Anda di halaman 1dari 9

PERTEMUAN KE 6

“SISTIM KEUANGAN KONVENSIONAL”

Pengertian

Sistem keuangan merupakan suatu aturan perekonomian di Negara yang berperan dalam
berbagai aktivitas jasa keuangan yang dilaksanakan oleh lembaga keuangan. Tugas utama
sistem keuangan yaitu sebagai perantara dana yang tersedia (loanable funds) dari penabung
kepada pengguna dana untuk kemudian digunakan menambah barang dan jasa-jasa serta
investasi sehingga perekonomi dapat tumbuh dan meningkatkan taraf kehidupan.
Sistim keuangan mempunyai peran penting dan strategis dalam perekonomian suatu
Negara. Beberapa contoh dan bukti sejarah menunjukkan bahwa ketidak stabilan sistim
keuangan dapat menimbulkan dampak yang luas terhadap perekonomian.
Contoh :
1. Kebangkrutan ekonomi terbesar yang terjadi tahun 1929 – 1930
2. Krisis ekonomi Asia pada tahun 1997
3. Krisis global tahun 2007 - 2008
Sistim keuangan adalah sistim yang memungkinkan terjadinya transfer keuangan antara
pihak kelebihan dana dan pihak kekurangan dana. Sistim tersebut terdiri atas kumpulan
lembaga, pasar, instrument, produk, jasa, praktik dan transaksi keuangan yang sederhana
maupun kompleks dan saling berinteraksi satu sama lain.
Arus dana melalui intermediasi keuangan merupakan pembiayaaan secara tidak langsung
karena pemilik dana tidak langsung bertemu dengan pengguna dana melainkan melalui
perantaraan pihak lain yaitu Bank.
Sedangkan Arus dana melalui pasar keuangan merupakan pembiayaan secara langsung
karena pemilik dana langsung menyalurkan dananya kepada pengguna dana melalui
pembelian surat hutang (srt berharga) yang diterbitkan oleh pengguna dana.

Pentingnya fungsi inetermediasi dalam sistim keuangan karena :


1. Biaya Transaksi
2. Pembagian risiko
3. Biaya Informasi :
 Tabungan dan Deposito
 Pendanaan
 Investasi
 Pertumbuhan Ekonomi
 Pengeluaran Pemerintah

1
Kelembagaan Sistim Keuangan di Indonesia

1. Otoritas Sistem Keuangan


Sistim keuangan merupakan salah satu sistim yang paling komplek dan paling banyak
diatur mengingat adanya peluang terjadinya asymmetric information moral hazard dan
systemic risk yang dapat menimbulkan krisis yang mengakibatkan kebangkrutan suatu
perekonomian.
Otoritas yang berkepentingan dalam suatu sistim keuangan di Indonesia adalah Bank
Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
BI merupakan otoritas yg berkewenangan mengatur dan mengawasi pada level “system”
yaitu system moneter, sistem keuangan dan system pembayaran.
Sedangkan OJK dan LPS kewenangannya lebih terbatas yaitu kewenangan yang berkaitan
dengan lembaga keuangan secara individual sehingga cukup diatur dengan undang-undang
saja.

2. Bank Sentral
Secara umum Bank Sentral atau di Indonesia Bank Indonesia memiliki tugas untuk
menjaga stabilitas moneter, stabilitas system keuangan serta stabilitas system pembayaran.
Jika stabilitas moneter terganggu misalnya karena adanya tingkat inflasi yang tinggi atau
nilai rupiah yg melemah tajam terhadap mata uang asing, akan mengakibatkan terjadinya
ketidak pastian yang mengganggu kegiatan perekonomian. Stabilitas sistim keuangan yang
terganggu karena terjadinya krisis berakibat fatal terhadap perekonomian suatu Negara.
Lebih detailnya, lihat bab sebelumnya Bank Indonesia yang telah dibahas.

3. Otoritas Jasa Keuangan


Pembentukan OJK merupakan amanah UU No.23 th.1999 yg menyebutkan bahwa tugas
pengawasan terhadap Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sector jasa keuangan
independen yg dibentuk dengan undang-undang.
OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi
independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran. Yang mana
mengingatkan pemikiran pada prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan benar
yang terdiri dari 5 prinsip yang disingkat dengan TARIF, yaitu :
a. Transparancy adalah sebagai keterbukaan untuk menyediakan informasi yang cukup
akurat, dan tepat waktu
b. Accuntability adalah dengan adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem, kejelasan akan
hak dan kewajiban serta wewenang dari elemen-elemen yang ada
c. Responsibility adalah  kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku

2
d. Independency adalah mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa
adanya benturan kepentingan dan tekanan atau intervensi dari pihak manapun maupun
yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Fairness adalah menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
shareholders dan stakeholders sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Adapun dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan dikemukakan bahwa OJK dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
berlandaskan asas-asas sebagai berikut: 
1. Asas Independensi
Yakni independen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Asas Kepastian Hukum
Yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.
3. Asas Kepentingan Umum
Yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta
memajukan kesejahteraan umum.
4. Asas Keterbukaan
Yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan,
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak pribadi dan golongan, serta rahasia
negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
5. Asas Profesionalitas
Yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas
Jasa Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Asas Integritas
Yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan
keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.
7. Asas Akuntabilitas
Yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan
penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik.

OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
1. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
2. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
3. mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

3
1. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
2. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan
3. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Wewenang OJK :
1. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank
2. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank
3. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank
4. pemeriksaan bank.

OJK sendiri berfungsi untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Bagi masyarakat
tentunya dengan adanya OJK akan memberikan perlindungan dan rasa aman atas investasi
atau transaksi yang dijalankan lewat lembaga jasa keuangan. Bagi pemeritah memberikan
keuntungan rasa aman bagi masyarakatnya dan perolehan pendapatan dari perusahaan
berupa pajak atau peryediaan barang dan jasa yang berkualitas baik. Sedangkan bagi dunia
usaha , dengan adanya OJK maka perolehannya semakin baik dan perusahaan yang
dijalankan makin sehat dan lancar.

4. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Fungsi LPS adalah menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif memelihara
stabilitas sistim perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Bentuk & Status Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1. LPS dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
2. LPS adalah badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
3. LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya.
4. LPS bertanggung jawab kepada Presiden.
5. LPS berkedudukan di Jakarta dan dapat mempunyai kantor perwakilan di wilayah
negara Republik Indonesia

Fungsi, Tugas & Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.

4
2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannnya.

Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.
2. Melaksanakan penjaminan simpanan.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas
sistem perbankan.
4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang
tidak berdampak sistemik.
5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.

Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Kewenangan LPS dalam memenuhi fungsi dan menjalankan tugasnya adalah sbb.:
1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta.
3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan
laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank.
5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada angka 4.
6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.
7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi
kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.
8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan.
9. Menjatuhkan sanksi administratif.

5. Kelembagaan Sistim Pengawasan Keuangan di beberapa Negara


Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan yang efektif bagi Negara tidak hanya mencakup
bentuk struktur yang strategis tetapi juga kriteria yang harus menjadi pertimbangan dalam
menetapkan lembaga pengawas jasa keuangan itu sendiri.
Hal ini tidak terlepas dari pelajaran yang diperoleh dari krisis keuangan Asia 1997/1998
dan krisis keuangan global 2008/2009 serta krisis ekonomi yang dialami sejumlah negara di
Eropa antara lain Yunani, Italia dan Spanyol pada tahun 2010/2011 yang tidak hanya
mempurukkan perekonomian negara tersebut bahkan sudah menjadi krisis politik sehingga
menjatuhkan pimpinan/perdana menteri negara Yunani dan Italia.
Demikian pula halnya dengan krisis ekonomi berupa defisit anggaran Amerika Serikat yang
sangat besar sejak tahun 2010 hingga saat ini. Hal tersebut harus menjadi pertimbangan
dalam memperbaiki dan mengatasi kekurangan yang masih ada dalam pengawasan jasa
keuangan.

5
Inggris dan Negara lain di Eropa
Perubahan Struktur Pengawasan Keuangan Era Krisis 1997/1998, Krisis 2007/2008 dan
Krisis tahun 2010/2011. Pada bulan Juni 1998 Bank of England menyerahkan
tanggungjawab pengawasan bank kepada Financial Service Authority (FSA) yang baru
dibentuk yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan semua segmen sistem keuangan.
Peralihan tersebut menandai suatu perubahan penting dalam konsep tentang pengawasan
sistem keuangan. Sesungguhnya, kejadian itu merupakan pertama kalinya suatu Negara
industri besar dan merupakan pusat keuangan dunia memutuskan untuk menempatkan
tugas pengawasan seluruh sistem keuangan kepada suatu badan otoritas tunggal dan tidak
kepada bank sentral (Donato Masciandaro &March Quintyn 2009).

Sesungguhnya Inggris bukanlah Negara pertama yang menyatukan struktur


pengawasannya. Negara-negara Skandinavia 7 seperti Norwegia, Icelandia, dan Denmark
masing-masing pada tahun 1986, 1988 dan 1991 telah lebih dulu daripada Inggris dalam
menetapkan afternatif krisis keuangan domestik. Namun demikian tidak berkelebihan untuk
dikemukakan bahwa pendirian Financial Service Authority (FSA) DI Inggris merupakan
reorganisasi pertama yang menjadi perhatian pemberitaan media masa dunia saat itu. Sejak
tanggal bersejarah di Inggris tersebut, jumlah badan pengawasan tunggal tumbuh dengan
cepatnya di seluruh dunia, terutama di Eropa.

Disamping di Inggris, tiga Negara anggota tertua dari European Union yaitu Austria,
Belgia, dan Jerman masing-masing tahun 2002, 2004, dan 2002 telah menyerahkan tugas
pengawasan keseluruhan sistem keuangan kepada otoritas tunggal di luar bank sentral.
Demikian pula Swiss pada tahun 2009 berubah kearah model yang sama. Negara-negara
tersebut melakukan perubahan bersama-sama lima Negara anggota European Union yang
baru lainnya yaitu Estonia, Latvia, Malta, Hungaria dan Polandia masing-masing pada
tahun 1999, 1998, 2002, 2000 dan 2006.

Beberapa Negara yang mempertimbangkan melakukan perubahan kelembagaan sebelum


krisis 2007/2008 meyakini bahwa arsitektur pengawasan perlu ditangani. Negara-negara
yang sebelumnya telah melakukan perubahan saat ini sedang mempertimbangkan
kembali/ulang arsitektur pengawasan mereka berkaitan dengan pengalaman krisis
2007/2008. Dalam perkembangannya pengawasan perbankan oleh Financial Service
Authority (FSA) di Inggris mengalami kegagalan sehingga pengawasan perbankan
diserahkan kembali ke Bank of England (bank sentral Inggris).

6
Korea

Sebelum Financial Supervisory Service (FSS) didirikan, sistem pengawasan keuangan


Korea sebagian besar terfragmentasi, dengan sektor perbankan, sekuritas, asuransi, dan
non-bank dikelola dan diatur secara individual oleh lembaga terpisah. 
Financial Supervisory Service ( FSS ) adalah regulator keuangan terintegrasi Korea
Selatan yang memeriksa dan mengawasi lembaga keuangan di bawah pengawasan
luas Financial Services Commission (FSC), otoritas regulasi pemerintah yang dikelola oleh
pegawai negeri.
FSS bertindak sebagai pengawas eksekutif untuk FSC dan pada prinsipnya melakukan
pemeriksaan terhadap lembaga keuangan bersama dengan penegakan hukum dan kegiatan
pengawasan lainnya sebagaimana diarahkan atau dibebankan oleh FSC
Financial Services Commission (FSC) sebagai otoritas kebijakan dan pengawasan industry
keuangan di Korea yang didirikan pada April 1998 dengan tujuan untuk memelihara
integrasi pasar keuangan dengan cara meningkatkan sistim perkreditan yang sehat dan
praktik bisnis yang wajar. Di Korea, pengawasannya oleh FSC (Financial Supervisory
Commission) yang attached ke Kemenkeu dan FSS (Financial Supervisory Services) yang
lebih independen.
Selanjutnya, kewenangan pengawasan dibagi menjadi dua entitas yang mengatur, yaitu
Lembaga Pengawas dan Kementerian Keuangan dan Ekonomi (dulu bernama Kementerian
Keuangan; sekarang Kementerian Strategi dan Keuangan). 
Di bawah sistem pengawasan terpisah ini, sektor perbankan diawasi oleh Bank of Korea
dan Kementerian. Sektor Sekuritas oleh Dewan Pengawas Sekuritas dan Kementerian, dan
Sektor Asuransi oleh Dewan Pengawas Asuransi dan Kementerian. 
Mengenai lembaga keuangan non-bank yang didirikan setelah tahun 1970-an, otoritas
keseluruhan ada pada Kementerian sementara fungsi pemeriksaan didelegasikan kepada
Otoritas Pengawas Perbankan dalam Bank of Korea dan Korporasi Penjamin Simpanan
Non-Bank Korea.
Komisi Jasa Keuangan Republik Korea (sebelumnya Komisi Pengawasan Keuangan)
adalah pengatur keuangan tertinggi dalam pemerintah Korea Selatan. Komisi Jasa
Keuangan membuat kebijakan finansial, dan mengarah langsung kepada Jasa Pengawasan
Keuangan.
Komisi Pengawasan Keuangan didirikan pada tahun 1998. Pada masa awal pemerintahan
Presiden Lee Myung-bak, Komisi Pengawas Keuangan diubah menjadi Komisi Jasa
Keuangan; komisi yang baru mengambil alih pembuatan kebijakan dari Kementerian
Keuangan

7
Tujuan
Tujuan Jasa Pengawasan Keuangan adalah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan
ekonomi nasional dengan :
a. mendorong kemajuan industri keuangan dan stabilitas pasar keuangan; 
b. membangun pesanan kredit yang sehat dan praktik transaksi keuangan yang adil; dan
c. melindungi konsumen keuangan, seperti deposan. (Pasal 1, Undang-Undang Pendirian,
dll. Komisi Jasa Keuangan)

Australia
Pengaturan dan pengawasan sistim keuangan di Australia dilakukan oleh 4 lembaga, yaitu :
1. The Australian Prudential Regulation Authority (APRA)
APRA didirikan pada Juli 1998 sebagai badan pengawas sector keuangan yg menetapkan
peraturan kehati-hatian bagi sector jasa keuangan.
Lembaga yang menjadi obyek pengawasannya antara lain : Bank, Asuransi, Penyedia
Retirement saving Accounts, Trustee of a super annuation entity.
APRA adalah otoritas pengawas sektor keuangan di Australia dan mengambil alih tugas
Reserve Bank of Australia (RBA) dan Insurance and Superannuation Committee
(ISC). Lembaga yang dibentuk pada tanggal 1 Juli 1998 menjalankan
fungsi pengawasan micro-prudential lembaga keuangan yang terdiri dari bank, credit
union.

2. The Australian Securities and Investment Commission (ASIC)


ASIC adalah lembaga yang berwenang mengawasi pasar keuangan, sector intermediasi
keuangan, dan produk keuangan, termasuk investasi, asuransi dan aktivitas penghimpunan
dana (deposit taking). Tujuan utama ASIC adalah melindungi pasar dana nasabah dari
kejahatan dan kecurangan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap system keuangan.

3. The Reserve Bank of Australian (RBA)


RBA semula mempunyai tanggungjawab terhadap stabilitas system keuangan dan
dipertegas lagi dengan perubahan struktur pengawasan system keuangan pada Juli 1998.
Untuk meningkatkan stabilitas system keuangan, RBA melakukan upaya pencegahan krisis
keuangan yang sistemik dan penanganan krisis keuangan sistemik, dengan menciptakan
dan menjaga inflasi yang rendah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

4. The Australian Treasury (Departemen Keuangan)


Departemen Keuangan Australia bertanggung jawab memberikan masukkan kepada
pemerintah mengenai stabilitas system keuangan dan kerangka peraturan perundang
undangan tentang infrastuktur system keuangan.

8
Daftar Lembaga OJK di berbagai negara :
No. NEGARA NAMA OTORITAS TAHUN KEWENANGAN
DIBENTUK
1 Inggris Financial Service 1997 Mengatur dan mengawasi perbankan,
Authority (FSA) perusahaan asuransi, dan perusahaan
sekuritas.
2 Singapura The Monetary Autho-rity 1977 Mengatur dan mengawasi perbankan,
of Singapore (MAS) perusahaan asuransi, dan perusahaan
sekuritas
3 Jepang Financial Service 2000 Mengatur dan mengawasi perbankan,
Authority (FSA) perusahaan asuransi, dan perusahaan
sekuritas
4 Norwegia Kredittilsynet 1986 Mengatur dan mengawasi perbankan,
perusahaan asuransi, dana pensiun, dan
perdagangan sekuritas.
5 Swedia Finansinspektionen 1991 Mengatur dan mengawasi perbankan,
perusahaan asuransi, dan perusahaan
sekuritas
6 Islandia Financial Supervisory 1998 Mengatur dan mengawasi perbankan,
Authority (FME) perusahaan asuransi, dana pensiun, dan
perusahaan sekuritas
7 Denmark The Danish Financial 1988 Mengatur dan mengawasi perbankan,
Supervisory Authority perusahaan asuransi, dan perusahaan
(DFSA) sekuritas
8 Australia The Australian Prudenti- 1998 Mengatur dan mengawasi perbankan,
al Regulation (APRA) perusahaan asuransi, building societies,
credit unions, dan friendly societies
9 Kanada Office of the Superin- 1987 mengatur dan mengawasi bank dan
tendent of Financial perusahaan asuransi di tingkat federal
Institution (OSFI) dan sekuritas di tingkat pemerintahan
provinsi
10 Korea Financial Services 1998 Mengatur dan mengawasi perbankan,
Comission (FSC) perusahaan asuransi, dan perusahaan
sekuritas

The Monetary Authority of Singapore (MAS) adalah OJK milik negara Singapura yang
dibentuk pada 1 Januari 1971. MAS pada awalnya memiliki kewenangan seperti bank
sentral yaitu mengawasi bank dan menentukan kebijakan moneter. Tahun 1977 MAS
mendapatkan mandat untuk mengatur dan mengawasi perusahaan asuransi dan tahun 1984
MAS mendapatkan mandat untuk mengatur dan mengawasi perusahaan sekuritas.

__________________

Anda mungkin juga menyukai