Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PASIEN KELOLAAN APLIKASI II

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. R (67 th) DENGAN CARCINOMA MAMMAE


STADIUM III B DI RUANG BEDAH WANITA RSUP DR. M.DJAMIL PADANG

OLEH: FIRA FIRDAUSIA (1821312012)

PEMBIMBING:

1. Ns. RIKA FATMADONA, M.Kep, Sp.Kep.MB


2. Ns. LIDIA, M.Kep, Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN – UNAND
2020
BAB I

TINJAUAN TEORITIS CARCINOMA MAMMAE

A. Definisi
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari
epitel duktus maupun lobulusnya (Kemenkes, 2015). Kanker payudara bisa berawal dari
bagian berbeda pada payudara, antara lain (American Cancer Society, 2017):

 Kebanyakan kanker payudara berawal dari duktus yang membawa asi ke puting
(kanker duktal)
 Beberapa berawal dari gland tempat asi diproduksi (kanker lobulus)
 Ada beberapa tipe kanker payudara yang jarang seperti phylodes tumor dan
angiosarkoma

B. Tipe Kanker Payudara


1. Ductal carcinoma in situ
Tipe ini dikarakteristikkan dengan proliferasi sel malignan pada duktus dan lobulus,
tanpa adanya invasi pada jaringan sekitar, oleh karena itu tipe ini merupakan tipe
kanker non -invasif dan disebut sebagai kanker payudara stadium 0. Penatalaksanaan
dianjurkan untuk DCIS ini karena berpotensi berkembang menjadi kanker invasif.
BCT (breast conservation therapy) yaitu pembedahan unnutk mengangkattumor
payudara dan jaringan sekitar tumor tanpa mengangnkat bagian lain dari payudara
mungkin cocok untuk kanker jenis ini dengan lesi yang terlokalisir dan kecil ( kurang
dari 4 cm). Apabila lesi lebih luas atau lesi pada banyak bagian penatalaksanaan lebih
cocok dengan total mastektomi. Tambahan radioterapi setelah BCT tampaknya
signifikan dalam menurunkan kejadian rekuren ipsilateral

2. Invasif karsinoma
a. Karsinoma duktal infiltrat
Merupakan tipe yang umum terjadi berdasarkan tipe histologis sebanyak 80% dari
kanker payudara. Tumor ini teraba karena keras pada saat palpasi, biasanya
bermetastase ke nodus aksila. Prognosis kanker jenis ini jelek dibandingkan yang
lain
b. Karsinoma lobular infiltrat
Terjadi pada 10 – 15% kanker payudara. Tumor jenis ini terjadi sebagai
penebalan pada payudara. Lebihsering multicentric dengan area penebalan terjadi
pada beberapa titik di satu atau dua mammae.
c. Karsinoma medular
Terjadi pada 5 – 7 % kanker payudara dan tubbuh dalam kapsul di duktus. Tipe
tumor ini bisa membesar, tapi prognosisnya pada umumnya bagus, sering terjadi
pada waita yang lebih muda dibawah 50 tahun.
d. Kanker mucinous
Terjadi pada 3 % kanker payudara, dan biasanya pada wanita berusia 60 – 70
tahun. Memproduksi mukus dan biasanya pertumbuhannya lambat dan memiliki
prognosis yang lebih baik dibandingkan yang lain.
e. Kanker duktus tubulas
Terjadi pada 2 % kanker payudara dan pada wanita berusia55 tahun ke atas.
Adanya mikrokalsifikasi merupakan kekhasan dari tumor ini. Prognosis biasanya
baik karena metastase axillari sangat jarnag terjadi pada tipe ini.
f. Karsinoma inflamasi
Merupakan tipe yang jarang pada kanker payudara dengan gejala yang berbeda
dari yang lain. Tumor terlokalisir lembut dan sangat sakit serta kulit diatasnya
merah dan kehitaman. Penyakit ini juga bisa menyebar ke bagian tbuh lain dengan
cepat, kemoterapi memiliki peran penting untuk mengontrol perkembangan
penyakit ini. Prognosis jelek.

g. Penyakit paget
Kanker payudara yang dimulai di duktus dan melibatkan puting, areola, dan kulit
sekitar. Lesi dengan rasa gatal dan terbakar merupakan gejala khas dari tipe ini.

(Smeltzer & Bare, 2017)


C. Fakator Resiko
1. Usia
Resiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Probabilitas wanita di
Amerika Serikat terkena kanker payudara sepanjang hidup sebanyak 1 dari 8 orang, 1
dari 202 orang dari lahir sampai usia 39 tahun, 1 dari 26 orang pada usia 40-59 tahun,
dan 1 dari 28 orang pada usia 60 – 69 tahun.
2. Riwayat personal
Kebanyakan kanker pada penyintas kanker payudara adalah kanker metakronus
kontralateral payudara. Faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko kanker
payudara kali kedua termasuk diagnosa sebelumnya DCIS, stadium IIB, reseptor
hormon kanker negatif dan usia muda.
3. Patologi payudara
Penyakit proliferasi payudara berhubungan dengan peningkatan resiko kanker
payudara
4. Riwayat keluarga
Resiko wanita terkena kanker payudara lebih tinggi apabila memiliki rwayat keluarga
dengan penyakit ini. Wanita yang ibunya terdiagnosis sebelum usia 50 tahun
memiliki resiko 1,69, wanita dengan ibu terdiagnosis kanker ayudara pada usia 50
tahun atau lebih 1,37 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita tanpa riwayat
keluarga kanker payudara. Riwayat saudara perempuan yang terdiagnosis kanker
payudara pada usia sebelum 50 tahun memiliki resiko 1,66 kali lebih besar, dan 1,52
kali apabila terdiagnosa pada usia setelah 50 tahun dibandingkan dengan tanpa
riwayat keluarga.
5. Predisposisi genetik
20 – 25 % pasien kanker payudara memiliki riwayat keluarga yang terdiagnosa
penyakit sama tapi hanya 5 – 10 % yang menunjukkan autosomal dominan.
Predisposisi alel berperan dalam 40 – 85 % resiko sepanjang hidup termasuk mutasi
BRCA1 dan BRCA2, mutasi gen TP53 yang mengakibatkan sindrome Li-Fraumeni,
PTEN mengakibatkan sinfrom cowden. Setengah dari sindrom predisposisi kanker
payudara berhubungan dengan mutasi BRCA1 dan BRCA2. Resiko kanker payudara
sepanjang hidup berkisar antara 65 – 81 % pada carier mutasi BRCA1 dan 45 – 85 %
pada mutasi BRCA2.
6. Hormonal
a. Menarche awal
Menarche pada usia yang lebih muda merupakan faktor resiko di antara wanita
pre post menopaus berkembang menjadi kanker payudara. Menarche yang lebih
lambat 2 tahun berhubungan dengan pengurangan resiko 10 %, wanita yang
menarche pada usia muda (13 tahun) menunjukkan peningkatan resiko dua kali
pada resiko hormon reseptor positif tumor.
b. Kelahiran dan usia saat kehamilan pertama
Wannita nulipara meningkatkan resiko kanker payudara dibandingkan ddengan
wanita melahirkan. Dibandingkan denngan wanita yang nulipara, angka kejadian
kumulatif kanker payudara pada wanita yang melahirkan pertama di usia 20, 25,
dan 35 tahun 20 % lebih rendah, 10 % lebih rendah dan 5 % lebih tinggi.
c. Menyusui
Penelitian membuktikan bahwa menyusui memiliki efek protektif kanker
payudara. Menyusui memperlambat kembalinya siklus ovulari reguler dan
menurunkan level endogenus sex.

d. Testosteron
Level hormon sex endogen yang tinggi meningkatkan resiko kanker payudara
pada wanita pre post menopaus. Level testosteron beredar yang tinggi
meningkatkan resiko kanekr payudara
e. Usia saat menopaus
Menopaus pada usia yaang lebih tua berhubungan dengan peningkatan resiko
kanker payudara. Setiap satu tahun keterlambatan menopaus berkontribusi dalam
peningkatan resiko sebanyak 3%, dan setiap 5 tahun keterlambatan menopaus
berkontribusi dalam peningkatan resiko kanker payudara sebanyak 17%.
7. Paparan hormon eksogen
Penelitian menngungkapkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan terapi
penggantian hormon (HRT) dengan kanker payudara. Kanker payudara yang
berhhubngan dengan penggunaan HRT adalah reseptor hormon positif
8. Faktor gaya hidup
a. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara
walaupun dengan level konsumsi yang rendah (5.0 – 9.9 g /hari)
b. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik yang kosnsiten berhubungan dengan penurunan resiko kanker
payudara. Aktivitas sedang berkontribusi menurunkan resiko 2 %, dan aktifitas
berat menurunkan resiko 5%.
c. Obesitas
Obesitas khususnya pada wanita postmenopaus meningkatkan resiko kanker
payudara. Insulin resisten dan hiperinsulinemia merupakan faktor resiko
komoribid yang berhubungan dengan besitas termasuk penyaikt kardiovaskuler
dan diabetes. Insulin memiliki efek anabolisme pada metabolisme seluler.
Hiperinsulinemia merupakan faktor resiko bagi kanker payudara pada wanita non
diabetes post menopaus.
d. Radiasi
Paparan radiasi dari berbagai sumber termasuk penatalaksanaan medis dan
leddakan nuklir meingkatkan resiko kanker payudara.
(Shah, Rosso, & David Nathanson, 2014)

D. Gejala Klinis Kanker Payudara


Menurut Pazdur, Wagman, Camhausen & Honskis (2011). Gejala klinis kanker payudara
berupa :
1. Terdapat benjolan pada payudara
Adanya benjolan pada payudara mengakibatkan terjadinya perubahan pada puting
susu yaitu dapat berupa massa di ketiak, keluar secret, dan ketidaknyamanan pada
muskuloskeletal. Benjolan ini pada awalnya kecil, dan semakin lama maka akan
semakin membesar.
2. Terdapat erosi atau eksema puting susu
Puting susu atau kulit akan tertarik ke dalam (retraksi), dapat berwarna merah muda
atau kecokelat-cokelatan sehingga kulit menjadi edema dan kulit akan terlihat seperti
kulit jeruk (Peau d’orange), terdapat kerutan dan borok pada payudara. Semakin
lama borok tersebut akan semakin besar sehingga dapat membuat seluruh payudara
hancur, mudah berdarah bahkan perdarahan pada puting susu, bau yang busuk pada
payudara, dan menimbulkan rasa nyeri atau sakit pada tumor yang sudah membesar
dan mulai ber metastase ke tulang. Dengan demikian akan terjadi pembesaran
kelenjar getah bening pada ketiak, bengkak pada lengan, dan terjadi penyebaran
kanker pada seluruh tubuh (Conzen, Grushko, & Olopade, 2008).

E. Klasifikasi Kanker Payudara


Klasifikasi stadium
Penentuan stadium kanker payudara berdasarkan sistem klasifikasi TNM
American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010 sebagai berikut :
Tumor Varian Keterangan
Primer (T)
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis Karsinoma ductal in situ
(DCIS)
Tis Karsinoma lobular in situ
(LCIS)
Tis Penyakit paget pada puting payudara tanpa
(Paget) tumor (catatan: penyakit paget yang
berhubungan dengan
tumor diklarifikasikan berdasarkan ukuran
tumor)
T1 Diameter terbesar tumor < 2 cm
T1mic Diameter terbesar mikro invasi < 0,1 cm
T1a Diameter terbesar tumor > 0,1 cm dan < 0,5 cm
T1b Diameter terbesar tumor > 0,5 cm dan < 1 cm
T1c Diameter terbesar tumor > 1 cm dan < 2 cm
T2 Diameter terbesar tumor > 2 cm dan < 5 cm
T3 Diameter terbesar tumor > 5 cm
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi
langsung ke
dinding dada atau kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk m.
pektoralis
T4b Edema (teremasuk peau d’orange) atau ulserasi
kulit
payudara, atau nodul satelit di kulit payudara
yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflamatorik
KGB Varian Metatstasis ke KGB
regional (N)
Nx KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 KGB aksila ipsilateral yang masih bisa
digerakkan
pN1mi Mikro metastasis > 0,2 mm ≤ 2mm
pN1a 1-3 KGB aksila
pN1b Mikro metastase ke KGB mamaria interna
(berdasarkan
sentinel node biopsy, karena tidak terlihat
secara klinis)
PN1c Mikro metastasis ke 1-3 KGB aksila dari KGB
mamaria interna (berdasarkan sentinel node
biopsy, karena tidak
terlihat secara klinis)
N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang
terfiksasi
atau KGB mamaria interna yang terdeteksi
secara klinis dan tidak terdapat metastasis
KGB aksila secara klinis
N2a Metastase pada KGB aksila ipsilateral yang ter
fiksasi
satu sama lain atau ter fiksasi ke struktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila
N2b Metastasis pada KGB mamaaria interna yang
terdeteksi secara klinis dan tidak terdapat
metastase pada KGB
aksila secara klinis
pN2b KGB mamaria interna, dapat terlihat secara
klinis dan
tidak terdapat metastasis KGB aksila
N3 KGB infra klavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria
interna yang terdeteksi secara klinis dan
terdapat metastasis KGB aksila secara klinis
atau KGB supra klavikula ipsilateral dengan
atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau
mamaria interna
N3a Metastasis pada KGB infra klavikula
ipsilateral
pN3a ≥ 10 KGB aksila atau infra klavikula
KGB Varian Metatstasis ke KGB
regional (N)
Nx KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 KGB aksila ipsilateral yang masih bisa
digerakkan
pN1mi Mikro metastasis > 0,2 mm ≤ 2mm
pN1a 1-3 KGB aksila
pN1b Mikro metastasis ke KGB mamaria interna
(berdasarkan
sentinel node biopsy, karena tidak terlihat
secara klinis)
PN1c Mikro metastasis ke 1-3 KGB aksila dari KGB
mamaria interna (berdasarkan sentinel node
biopsy, karena tidak
terlihat secara klinis)
N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang
ter fiksasi
atau KGB mamaria interna yang terdeteksi
secara klinis dan tidak terdapat metastasis
KGB aksila secara klinis
N2a Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang
ter fiksasi
satu sama lain atau ter fiksasi ke struktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila
N2b Metastasis pada KGB mamaaria interna yang
terdeteksi secara klinis dan tidak terdapat
metastase pada KGB
aksila secara klinis
pN2b KGB mamaria interna, dapat terlihat secara
klinis dan
tidak terdapat metastasis KGB aksila
N3 KGB infra klavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria
interna yang terdeteksi secara klinis dan
terdapat metastasis KGB aksila secara klinis
atau KGB sup raklavikula ipsilateral dengan
atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau
mamaria interna
N3a Metastasis pada KGB infra klavikula
ipsilateral
pN3a ≥ 10 KGB aksila atau infra klavikula
KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB
aksila
pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis
dengan KGB aksila atau mikro metastasis
ke > 3KGB aksila dan mamaria interna
(melalui sentinel node biopsy karena
tidak terlihat secara klinis)
N3c KGB supra klavikula ipsilateral
pN3c KGB supra klavikula

Metastasis Keterangan
Jauh (M)
Mx Metastase jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh

Stadium T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC T N3 M0
apapun
IV T N M1
apapun apapun
Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

F. Pemeriksaan Diagnostik dan Diagnostik Banding


1. Anamesis
Anamnesis mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, adanya riwayat
kelainan payudara sebelumnya, adanya riwayat keluarga dengan kanker, penyakit
ginekologik, fungsi dari kelenjar tiroid. Dan untuk penyakit sekarang harus
diperhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhannya,dan hubungannya
denganhaid.
2. PemeriksaanFisik
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh yaitu :
a. Inspeksi
Amati kesimetrisan payudara, dan ukurannya, lihat apakah ada benjolan tumor
atau perubahan pada kulit seperti ada cekungan, edema, kemerahan, nodul satelit,
erosi, dll), lihat pada papila mammae kesimetrisan, retraksi, erosi, distorsi, dan
kelainanlain.
b. Palpasi
Pasien dalam posisi berbaring, bisa juga dalam posisi kombinasi duduk dan
berbaring. Pada saat memeriksa rapatkan keempat jari, gunakanujungdan perut
jari, palpasi dengan lembut searah atau berlawanan arah dengan jarum jam,
kemudian dengan lembut pijat areola mammae, papila mammae,perhatikan
apakah keluar sekret, jika terdapat sekret pada papilla mammae harus buat sediaan
apus untuk pemeriksaan sitolgi. Jika terdapat tumor, harus dilakukan pemeriksaan
secara rinci dengan mencatat lokasi,ukuran, konsistensi, kondisibatas,
permukaan ,mobilitas, nyeri tekan,dll dari massa yang teraba tersebut. Selanjutnya
periksa aksila dan suora klavikular dan perhatikan apabila ada kelainan.
3. PemeriksaanPenunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang pada kanker payudara yaitu (Desen, 2011):
a. Mammografi
Keunggulan dari mammografi adalah dapat memperlihatkan nodul yang sulit
untuk dipalpasi atau terpalpasinya atipikal menjadi sebuah gambar,lesi payudara
yang tanpa nodul dapat ditemukan tetapi adanya bercak mikrokalsifikasi, dapat
digunakan sebagai rujukan tindak lanjut pada analisis diagnostik dan sekitar 80%

13 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

ketepatandiagnostiknya.
b. USG
Tumor kistik atau padat tidak hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan dopler
dan tranduser frekuensi tinggi, namun pasokan darah serta kondisi jaringan
disekitarnya juga dapat diketahui, dah ini dijadikan sebagai dasar diagnosis yang
sangat baik.
c. MRI Payudara
MRI mammae dengan kontras mempunyai spesifitas dan sensitivitas yang tinggi
terhadap mendiagnosis kanker payudara stadium dini dikarenakan tumor
payudara mengandung microvasvular density (MVD) yang abnormal.
d. Pemeriksaan Laboratorioum
Dalam hal ini, pemeriksaan spesifik pada kanker payudarabelumada. CEA
mempunyai nilai positif yang bermacam-macam 20-70%, CA15-3 mempunyai
angka positif 33-6-% sebagai antibodi monoklonal. Keseluruhannya dapat
digunakan sebagai tindak lanjut klinis dan referensi diagnosis.
e. Pemeriksaan Sitologi Aspirasi JarumHalus
Metode ini disebut juga dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB).
Walaupun sederhana namun aman dan memiliki akurasi 90% lebih. Menurut
beberapa data menyatakan bahwa hasil terapi tidak akan dipengaruhi oleh
aspirasijarum.
f. Pemeriksaan Sitologik Aspirasi JarumMandrin
Pada pemeriksaan ini mempunyai kelebihan sederhana dan aman seperti
diagnosis sitologi aspirasi jarum halus, juga ketepatan diagnosis histologik biopsi
eksisi, serta dapat dibuat pemeriksaan imuno histologi yang sesuai. Pemeriksaan
ini banyak dipakai di klinis, khusus pada pada pasien kemoterapi neoadjuvan.
g. Pemeriksaan Biopsi
Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi pada umumnya banyak
digunakan biopsi eksisi. Di Rumah Sakit yang menyediakan dapat dilakukan
pemeriksaan potong beku saat operasi. Bila tidak ada perlegkapan itu, untuk
kanker payudara yang dapat di operasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk
menghindari penyebaran iatrogenik tumor. Terhadap kasus stadium lanjut dengan

14 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

luka ulseratif boleh dilakukan biopsy jepit.

G. Kemoterapi
1. Pengertian
Kemoterapi merupakan suatu pengobatan untuk kanker dengan menggunakan
obat-obatan atau hormone. Kemoterapi dapat di gunakan lebih effektif baik pada
penyakit yang diseminata ataupun yang masih terlokalisir. Pada awalnya penemuan
kemoterapi di anggap sebagai penanganan paliatif akan tetapi dengan seiringnya
zaman dan teknologi yang semakin berkembang maka kemoterapi dapat digunakan
sebagai obat penyembuhan beberapa jenis penyakit kanker. Penggunaan kemoterapi
kombinasi akhir – akhir ini telah menunjukkan keberhasilan yang substansial,
terutama obat- obatan yang menunjukkan mekanisme yang berbeda masing-masing
yang terdapat pada kombinasi kemoterapi tersebut. Penentuan kemoterapi yang
sesuai dengan penentuan jenis tertentu, serta kombinasi obat yang digunakan dan
juga waktu pemberian obat apakah diberikan sebelum atau sesudah pembedahan atau
bersamaan dengan radioterapi juga jadi penentu untuk ke efektifan membunuh sel
kanker nya (Aziz, M Fariz, Andrijono, 2006).
Kemoterapi adalah cara pengobatan tumor dengan memberikan obat
pembasmi sel kanker (disebut sitostatika) yang diminum ataupun yang diinfuskan ke
pembuluh darah. Jadi, obat kemoterapi menyebar ke seluruh jaringan tubuh, dapat
membasmi sel-sel kanker yang sudah menyebar luas di seluruh tubuh. Karena
penyebaran obat kemoterapi luas, maka daya bunuhnya luas, efek sampingnya
biasanya lebih berat dibandingkan dua modalitas pengobatan terdahulu (Hendry, dkk
2007).
Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek menghambat atau
membunuh semua sel yang sedang aktif membelah diri.Jadi, sel normal yang aktif
membelah atau berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti sel akar rambut,
sel darah, sel selaput lendir mulut,dll.Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah
terkena efek samping kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah,
sariawan, dll (Hendry,dkk 2007).

15 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun obat
herbal) harus dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk mencegah
timbulnya efek samping yang serius, dan bila terjadi efek samping dapat segera
diatasi atau diobati. Agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk
memulihkan dirinya, maka pemberian kemoterapi biasanya harus diberi jedah (selang
waktu) 2-3 minggu sebelum dimulai lagi pemberian kemoterapi berikutnya
(Hendry,dkk 2007).

2. Tujuan penggunaan kemoterapi


a. Terapi adjuvant
Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau
bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah
bermetastase.
b. Terapi neo adjuvant
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa
tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
c. Kemoterapi primer
Kemoterapi yang digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang
kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk
mengontrol gejalanya.
d. Kemoterapi induksi
Kemoterapi yang digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi
berikutnya.
e. Kemoterapi kombinasi
Kemoterapi yang mengunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.
(Rasjidi, 2007)
3. Manfaat Kemoterapi
Adapun manfaat kemoterapi adalah sebagai berikut:
a. Pengobatan.
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis
Kemoterapi atau beberapa jenis Kemoterapi.

16 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

b. Kontrol.
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan
Kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
c. Mengurangi Gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita,
seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta
memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang diserang.
Mengingat keterbatasan manfaat kemoterapi, maka digunakan kombinasi
dengan cara pengobatan lain untuk mengambil masing-masing manfaat, yaitu:
Kemoterapi adjuvant, ialah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi.
Manfaatnya mengurangi kekambuhan local dan mengurangi penyebaran yang
akan timbul.
Kemoterapi neo adjuvant ialah kemoterapi yang diberikan sebelum
operasi. Manfaatnya adalah mengurangi ukuran tumor sehingga mudah
dioperasi. Kemoterapi paliatif diberikan hanya untuk mengurangi besarnya
tumor yang dalam hal ini karena atau lokasinya menggangu pasien karena nyeri
ataupun sulit bernafas. Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan kanker yang
sudah teruji, meski pun tidak dapat dihindari adanya efek samping. Penelitian-
penelitian yang professional tentang kemoterapi dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan kanker dan mengeliminasi efek samping yang terjadi.

4. Fungsi kemoterapi
a. Penyakit kanker telah menyebar luas ke organ lain (metastase)
b. Risiko untuk penyakit yang tidak terdeteksi tinggi
c. Tumor tidak dapat direseksi dan resistensi terhadap terapi radiasi
d. Untuk membunuh sel kanker secara selektif
(Aziz, M Fariz, Andrijono, 2006)
5. Macam-Macam Kemoterapi
Menurut mekanisme kerjanya, maka obat kemoterapi dapat diklasifikasikan
menjadi :

17 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

a. Alkylating Agent
Alkylating memengaruhi molekul DNA, yaitu mengubah struktur atau
fungsinya sehingga tidak dapat berkembang biak. Contoh lain obat golongan ini
adalah busolvon dan cisplatin. Obat ini biasanya digunakan dengan kasus
leukemia, limfoma non-Hodgkin, myeloma multiple dan melanoma malignan.
Efek sampingnya adalah mual; muntah; rambut rontok; iritasi kandung kemih
(sistitis) disertai terdapatnya darah dalam dalam air kemih; jumlah sel darah put
ih, sel darah merah, dan trombosit menurun; jumlah sperma berkurang (pada pria
mungkin terjadi kemandulan yang menetap) (Indrawati, 2009).
b. Antibiotik
Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berguna untuk
tumor yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama dengan jalan menghambat
sintesa DNA dan RNA. Yang termasuk golongan ini adalah: Actinomicin D,
Mithramicin, Bleomicin, Mitomicyn, Daunorubicin, Mitoxantron, Doxorubicin,
Epirubicin, Idarubicin.
c. Antimetabolit
Antimetabolit adalah zat yang bisa menghambat enzim-enzim yang
diperlukan untuk memproduksi basa yang menjadi bahan penyusun DNA.
Antimetabolit dan juga asam folat dapat mencegah terjadinya pembelahan pada
sel kanker. Contoh dari obat ini antara lain adalah: Methotrexate, Floxuridine,
Plicamycin, Mercaptopurine, Cytarabine dan Flourouracil (Indrawati, 2009).
Antimetabolit adalah sekumpulan obat yang memengaruhi sintesis
(pembuatan) DNA atau RNA dan mencegah perkembangbiakan sel. Obat
golongan ini menimbulkan efek yang sama dengan alkylating agents. Efek
samping tambahan terjadinya ruam kulit, warna kulit menjadi lebih gelap
(meningkatkan pigmentasi), atau gagal ginjal. Contoh obat ini adalah
methotrexate dan gemcitabine yang digunakan pada kanker leukimia serta tumor
payudara, ovarium dan saluran pencernaan (Iskandar, 2007).
d. Mitotic Spindle

18 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga


menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Antara lain:
Plakitaxel (Taxol), Vinorelbin, Docetaxel, Vindesine, Vinblastine, Vincristine.
e. Topoisomerase Inhibitor
Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga menghambat
proses transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya antara lain: Irinotecan,
Topotecan, Etoposit.

f. Hormonal
Beberapa hormonal yang dapat digunakan dalam kemoterapi antara lain:
Adrenokortikosteroid (Prednison, Metilprednisolon, Dexametason), Adrenal
inhibitor (Aminoglutethimide, Anastrozole, Letrozole, Mitotane), Androgen,
Antiandrogen, LHRH, Progestin.
g. Cytoprotektive Agents
Macam-macamnya antara lain: Amifostin, Dexrazoxan.
h. Monocronal Antibodies
Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan toksisitasnya
relatif rendah. Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara langsung, dan dapat
pula digabungkan dengan zat radioaktif atau kemoterapi tertentu. Macam-
macamnya antara lain: Rituximab, Trastuzumab.
i. Hematopoietic Growth Factors
Obat-obat ini sering digunakan dalam kemoterapi tetapi tidak satupun yang
menunjukan peningkatan survival secara nyata. Macam-macamnya antara lain:
Eritropoitin, Coloni stimulating factors (CSFs), Platelet growth Factors.

6. Mekanisme kerja kemoterapi


Pertumbuhan sel kanker/ gompertz
Dimana proses massa tumor yang makin membesar, maka waktu gandanya
akan semakin panjang. Hal ini disebabkan semakin banyak sel yang memasuki
siklus, yang selanjutnya akan meningkatkan proses metabolisme akti sehingga sel
tersebut menjadi sensitive terhadap pengobatan kemoterapi. Sel- sel yang

19 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

beregenerasi secara teratur dan berhenti berkembang saat fase istirahat atau menahan
pertumbuhan disaat kebutuhan sudah tercukupi. Pada suatu waktu sel-sel tersebut
berkembang atau bertumbuh secara tidak teratur dan mungkin tidak memasuki fase
istirahat. Pada umumnya sel-sel yang membelah secara aktif adalah yang paling
sensitive terhadap kemoterapi.

Waktu ganda (doubling time)


Maksunya waktu ganda tumor yaitu dimana waktu yang diperlukan dari suatu
massa tumor untuk mencapai ukuran dua kali lipat. Waktu ganda tumor atau kanker
sangat bervariasi yaitu sebagai berikut waktu ganda pada tumor embrional atau
limfositik yaitu 20-40 hari, Pada adenokarsinoma dan squamous cell carcinoma sel-
sel 50-150 hari. Sel tumor metastatic waktu gandanya lebih pendek dari induknya.
Pertumbuhan sel pada stadium dini adalah eksponensial, maka pertumbuhan tumor
dari satu sel menjadi 1 mm induk mengalami 20 kali waktu ganda. Tumor dengan
ukuran 5 mm sudah mengalami 27 kali waktu penggandaan tumor ukuran 1 cm
sudah mengalami 30 kali waktu penggandaan. Ada dua factor yang berhubungan
dengan perkembangan tumor yaitu fraksi pertumbuhan (growth fraction) dan
kematian sel. Fraksi pertumbuhan merupakan jumlah sel dalam masa tumor dimana
secara aktif terlibat dalam proses pertumbuhan. Ada satu massa tumor hanya sebgaia
fraksi kecil dari sel tumor yang berproliferasi cepat, sedangkan sebagian besar sel-sel
tumor barada dalam fase istirahat.
Kinetika sel
Kemoterapi dengan dosis tinggi dan intermitten substansional lebih efektif
dari pada pemberian dengan dosis rendah. Obat-obat kemoterapi membunuh sel
berdasarkan fraksi sel yang konstan bukan jumlah sel yang konstan. Pembunuhan
kemoterapi pertama dapat membunuh 2 sampai 10 log sel. Bila populasi sel kanker
berjumlah 10 pangkat 2 (1 kg tumor)diberikan dosis tunggal kemoterapi, sebagian
besar sel kanker hilang akan tetapi tidak menghilangkan sel kanker secara tuntas.
Oleh sebab itu diperlukan memberikan kemoterapi ulangan secara intermitten.

20 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Konsep kemoterapi dapat membunuh sel kanker secara logistic (log kill hipotesis)
juga merupakan dasar dari pemberian kemoterapi adjuvant. Setiap sel yang akan
membelah diri akan mengikuti pola replikasi sel yang disebut waktu generasi
(generation time) yang terdiri dari lima fase yaitu :
a. Fase G 1
P ada fase ini akan diproduksi enzim untuk sintesis DNA dan RNA
berlangsung kira-kira 4-24 jam

b. Fase S
Pada fase ini mulai terjadinya sintesis DNA kira-kira 10-20 jam
c. Fase G 2
Pada fase ini terjadinya sintesis RNA dan protein seluler (2-10 jam) dan
setelah fase inin maka sel akan masuk ke fase M.
d. Fase M
Pada fase ini akan terjadi proses miosis dimana satu sel akan membelah
menjadi 2 sel anak 0,5-1 yang selanjutnya akan masuk ke fase G
e. Fase G 0
Pada fase ini dimana fase yang sel-sel nya tidak aktif maka akan dimasukkan
ke dalam sel ini yang merupakan proses makro molekuler relative tidak aktif
sehingga sel tersebut tidak sensitive terhadap kemoterapi.
Kanker tidak akan berkembang cepat daripada jaringan yang normal. Pada jaringan sel
tumor lebih banyak sel yang berada dalam fase aktif dari siklus sel jika dibandingkan
pada jaringan normal. Pada jaringan normal sebagian besar populasi sel berada pada fase
G0 (Black, Joyce M, 2014).

7. Klasifikasi kemoterapi
Klasifikasi kemoterapi dapat dibagi atas dua yaitu siklus sel spesifik dan
siklus sel nnonspesifik, dapat dilihat pada tabel berikut :

21 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Tabel
No Fase Obat Obat Bekerja Tipe Obat
Kemoterapi
Bekerja
Fase
1 G1 Produk Alami Enzim Asparaginase
Spesifik
Hormon Kortikosteroid
2 S Antimetabolite Pirimidin analog Sitarabin
Analog asam folat 5 FU
Analog purin MTX
Tioperazin
Hidrourea
3 G2 Produk Alami Antibiotic Bleomicin
Topoisomerik Etopoksid
4 M Produk Alami Mitotis Vinkristin
Vinblastine

Tabel klasifikasi obat sitostatik

No Klasifikasi Tipe Obat


1 Alkylating atgent Alkil sulfonat Busulfan
Treosulfan

Etilenimin
Nitrosourea Karmustin
Lomustin
Klorambusil
Siklofosfamid
2 Antimetabolite Analog asam folat Metotreksate
Analog purin 6 merkapto purin
Analog pirimidin 5 fluoro urasil
3 Alkaloid vinca Derivate podofilin Etoposid
Teniposid

Taksan Dosetaksel
Paklitaksel

22 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Alkaloid vinca Vinkristin


Vinblastine
4 Antibiotika Antrasiklin Doorubisin
Epirubisin
Mitoksantron
Lain – lain Bleomisin
Mitomisin
Dektinomisin D
5 Sitostatika lain Derivate platinum Sisplatin
Karboplatin
Derivate kamtotesin Irinotesan
Topotesan
(Black, Joyce M, 2014)

8. Spesifitas kemoterapi terhadap fase dan siklus sel


Kemoterapi dapat digolongkan berdasarkan mekanisme kerja obat pada siklus
sel atau pada fase tertentu dari sel.
a. Obat kemoterapi fase spesifik (Phase Spesific Drug)
Golongan obat yang sangat aktif sel yang berasal dari fase tertentu dari
siklus sel. Sifat –sifat nya terdapat limitasi daya bunuh obat pada satu kali
pemberian. Hal ini disebabkan karena obat harus bekerja pada salah satu fase
siklus sel saja, peningkatan dosis tidak akan meningkatan proporsi sel yang
terbunuh. Sel –sel yang terbunuh akan meningkat jika dilakukan pemberian obat
dalam waktu yang panjang atau diberikan berulang untuk meningkatkan populasi
sel masuk ke fase tertentu tempat obat-obat tersebut aktif bekerja.
b. Obat kemoterapi spesifik siklus sel (cell cycle specific drug)
Obat – obat golongan ini aktif bekerja pada sel yang aktif dalam siklus sel,
akan tetapi tidak bekerja pada salah satu fase yang spesifik. Golongan ini yaitu
golongan alkali, antibiotic antitumor.
c. Obat-obat nonspesifik sel (cell cycle non specific)

23 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Obat ini bekerja efektif pada setiap sel tidak bergantung pada siklus
tempat sel tersebut berada. Obat ini bekerja pada sel-sel yang berada pada fase G
0. (Black, Joyce M, 2014)
9. Terapi kombinasi
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki laju respond an memperbaiki daya
tahan hidup. Efektivitas kemoterapi kombinasi meningkat karena mencegah
timbulnya klon yang resisten. Efek sitolitik akan meningkat akibat dari
menggabungan obat, penggabungan obat siklus spesifik sel dan siklus nonspesifik
sehingga dapat membunuh sel baik yang berada dalam pembelahan maupun sel
dalam fase inaktif. Kombinasi obat akan menimbulkan peningkatan aktivitas secara
biokimiawi.
Prinsip pemilihan kemoterapi kombinasi :
a. Obat- obat yang dipilih adalah obat yang aktif secara individu
b. Obat tersebut harus mempunyai toksisitas yang berbeda
c. Kombinasi obat hendaknya rasional secara biokimiawi
Penilaian yang harus dilakukan sebelum kemoterapi dilakukan pada pasien
kanker adalah sebagai berikut :
a. Menegakkan diagnosis
b. Sebelum kemoterapi dilakukan pasien harus terdiagnosa penyakit kanker nya
secara hispatologi atau sitologi yang konsisten dengan diagnosis klinis
c. Telah ditentukan stadiumnya pada kanker yang diderita pasien
d. Telah ditetapkannya status penampilan pasien
Status pasien atau performance status dilakukan bertujuan untuk
merefleksikan tingkat efektivitas pasien dan seberapa jauh penyakit kanker
berdampak pada pasien dan juga merupakan salah satu indicator prognosis bagaimana
pengaruh obat-obatan terhadap keadaan umum pasien.
Macam- macam status penampilan :
a. Karnofsky
Terdiri dari sepuluh tingkatan aktivitas, keuntungan variasi cukup besar, dan
kerugian sukar untuk diingat. Dapat dilihat indeks status penampilan dalam tabel
berikut ini :

24 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

No Kemampuan fungsional Skor Tingkat kemampuan


1 Mampu melakukan 100 Normal
aktivitas yang normal Tidak ada keluhan
tanpa memerlukan Tidak ada keluhan
bantuan Tidak ada kelainan klinis
90 Dapat melakukan aktivitas yang
normal
80 Secara klinis penyakit ringan
Aktivitas normal dengan sedikit
hambatan
Gejala klinis penyakit (+)
2 Tidak dapat bekerja, 70 Bisa mengurus diri sendiri
dapat melakukan aktivitas Aktivitas normal menurun
sehari-hari, dapat Kemampuan kerja secara aktif
mengurus diri sendiri menurun
akan tetapi perlu bantuan 60
Perlu bantuan orang lain untuk
50 sebagian besara keperluan dirinya
Memerlukan bantuan & bantuan
medis
3 Tidak dapat mengurus 40 Memerlukan perawatan medis
diri sendiri sehingga 30 Sakit berat, perlu perawatan rumah
butuh perawatan 20 sakit
Sangat sakit, sehingga butuh
10 perawatan rumah sakit
0 Mendekati proses kematian
Meninggal

25 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

26 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

b. Eastern cooperation oncology group (ECOG)


Tabel status penampilan ECOG
Grade Tingkat aktivitas
0 Aktivitas yang dilakukan penuh, dapat melakukan aktivitas tanpa
pertolongan (karnovsky 90-100)
1 Aktivitas yang dilakukan terbatas, dapat melakukan pekerjaan ringan
(karnovsky 70-80)
2 Dapat mengurus diri sendiri, akan tetapi tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan, 50 % di atas tempat tidur karnovsky 50-60)
3 Dapat mengurus diri sendiri secara terbatas, lebih dari 50 % berada
diatas tempat tidur
4 Tidak berdaya secara penuh, tidak dapat mengurus diri sendiri, total
diatas tempat tidur (karnovsky 10-20)
(Black, Joyce M, 2014)

10. Dosis dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi


Dosis obat kemoterapi
Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB
dihitung dengan table berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila tubuh
pasien makin kurus selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk
pemberian seri selanjutnya harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB = 56 kg, TB = 150
cm, LPT = 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat
50 x 1,5 mg = 75 mg.
Cara pemberian obat kemoterapi
a. Intra vena (IV)
sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan
sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan
continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.

27 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

b. Intra tekal (IT)


Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam
cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
c. Radiosensitizer
Yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk
memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil,
Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
d. Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®,
Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
e. Subkutan dan intramuskular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-
Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per
IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
f. Topikal
g. Intra arterial
h. Intracavity
i. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak
pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural
yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam
cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat
banyak, contohnya Bleocin.

11. Efek samping kemoterapi atau toksisitas


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mempengaruhi efek samping
kemoterapi adalah jenis obat yang di pakai, dosis obat, jadwal pemberian obat, cara
pemberian obat dan factor predisposisi.
Toksisitas umum obat-obatan kemoterapi
a. Mielosupresi
b. Mual muntah

28 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

c. Ulserasi membrane mukosa


d. Alopesi
Toksisitas selektif
Beberapa obat kemoterapi yang mempunyai efek samping yang spesifik contohnya :
a. Vinca alkaloid : menimbulkan neurotoksik
b. Ifosfamid dan siklofosfamid : sistitis hemorajik
c. Antrasiklin : kardiomiopatik
d. Bleomisin : fibrosis fulmonalis
e. Asparagine : reaksi anafilaksik
f. Sisplatin : renotoksik
Pengenalan dan penilaian toksisitas
a. Setiap tenaga medis yang memberikan obat kemoterapi haruslah mengenal efek
samping dari obat yang diberikannya dan dapat mengatasi keadaan dari efek
samping kemoterapi yang berat.
b. Dikembangkannya gradiasi tingkat toksisitas dari NCI (National Cancer Institute)
Toksisitas hematologi
Supresi pada sumsum tulang akan menimbulkan infeksi dan perdarahan yang
berat dan ringannya tergantung pada keadaan umum pasien, lamanya depresi sumsum
tulang dan keadaan klinis penyakit.
Modifikasi dosis untuk toksisitas nonhematologi
a. ±dosis kecuali toksisitas grade 3-4
b. Pada pasien tangan toksisitas grade 3-4 diberikan 25-50% dosisnya
c. Toksisitas hepar, renal yang lebih dari 48 jam, dosis dimodifikasi jadi 35 – 50 %
(Black, Joyce M, 2014)

12. Ekstravisasi
Yaitu keluarnya obat vesikan (obat yang dapat menimbulkan destruksi
jaringan) atau iritan ke jaringan subkutan yang berakibat timbulnya rasa nyeri,
kematian pada jaringan dan ulserasi jaringan. Insiden ekstravasasi terjadi sekitar ± 6 %
walaupun dilakukan oleh tenaga yang terampil.

29 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Tanda – tanda ekstravasasi


a. Adanya rembesan cairan yang keluar dari tempat masuknya jarum
b. Tetesan tersebut melambat atau berhenti
c. Terjadinya pembengkakan pada tempat infus
d. Adanya eritema dan infeksi
e. Adanya rasa nyeri, rasa panas dan rasa sakit
f. Daerah kemerahan sekitar jarum
Pemilahan lokasi pemberian obat intra vena
a. Memilih vena yang tampak jelas, ukuran besar, potensi kerusakan jaringan sekitar
seminimal mungkin
b. Memilih lokasi insisi/ jalan infus secara berurutan yaitu antekubiti, dorsum
manus, fosa kubiti
c. Hindari memilih lokasi yang dekat sendi, syaraf yang vital dan tendon
d. Hindari daerah bekas infus sebelumnya, ekstremitas sirkulasinya yang jelek
(bengkak), daerah bekas radiasi, penususkan yang berulang – ulang.
e. Penusukan dilakukan dari daerah yang distal jika gagal lanjutkan daerah
proksimal
f. Jarum haruslah di fiksasi dengan baik
g. Gunakan jalur infus yang lancar, perhatikan adanya refluks darah pada saat
aspirasi
h. Pada saat penyuntikan melalui selang infus, cairan infus tetap menetes
i. Pemberian obat-obatan vesikan harus dalam dosis yang tepat dan waktu
pemberian yang cepat. Makin lama pemberian vesikan maka makin besar
kemungkinan terjadinya ekstravasasi.
j. Selalu menanyakan keadaan atau keluhan pasien
k. Periksa refluk darah secara berkala/ penghentian pemberian obat harus dilakukan
spoel dengan minimal 10 cc cairan untuk mencegah aliran balik obat kemoterapi
pada waktu mencabut jarum
l. Hentikan infus atau pemberian obat bila dicurigai terjadinya ekstravasasi
(Black, Joyce M, 2014)

30 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Indikasi dan kontra indikasi pemberian kemoterapi


a. Indikasi kemoterapi
MenurutBrule, cs (WHO, 1973), ada 7 indikasi pemberiankemoterapi yaitu:
1) Untuk menyembuhkan kanker
Hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan oleh kemoterapi, seperti:
akut lomfloblastik leukemia, Burkitt limfoma, Wilm tumor pada anak-anak,
choriokarsinoma.
2) Memperpanjang hidup dan remisi
Kanker yang sensitive terhadap kemoterapi dan walaupun penyakit progresif,
seperti: akut myeloblatik leukemia, limfoma maligna stadium III atau Iv,
myeloma, metastase melanoma maligna atau kakner mamma, kolon, ovarium,
testis.
3) Memperpanjang interval bebas kanker
Walaupun kanker keliatan masih local setelah operasi atau radioterapu, sepert:
limfoma stadium II, melanoma maligna kanker mamma, kolon, ovarium.
Pengobatan perlu waktu cukup lama dan dosis tinggi dengan interval yang
panjang untuk memberikan kesempatan jarinan normal pulih diantara pengobatan.
4) Menghentikan progresi kanker
Progresi penyakit ditunjukkan secara subjektif, seperti anoreksia, penurunan berat
badan, nyeri tulang, dsb, atau terdapat kelainan objektif seperti penurunan fungsi-
fungsi organ dapat diberikan sitistatika, asalkn kemungkinan berhasil 25% atau
lebih. Misalnya pada matastase kanker mamma, kolom, dsb.
5) Paliasi symptom
Pada kanker yang terdapat pada tempat-tempat yang tidak cocok untuk radiasi,
dapat diberikan sitostatika walaupun obat itu tidak memberi respons yang baik
sebagai terapi sistemik. Misalnya dapat diberikan instalasi sitostatika intrapleural,
injeksi intratumoral dengan thiotepa, dsb.
6) Mengecilkan volume kanker

31 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Mengecilkan tumor pra-bedah atau pra-radioterapi seperti pemberian bleomycin


untuk kanker mulut, saluran napas bagianatas atau pemberian alkylator dengan
kombinasinya pada limfoma stadium II.

7) Menghilangkan gejala para neoplasma


Pada metastase kanker yang memberikan sindroma para neoplasma.
misalnya pemberian kortikosteroid pada anemia hemolitik, fibrinolisis,
dermatomyositis, neuropathi perifir, degenerasi cerebelair, pemberian androgen
pada kaheksia, anoreksia atau pemberian mithramycin pada
hiperkalsemia.
b. Kontra indikasi kemoterapi
1) Kontra indikasi absolut
a) Penyakit stadium terminal
b) Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan
c) Septicemia
d) Koma.
2) Kontra indikasi relative
a) Usia lanjut.
Terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya rendah.
b) Status penampilan yang sangat jelek
c) Ada gangguan fungsi organ vital yang berat seperti: hati, ginjal, jantung,
sumsum tulang dsb.
d) Dementia
e) Penderita tidak dapat mengunjungi klinik secara teratur
f) Tidak ada kooperasi dari penderita
g) Tumer resistens terhadap obat
h) Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai
i) Dsb.
c. Pemantauan kemoterapi

32 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Obat-obat anti-kanker sangat toksis, karena itu pada pemberian khemoterapi perlu
dikerjakan pemantauan toksisitasnya. Sebelum memberikan khemoterapi terlebih
dulu harus diketahui dengan baik bagaimana status penderita sebagai data dasar:
1) Fisik penderita, terutama status penampilan dan toksisitas
2) Radiologi, terutama keadaan parunya
3) Laboratorium, terutama hemoglobin, leukosit dan thrombosit.
d. Toksisitas kemoterapi
Toksisitas kemoterapi perlu dipantau untuk menghindari komplikasi yang latal. Kalau
timbul toksisitas dosis obat-obat yang diberikan perlu disesuaikan dan kalau perlu
dihentikan untuk sementara sampai toksisitas dapat diatasi. Sebelum memberikan
kemoterapi perlu diperiksa darah, fungsi hati, fungsi ginjal, dsb. Untuk darah
pemberian dosis protokol sebaiknya diberikan bila hemoglobin 210 mg%, Leukosit 2
4.000 per mm dan trombosit > 100.000 per mm3.
e. Komplikasi kemoterapi
1) segera
a) Shock
b) Arhytmia
c) Nyeri pada tempat suntikan
d) Dsb
2) Dini
a) Mual/muntah
b) Panas
c) Panas, reaksi hipersensitif
d) dsb
3) Lambat (beberapa hari)
a) Stomatitis
b) Diarrhea
c) Alpecia
d) Depresi sumsum tulang, terjadi:
(1) Setelah 1-3 minggu: sebagian besar obat anti-kanker
(2) Setelah 4-6 minggu: nitrosourea

33 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

4) Lambat (beberapa bulan)


a) Hiperpigmentasi kulit
b) Lesi organ
(1) Andriamycin: hati
(2) Bleomycin, Bulsufan: paru
(3) Methotrexate: hati
c) Gangguan kapsitas reproduksi
(1) Amenorhoea
(2) Penurunan konsentrasi sperma
d) Gangguan endokrin
(1) Ferminisasi
(2) Varilisasi
e) Efek karsinogen

34 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

35 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PENDEKATAN TEORI PEACEFULL END OF LIFE
PADA Ny. R dengan CARCINOMA MAMMAE STADIUM IIIB

A. Pengkajian

INFORMASI UMUM
Nama: Ny. R Agama: Islam Pendidikan: SD No. RM: 01.xx.xx.
Umur:67 tahun Status marital: menikah Pekerjaan: IRT Tgl. MRS: 7 -11-20
Jenis kelamin: L P Suku: Minang Gol. Darah: A Rh: positif Tgl. Pengkajian: 9-11-20
Alamat: Padang............................................................................................................................................................................................
Status: Pribadi ASKES JamKesMas GAKIN Jaminan Perusahaan
Diagnosa Medis: Ca Mammae stadium IIIb
Status Paliatif: 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Keluhan utama:
klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada ketiak kanan, klien mengatakan nyeri tidak
tertahankan bila tangan digerakkan
Riwayat penyakit sekarang:
Klien mengatakan nyeri dibawah ketiak kanan klien, klien mengatakan nyeri tak tertahankan bila
tangan digerakkan, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk – tusuk dan menjalar sampai ke
punggung. Klien mengatakan tidak bisa duduk terlalu lama. Klien mengatakan jika lama duduk
akan terasa nyeri dan tidak kuat menahannya. Klien mengatakan tangan klien bengkak sampai ke
jarinya, klie mengatakan terdapat benjolan dibawah ketiak kanan klien, keluar cairan bewarna
kuning dan tidak berbau. Klien mengatakan tidak nafsu makan. Klien mengatakan sering terbangun
di malam hari

Riwayat kesehatan sebelumnya:


Klien mengatakan pernah operasi pengangkatan payudara ± 2 tahun yang lalu. Klien mengatakan
setelah operasi klien menjalani kemoterapi 6 kali. Klien mengatakan setelah dinyatakan sembuh
oleh dokter klien tidak pernah mencek kesehatannya lagi. ± 3 bulan yang lalu klien merasakan ada
benjolan di ketiak sebelah kanan klien.

Faktor risiko:
1. Riwayat merokok: Tidak Ya (sejak ............., jumlah batang/pak ........per hari, berhenti
sejak .......................................)
Lingkungan perokok: Tidak Ya
2. Riwayat reproduksi: Menarche <12 tahun Menopause pada usia >55 tahun

36 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Kehamilan pertama pada usia >35 tahun Kehamilan usia muda (....tahun) Nullipara
Menyusui: Tidak Ya Masa laktasi selama 24 bulan/tahun,
Seimbang antara payudara kiri dan kanan: tidak ya
3. Faktor endokrin: Kontrasepsi oral/pil KB selama ..... bulan Terapi sulih hormon
4. Diit: konsumsi alkohol, sebanyak ............................... Diit tinggi lemak Obesitas
konsumsi makanan instant atau junk food, jelaskan
5. Riwayat keluarga dengan kanker: Tidak Ya 2 orang kakak klien meninggal karena kanker
6. Riwayat penyakit : Hipertensi, sejak ......................... DM, sejak ....................................
7. Bekerja di lingkungan yang mengandung karsinogen: Tidak Ya

DOMAIN BEBAS NYERI DAN KENYAMANAN


Subyektif:
Keluhan sesak napas: tidak ya
Aktivitas mempengaruhi pernapasan: tidak ya
Batuk: tidak X tidak ada ya (karakteristik sputum: ................)Cegukan: tidak
ya Produksi sputum: ya
Objektif:
Tekanan darah: 90/70 mmHg Suhu :36.0C Nadi:88 x/menit Pernapasan: 18x/menit
Irama napas: reguler Retraksi dada: tidak ya Vanektasi: tidak ya Edema: tidak ya, di lengan
kanan, piting edema (+)
Bunyi napas: vesikuler bronchial bronchovesicular Suara napas tambahan: wheezing ronchi basah rales
Pemeriksaan Penunjang:
Analisa Gas Darah: tidak diperiksa
KARDIORESPIRATORI

pH ........ PaO2 ........ mmHg PaCO2 ....... mmHg HCO3 ........ mmol/L BE .......mmol/L
Total CO2 ........ mmol/L Sat.O2 ....%
Laboratorium: Hb 13 g/dL Eritrosit: ..........juta/l trombosit 375.000
EKG: tanggal .....................
Interpretasi: ...............................................................................................
Toraks foto: tanggal: 10 November 2020 Interpretasi: tak tampak ada kelainan radiologis
USG toraks: tanggal ................ Interpretasi: .............................................................................
CT Scan toraks: tanggal ...............
Interpretasi: ..........................................................................................
MRI toraks: tanggal ...............
Interpretasi: .............................................................................................
Bronchoscopy: tanggal ........................
Interpretasi: ........................................................................
Terapi: -
Masalah Keperawatan: -

37 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Subjektif:
Keluhan: anoreksia sakit menelan sulit mengunyah
Mual: Tidak Ya Ringan(intake oral cukup) Sedang (intake oral terbatas) Parah (intake inadekuat, perlu infus)
Muntah: Tidak Ya 1x/hari 2–5x/hari  6x/hari, perlu cairan IV
Napsu makan menurun: Tidak ada Ada
Disfagia: Tidak Ya Simtomatik (mampu makan sesuai diit) Gangguan waktu makan, perlu suplemen Perlu TPN
Cachexia: Tidak ada Ya Ringan Sedang Berat
Frekuensi makan 3x./hari, diit khusus: tidak ya ..............................................................................................
Jenis minuman/makanan yang disukai: klien mengatakan lebih suka makan buah - buahan
Intake: ........... cc/.... jam Output: .......... cc/.... jam Balans cairan: ...................../.....jam
Alergi terhadap makanan: Tidak Ya .........................................................................................................................................
Perut terasa penuh/begah: Tidak Ya Nyeri pada perut: Tidak Ya, lokasi di.................. VAS..........................

Objektif:
GASTROINTESTINAL

Rongga mulutl: Lembab Mucositis Xerostomia Candidiasis


Stomatitis: Tidak ada Ada Nyeri, lecet,eritema mukosa Nyeri, luka, ada bintik ulkus, masih mampu makan
Nyeri, luka lebih luas dan perlu cairan IV Perlu TPN
Perdarahan gusi: Tidak Ya
Intake nutrisi via: Oral NGT Gastrostomy Yeyunostomy
2
BB:41 kg TB: 153cm IMT: 17, 52kg/m (kategori:kurus)
Status fungsional : Sangat aktif Aktivitas ringan Aktivitas terbatas 50% waktu aktivitas di tempat tidur
Sangat tergantung orang lain untuk AKS
Kehilangan BB dalam 6 bulan terakhir: < 5% 5-10% 10-20% >20%
Asites: Tidak ada Ada Asimtomatik Simtomatik, membutuhkan diuretik
Simtomatik, membutuhkan pungsi Membahayakan kehidupan

Laboratorium: Albumin:4,4 .g/dl SGOT: ........U/L SGPT: ......... U/L GDS: 99mg/dl
Pemeriksaan Penunjang:
USG Abdomen, tanggal ...............
Interpretasi: ..................................................................................................................................
Endoscopy..............tanggal .......... Interpretasi: .................................................................................................................................

Terapi: Ranitidin 2x 1
Masalah keperawatan: Defisit Nutrisi
Subjektif:
Benjolan : Tidak Ya, lokasi di bawah ketiak
Nyeri: Tidak Ya (karateristik nyeri : terassa seperti di tusuk – tusuk jarum, nyeri tidak tertahankan bila tangan
digerakkan, klien mengatakan nyeri menjalar ke punggung, VAS 6/10)
Perubahan kulit pada wajah: tidak ada
Objektif:
Kulit: Intak Lembab Decubitus di ........................... Braden Scale:..........................................
KULIT DAN MUKOSA

Luka: Tidak Ya Klasifikasi luka: Kronik Akut Post op Ukuran:5 x 2 x 1 cm


Luka mengeluarkan cairan berwarna kuning dan tidak berbau, luka berwarna kemerahan

Turgor: Baik Menurun Buruk Akral hangat dingin Warna kulit: pucat kemerahan
Benjolan/massa diketiak kanan klien Edema pretibial atau sakral: Tidak Ya
Dermatitis: ......................................................... Herpes: .......................................................................

Laboratorium: Leukosit 8.700 Trombosit 375.000 D-Dimer ......... BT ........... CT ........... APTT ............
Natrium 129 mg/dl Chlorida 9,6 mg/dl Kalium 4,8 mg/dl. Kalsium .......................
Terapi: Ceftriaxone 2x1
Traansamin 2x1
Vit K 2x1
Masalah keperawatan:
Gangguan integritas kulit dan Jaringan
Nyeri Kronik

38 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Subjektif:
BAK: tidak ada keluhan
BAB: Frekuensi 1 x/hari Karakteristik feses: lunak
Konstipasi: Tidak Ya
Diare: Tidak Ya > 4x/hari 4–6x/hari > 7x/hari, perlu cairan IV
Nyeri saat berkemih: Tidak Ya Nyeri saat BAB: Tidak Ya
ELIMINASI

Objektif:
Urine: warna kuning retensi inkontinentia terpasang kateter urine: Tidak Ya
Output: .......... cc/.... jam Balans cairan: ...................../.....jam
Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium: tanggal .......................Ureum 9 mg/dl Kreatinin 0,5 mg/dl....CCT.......................................................................
Radiologi:
Terapi:
Masalah Keperawatan: -
Subjektif:
Keluhan sakit kepala: Tidak Ya, jelaskan karakteristiknya ..................................................................................................
Insomnia: Tidak Ya Penyebab: Nyeri

Objektif:
NEUROLOGI

Tingkat kesadaran: Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Soporo-comatous Coma .


Orientasi: Waktu Ya Tidak Tempat Ya Tidak Orang Ya Tidak
Bahasa: Disfonia Ya Tidak

Pemeriksaan Penunjang:
CT scan kepala/vertebra, tanggal ..................... Interpretasi: .............................................................................................................
MRI Brain/Vertebra, tanggal ........................... Interpretasi: .............................................................................................................
Terapi: ................................................................................................................................................................................................
Masalah keperawatan: -
Subjektif:
Kesulitan ambulasi: Tidak Ya
Gangguan penglihatan: Tidak Ya..................................... Menggunakan kacamata: ............................................
Gangguan pendengaran: Tidak Ya........................................
FUNGSI MOTORIK - SENSORIK

Masalah pengecapan: Tidak Ya................................... Masalah penghiduan: Tidak Ya.............................


Fatique: Tidak Ya
Objektif:
Mobilisasi: Mandiri Duduk/berbaring Dibantu sebagian Dibantu total

Kekuatan otot: 1111 5555


5555 5555
Ekstremitas: Simetris Asimetris Atrofi Hipertrofi
Kelumpuhan: Tidak Ya Tetraplegi Hemiplegia Paraplegia
Kelemahan: Tidak Ya Tetraparese Hemiparese Paraparese
Kemampuan komunikasi verbal: jelas relevan tidak relevan
Pemeriksaan Penunjang:
EMG, tanggal................... Interpretasi: .............................................................................................................................................
Terapi:
Masalah Keperawatan: intoleransi aktivitas
REPRODUKSI

Subjektif:
Pola seksual setelah sakit: Tidak terganggu Terganggu
♀ Perdarahan per vaginam: Tidak Ya (sejak kapan, karakteristik ..................
Keputihan: Tidak Ya (sejak, karakteristik.........................
Perdarahan di luar haid: Tidak Ya (sejak kapan, karakteristik .........................
♂ Penis: Benjolan Luka Edema Nyeri
Tanda-tanda peradangan: Tidak Ya: .................................................

39 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Sekret: Kuning Merah Bau


Skrotum: Hipertrofi Hernia Edema
Objektif:
Discharge .........................
Fistula...........................................................
Pemeriksaan Penunjang:
Pap’s Smear, tanggal .................. Interpretasi: ........................................
Tumor marker: ...........................................................................................
Terapi:
Masalah Keperawatan:
DOMAIN PSIKOSOSIAL
Subjektif:
Perasaan terhadap perubahan fisik yang dialami: klien menerima penyait yang diderita saat ini
Harapan terhadap diri dengan perubahan fisik yang dialami: klien berharap bisa sembuh
Perubahan peran selama sakit: selama sakit pekerjaan rumah dilakukan oleh anak klien
Mekanisme pertahanan diri untuk menangani stres: klien mengatakan bahwa peyakitnya ini adalah cobaan dari Allah
Nilai budaya:
Keamanan dan kenyamanan lingkungan terkait perubahan fisik : klien mengatakan lebih nyaman berbaring dan tidak banyak
bergerak

Objektif:
Komunikasi non verbal: tidak mau melihat bagian tubuh tertenu: tidak. tidak mau menyentuh: ya , karena sakikt
Penampilan: lemah
Ekspresi wajah: meringis menahan sakit
Terapi: -
Masalah keperawatan: -

DOMAIN SPIRITUAL
Subjektif:
Makna hidup, penyakit dan kematian: klien meyakini bahwa sakit yang dialami merupakan cobaan dari Allah
Pola hubungan keluarga, teman, komunitas: baik
Harapan keluarga terhadap kondisi saat ini: keluuarga berharap klien bisa sembuh, karena merasa kasihan kepada klien
Nilai dan keyakinan keagamaan yang dilakukan sejak sakit: lebih banyak berdoa dan berzikir
Pesan bagi anggota keluarga: klien berharap keluarga sabar mendampingi
Masalah keperawatan: -
DOMAIN CAREGIVER DAN KELUARGA
Subjektif:
Orang yang paling bermakna bagi pasien: keluarga (anak)
Orang yang akan membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan perawatan: anak
Tingkat pengetahuan keluarga dan caregiver tentang penyakit hingga dying: tidak terkaji
Kebutuhan akan caregiver saat ini dan akan datang: tidak terkaji
Kebutuhan keluarga (anak dan pasangan) untuk bertemu/komunikasi: tidak terkaji
Pemahaman dan kesiapan keluarga untuk ditinggalkan pasien: tidak terkaji
Tingkat beban dan stres caregiver: tidak terkaji
Objektif:
Respon non verbal saat interaksi
DNR.....
Masalah keperawatan: -

40 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

B. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS: infiltrasi tumor Nyeri Kronis


 Klien mengatakan nyeri pada
lengan kanan
 Klien mengatakan nyeri tidak
tertahankan apabila tangan
digerakkan
 Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk –
tusuk jarum
 Klien mengatakan nyeri
menjalar ke pungggung
DO:

 Klien tampak meringis


menahan sakit
 Klien tampak membatasi gerak
 Skala nyeri: 6/10
 Frekuensi nadi: 88x/menit
 limfedema
2 DS: Peningkatan Defisit nutrisi
 Klien mengatakan tidak nafsu kebutuhan
makan metabolisme
 Klien menngatakan tidak
menyukai makanan rumah
sakit
 Klien mengatakan mual
 Klien mengatakan hanya
menghabiskan ¼ porsi diit
yang disediakan RS
DO:

 BB: 41 kg
 TB: 150 cm
 BMI: 17,85 (kurus)
3 DS: Faktor mekanis Gangguan integritas
 Klien mengatakan ada luka (mastektomi) jaringan
pada ketiak
DO:

 Tampak ada luka di ketiak


klien dengan ukuran 5 x 2x 1

41 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

cm
 Luka berwarna kemerahan
 Luka menngeluarkan cairan
berwarna kuning, tidak berbau

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor


2. defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
3. ganguan integritaas kulit berhubungan dengan faktor mekanis (mastektomi)

42 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

43 Aplikasi 2 Keperawatan Medikal Bedah – F.Kep UNAND


Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

RENCANA KEPERAWATAN

N Diagnosa Keperawatan LUARAN INTERVENSI


O

1 Nyeri Kronis berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri


dengan infiltrasi tumor
dalam 3 x 24 jam kontrol nyeri meningkat Observasi:
dengan kriteria hasil:
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan intensitas nyeri
a. Pasien melaporkan nyei terkontrol b. Identifikasi skalan nyeri
b. Kemampuan mengenali onset nyeri c. Identifikasi faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri
meningkat d. Identifikasi pengaruh nyeri terhaddap kualitas
c. Kemempuan mengenali penyebab hidup
e. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
nyeri meningkat telah diberikan
d. Kemampuan menggunakan teknik f. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
non farmakologis meningkat
g. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
e. Keluhan nyeri menurun
mengurangi nyeri
f. Penggunaan analgetik menurun h. Fasilitas istirahat dan tidur
i. Pertimmbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
j. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
k. Jelaskan strategi meredakan nyeri
l. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
m. Anjurkan menggunakan nalgetik yang tepat
n. Anjurkan menggunakan teknik non farmakologi
unutk mengurangi rasa nyeri
Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Kolaborasi:
o. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi


dengan peningkatan
status nutrisi pasin meningkat dengan kriteria Observasi
kebutuhan metabolisme
hasil:
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikassi alergi dan intoleransi makanan
a. Porsi makanan yang dihabiskan c. Identifikasi makanan yang disukai
meningkat d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e. Monitor asupan makanan
b. Berat badan membaik f. Monitor berat badan
c. Indeks massa tubuh meningkat g. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik:
d. Frekuensi makan membaik
h. Lakukan oral hygiene sebelum makan
e. Nafsu makan membaik
i. Fasilitasi menentukan pedoman diet
Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

f. Verbalisasi keinginan untuk j. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein


Edukasi:
meningkatkan nutrisi meningkat
k. anjurkan posisi duduk, jika mampu
l. anjurkan diet yang diprogramkan
kolaborasi:
m. kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
n. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

3 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan luka


berhubungan dengan faktor
integritas kulit meningkat dengan kriteria Obervasi:
mekanis (mastektomi)
hasil:
a. Monitor karakteristik luka
b. Monitor tanda – tanda infeksi
a. Kerusakan lapisan kulit menurun Terapeutik:
b. Nyeri menurun
c. Lepasskan balutan dan plester secara perlahan
c. Kemerahan menurun d. Bersihkan dengan cairan NaCl
e. Pasang balutan sesuai jenis luka
d. Perdarahan menurun
f. Pertahankan teknik steril saat melakukan
e. Suhu kulit membaik perawatan luka
g. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
h. Berikan diet dengan kalori 30 – 35
kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5 g/kgBB/hari
Edukasi:
i. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
j. Ajarkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
k. Ajarkan prosedur perawatan luka secaara mandiri
Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Kolaborasi:
l. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Pengkajian Keperawatan Model Peaceful End of Life 2020

Anda mungkin juga menyukai