TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Talasemia merupakan penyakit anemia hemalitik dimana terjadi kerusakan sel darah
merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100
sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen globin (Sudoyo aru 2015).
B. Etiologi
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan
dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan.
Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya.
Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi
a. Thalasemia Mayor
lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat
4
5
lahir, namun di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain
itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies
cooley. Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung
masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja
seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia mayor
hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus
dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin
berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.
b. Thalasemia Minor
tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan
Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia mayor
dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan
sering mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan
tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah
di sepanjang hidupnya.
C. Patofisiologi
6
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan polipeptida rantai alpa dan dua
rantai beta. Pada beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta thalasemia
yaitu tidak adanya atau kekurangan rantai beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada
meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai beta memproduksi secara terus menerus
memudahkan ketidakstabilan dan disint,egrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah
Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta dan kelebihan rantai beta
dan gama ditemukan pada talasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami
presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari
hemoglobin tak stabil badan heint, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis.
Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC
diluar menjadi eritropik aktif. Kompensator produksi RBC secara terus menerus pada
suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC,menimbulkan tidak edukatnya
sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan edstruksi RBC menyebabkan bone marrow
menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh. (Suriadi, 2014 : 23-24).
Pada talasemia letak salah satu asam amino rantai polipre tidak berbeda
urutannya/ditukar dengan jenis asam amino lain. Perubahan susunan asam amino tersebut.
Bisa terjadi pada ke-4 rantai poliper Hb-A, sedangkan kelainan pada rantai alpha dapat
menyebabkan kelainan ketiga Hb yaitu Hb-A, Hb-A2 dan Hb-F. (Hassan, 2015 : 49)
D. Manifestasi Klinis
7
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal pucat
mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan
pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada setelah lahir. Bila penyakit ini tidak
ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa kehidupan anak akan terhambat. Anak
tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai demam berulang
tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system eritropoesis
yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat
pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap
infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami
hipersplenisme.
( Williams 2015).
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
1) Letargi
2) Pucat
3) Kelemahan
4) Anoreksia
tulang kartilago
E. WOC (SDKI)
8
F.
Penyebab primer: Penyebab sekunder:
- Sintetis Hb A << - Defisiensi asam folat
- Eritropoisis tidak efektif - Hemodelusi
- Destruksi eritrosit - Destruksi eritrosit oleh s.
intramedular retikuloendotelial
Mutasi DNA
Pengikatan O2 berkurang
\
Kompensator pada rantai α
Hb detectif
MK: perfusi
Ketidakseimbangan Suplay O2 ke
perifer tidak
suplay O2 dan jaringan
kebutuhan efektif (D.0009)
perifer <<
9
Malas makan
Intake
nutrisi << MK: Defisit Nutrisi
(D.0019)
G. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium.
polklilositosis dan adanya sel target (fragmentasi dan banyak sel normoblas). Kadar
besi dalam serum (SI) meninggi dan daya ikat serum terhadap besi (IBC) menjadi
HbF lebih dari 30%, kadang ditemukan juga hemoglobin patologik. Di Indonesia kira-
kira 45% pasien Thalasemia juga mempunyai HbE maupun HbS. Kadar bilirubin
dalam serum meningkat, SGOT dan SGPT dapat meningkat karena kerusakan
labor, korteks tipis dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan “hair-on-
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Studi hematologi : terdapat perubahan – perubahan pada sel darah merah, yaitu
3) Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif terutama seri
eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi perubahan pada tulang akibat hiperplasia
4) Analisis DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan PCR (Polymerase
H. Penatalaksanaan
transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya pemupukan zat besi
meningkatkan rentang hidup sel darah merah yang berasal dari suplemen (transfusi) .
11
c. Pada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk
yang mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya orang
normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh
bisa dikeluarkan dengan bantuan obat, melalui urine. Penyakit thalasemia dapat
dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau istri merupakan
sebesar 25 persen untuk menderita thalasemia. Karena itu, ketika sang istri
I. Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi
darah yang berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah
sangat tinggi, sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa,
kulit, jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi alat tersebut
(hemokromatosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma ringan. Kadang
Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa
diabetes melitus dan jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada hemosiderosis,
karena peningkatan deposisi melanin.(Hassan dan attalas 2002, dalam Herdata 2018).
12
pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari atas lima tahap yaitu pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan
A. PENGKAJIAN
Umur : Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah
Jenis kelamin : Jenis kelamin tidak ada perbedaan signifikan antara penderita
B. Riwayat Kesehatan
13
1) Keluhan Utama:
Anak thalassemia basanya mengeluh, badanya terasa lemas, tidak bisa beraktivitas
secara normal, tidak nafsu makan, sesak nafas dan badan kekuningan (Budiono,
2015).
Biasanya anak cenderung mudah lelah atau lemah dikarenakan pasien anemia dan
Klien cenderung memiliki riwayat kesehatan yang mudah terkena infeksi saluran
pernapasan atas atau infeksi lainya. Ini dikarenakan rendahnya HB yang berfungsi
sebagai alat transport selain itu kesehatan anak di masa lalu cenderung mengeluh
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua yang
perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat
badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya (Susilaningrum
2015).
2) Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur /
istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah.
Biasanya pola tidur pasien kurang terpenuhi karena kondisi pasien yang lemas
4) Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urine dan feses karena jumlah asupan
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda pasti pada pasien. Pemeriksaan
a) Tanda-tanda vital
15
darahnya menurun karena anemia, nadi biasanya takikardi atau lebih dari
90x/menit, pernapasanya cepat atau lebih dari batas normal, suhu biasnya
b) TB/BB
c) Kulit
Biasanya warna kulit pada pasien thalassemia ini pucat kekuningan, jika
anak sering mendapatkan tansfusi maka warna kulit akan menjadi kelabu
seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya penimbunan zat besi pada
d) Kuku
Biasanya pada anak dengan thalasemia kondisi kuku pucat, ada sianosis,
e) Kepala
muka mongoloid, jarak mata lebar, serta tulang dahi terlihat lebar.
f) Mata
g) Hidung
Pada penderita thalasemia biasanya tidak terdapat pangkal hidung, hal ini
i) Telinga
j) Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
k) Abdomen
(hepatospeknomegali).
l) Genetalia
m) Ekstremitas
Dapat terjadi fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang
tulang.
17
3) Resiko integritas kulit/jaringan (D. 0129) berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologis.
fisik.
10) Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan keidak mapuan menelan makanan.
TG N Tujuan (SLKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
L o
1 setelah dilakukan tindakan - Ketidak seimbangan antara Pemantauan tanda-tanda vital (1.06198)
selama 1x24 jam suplai dan kebutuhan
diharapkan kecukupan oksigen membaik Observasi :
energi untuk melakukan - Kelemahan membaik - Monitor tekanan darah
aktivitas sehari-hari - Imobilitas membaik - Monitor nadi (frekuensi, irama, kekuatan)
membaik. - Gaya hidup monoton - Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
membaik - Monitor suhu tubuh
- Monitor oksimetri nadi
- Monitor tekanan nadi
- Identifikasi penyebab perubahan tanda
vital
Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
4
5
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Teraupeutik
- Tentukan metode pengelolahan risiko yang baik dan ekonomis
- Lakukan pengelolahan resiko secara efektif
- Lakukan update perencanaan secara regular
- Dokumentasi temuan risiko secara akurat.
6
3 setelah dilakukan - Tidak terjadi kerusakan Edukasi perawatan kulit (1.12426.)
tindakan selama 1x24 jaringan
jam diharapkan terjadi - Tidak terjadi kerusakan Observasi
keutuhan kulit dan lapisan kulit - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Edukasi
- Anjurkan minum cukup cairan