Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KONSEP RECOVERY DAN SUPPORTIVE ENVIRONMENT DALAM

PERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA

Dosen Pengampu : Ns. Abdul Wakhid, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.J.

Disusun oleh :
1. Omega Alvionita
2. Rizky Erwin
3. Savitri Sahdia
4. Sri buana Tungga Dewi
5. Fina Novianti

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Recovery

Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta
produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna
di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006
dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup,
bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery
berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et
al, 2008 dalam Stuart 2013).

Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang
berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan
oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-
orang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima
dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang
merupakan proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat
dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi,
okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan
memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013)

Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan


meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan
pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang
gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan.
Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim
tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis
okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat,manajer kasus, pengacara keluarga, pakar
pengambil kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga
elemen yaitu : individu, keluarga dan komunitas (Stuart, 2013)

B. Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien
gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien
dengan gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang
adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai
titik tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi
Generalis maupun Spesialis.

Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa


berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik
tolak terapi atau penyembuhan.

Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan


oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu
terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting
dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan
bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa.
Terapi alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013).

Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan


dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh
klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien
dapat memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses
pemulihan (Stuart, 2013).

C. Terapi Generalis

1. Terapi Psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam
menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat berjalan sendiri
dalam menangani masalah personal, social atau komponen lingkungan klien atau
respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan pendekatan yang
terintegrasi dan komperensif dalam merawat individudan gangguan jiwa.
 Peran perawat dalam psikofarmakologi
a. Pengkajian Klien
Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan pengkajian
dasar klien termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil laboratorium , evaluasi
kesehatan jiwa, pengkajian social budaya dan yang paling utama adalah riwayat
pengobatan untuk dilengkapi pada setiap klien sebelum diberikan pengobatan.
b. Kordinasi Tritmen Modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen yang
komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap klien bersifat
individu dan merupakan gambaran dari rencana tritmen. Kordinasi dalam
melakukan perawatan merupakan tanggung jawab utama perawat yang bersama-
sama dengan klien dalam membina hubungan terapiutik sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan.
c. Pemberian Obat
Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam mendapatkan
pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa pelayanan perawat bertugas
menentukan jadwal dosis berdasarkan dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien,
mengatur pemberian obat dan selalu waspada terhadap efek serta penanganan
efek obat.
d. Monitor Efek Obat
Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka. Peran dalam
memantau efek obat seperti membuat standarisasi pengukuran efek obat terhadap
target gejala, mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi
berlawanan dan mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta
keyakinannya terhadap perawatan. Obat harus diberikan sesuai dengan dosis
yang direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat sebelum menentukan
apakah memiliki dampak terapiutik yang adekuat pada klien.
e. Edukasi Pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan edukasi pada klien
dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi pemberian informasi lengkap
kepada klien dan keluarga sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan
dan menerimanya. Edukasi tentang obat merupakan kunci penting agar efektif
dan aman dalam mengonsumsi obat-obat psikotropika, kolaborasi klien dalam
merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap regimen terapi obat.

2. Terapi Tindakan Pada Keluarga


Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan
keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan
pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga
mereka.
Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan
keluarga yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif,
dan rujukan untuk terapi dan dukungan. Perawat sudah dipersiapkan dengan baik
untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam pengaturan klinis tradisional dan
nontradisional.
Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu
tindakan pada keluarga dalam program klinis, memberikan dan mempromosikan
tindakan pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi untuk keluarga dan
penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga.
 Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan anggota
keluarga untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat dengan dan atas
nama anggotakeluarga yang memiliki ketidakmampuan
 Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan tertentu
pada keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas untuk tindakan yang
mencakup asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga.
 Ilmu tindaka keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan dengan
penelitian dalam mengubah perilaku keluarga.

3. Iktisas Terapi Kelompok

Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap


anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin kelompok.
Anggota kelompok berasal dari berbagai latar belakang dan masing-masing memiliki
kesempatan untuk belajar dari orang lain diluar lingkaran sosialnya.mereka
dihadapkan dengan rasa iri hati, daya tarik, daya saing, dan banyak emosi lainnya dan
perasaan yang diungkapkan oleh orang lain (Yalom,2005).

Kelompok terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok memiliki tujuan


kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten terlibat dalam
engidentifikasi hubungan destruktif dan mengubah perilaku maladaptive mereka.
 Peran Perawat

Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengkordinir dan


mempelajari kelompok dan berpartisipasi di dalamnya pada waktu bersamaan.
Pemimpin harus selalu memantau kelompok dan bila diperlukan, membantu
kelompok mencapai tujuannya.

Kualitas pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang sama


pentingnya dalam hubungan terapiutik, secara khusus kemampuan perawat meliputi
sikap responsive dan aktif berimpati, ketulusan, dan kemampuan konfrontasi.

D. Terapi Spesialis

1. Guided Imagery
Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan
memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi untuk
mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta suasana hati (Stuart, 2013). Klien
yang menerima GI memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dan tingkat
depresi, ansietas dan stres yang lebih rendah dibandingkan dengan klien yang tidak
menerima GI (Apostolo dan Kolcaba, 2009). Selain itu teknik imagery telah
digunakan dalam berbagai kondisi dan populasi. Nyeri dan kanker adalah dua kondisi
di mana teknik imagery telah membantu baik pada orang dewasa ataupun anak-anak
(Lindquist, 2014).

2. Music Intervention
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan untuk
memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia, terapis musik bekerja di berbagai fasilitas dan perawatan kesehatan. Meskipun
terapis musik secara khusus dilatih untuk menggunakan musik dalam berbagai cara
terapi, ada banyak situasi di mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke
dalam rencana perawatan pasien (Lindquist, 2014).
Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah, gelombang otak,
suhu tubuh, pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan irama dan getaran yang
terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi (Crowe, 2004 dalam Lindquist,
2014). Intervensi musik memberikan pasien / klien stimulus menghibur yang dapat
membangkitkan sensasi menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke
musik bukan pada pikiran stres, nyeri, ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan
lainnya (Lindquist, 2014).

3. Humor
Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama antara
komedi-klub humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan humor terapi
sebagai terapi komplementer harus jelas untuk kepentingan klien atau pasien, bukan
untuk terapis/perawat sebagai kepuasan pribadi atau hanya untuk kesenangan
"(Steven Sultanoff, 2012 dalam Lindquist, 2014). Humor terapi telah didefinisikan
sebagai setiap intervensi yang mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dengan
merangsang ekspresi. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan, sebagai terapi
komplementer, memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi baik fisik, emosi, kognitif,
sosial, dan spiritual "(AATH, 2000 dalam Lindquist, 2014).

4. Yoga
Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan emosional
dengan menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan, kontrol nafas dan
meditasi. Teknik pernapasan yang digunakn dalam yoga dapat berhubungan dengan
stimulasi saraf vagus dan menyeimbangkan sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat
ini dapat mengurangi agitasi dan aktivitas pada beberapa klien depresi saat berlatih
meditasi (Stuart, 2013).
Sebuah studi menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8 minggu
diberikan tritmen standar untuk gangguan makan lebih bermanfaat dalam mengurangi
gejala gangguan makan daripada tritmen standar saja. Setelah selesai yoga, klien
mengalami sedikit rangsangan terhadap makanan dan cara makan, sehingga hal ini
menunjukkan efektivitas yoga dalam memfokuskan pikiran dan tidak terokupasi pada
pemikiran obsesif patologis (Stuart, 2013).

5. Biofeedback
Biofeedback merupakan suatu tindakan dimana respon fisiologis, seperti detak
jantung, hantaran kulit, suhu kulit, dan aktivasi otot dipantau dengan tujuan
mengajarkan klien untuk secara sadar mengatur proses tersebut. EEG Biofeedback
dikenal juga sebagai neuroterapi/ neurofeedback adalah biofeedback tertentu yang
menstransmisikan sinyal electroencephalogram (EEG) dan memberikan informasi
tentang aktivitas neuron di korteks serebral. Melalui pengkondisian operan atau
belajar, klien diajarkan menggunakan informasi tentang otak untuk mengubah atau
meningkatkan fungsinya (Stuart, 2013).
Perawat profesional ideal untuk memberikan biofeedback karena
pengetahuannya tentang fisiologi, psikologi, kesehatan dan penyakit di negaranya.
Perawat menggunakan biofeedback harus disertifikasi oleh Sertifikasi Biofeedback
International Alliance (BCIA, www.bcia.org), yang menawarkan sertifikasi dalam
biofeedback umum, neurofeedback, dan biofeedback disfungsi otot panggul
(Lindquist, 2014).

6. Meditation
Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien berfokus
pada pengalaman mereka. Klien diajarkan untuk menyadari sensasi, pikiran dan
perasaan yang dialami saat ini yang bertujuan untuk memungkinkan diri mengamati
pengalaman membuat tujuan, tidak menghakimi, serta menerima cara dan
menemukan sifat yang lebih dalam dari pengalaman (Tusaie dan Edds, 2009 dalam
Stuart, 2013). Praktik meditasi harus diawasi pada klien dengan masalah kesehatan
jiwa tertentu karena terapi ini memiliki potensi untuk menginduksi tingkat kesadaran
tertentu. Pendekatan meditasi yang berbeda dapat menghasilkan efek merangsang
yang dapat membangkitkan mania pada klien bipolar (Stuart, 2013).

7. Prayer
Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara manusia dan
Tuhan, komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara kepada Tuhan (Lindquist,
2014). Banziger, Van Uden, dan Janssen (2008) mencatat bahwa orang dapat melihat
doa sebagai kerjasama dengan Tuhan di mana mereka berada dalam kontak dan
persekutuan dengan Tuhan. Doa dapat dilakukan secara individual, dalam suatu
kelompok, atau sebagai bagian dari iman atau komunitas agama (Lindquist, 2014).
Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan efektivitas doa sebagai strategi koping.
Dari tinjauan studi tentang doa, Holywell dan Walker (2009) menyimpulkan bahwa
doa adalah strategi koping yang membantu untuk menengahi antara agama dan
kesejahteraan (Lindquist, 2014).
Perawat dapat menanyakan apakah pasien ingin perawat untuk bergabung
dengan mereka dalam doa. Membaca kitab suci atau membaca dari kitab suci adalah
salah satu cara untuk berdoa dengan seseorang. Perawat dapat menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk berdoa: bermain musik meditasi, mencegah
interupsi, dan memperoleh buku atau perlengkapan yang dibutuhkan bagi orang untuk
berdoa seperti yarmulke untuk seorang Yahudi atau rosario bagi seseorang dari iman
Katolik. Pasien dari iman Yahudi mungkin ingin membaca Mazmur dan Muslim
dapat memilih untuk membaca doa dari Al-Qur'an (Al-Quran). Perawat perlu
menghormati bentuk apapun atau ritual doa yang dipilih pasien (Lindquist, 2014).
Doa telah digunakan orang yang mempunyai banyak penyakit, dari semua
kelompok usia, dan dari semua budaya. Literatur juga menunjukkan tentang
kemanjuran doa pada individu yang sakit. Dalam sejumlah survei, doa menjadi yang
paling sering digunakan sebagai pelengkap terapi (Brown, barner, Richards, &
Bohman, 2007; King & Pettigrew, 2004). Penelitian telah dilakukan pada penggunaan
doa dengan pasien yang memiliki kondisi kronis. Dalam sebuah studi dari orang
dewasa yang HIV-1-positif dan yang terlibat dalam kegiatan spiritual seperti doa,
subjek memiliki penurunan risiko kematian (Fitzpatrick et al., 2007). Demikian juga,
orang dengan depresi dan kecemasan yang telah berpartisipasi dalam enam sesi doa 1
jam mingguan menunjukkan perbaikan dalam depresi dan kecemasan dibandingkan
dengan subyek pada kelompok kontrol (Boelens, Reeves, Replogle, & Koenig, 2009).

8. Massage
Pijat istilah berasal dari kata Yunani massein, yang berarti uleni (Calvert,
2002). Kata Arab massal atau mash, untuk menekan lembut, juga berarti pijat
(Goodall-Copestake, 1919). Keperawatan merupakan salah satu disiplin ilmu pertama
yang menggunakan pijat. Dokter, terapis fisik, terapis pijat, dan bahkan
cosmetologists juga menggunakan pijat. Orang-orang Yunani dan Romawi
dipengaruhi dokter untuk menggunakan pijat. Terapis fisik menggunakan pijat di
kedokteran olahraga untuk mengurangi rasa sakit, merehabilitasi, dan meningkatkan
kinerja fisik bagi para atlet (Brummitt 2008).
Perawat menggunakan pijat sebagai intervensi untuk menghilangkan stres
fisiologis dan psikologis dan mempromosikan relaksasi (Harris & Richards, 2010).
Dalam review dari 22 studi yang pijat telah digunakan, Richards, Gibson, dan
Overton-McCoy (2000) menemukan bahwa hasil yang paling sering dilaporkan
adalah pengurangan kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
terapi pijat juga bermanfaat bagi klien depresi. Mekanisme terapi ini adalah menekan
sumbu HPA dengan berkurangnya hormon stres dan meningkatkan aktivasi sistem
saraf parasimpatis sehingga menurunkan denyut nadi, relaksasi serta menurunkan
nyeri (Stuart, 2013).

9. Terapi Relaksasi (Terapi Pijat)

Teknik relaksasi adalah teknik untuk menurunkan respon relaksasi sebagai


mekanisme protektif terhadap stress yang menurunkan denyut nadi, metabolism laju
pernafasan dann tonus otot. Relaksasi adalah suatu kondisi untuk membebaskan fisik
dan mental dari tekanan atau stress. Teknik relaksasi memberikan kemapuan kepada
individu untuk dapat mengontrol dirinya sendiri ketika terjadi ketidak nyamanan atau
nyeri dan memperbaiki keadaan fisik dan stress emosional (Potter & Perry, 2002).
Salah satu teknik relaksasi adalah terapi pijat (Sharon et. All, 2000 dikutip dari
Wahyuni, 2002). Terapi pijat adalah terapi relaksasi dengan memberikan tekanan-
tekanan tertentu pada anggota badan.
Dalam terapi relaksasi, perawat menggunakan pijat sebagai intervensi untuk
menghilangkan stres fisiologis dan psikologis dan mempromosikan relaksasi (Harris
& Richards, 2010). Dalam review dari 22 studi yang pijat telah digunakan, Richards,
Gibson dan Overton-McCoy (2000) menemukan bahwa hasil yang paling sering
dilaporkan adalah pijat dapat pengurangan kecemasan.
Peran Perawat Dalam Terapi Pijat
Perawat dapat melakukan terapi pijat untuk mengatasi kondisi-kondisi ketidak
nyamanan yang dialami paien, diantaranya:
1. Rasa sakit
Pijat sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Sejumlah penelitian telah
menemukan bahwa pijat dapat mengurangi rasa sakit . Dalam review penelitian
tentang penggunaan pijat dan aromaterapi pada penderita kanker, Wang dan Keck
(2004) melaporkan berkurangnya rasa sakit pada pasien pasca operasi, dan Mok dan
Woo (2004) menemukan bahwa pijat juga dapat mengurangi rasa sakit pada pasien
stroke

2. Mengatasi masalah istirahat tidur


Pada pasien dilakukan pijatan sebelum tidur sehingga meningkatkan relaksasi atau
rasa nyaman pada pasien, sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang

10. Exercise (Olah Raga)


Aktivitas fisik didefinisikan sebagai "mengerakan tubuh yang bertujuan untuk
pengeluaran kalori" (American College of Sports Medicine, 2006). Secara umum
pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang
yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Latihan
fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya:
1. Mengurangi risiko kematian dini
2. Mengurangi risiko kematian dini akibat penyakit jantung
3. Mengurangi risiko diabetes tipe 2
4. Mengurangi risiko tekanan darah tinggi
5. Mengurangi tekanan darah tinggi pada individu hipertensi
6. Mengurangi risiko kanker usus
7. Mengurangi perasaan gelisah dan putus asa
8. membantu dalam mengontrol berat badan
9. Membantu dalam penguatan dan pemeliharaan otot, sendi, dan tulang
10. Membantu orang dewasa yang lebih tua dengan keseimbangan dan mobilitas
11. Memupuk perasaan kesejahteraan psikologis

Peran Perawat
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang pentingnya berolahraga,
perawat juga dapat selalu memotivasi pasien untuk dapat melakukan olah raga rutin
sesuai kondisi pasien. Perawat dapat membantu pasien untuk berkonsultasi dengan
dokter untuk menentukan olahraga apa yang tepat dengan kondisi pasien dan dapat
pasien lakukan secara mandiri.

11. Aromaterapi
Styles (1997) mendefinisikan aromaterapi sebagai penggunaan minyak esensial
untuk tujuan terapi yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa-luas, definisi yang konsisten
dengan praktik keperawatan holistik. Institute Cancer Nasional mendefinisikan
aromaterapi sebagai "penggunaan terapi menggunakan minyak dari bunga, tumbuh-
tumbuhan, dan pohon-pohon untuk perbaikan fisik, emosional, dan spiritual kesejahteraan
"(National Cancer Institute [NCI], 2012).
Peran Perawat
Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien untuk membedakan di
antara berbagai produk botani yang mudah tersedia. Pasien sering bingung dengan pilihan
yang dapat digunakan , dan yang terpenting adalah bahwa perawat memahami perbedaan
dari kandungan dari minyak yang digunakan, pemberian saran pada pasien bertujuan
untuk keselamatan pasien.
Perawat harus menyadari pedoman keselamatan umum untuk pendidikan pasien dan
dalam praktek. Ini termasuk:
1. Hindari minyak esensial dari nyala api langsung, minyak tersebut tidak stabil dan
sangat mudah terbakar.
2. Simpan minyak esensial di tempat yang sejuk jauh dari sinar matahari; menggunakan
wadah kaca berwarna biru atau gelap. Tutup wadah segera setelah digunakan. Minyak
atsiri dapat mengoksidasi pada suhu yang panas, cahaya, dan oksigen dan dapat
mengubah kandungan bahan kimianya
3. Sadarilah bahwa minyak esensial dapat menodai pakaian dan bahan tekstil, minyak
esensial murni juga dapat merusak bahan plastik. Lakukan tindakan pencegahan yang
tepat.
4. Jauhkan minyak esensial dari anak-anak dan hewan peliharaan kecuali kita yakin
bahwa minyak esensial tersebut memang aman untuk anak-anak dan hewan
peliharaan. Pelajari literatur berisi kasus efek samping atau kematian yang
berhubungan dengan penggunaan yang tidak benar atau tertelan pada anak-anak dan
hewan peliharaan (Halicioglu, Astarcioglu, Yaprak, & Aydinlioglu, 2011).
5. Gunakan minyak esensial dari pemasok terkemuka. Mencari nasihat dari aromaterapis
terlatih atau rekomendasi dari penyedia klinis aromaterapi. Jika menggunakan minyak
esensial dalam percobaan klinis atau penelitian, hasil tes verifikasi kandungan bahan
kimia harus diperoleh.
6. Perawatan khusus diperlukan bila menggunakan minyak esensial pada orang-orang
yang memiliki riwayat asma yang parah atau beberapa alergi.
7. Penggunaan minyak esensial relatif aman bila digunakan dengan benar, sensitifitas
dan iritasi kulit dapat terjadi. Dalam kasus ini, minyak esensial yang masih tersisa
harus dihapus dengan minyak atau susu, dibilas dengan air, dan penggunaannya harus
dihentikan. Kebanyakan reaksi seperti ini dapat mengatasi masalah tersebut; Namun,
penyedia layanan kesehatan harus berkonsultasi jika terjadi nyeri/gatal parah yang
berkelanjutan.
8. Jika minyak esensial masuk ke mata, bilas dengan susu atau pembawa minyak
pertama dan kemudian dengan air.

12. Obat herbal


Herbal dan produk-produk alami terkait seperti rempah-rempah, banyak digunakan
untuk pengobatan di dunia. Penggunaan herbal untuk pengobatan penyakit dan menjaga
kesehatan bisa digunakan pada banyak budaya didunia setidaknya sejak 2.500 tahun yang
lalu. Sebagai contoh, di sM abad ke-5, Hippocrates direkomendasikan daun dan kulit
kayu dari willow tree (genus Salix) untuk rasa sakit dan peradangan. obat-obatan herbal,
atau terapi nabati, terus menduduki tempat penting dalam banyak tradisi penyembuhan
dunia.
Peran Perawat
Perawat perlu mengkaji apakah pasien menggunakan ramuan herbal tertentu, selain
mengetahui jenis ramuan yang digunakan, dosis masing-masing ramuan, dan fungsi yang
dari ramuan tersebut, mengumpulkan informasi mengenai durasi penggunaan herbal juga
akan membantu dalam menilai pasien dan memberikan perawatan terbaik. Perawat juga
perlu untuk memberikan pemahaman pada pasien karena banyak kesalahan pemahaman
tentang obat herbal bahwa herbal tidak memiliki efek samping karena mereka alami.
Namun, herbal memang memiliki efek samping dan mungkin beracun atau beracun jika
tidak digunakan dengan tepat. Masalah lainnya adalah kebiasaan pasien menggunakan
tumbuh-tumbuhan sebagai pengganti obat yang sudah diberikan oleh dokter.
Peran keperawatan juga mencakup pemberian pendidikan kesehatan pada pasien,
agar pasien dapat memahami bahwa terapi herbal hanya aman jika herbal diracik dan
diproses dengan cara yang benar dan digunakan untuk indikasi yang tepat, dalam jumlah
yang benar, untuk durasi pasti, dan dengan pemantauan yang tepat.

13. Terapi Cahaya


Terapi cahaya didefinisikan sebagai paparan yang dilakukan dengan menggunakan
spektrum cahaya atau cahaya terang untuk mengobati kondisi seperti gangguan afektif
musiman atau seasonal affective disorder (SAD). Terapi ini berbeda dengan fototerapi ,
yang digunakan untuk mengobati kondisi seperti hiperbilirubinemia atau psoriasis (Lam,
1998). Gangguan afektif musiman (SAD) merupakan gangguan mood yang sering terjadi
pada saat musim dingin yang gelap dan biasanya menghilang dengan sendirinya saat
musim semi dan dapat terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun. Menurut Pedoman
Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, edisi ke-5 (DSM - 5; American Psychiatric
Association, 2013), SAD dikategorikan dengan indikator depresi berat. Pasien dengan
SAD pengalaman episode utama
depresi yang cenderung berulang pada waktu tertentu dalam setahun (Amerika
Psychiatric Association, 2013).
Kondisi SAD dapat berupa depresi atau gangguan bipolar. Banyak gejala SAD yang
mirip dengan gejala depresi, seperti: kehilangan semangat, kehilangan minat, anhedonia,
anergia, tidak ada motivasi, libido rendah, kecemasan, mudah tersinggung, dan isolasi
sosial (Eagles, 2004). Lebih dari satu setengah dari pasien dengan pengalaman SAD
mengalami peningkatan durasi tidur dengan kualitas yang buruk. Selanjutnya, dari
beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan dan berat badan dimana pasien
mengaku memiliki keinginan untuk mengkonsumsi banyak karbohidrat dan cokelat
(Eagles, 2004).
Peran Perawat
Kontradiksi utama dalam penggunaan terapi cahaya ini adalah gangguan pada retina
atau gangguan yang mungkin berhubungan dengan retina, seperti diabetes. Kontraindikasi
juga dapat terjadi bagi mereka yang mengkonsumsi obat--obatan photosensitizing, seperti
lithium, antipsikotik fenotiazin, melatonin, dan Wort St John (Reme, Rol, Grothmann,
Kaase, & Terman, 1996). Efek samping yang berhubungan dengan terapi cahaya sering
dikaitkan dengan faktor-faktor seperti parameter paparan cahaya, waktu, dosis (intensitas
atau durasi) dan metode paparan (menyebar, langsung, fokus). Misalnya, jika terapi
cahaya waktunya terlalu dini, pasien mengalami gangguan pola tidur, dengan kesulitan
jatuh tidur lagi. tetapi, di sisi lain, jika terapi cahaya dijadwalkan terlambat atau pada
waktu malam hari, pasien mengalami insomnia dan hiperaktivitas (Terman & Terman,
2005).
Karena alasan diatas itulah peran perawat menjadi sangat penting, dimana perawat
memiliki fungsi untuk mengatur kapan waktu yang tepat untuk pasien mendapatkan terapi
cahaya, waktu, dosis (intensitas atau durasi) dan metode paparan (menyebar, langsung,
fokus). Perawat juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi tentang fungsi
pemberian terapi cahaya juga kontrainikasi nya.

14. Reflexology
Reflexology adalah terapi alternatif komplementer yang digunakan secara global
untuk mengatur gejala dan untuk meningkatkan kesejahteraan. Dalam refleksi, seluruh
tubuh telah dipetakan, baik di tangan dan di kaki dan dapat dimanipulasi secara langsung
menggunakan teknik pijat khusus. Daerah pada kaki lebih mudah dilakukan karena
mereka memiliki area yang lebih luas dan lebih spesifik, sehingga pada area tersebut lebih
mudah di lakukan dibandingkan pada area tangan.
Refleksologi didefinisikan sebagai suatu teknik penyembuhan holistik yang
bertujuan untuk mengobati individu sebagai entitas, menggabungkan tubuh, pikiran, dan
jiwa. Ini adalah terapi tekanan yang bekerja pada titik refleks yang tepat, diantaranya
pada kaki yang sesuai dengan bagian tubuh lainnya. Karena kaki merupakan
mikrokosmos dari tubuh, semua organ, kelenjar, dan bagian tubuh lainnya diletakkan
dalam pengaturan yang sama pada kaki (Dougans, 2005).
Kunz dan Kunz (2003) menyatakan bahwa tekanan teknik merangsang daerah
refleks tertentu pada kaki dan tangan dengan maksud meningkatkan manfaat di bagian
lain dari tubuh. Literatur juga menunjukkan bahwa refleksologi berguna untuk mencapai
dan menjaga kesehatan, meningkatkan kesejahteraan, dan menghilangkan gejala penyakit
dan penyakit (Tiran, 2002).
Perawat sebagai terpis dapat melakukan tindakan terapi pijat refleksi yang
tujuannya untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan
relaksasi dan mengurangi stres. Di Inggris, telah dilakukan penelitian di mana 34 pasien
kanker di bawah perawatan paliatif diminta untuk memberikan komentar tentang terapi
pijat refleksi yang telah mereka menerima (Gambles et al., 2002). Mereka berkomentar
tentang refleksologi sebagai terapi yang bermanfaat dalam mengurangi kecemasan dan
ketegangan, memperbaiki tidur, dan mengatasi efek samping dari obat-obatan
Daftar Pustaka

Caldwell, Barbara A,PhD., A.P.N.-B.C., Sclafani, Michael, MS,M.Ed, R.N., Swarbrick,


Margaret, PhD,O.T.R., C.P.R.P., & Piren, Karen, MSN,R.N., A.P.N. (2010).
Psychiatric nursing practice & the recovery model of care. Journal of Psychosocial
Nursing & Mental Health Services, 48(7), 42-48.
doi:http://dx.doi.org/10.3928/02793695-20100504-03

Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K. (2006). The top ten
concerns about recovery encountered in mental health system transformation.
Psychiatric Services, 57(5), 640-5.

Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L., Mueser, K. T., &
Torrey, W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in routine mental health
service settings. Psychiatric Services, 52, 179-182.

Linquist, R.,Snyder, M.,Tracy, F. Mary. (2014). Complementary & Alternative Therapies in


Nursing. Springer Publishing Company
O'Connell, M., Tondora, J., Croog, G., Evans, A., & Davidson, L. (2005). from rhetoric to
routine: assessing perceptions of recovery-oriented practices in a state mental health
and addiction system. Psychiatric Rehabilitation Journal, 28(4), 378-86.

Stuart, W. Gail. (2013). Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition. ELSEVIER

Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing; A


Communication Approach to Evidence-Based Care Second Edition. ELSEVIER

WHO. (2001). The World Health Report: 2001 mental health : new undestanding, new hope

Anda mungkin juga menyukai