Di susun oleh:
PROFESI NERS
BANDUNG
2020
KESEHATAN IBU DAN ANAK
A. Pendahuluan
Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah sebabnya pemberian
imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk
membangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari
berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya.
Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping.
Demam tinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was.
Padahal, efek samping ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin
yang dimasukkan ke dalam tubuh tengah bekerja. Namun, kita pun tidak boleh
menutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat,
bahkan berujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI disebut
"Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi"(KIPI). Menurut Komite Nasional Pengkajian
dan Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan
kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi
yang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi,
ia harus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak
terjadi adanya KIPI (reaksi cepat).
Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Pada
keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca
vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi
juga bisa diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin,
atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TEMPAT :
WAKTU : 1 x 45 Menit
2 27 Menit Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang pengertian Mendengarkan dan
Imunisasi memperhatikan
Memberikan kesempatan pada Bertanya dan
ibu untuk bertanya menjawab pertanyaan
yg diajukan
Menjelaskan tentang tujuan
pemberian imunisasi Mendengarkan dan
memperhatikan
Memberikan kesempatan pada
ibu untuk bertanya Bertanya dan
menjawab pertanyaan
Menjelaskan tentang Jadwal
yang diajukan
pemberian imunisasi
Memberikan kesempatan pada Mendengarkan dan
memperhatikan.
ibu untuk bertanya
jenis Bertanya dan
Menjelaskan tentang
menjawab pertanyaan
imunisasi yang harus diberikan.
yg diajukan
Memberikan kesempatan pada
Mendengarkan dan
ibu untuk bertanya
memperhatikan
Menjelaskan tentang efek
Bertanya dan
samping imunisasi
menjawab pertanyaan
Memberi kesempatan pada ibu yg di ajukan
bertanya.
Mendengarkan dan
memperhatikan
Bertanya dan
menjawab pertanyaan
yg di ajukan
3 13 Menit Penutup :
Menanyakan pada ibu tentang Menjawab dan
materi yang diberikan dan menjelaskan
reinforcement kepada ibu bila pertanyaan
dapat menjawab & menjelaskan Mendengarkan dan
kem bali pertanyaan/materi membalas salam
Mengucapkan terimakasih
kepada ibu-ibu
Mengucapkan salam
6. Evaluasi
a. Kriteria Proses :
1) Ibu antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Ibu konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
3) Ibu mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan
benar.
b. Kriteria Hasil :
1) Ibu mengetahui tentang pengertian Imunisasi
2) Ibu mengetahui tentang tujuan pemberian Imunisasi.
3) Ibu mengetahui tentang jadwal pemberian imunisasi
4) Ibu dapat menjelaskan jenis imunisasi yang diberikan
5) Ibu dapat menjelaskan efek samping Imunisasi.
7. Lampiran
1) Materi
2) Leaflet
3) Soal
MATERI
A. Pengertian Imunisasi
C. Jenis Imunisasi
1. Imunisasi BCG
Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan
uji tuberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk
mengetahui apakah anak telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal
imunisasi) Dan lagi, kekebalan untuk penyakit TBC tidak diturunkan dari
ibu ke anak (imunitas seluler), karena itu anak baru lahir tidak punya
kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus segera memberikan
imunisasi BCG buat anaknya.
Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1
tahun, dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.
2. Imunisasi Hepatitis B
3. Polio
Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau
yang sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang
kedua inactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes
mudah diberikan, murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga
banyak digunakan. Kalo yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal
dan tidak punya efek epidemiologis.
Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian
vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh
mendapat vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya lemah
Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang
menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.
Walaupun dapat sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena
virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil.
Di wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra-
sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-
orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar
Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi
pincang seumur hidupnya.
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf
menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar
penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan.
Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang
Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang
tua’, karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima
tahun. Di sana para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar
rumah, gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan
bahkan gereja tutup.
Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita
atau makanan dan minuan yang dicemari. Pencegahannya dengan
dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai dengan
jadwal imunisasi.
4. DTP
Deskripsi Vaksin Jerap DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid
difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah
diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat.
Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin per
dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus.
Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan
batuk rejan.
Komposisi Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang dimurnikan 40
Lf Toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang diinaktivasi
24 OU Aluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg.
Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk
menghomogenkan suspensi. Vaksin harus disuntikkan secara
intramuskuler atau secara subkutan yang dalam. Bagian anterolateral paha
atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk tempat
penyuntikkan. (Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak
direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidak boleh
disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi lokal. Satu dosis
adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan
syringe yang steril.
Di negara-negara dimana pertussis merupakan ancaman bagi bayi
muda, imunisasi DTP harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis
pertama diberikan pada usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan
dengan interval masing-masing 4 minggu.
Vaksin DTP dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang
bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV),
Hepatitis B, Hib. dan vaksin Yellow Fever.
Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan
dengan suntikan pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak pada
periode bayi baru lahir atau gejala-gejala serius keabnormalan pada saraf
merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi DTP kedua
tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami gejala-gejala parah
pada dosis pertama DTP. Komponen pertussis harus dihindarkan, dan
hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini. Untuk individu
penderita virus human immunodefficiency (HIV) baik dengan gejala
maupun tanpa gejala harus diberi imunisasi DTP sesuai dengan standar
jadual tertentu.
5. Campak
Pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah, imunisasi
polio dapat ditangguhkan.
CAMPAK Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi
demam ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi di
bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan.
HEPATITIS Reaksi yang mungkin terjadi adalah berupa nyeri pada tempat
B suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau
pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.
Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan.
F. Tempat Memperoleh Imunisasi
1. Rumah sakit
2. Puskesmas
3. BKIA/Rumah Bersalin
4. Posyandu
5. Praktek Dokter Swasta (terutama dokter spesialis anak)
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/888/1/2008v1n1-02.pdf
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15&id=4
http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/imunisasi-dan-faktor-
yangmempengaruhinya/
http://www.ictjogja.net/kesehatan/C5_1.ht
http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yangdiawajibkan-
dan-dianjurkan/
http://m.infeksi.com/articles.php?lng=en&pg=15&id=13
http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imuni
sasi.pdf
Pusdiknakes. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga Depkes RI,
Jakarta