Pengolahan Limbah Dari ODP Skala Kota
Pengolahan Limbah Dari ODP Skala Kota
Limbah infeksius rumah tangga yang bersumber dari Orang Dalam Pemantauan (ODP)
berpotensi menyebabkan penyebaran COVID-19. Limbah medis rumah tangga lebih berpotensi
tercampur dengan sampah rumah tangga lainnya sehingga membahayakan petugas angkut
sampah yang umumnya bekerja (Prasetiawan, 2020). Dalam memotong rantai penyebaran virus
COVID-19 maka diperlukan penanganan limbah infeksius secara khusus. Berikut merupakan
rekomendasi prosedur pengolahan limbah infeksius rumah tangga dari ODP (Orang Dalam
Pemantauan):
A. Pemilahan
Langkah mendasar pada pengolahan sampah yaitu pemilahan sampah dari rumah
tangga. Tiap individu melakukan sendiri pemilahan limbah infeksius mapun sampah
rumah tangga lainnya. Dalam kasus ini limbah infeksius yang dimaksud antara lain:
masker medis, sarung tangan, baju pelindung diri (APD), tissue, kemasan bekas
makanan/minuman, kemasan obat, obat-obatan, face shield dan limbah lain yang
terkontaminasi oleh pasien COVID-19. Menurut penelitian SARS-CoV-2 dan
coronavirus lainnya menunjukkan bahwa virus ini akan tetap bertahan hidup di berbagai
permukaan benda atau di lingkungan selama beberapa jam dan hingga beberapa hari.
Pada permukaan plastic virus ini dapat beratahan selama 3 hari, berikut merupakan daftar
waktu bertahan hidup virus dalam beberapa medium di lingkungan (Nghiem, 2020) :
Gambar Xx Waktu Bertaha Hidup SARS-Cov-2 di Lingkungan
Sumber: (Nghiem, 2020)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa benda dapat menjadi medium penyebaran
virus COVID-19, sehingga barang-barang yang kontak langsung dengan pasien ODP
termasuk limbah infeksius. Saat membuang sampah bebrapa perlu dilakukan khusus guna
mencegah penggunaan kembali limbah tersebut. Misalnya menurut Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2020) untuk limbah masker sebaiknya sebelum dibuang
terlebih dahulu dirusak bentuknya, seperti melepas talinya dan menggunting masker.
B. Pewadahan
Setelah dilakukan pemilahan dari rumah tangga langkah berikutnya yaitu
pewadahan limbah infeksius. Pewadahan limbah infeksius dipisahkan dengan libah
rumah tangga lain. ODP yang melakukan karantina atau isolasi mandiri dirumah harus
memiliki tempat sampah atau kantong plastik didalam rumah sendiri yang terpisah
dengan anggota keluarga yang tidak terkena COVID-19. Begitu juga dengan pewadahan
diluar rumah terdapat dua alternative yaitu tempat sampah terpisah ataupun tempat
sampah tercampur. Selain itu limbah perlu disemprotkan dengan cairan disinfektan guna
mencegah penularan. Menurut Anne Scheinberg, et al. (2020) pewadahan limbah
infeksius dari rumah tangga dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Limbah yang terkontaminasi oleh pasien ODP dibuang kedalam plastik sekali pakai.
2. Saat limbah atau sampah sudah penuh sebanyak tiga perempat dari volume kantung
ke satu, selanjutnya plastik wajib diikat dengan kuat, usahakan kondisi didalam
kantung sedikit mungkin kandungan udaranya.
3. Selanjutnya kantung ke satu tadi harus dimasukan kedalam kantung kedua yang lebih
besar. Sebelum dimasukan ke kantong kedua dianjurkan untuk menyemprot kantong
kesatu dengan disinfektan.
4. Dalam kantung kedua boleh diisi dengan beberapa kantung satu.
5. Pada kantung kedua tidak boleh terlalu penuh, guna mencegah kantung kesatu
tertutup rapat dan tidak pecah maka tidak perlu menekan kantong untuk memberikan
ruang tambahan.
6. Berikutnya kantung kedua harus dikat rapat dan diikat dengan bentuk leher angsa
yang dapat dilihat pada gambar xx (Asian Development Bank, 2020)
Gambar xx Cara mengikat kantung limbah infeksius dengan bentuk leher angsa
Sumber : (Asian Development Bank, 2020)
D. Pengangkutan
Pada proses pengangkutan dibutuhkan transportasi yang aman pada semua
komponen di tahap ini. Komponen utamanya yaitu kendaraan pengangkut sampah yang
disterilkan, selain itu diperlukan pengemudi dan karyawan yang terlatih, pola rute khusus,
dan sistem pelacakan kendaraan dan limbah. Kendaraan pengangkutan limbah rumah
tangga harus rutin disterilkan, selain itu alat-alat pendukung pengangkutan lain juga harus
disterilkan. Pelatihan harus dilakukan untuk para kru yang akan terpapar langsung limbah
medis menular rumah tangga misalnya pengemudi dan petugas pengangkutan. Selain itu
pada tahap pengangkutan yang perlu di perhatikan yaitu mengurangi jumlah pekerja
minimum yang berada di area yang sama (European Commission, 2020)
Sarana pengangkutan khusus yang digunakan harus memiliki area muatan yang
kedap, tersegel, dapat dikunci, dan terpisah dari kabin pengemudi. Pencatatan nomor
identifikasi kendaraan juga diperlukan untuk kontrol (Pieper, 2013). Kemudian sampah
infeksius diangkut ke pusat pengolahan limbah B3 (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, 2020). Pola pengangkutan yang bisa digunakan terdapat dua pilihan. Pola
pengangkutan pertama yaitu pengangkutan yang sampah infeksius diangkut ke tempat
pengolahan limbah B3 yang sudah terdaftar dan memiliki izin yang kemudian diproses
lanjut ke TPA yang khusus diperuntukan limbah B3. Selain itu pola pengangkutan kedua
yaitu pengangkutan langsung dimana sampah infeksius akan langsung dijemput atau
langsung diserahkan pada truk sampah yang melayani wilayah tersebut (Kementerian
Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2013). Kemudian sampah tersebut akan diangkut
menuju pengolahan di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan standar minimal
controlled landfill (ACR, 2020) dan akan memperolah rangkaian prosedur pengolahan
sampah di TPA layaknya penanganan sampah rumah tangga pada umumnya.. Beberapa
hal yang bisa diterapkan dalam pola pengangkutan guna men cegah penularan COVID-19
pada layanan umum pengelolaan limbah padat kota
1. Menjadwal ulang frekuensi pengumpulan limbah padat kota sesuai dengan
berkurangnya ketersediaan tenaga kerja dan realokasi aset yang tersedia untuk
pengelolaan limbah medis infeksius.
2. Kegiatan daur ulang harus dihindari untuk mencegah kontak manusia dengan limbah
rumah tangga dan medis yang berpotensi menular. Semua limbah kota harus
diperlakukan sebagai tidak dapat didaur ulang dan dibuang melalui insinerasi atau
tempat pembuangan akhir saniter. Lokasi penimbunan sampah dengan pengambilan
sampah informal akan membutuhkan peningkatan manajemen dan keamanan.
3. Kendaraan tambahan harus memiliki area muatan yang tidak terserap dan disegel
yang dapat dikunci, didesinfeksi, dan terpisah dari kabin pengemudi. Nomor
identifikasi kendaraan atau nomor sasis mereka harus dicatat untuk memungkinkan
kontrol di masa depan.
Refrensi
1. Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
SE.2/MENLHK/PSLB3/PLB.3/3/2020. Pengelolaan Limbah Infeksiksius (Limbah B3)
dan Sampah Rumah Tangga dari penangangan Corona Virus Disease (Covid19).
Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
2. Pieper, D. U. (2013). Transport of infectious clinical waste. WHO Regional Office for
Europe
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pengelolaan Limbah
Masker di Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Asian Development Bank. (2020). Managing Infectious Medical Waste during the
COVID-19 Pandemic. manila: Asian Bank Development.
5. ACR. (2020). Municipal waste management and COVID-19. www.acrplus.org. Retrieved
from Municipal: https://www.acrplus.org/en/municipal-waste-management-covid-19
6. Anne Scheinberg, Anne Woolridge, Nicolaz Humez, Antonis Mavropoulos, arlos Silva
Filho, Atilio Savino,, & Aditi Ramola. (2020). Waste Management During the Covid-19
Pandemic. Rotterdam: International Solid Waste Association (ISWA).
7. European Commission. 2020. Waste management in the context of the coronavirus crisis
8. Nghiem, Long D. Branwen Morgan. Erica Donner. Dan Michael D. Short. 2020. The
COVID-19 pandemic: Considerations for the waste and wastewater services sector.
Jurnal Case Studies in Chemical and Environmental Engineering.
9. Prasetiawan, Teddy. 2020. Permasalahan Limbah Medis Covid-19 Di Indonesia. Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Vol. XII, No. 9.