Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

“OVERDOSIS”

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, sehingga makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Overdosis” dapat kami selesaikan. Mengakui keterbatasan kami dalam menyusun
makalah ini, maka dengan rendah hati kami mohon kritik dan saran yang membangun sehingga
dapat membantu kami dalam menyusun makalah ini. Tidak semua hal dapat kami hadirkan
dengan sempurna dalam makalah ini. kami melakukannya dengan semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kami miliki.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat. Semoga


dengan adanya makalah tentang “Asuhan Keperawatan Overdosis” dapat memberi gambaran
pengetahuan yang cukup serta menjadi panduan yang berguna dalam pelaksanaan pembelajaran.

Akhir kata, dengan rendah hati kami mengucapkan terima kasih  banyak kepada dosen
Nazarudin.,S.Kep,Ns,M.Kep selaku dosen mata kuliah keperawatan kritis. karena telah
memberikan kami tugas membuat makalah ini, sehingga menjadi pembelajaran yang sangat
berarti bagi kami dimasa yang akan datang.

Kendari, 28 November 2020

Penulis
BAB I

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat.
Overdosis sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang
waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin
digunakan bersama alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat
(luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon/BK).
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakan.
Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk
membasmi hama yang merugikan manusia. Termasuk peptisida ini adalah insektisuda.
Ada dua macam insektisuda yang paling banyak digunakan dalam pertanian:
1. Inteksuda hidrokarbon khorin (IHK=Chlorinated Hydrocarbon)
2. Isektida fosfat organic (IFO= Organo Phosphatase insectisida) yang paling sering
digunakan adalah IFO yang pemakainya terus menerus meningkat. Sifat dari IFO
adalah insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan
toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah tabun dan sarin. Bahan ini
dapat menembusi kulit yang normal (intact) juga dapat diserap diparu dan saluran
makanan, namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti golongan IHK.
Macam-macam IFO adalah malathion (Tolly)

B. Etiologi
Penggunaan obat yang tidak sesuai dosis atau berlebihan dosis.

C. Patofisiologi
IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetikolinesterase tubuh (KHE).
Dalam keadaan normal enzim Khe bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH)
dengan jalan mengikat Akh-Khe yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi
dengan ikatan Ifo-khe lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan akh
ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala-gejala ransangan akh yang berlebihan,
yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan SSP (menimbulkan stimulasi
kemudian depresi).
Pada keracunan IFO, ikatan-ikatan IFO-Khe bersifat menetap (ireversibel), sedangkan
keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible). Secara farmakologis efek
Akh dapat dibagi 3 golongan:
1. Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat, pupil,
bronkus dan jantung.
2. Nikotinik, terutama pada otot-otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata, dan
otot pernapasan.
3. SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang (konvulasi)
sampai koma.

D. Manifestasi Klinis
Yang paling menonjol adalah kelainan virus, hiperaktivitas kelenjar ludah,
keringat dan gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas.
1. Gejala ringan meliputi: anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor
pada lidah, kelopak mata, pupil miosis.
2. Keracunan sedang: nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, hipersaliva,
hiperhidrosis, fasikulasi otot dan bradikardi
3. Keracunan berat: diare, pupil, reaksi cahaya negatif, sesak nafas, sianosis, edema
paru. Inkontenesia urine dan feses, kovulasi, koma, blokade jantung akhirnya
meninggal

E. Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Kerusakan hati
3. Gangguan pencernaan
4. Gangguan pernapasan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorik
Pengukuran kadar Khe dengan sel darah merah plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (menurun sekian %
dari harga normal).
Keracunan akut: ringan: 40-70%
Sedang: 20-40%
Berat: <20%
Keracunan kronik bila kadar Khe menurun sampai 25-50% setiap individu yang
berhubungan dengan insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru di izinkan
bekerja kembali kadar Khe telah meningkat >75% N
2. Patologi anatomi (PA)
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas. Sering
hanya tidak ditemukan edema paru, dilatsi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ-
organ lainya.

G. Penatalaksanaan
1. Tindakan emergensi
Airway: bebaskan jalan napas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing: berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Cirulation: pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi
jaringan
2. Identifikasi penyebab keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi bila mungkin
lakukan identifikasi penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
menyelamatkan penderita yang harus segera dilakukan
3. Eliminasi racun
Racun yang ditelan, dilakukan dengan cara:
a. Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam
pertama sesudah menelan bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak
perlu dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan beracun tersebut
mempunyai efek yang menghambat motilitas (memperpanjang
pengosongan) lambung. Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis
dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang faring, atau dapat
dilakukan dengan pemberian obat-obatan:
 Sirup ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan
 Apomorphine sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir
100% dapat menyebabkan muntah dalam 2-5 menit. Dapat
diberikan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan
b. Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah
menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat
menghambat pengosongan lambung. Kumbah lambung seperti pada
rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada:
 Keracunan bahan korosif
 Keracunan hidrokarbon
 Kejang pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita-
penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi
dengan cara pemasangan pipa endotracheal.
Penderita diletakan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri, dan
kemudian dimasukan pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai dengan
pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam fisiologis
(norma saline/PZ) atau norma saline 100 ml atau kurang berulang ulang
sampai bersih
c. Pemberian norit (activated charcoal) jangan diberikan bersama obat
muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30-60 menit
sesudah emesis.
4. Pemberian antidotum kalau mungkin
Pengobatan supportif pemberian cairan dan elektrolit perhatikan nutrisi penderita
pengobatan simtomatik (kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit dan
sebagainya).
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN OVERDOSIS

A. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi
yang mengancam jiwa. Adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status
kesadaran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan ada maslah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
B. Diagnosa
Maslah keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1. Ketidakefektifan pola napas
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
3. Gangguan kesadaran
4. Tidak efektifnya koping individu
C. Intervensi
1. Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan
untuk keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar racun yang
meliputi: Airway, breathing, circulasi, eliminasi untuk menghambat absorsi.
2. Melalui pencernaan dengan cara kumbah lambung, emesis, ata katarsis dan
keramas rambut.
3. Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak sampai demam
atau mengigil, monitor perubahan- perubahan fisik seperti perubahan nadi yang
cepat, distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps
pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian. Monitor vital sign setiap
15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera kepala dokter. Catat
tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monitor semua
muntah akan adanya darah. Obervasi fase dan urine serta pertahankan cairan
intravenous sesuai pesanan dokter
4. Jika pernafasan deprsesi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator
mungkin bila diperlukan
5. Jika keracunan sebagai usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety
precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga
masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi, psikosis neurosis, mental retardasi
dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai