (2006). The Spirituality in Pembelajaran Etika Bisnis dan Profesi
Business – Pencerahan Hati Bagi Berbasis Integrasi IESQ). Simposium
Pelaku Usaha. Jakarta: Penerbit Pena Nasional Akuntansi XIII Purwekerto.

Kamayanti, A. (2012). Developing Nuryaman. (2013). The Effect of Corporate


Conscious Accounting Educators: A Social Responsibility Activities on
Theatrical Perspective. Tesis tidak Profitability and Stock Price (Studies
Dipublikasikan. Universitas on The Companies Listed on
Brawijaya, Malang Indonesia Stock Exchange). 4th
International Conference on Business
Kusdewanti, A.I., A.R. Setiawan, A. and Economic Research (4th ICBER
Kamayanti, & A. D. Mulawarman. 2013) Proceeding: 756-769
(2014). “Akuntansi Bantengan:
Perlawanan Akuntansi Indonesia Soetedjo, S. (2009). Pembahasan Pokok-
Melalui Metafora Bantengan dan Pokok Pikiran Teori Akuntansi
Topeng Malang.” Jurnal Akuntansi Vernon Kam. Surabaya: Airlangga
Multiparadigma. Volume 5 Nomor 1. University Press
Hal 149-169
Sukarsa, (2010). Spiritual Economics dalam
Molisa, P. (2011). “A Spiritual Reflection on Era Globalisasi Ekonomi. Disajikan
Emancipation an Accounting.” dalam Seminar Regional : Ekonomi
Critical Perspectives on Accounting. Berbasis Kearifan Lokal, Universitas
Volume 22. Hal 453-484 Udayana, 11 Juni 2010

Mulawarman, A. D. (2008). “Pendidikan Sulistiyo, A.B. (2012). “Antara Seni


Akuntansi Berbasis Cinta: Lepas dari Berperang Ala Sun Tzu, Akuntansi,
Hegemoni Korporasi Menuju dan Sustainabilitas Organisasi.”
Pendidikan yang Memberdayakan dan Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan
Konsepsi Belajar yang Melampaui.” Keuangan. Volume 16 Nomor 1. Hal
Jurnal EKUITAS. Volume 12 Nomor 16-31
2. Hal 142-158
Sylvia. (2014). “Membawakan Cinta Untuk
Mulawarman, A. D. (2012). Menggugat Akuntansi.” Jurnal Akuntansi
Pendidikan Akuntansi Indonesia: Pro Multiparadigma. Volume 5 Nomor 1.
Neoliberal atau Pancasila? Disajikan Hal 139-148

84

Anda mungkin juga menyukai