PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada An. A
dengan Tetralogy Of Fallot. Dimana pembahasan ini akan dimulai dari proses
pengkajian hingga evaluasi. Studi kasus ini dilakukan pada seorang pasien anak
4.1 Pengkajian
lemah, terpasang infus Asering pada tangan sebelah kiri. Kesadaran apatis
dengan GCS 446. Data lain yang dihasilkan dari pengkajian adalah pasien
mempunyai riwayat batuk pilek dan saat lahir sianosis (+). Pada pemeriksaan
vital sign didapatkan hasil Tekanan darah 90/50 mmmHg, nadi 128 x/menit ,
RR 29x/menit, suhu tubuh 37 oC, SPO2 65%, terdapat retraksi dinding dada,
pada waktu lahir. Dispneu sering terjadi bila penderita melakukan aktifitas
fisik. Bayi-bayi dan anakanak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif
keluar ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut mungkin
mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin terdapat
perifer, akral dingin, sesak, penurunan SPO2, hal ini merupakan sebuah tanda
bahwa terjadi gangguan defusi pada alveoli. Penurunan tekanan darah dan
output yang maksimal. Salah satu efek penurunan cardiac output adalah
yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan maka ditemukannya urin
dalam darah ditandai dengan pasien Pasien tampak Iemah dan kebiruan
2018).
karakteristik untuk diagnosa ini dengan gejala & tanda mayor berupa, dispnea,
gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas abnormal, kesadaran menurun (SDKI,
2018).
untuk diagnosa ini dengan gejala & tanda mayor berupa, gambaran EKG
kulit pucat, terdengar suara jantung S3 / S4. Gejala & tanda minor berupa,
otot bantu pernafasan, didapatkan SPO2 65% dan teraba akral dingin. Pada
kelahiran dengan sianosis, dimana hal ini bisa menjadi rujukan adanya
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
Dari hasil rencana keperawatan yang ada pada teori sama dengan
kolaborasi dengan tim medis pemberian terapi diuretik ada intervensi untuk
memonitor keluaran urin, hal ini karena salah satu efek penting penurunan
cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
telah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat, baik
sesuai dengan tujuan yang sudah di tetapkan pada An.A. implementasi yang
dilakukan sesuai dengan intervensi yang disusun namun akan tetapi ada
beberapa tindakan yang perlu diulang beberapa kali seperti monitor cairan dan
tanda – tanda vital yang dilakukan setiap usai resusitasi cairan, karena pasien
dengan penurunan curah jantung bisa mengalami kondisi syok sehingga perlu
mengevaluasi.
4.5 Evaluasi
ketat.
Menurut Nursalam (2016) evaluasi adalah suatu yang direncanakan
atau belum teratasi, penulis juga berpacu pada indikator SLKI yang
waktu lebih lama dan proses perawatan yang lebih intensif. Evaluasi
sedikit.