Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN KADAR

SENYAWA BORAKS PADA MAKANAN MIE BASAH

Dosen Pembimbing
Febrina Sarlinda,ST.,M.Eng

Disusun Oleh :

MONICA YOLANDA
1913451004

D3 SANITASI REGULER 1 SEMESTER 3

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I
PENDAHULUAN

UJI BORAKS PADA MAKANAN

Hari/Tanggal : Senin 08 November 2020


Tempat : Waylayap,Natar,Lampung selatan
Tujuan :
1. Mengetahui cara penentuan kandungan boraks pada makanan.

2. Mengetahui ciri-ciri makanan yanga mengandung boraks.

Latar Belakang

Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai bahan pengawet merupakan


faktor utama penyebab penggunaan boraks pada produk makanan. Beberapa survei
menunjukkan, alasan produsen menggunakan boraks sebagai bahan pengawet karena
daya awet dan mutu yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya,
tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan.

Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung membeli


makanan berharga murah, tanpa mengindahkan kualitas. Dengan demikian,
penggunaan boraks pada produk makanan dianggap hal biasa. Sulitnya membedakan
produk yang dibuat dengan penambahan boraks juga menjadi salah satu faktor
pendorong perilaku konsumen tersebut.

Maraknya kasus zat pengawet pada produk makanan seperti pada mie, tahu,
dan ikan asin sungguh memprihatinkan. Dibalik nikmatnya hidangan tersebut, zat
kimia berbahaya ikut menyelinap masuk ke tubuh kita. Namun kita sebagai konsumen
sulit untuk menentukan apakah makanan yang kita santap mengandung boraks atau
tidak. Kandungan boraks hanya bisa diketahui melalui uji laboratorium. Oleh karena
itu praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui uji kandungan boraks pada
beberapa produk pangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Boraks

Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat


(NaB4O7). berbentuk padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium
hidroksida dan asam borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya boraks identik
dengan bahaya asam borat (Khamid, 1993).

Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai


berikut : jarak lebur sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian
air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan
dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam
tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul
airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam
metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan garam
alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk
halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta
agak manis (Khamid, 2006).

B. Karakteristik Boraks

Boraks atau Natrium tetraborat memiliki berat molekul 381,37. Rumus


molekul Na2B4O7.10H2O. Pemeriannya berupa hablur transparan tidak
berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau. Larutan bersifat basa
terhadap fenolftalein. Pada waktu mekar di udara kering dan hangat, hablur
sering dilapisi serbuk warna putih. Kelarutan boraks yaitu larut dalam air;
mudah larut dalam air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol
(Ditjen POM, 1995).

Natrium tetraborat mengandung sejumlah Na2B4O7 yang setara


dengan tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 105,0 %
Na2B4O7.10H2O. Larutan boraks bersifat basa terhadap fenolftalein, mudah
larut dalan air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol (Ditjen
POM 1995).

C. Fungsi Boraks

Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang
menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme).
Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat
oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai
bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid,
2006).
Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau klorida pada
boraks. Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata yang
dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur,
semprot hidung dan salep luka kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum
atau digunakan pada bekas luka luas, karena beracun bila terserap oleh tubuh
(Winarno dan Rahayu, 1994).

Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan


sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen,
siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan,
boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan
memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).

D. Macam-macam Metode Uji Boraks

i. Uji Kualitatif

Beberapa uji kualitatif untuk boraks, antara lain: reaksi dengan


H2SO4 dan metanol pada abu sampel; reaksi kertas tumerik dan
amonia dengan penambahan H2SO4 dan etanol; dan reaksi H2SO4
pada larutan sampel. Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada
sampel yang telah diabukan dalam tanur akan menghasilkan nyala
berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin
1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang
bersifat asam akan menghasilkan warna merah cemerlang yang
berubah menjadi hijau tua kehitaman (Balai Besar POM, 2007).

Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan sampel yang


bersifat asam. Jika terdapat Na2B4O7 atau H3BO3, maka kertas
berwarna merah akan berubah menjadi hijau biru terang (Cahyadi,
2006). Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan asam dari sampel
menghasilkan coklat merah intensif ketika kertas mengering, yang
berubah menjadi hijau kehitaman jika diberi larutan amonia; reaksi
dengan penambahan H2SO4 dan etanol pada sampel, akan
menghasilkan nyala hijau jika dibakar (Clarke, 2004).

Reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada larutan sampel dalam


akuades bebas CO2 akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar; dan
penambahan phenolftalein ke dalam larutan sampel dalam akuades
bebas CO2 menghasilkan warna merah yang hilang dengan
penambahan 5ml gliserol (British Pharmacopoeia, 1988).

Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada sampel yang telah
disentrifugasi akan menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar;
reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin 1% dalam metanol dengan
penambahan amonia pada larutan abu yang bersifat asam akan
menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi hijau tua
kehitaman ( Modifikasi Balai Besar POM, 2007).

ii. Uji Kuantitatif

Beberapa uji kuantitatif untuk boraks, yaitu: metode titrimetri;


titrasi asam basa; titrasi dengan penambahan manitol; dan metode
spektrofotometri. Penetapan kadar asam borat dalam pangan dengan
metode titrimetri, yaitu dengan titrasi menggunakan larutan standar
NaOH dengan penambahan gliserol akan menghasilkan warna merah
muda yang mantap pada titik akhir titrasi (Helrich, 1990).

Penetapan kadar boraks dalam sampel berdasarkan titrasi asam


basa dengan menggunakan larutan standar HCl (USP, 1990).
Penetapan Kadar boraks dalam sampel dengan penambahan manitol
dan indikator phenolftalein dititrasi menggunakan larutan NaOH
menghasilkan larutan merah muda pada titik akhir titrasi (British
Pharmacopoeia, 1988). Penetapan kadar boraks dengan
spektrofotometri, dengan mengukur serapan dari destilasi larutan
sampel yang diberi larutan kurkumin dan etanol menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 542 nm
(Zulharmita, 1995).

E. Karakteristik Sampel

Mie basah

Menurut astawan (1999), mie basah adalah jenis mie yang mengalami
proses perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan, kadar air
mencapai 52%, sehingga daya tahan simpannya relative singkat yaitu dalam
40 jam dalam suhu kamar

Zat Gizi Mie Basah Zat Gizi Mie Basah


Energy (kal) 86 Besi 0,8
Protein (g) 0,6 Vitamin A -
Lemak (g) 3,3 Vitamin B1 (mg) -
Karbohidrat 14 Vitamin C (mg) -
(g)
Kalsium 13 Air (mg) 80
(mg)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

F. Alat dan Bahan

Alat

1. Beakker glass 500 ml


2. Beakker glass 50 ml
3. Spatula pengaduk
4. Cawan petri
5. Cawan porselin dan mortar
6. Gelas ukur 10 ml
7. Tabung reaksi
8. Rak tabung reaksi
9. Sentrifugator
10. Penangas listrik
11. Keranjang plastik

Bahan

12. Bakso
13. HCl
14. Reagent A dan B
15. Air Mendidih
16. Tissue
17. Label
BAB IV

G. Prosedur Kerja Boraks


1. Sampel dicincang kecil-kecil.
2. Masukkan sampel sebanyak1gram kedalam tabung reaksi 10 ml.
3. Tambahkan aquades sebanyak 2-3 ml.
4. Aduk sampel dengan menggunakan spatula hingga tercampur rata.
5. Teteskan reagen boraks sebanyak 20 tetes. Kemudian celupkan paper test kit
(kertas lakmus) dan tempel paper test kit disamping tabung reaksi, tunggu hingga
10 menit dibawah terik matahari. Dengan tujuan agar reagen boraks bereaksi
dengan maksimal.
6. Setelah 10 menit, lihat perubahan warna pada paper test kit. Apabila paper test kit
berubah warna menjadi merah bata atau merah kecoklatan, maka sampel
dinyatakan positif mengandung boraks. Dan jika tidak terjadi perubahan warna,
maka sampel dinyatakan negatif mengandung boraks.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

H. Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

Pada praktikum uji kandungan boraks, pertama disiapkan sampel sebanyak 10


gram. Sampel yang digunakan yaitu mie basah. Sampel tersebut diberi dua perlakuan
yang berbeda yaitu dilakukan perendaman dengan menggunakan air panas dan tanpa
perendaman dengan menggunakan air panas. Perbedaan perlakuan ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perendaman terhadap kandungan boraks dalam sampel.
Selanjutnya sampel dicincang dan dihaluskan menggunakan mortar dan alu agar zat-
zat yang terdapat dalam sampel bisa cepat larut atau mempermudah pelarutan.
Kemudian sampel tersebut ditambahkan 10 ml air mendidih. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pelarutan zat-zat yang terdapat di dalam sampel.

Selanjutnya ditambahkan asam klorida (HCl) sebanyak 5 ml. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan kelarutan boraks dan mempermudah identifikasi, sehingga
apabila pada sampel mengandung boraks maka akan lebih larut. Selain itu juga
ditambahkan 4 tetes reagent cair. Reagent cair ini berfungsi sebagai pereaksi. Setelah
dilakukan pencampuran bahan-bahan tersebut, maka dicelupkan kertas uji sampai
terendam sebagain. Kertas uji tersebut digunakan sebagai indikator untuk menentukan
ada atau tidaknya kandungan boraks pada sampel. Kemudian kertas uji dikering
anginkan agar cepat terjadi reaksi perubahan warna. Terakhir adalah dilakukan
pengamatan perubahan warna yang terjadi pada kertas uji. Apabila kertas uji
warnanya berubah menjadi warna merah maka sampel yang diuji positif mengandung
boraks.

Sampel hasil uji boraks


i. Analisis Data

Berdasarkan data pengamatan, dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan


yaitu mie basah yang positif mengandung boraks yaitu pada perlakuan tanpa
perendaman.

Pada perlakuan tanpa perendaman, setelah dilakukan pengujian sampel mie


basah menunjukkan terjadinya perubahan warna pada kertas uji yakni menjadi merah.
Hal ini menunjukkan bahwa mie basah tersebut positif mengandung boraks.
Sedangkan pada perlakuan perendaman dengan air panas menunjukkan bahwa tidak
ada sampel yang mengandung boraks.

Pada perlakuan perendaman dengan menggunakan air panas, sampel mie


basah tidak menunjukkan adanya kandungan formalinnya. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa proses perendaman menggunakan air panas mempengaruhi kandungan boraks,
yaitu dapat menurunkan kandungan boraksnya.
BAB VI
PENUTUP

j. Kesimpulan

 Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai


berikut :
 Pada uji boraks sampel yang positif mengandung boraks setelah di uji akan
berwarna merah bata.
 Sampel mie basah positif mengandung boraks pada perlakuan tanpa
perendaman.
 Pada perlakuan perendaman dengan air panas menunjukkan bahwa tidak ada
sampel yang mengandung boraks.
 Proses perendaman menggunakan air panas mempengaruhi kandungan boraks,
yaitu dapat menurunkan kandungan boraksnya.

K. Saran

Sebaiknya saat melakukan praktikum tidak gaduh dan gunakan sarung tangan dan juga
masker.
BAB
DAFTAR
VII PUSTAKA

 Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
 Astawan, M. 1999. Membuat mie dan Bihun. Jakarta : Penebar Swadaya.
 Balai Besar POM. 2007. Instruksi kerja : Identifikasi Boraks Dalam Makanan.
Medan.
 British Pharmacopoeia. 1988. British Pharmacopoeia, Volume I & II. London:
Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). Page 4788.
 BSNI. 1998. SNI 01-3142-1998 : Syarat Mutu Tahu. Jakarta : Badan Standarisasi
Nasional Indonesia.
 Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta :
Penerbit Bumi Aksara.
 Clarke, E. G. C., Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2004. Clarke’s Analysis
of Drugs and Poisons. London : Pharmaceutical Press.
 Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan :
Jakarta.
 Djarijah, A.S. 1995. Pakan ikan alami . Yogyakarta : Kanisius.
 Helrich, K.C., (ed), 1990, Official Methods of Analysis Association of Official
Analytical Chemist (AOAC) 15th Ed., 780-781, Association of Official Analytical
Chemicts Inc, USA.

Anda mungkin juga menyukai