Anda di halaman 1dari 5

Lembaran Kerja Mahasiswa

UU & ETIKA PROFESI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
Dosen : : apt. Nurul Fadillah, S. Si, M. Si
Pokok Bahasan :
IDENTITAS MAHASISWA
Nama Kelompok A
No urut absen - Albana Wintara, S.Farm (2002001)
- Asnila, S. Farm(2002003)
- Auliana Huwaida Nurulhuda, S.Farm (2002004)
- Desmariani, S.Farm (2002007)
- Edri Rovi, S.Farm (2002011)
- Faricha Ulfa, S.Farm (2002013)
- Fitra Annisa, S.Farm (2002014)
- Gema Ananda Surya, S.Farm (2002015)
- Joel Lam Parulian, S.Farm (2002019)
- Rohil Suci Febriyani, S.Farm (2002028)
- Sherina Putri, S.Farm (2002029)
- Windy Gusdilla, S.Farm (2002035)
- Wulan Suci Ningrum, S.Farm (2002036)
- Yoenda Octavina Putri, S.Farm (2002037)

Kelompok A
Pertemuan ke
Hari/Tanggal Senin, 23 November 2020
Topik

SISTEMATIKA ISI LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM)


A. Kasus

Seorang remaja ditangkap oleh polisi karena ketahuan menyimpan dan menggunakan
narkotik jenis ganja. Sebagai Apoteker, anda diminta oleh polisi untuk memberikan
keterangan ahli.

Instruksi:
Buatlah tanggapan saudara terhadap kasus diatas menurut Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku. Temukan permasalahan, dan bagaimana solusi dan tindak lanjutnya.
B. Keywords/Terminologi Farmasi
- Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan
- Ganja merupakan salah satu jenis Narkotika golongan I
- Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik
maupun psikis.
- Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan
hukum.
- Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik
fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali
melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
C. Rumusan Kasus
Permasalahan
Remaja menyimpan dan menggunakan ganja sehingga apoteker diminta memberikan
keterangan ahli
D. Peta Konsep/Mind Map
Apoteker
Remaja
(Menyimpan dan menggunakan
ganja)
saksi ahli
Penyidikan

Hal-hal yang harus disampaikan saksi ahli


Pemeriksaan labor, sidik jari ketika persidangan :
1. Menjelaskan tentang objek yang dimintai
keterangan ahlinya
Penyiegelan 2. Menjelaskan hukum-hukum yang melekat
Naarkotika pada objek tersebut
3. Memberikan pandangan ahli dari hasil
analisa yang dikeluarkan oleh tim labfor.
Meminta saksi tenaga ahli

E Resume (Penetapan Learning Objective)


Ganja merupakan salah satu jenis Narkotika golongan I (Permenkes No 50 tahun
2018). Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi
lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila
disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan
saksama.
Ketergantungan dan penyalahgunaan zat bukan merupakan masalah baru di Indonesia.
Dewasa ini, diperkirakan di Indonesia terdapat peningkatan jumlah penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) dari tahun ke tahun. Dari jenis
narkotika, secara global, narkoba jenis ganja yang paling banyak digunakan. Prevalensi
penyalahgunaan ganja berkisar 2,9%-4,3% per tahun dari populasi penduduk dunia yang
berumur 15-64 tahun.
Penggunaan ganja memilki pengaruh yang buruk terhadap kesehatan fisik (pada
saluran pernafasan dan kardiovaskuler) maupun psikis (mental). Ganja juga
mempengaruhi fungsi kognitif, defisit dalam pembelajaran verbal, penurunan daya ingat
(memori), dan perhatian. Selain menyebabkan masalah fisik ganja juga mempengaruhi
kesehatan mental, seperti gangguan bipolar, bunuh diri, depresi, kecemasan dan psikotik).

Faktor yang memperngaruhi hubungan antara ganja dengan terjadinya psikotik :


1. lamanya paparan (semakin muda terpapar ganja, semakin besar resiko terjadinya
psikotik)
2. riwayat keluarga dan genetik (Catechol-O-methyltransferase (COMT) dan AKT1
telah terlibat dalam menyebabkan kerentanan psikosis)
3. riwayat Child Abuse (pengalaman stres dan delta-9-tetrahydrocannabinol (THC),
mampu meningkatkan sinyal dopaminergik dalam sistem mesolimbik, yang
menghasilkan peningkatan risiko delusi dan halusinasi).

Pengobatan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkotika dan usaha


penanggulangannya (Pasal 55 ayat 1 dan 2 ) :
1. Orang tua atau Wali dari seorang pecandu narkotika yang belum cukup umur wajib
melaporkan pecandu tersebut kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan dan wajib membawanya ke rumah sakit atau kepada dokter yang
terdekat untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan yang diperlukan.
2. Pecandu narkotika yang telah cukup umur wajib melaporkan diri kepada pejabat
yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
3. Syarat-syarat untuk melaksanakan ketentuan tersebut dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

 Pasal 56 UU 35 tahun 2009 :

(1) Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh
Menteri.
(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau
masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika setelah mendapat
persetujuan Menteri.

 Pasal 57 : Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan


Pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau
masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.
 Pasal 58 Rehabilitasi sosial mantan Pecandu Narkotika diselenggarakan baik oleh
instansi pemerintah maupun oleh masyarakat.
 Pasal 74 (1) Perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika, termasuk perkara yang didahulukan dari perkara lain untuk diajukan ke
pengadilan guna penyelesaian secepatnya.
(2) Proses pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika dan tindak pidana
Prekursor Narkotika pada tingkat banding, tingkat kasasi, peninjauan kembali, dan
eksekusi pidana mati, serta proses pemberian grasi, pelaksanaannya harus

ketentuan pidana berdasarkan UU 35 Tahun 2009 passal 112 :


1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
2. Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).
 Pasal 142 Petugas laboratorium yang memalsukan hasil pengujian atau secara
melawan hukum tidak melaksanakan kewajiban melaporkan hasil pengujiannya
kepada penyidik atau penuntut umum, dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).

Pasal 75 Dalam rangka melakukan penyidikan, penyidik BNN berwenang:


a. melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang adanya
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
b. memeriksa orang atau korporasi yang diduga melakukan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c. memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi
d. menyuruh berhenti orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika serta memeriksa tanda pengenal diri
tersangka; e. memeriksa, menggeledah, dan menyita barang bukti tindak pidana
dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
f. memeriksa surat dan/atau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
g. menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; h. melakukan interdiksi
terhadap peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di seluruh wilayah
juridiksi nasional
i. melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti awal yang cukup
j. melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di bawah
pengawasan
k. memusnahkan Narkotika dan Prekursor Narkotika
l. melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat (DNA),
dan/atau tes bagian tubuh lainnya
m. mengambil sidik jari dan memotret tersangka
n. melakukan pemindaian terhadap orang, barang, binatang, dan tanaman
o. melakukan penyegelan terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang disita
p. melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan
Prekursor Narkotika
q. meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tugas
penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika.
Apoteker berperan sebagai saksi ahli yang mana akan menyampaikan keterangannya
berdasarkan data yang telah dikumpulkan penyidik, jadi apoteker disini bersifat netral,
tidak memihak kepada siapapun, tugas apoteker hanya menyampaikan hal-hal sesuai fakta
tidak boleh memberi pendapat diluar data yang ada.
Hal-hal yang harus disampaikan saksi ahli ketika persidangan :
1. Menjelaskan tentang objek yang dimintai keterangan ahlinya
2. Menjelaskan hukum-hukum yang melekat pada objek tersebut
3. Memberikan pandangan ahli dari hasil analisa yang dikeluarkan oleh tim labfor.

Anda mungkin juga menyukai