Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Imunisasi berasal dari kata “Immune” artinya kebal. Imunisasi berarti

mengebalkan, memberi kekebalan pasif (diberi antibodi) yang sudah jadi seperti

Hepatitis B imunoglobulin pada bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B

(Sunarti, 2012).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk memasukkan kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh, untuk meningkatkan kekebalan tubuh

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu (Marimbi, 2010).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap antigen sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang

serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2005).

Imunisasi adalah memberi vaksin kedalam tubuh berupa bibit penyakit,

yang dilemahkan yang menyebabkan tubuh memproduksi antibodi tetapi tidak

menimbulkan penyakit, bahkan anak menjadi kebal (Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2003).

Upaya yang telah dilakukan selama ini untuk menurunkan Angka

Kematian Balita (AKBA) berhasil menunjukkan perbaikan yang sangat berarti

antara 1960 dan 1990. Rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah

7% per tahun, lebih tinggi dari Dekade sebelumnya yaitu 4% per tahun. Belum

lagi tercatat data yang tahun 2000-2011, hal ini selalu menunjukkan perbaikan
kondisi kesehatan. Salah satu indikator kesadaran masyarakat terhadap kesehatan

dapat dilihat dari tahun ke tahun (Lisnawati,2011).

Walau bagaimana pun masih terdapat anak-anak yang tidak diberi

imunisasi karena kekurangan pengetahuan mengenai vaksin serta jadwal

imunisasi, salah paham mengenai kontraindikasi, kerisauan tentang kesan

sampingan serta komplikasi vaksin.

Menurut World Health Organization (WHO), program Imunisasi di

Indonesia memiliki tujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit dan angka

kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Secara spesifik

program Imunisasi juga menginginkan tercapainya eliminasi (pengurangan jumlah

penderita) tetanus pada bayi baru lahir dibawah 1 per 1000 kelahiran bayi yang

lahir hidup (tetanus neonatorum) dalam 1 tahun. Dalam hal ini ingin dicapai pada

tahun 2008.

Di Negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia masalah

tingginya angka kematian bayi (AKB) masih merupakan masalah nasional.

Penyebab kematian bayi tersebut sebagian besar adalah penyakit-penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi, antara lain tuberculosis, difteria, tetanus, polio,

dan campak, sehingga dengan intervensi imunisasi sebenarnya AKB dapat

diturunkan (Bappenas, 2005).

Kondisi kesehatan anak di Indonesia tergolong rendah dibandingkan

Negara-negara (Association of South East Asia Nations) ASEAN seperti

Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Brunai dan Vietnam. UU No 23/1992

tentang kesehatan mengatur penyelenggaraan kesehatan anak dilakukan sejak


dalam kandungan, masa bayi, balita, usia pra sekolah dan usia sekolah (Bappenas,

2005). AKB tahun 1992 tercatat 68 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian menurun

menjadi 57 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1994, turun lagi menjadi 46 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997, dan pada tahun 2002-2003 penurunannya

sudah mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup (Bappenas, 2005).

Angka kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit menular yang dapat

dicegah dengan pemberian imunisasi masih cukup tinggi, yaitu sekitar 120.000

setiap tahunnya. Untuk mencegah kematian, kesakitan dan kecacatan pada anak

telah dilaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Perkembangan baru

dirasakan pada tahun 1973 dengan dilakukan imunisasi BCG, imunisasi DPT pada

tahun 1976, dan pada tahun 1982 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982

imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis B mulai dilaksanakan.

Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk

rejan. Satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dari

setiap 200.000 anak, satu akan menderita penyakit polio (Atikah, 2010).

Program imunisasi di Indonesia menjadi bagian dari komitmen global

untuk mencapai Eradikasi Polio (Erapo), Reduksi Campak (Redcam), Reduksi

Hepatitis B dan Maternal Neonatal Tetanus Elemination (MNTE).

Secara nasional target tahun 2010 semua desa harus mencapai Universal

Child Immunuzation (UCI) 100%. Upaya peningkatan kualitas dilakukan dengan

pemberian suntikan yang aman (Safe Injection). Strategi yang digunakan adalah

pemerataan UCI desa yang memanfaatkan (Pemantauan Wilayah Setempat) PWS,

Area Specific Implementation, pendekatan resiko, meningkatkan mutu pelayanan,


efisiensi dengan vaksin kombinasi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dan meningkatkan kemitraan. Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi

dengan baik dan benar perlu pengetahuan dan ketrampilan prosedur pemberian

vaksin (Mardiyanto, 2004).

Vaksinasi berasal dari kata “Vaccine” yaitu zat yang dapat merangsang

timbulnya kekebalan aktif seperti BCG, Polio, DPT, Hepetitis B dan lain-lain.

Vaksinasi diartikan juga sebagai imunisasi aktif (Sunarti, 2012).

Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu

penyakit (Lilis Lisnawati, 2011).

Vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme hidup yang dilemahkan atau

mati (Nelson, 2000).

Campak (Rubeola) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang

ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat

mata/konjungtiva)bdan ruam kulit. Campak merupakan penyebab kematian bayi

umur kurang 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkirakan 30.000 per tahun

anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak (Kanisius, 2010).

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh

virus yang bernama virus campak (Lilis Lisnawati, 2011).

Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

campak. Infeksi disebarkan lewat udara (Atikah, 2010).


1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut : “Bagaimana Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Campak dengan

Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Lingkungan XI Kelurahan Pulo

Brayan Bengkel Kecamatan Medan Timur tahun 2013”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Campak dengan

Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Lingkungan XI Kelurahan Pulo

Brayan Bengkel Kecamatan Medan Timur tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari pengetahuan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Campak dengan

Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Lingkungan XI Kelurahan

Pulo Brayan Bengkel Kecamatan Medan Timur tahun 2013 berdasarkan

umur.

b. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Campak dengan

Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Lingkungan XI Kelurahan

Pulo Brayan Bengkel Kecamatan Medan Timur tahun 2013 berdasarkan

paritas.

c. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Campak dengan

Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Lingkungan XI Kelurahan


Pulo Brayan Bengkel Kecamatan Medan Timur tahun 2013 berdasarkan

pendidikan.

d. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Campak dengan

Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Lingkungan XI Kelurahan

Pulo Brayan Bengkel Kecamatan Medan Timur tahun 2013 berdasarkan

sumber informasi.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan refrensi bagi

petugas kesehatan Puskesmas Pulo Brayan Bengkel dalam pelayanan kesehatan

tentang Imunisasi Campak.

1.4.2. Bagi Akademi Kebidanan Helvetia

Untuk menambah bahan bacaan di perpustakaan yang referensinya dapat

dibaca bagi mahasiswa dan untuk menambah bahan dari kelanjutan dalam

melaksanakan penelitian.

1.4.3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan

peneliti dibidang kebidanan khususnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi

Campak dengan pemberian Imunisasi Campak pada bayi.


1.4.4. Bagi Ibu-ibu

Agar petugas Puskesmas Pulo Brayan Bengkel memberikan pengetahuan

dengan berbagai metode agar ibu-ibu dibimbing mengenai pengetahuan ibu-ibu

tentang Imunisasi Campak pada bayi.

1.5. Hipotesa

Ada hubungan pengetahuan ibu tentang campak dengan pemberian vaksin

campak pada Bayi di Lingkungan XI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Kecamatan

Medan Timur tahun 2013.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi

melalui panca indera yakni pengetahuan, pendengaran, penciuman rasa dan raba,

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan ini hanya sekedar menjawab pertanyaan apa yang sesuai,

pengetahuan mempunyai sasaran tertentu metode pendekatan untuk mengkaji

objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis

dan dapat dipakai secara universal (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat

bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal

saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan

seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan

aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin

banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
makin positif terhadap objek tertentu.Menurut teori WHO (World Health

Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek

kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman

sendiri (A. Wawan & Dewi M, 2011).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (A. Wawan & Dewi M,

2011).

Tingkat Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012), bahwa tingkat tersebut

sebagai berikut :

a. Tahu (Know)

Tahu artinya sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk didalamnya mengingat (recall) terhadap suatu yang spesifikdari

seluruh rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (Comprehensif)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi


tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisa (Analysis)

Analisa adalah kemampuan untuk menggambarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi-formulasi yang ada untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukuan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.


2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2012, berbagai macam yang telah digunakan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu :

1. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh pengetahuan,

sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis

dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

meliputi : cara coba salah, cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan

pengalaman pribadi dan melalui jalan fikir.

2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan.

Pada dewasa ini lebih sistematis dan logis. Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah atau lebih populer metedeologi penelitian. Cara-cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacan (1561-1626), mula-mula ia mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan.

Kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan, diklasifikasikan dan

akhirnya diambil kesimpulan umum :

a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari 30

pertanyaan yaitu 21-30 pertanyaan.

b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari 30

pertanyaan yaitu 11-20 pertanyaan.

c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40% - 50% dari 30

pertanyaan yaitu 1-10 pertanyaan.


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo,2012)

Menurut A.Wawan & Dewi M (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan

dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatan kualitas

hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola

hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya

dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih

banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang


menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip oleh Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok (1998), semakin cukup umur tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang dewasa lebih dipercaya dari

orang yang belum tinggi kedewasaannya.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip oleh Nursalam (2003), lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang

dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.

2.1.4. Perubahan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2012 sebelum seseorang mengadopsi perilaku

(berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku

tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Ada beberapa indikator-indikator yang

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap

kesehatan yaitu sebagai berikut :


a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : penyebab

penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan

atau kemana mencari pengobatan, bagaimana cara penularannya,

bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

meliputi : jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi

bagi kesehatannya, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit-penyakit

atau bahaya merokok atau minum-minuman keras atau narkoba dan

sebagainya, pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya

bagi kesehatan.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan : manfaat air bersih, cara-cara

pembuangan limbah yang sehat (ternasuk pembuangan kotoran yang sehat

dan sampah), manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

akibat polusi (polusi air, udara dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya.

2.2. Sikap Manusia

Menurut A.Wawan & Dewi M (2011), Sikap (attitude) merupakan konsep

paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai

individu maupun kelompok. Menurut pandangan Bem dalam Self Perception

Theory orang bersikap positif atau negatif terhadap sesuatu objek sikap dibentuk

melalui pengamatan pada perilaku dia sendiri.

Dengan demikian, dalam konsep sikap terdapat beberapa hal penting

yaitu :
a. Keterkaitan ide dengan emosi yang mengawali tindakan terhadap situasi

sosial tertentu.

b. Predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dengan

sesuai atau tidak sesuai terhadap objek yang ditentukan.

c. Kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi

identitas tertentu dengan derajat suka atau tidak suka.

Menurut Katz (Iih.Secord dan Backman,1994) sikap mempunyai empat

fungsi yaitu :

a. Fungsi Instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana tujuan. Disini sikap merupakan

sarana mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana objek sikap dapat

digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan. Karena

itu fungsi ini juga disebut fungsi manfaat yaitu sampai sejauh mana manfaat objek

sikap dalam rangka pencapaian tujuan.

Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, karena dengan sikap

yang diambil oleh seseorang, orang akan dapat menyesuaikan diri dengan secara

baik terhadap sekitarnya.

b. Fungsi Pertahanan Ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk

mempertahankan egonya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang

yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.


c. Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk

mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya.

d. Fungsi Pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman-

pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari

pengalaman yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan

disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten.

2.2.1. Pengertian Sikap

a. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya

sendiri,orang lain, objek atau isue (Petty, Cocopio 1986 dalam

Azwar., 2000:6).

b. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmodjo,

1997 : 130).

c. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan

untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto, 1998:62).

d. Thomas & Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah

predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku

tertentu sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang

murni dari individu tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran

yang sifatnya individual.


e. Thurstone & Chave (dalam Mitchell, 1990) sikap adalah keseluruhan

dari kecenderungan dan perasaan, curiga, asumsi-asumsi, ide-ide,

ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan, dan keyakinan-keyakinan

manusia mengenai topik tertentu.

f. Allport (1935), sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh

dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara dinamis

mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua objek dan

situasi yang terkait.

g. Gerungan (1966) menyatakan bahwa sikap adalah sikap dan kesediaan

terhadap sesuatu hal.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekidjo Notoatmodjo,

1996:132) :

1. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah.


4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko.

Sikap dapat pula bersifat positif dan negatif (Heri Purwanto, 1998:63) :

a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998:63) :

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya.

b. Sikap dapat berubah-ubah.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan yang

dimiliki orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain (Azwar, 2005) :

a. Pengalaman Pribadi

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

c. Pengaruh Kebudayaan
d. Media Massa

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

f. Faktor Emosional

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap yaitu

(Hadi, 1971) :

a. Keadaan objek yang diukur

b. Situasi Pengukuran

c. Alat ukur yang digunakan

d. Penyelenggaraan Pengukuran

e. Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran

2.3. Imunisasi

2.3.1. Defenisi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh

terhadap suatu penyakit dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang

sudah dilemahkan atau dimatikan (Marimbi 2010).

Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan tubuh kepada

seseorang secara aktif terhadap penyakit menular (Mansjoer,2000).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang

secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar antigen yang

serupa tidak pernah terjadi penyakit (Ranuh dkk, 2001).

Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit

infeksi pada bayi, anak, dan juga orang dewasa (Indiarti, 2008).
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah suatu obat yang

diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh

untuk menghasilkan antibody. Antibody ini berfungsi melindungi terhadap

penyakit (Theophilus, 2007).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh secara

aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila ia terpapar pada antigen yang serupa

tidak terjadi penyakit. Sistem imun spesifik hanya dapat menghancurkan benda

asing yang dikenal sebelumnya (Lisnawati,2011).

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang

pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti

vaksin BCG, DPT, Campak dan melalui mulut seperti vaksin polio (Fitramaya,

2011).

Imunisasi adalah pemindahan atau transfer antibodi secara pasif atau

sesuatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

antigen, sehingga bila kelak ia terkena pada antigen yang serupa, tidak terjadi

penyakit dilihat dari cara timbulnya (Sunarti, 2012).

Menurut Anik Maryunani 2010, Imunisasi merupakan upaya pencegahan

yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas

(angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak.


2.3.2. Tujuan Imunisasi

Program Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar

dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh

penyakit yang sering berjangkit.

Menurut Proverawati dkk, 2010 secara umum tujuan Imunisasi antara lain:

1. Melalui Imunisasi tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.

3. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas

(kematian) pada balita.

Menurut Anik Maryunani 2010, tujuan dalam pemberian Imunisasi antara

lain sebagai berikut :

a. Untuk mencegah terjadinya penyakit menular tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu didunia.

b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat

berbahaya bagi bayi dan anak.

c. Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi

kecacatan akibat penyakit tertentu.

d. Untuk menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin

didapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.

e. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat

membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada

penderitanya.
f. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi)

atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada

imunisasi cacar.

Menurut Ranuk 2010, tujuan diberikan Imunisasi ada dua yaitu:

1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat

populasi.

2. Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan

Imunisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian Imunisasi

adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud menurunkan

kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit

yang dapat dicegah dengan Imunisasi.

Menurut Pedoman Imunisasi di Indonesia 2011, tujuan Imunisasi adalah

untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan

penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan

menghilangkannya dari dunia. Data yang harus dicatat pada kartu Imunisasi

yaitu : jenis vaksin yang diberikan, tanggal melakukan vaksinasi, efek samping

bila ada, tanggal vaksinasi berikut, nama tenaga medis/paramedis yang

memberikan vaksin.

Menurut Lilis Lisnawati 2011, prinsip Imunisasi ada dua antara lain

sebagai berikut :
a. Kekebalan Aktif yaitu : memberikan perlindungan jangka panjang

dengan cara imunisasi dan murah.

b. Kekebalan Pasif yaitu : memberikan perlindungan jangka pendek dan

mahal.

Menurut Depkes RI 2005, dalam penelitian imunisasi ada syarat yang

harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang

diberikan harus baik, disimpan dilemari es dan belum lewat masa berlakunya,

pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi

dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis

vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor

batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informed consent

kepada orangtua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang

sebelumnya telah dijelaskan kepada orangtuanya tentang manfaat dan efek

samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah

pemberian imunisasi.

Menurut Marimbi 2010, manfaat Imunisasi adalah sebagai berikut :

1. Untuk Anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk Keluarga : Menghilangkan kecemasan dan psikologi

pengobatan bila anak sakit, mendorong

pembentukan keluarga apabila orangtua yakin

bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak

yang nyaman.
3. Untuk Negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat akan berakal untuk melanjutkan

pembangunan negara.

Jenis-jenis Imunisasi

Menurut Marimbi 2010, waktu yang tepat untuk pemberian Imunisasi

Dasar adalah sebagai berikut :

1. Vaksin BCG diberikan 1x selama 0-11 bulan.

2. Vaksin DPT diberikan 3x selang pemberian 4 minggu selama usia 2-11 bulan.

3. Vaksin Polio diberikan 4x selang waktu 4 minggu selama usia 0-11 bulan.

4. Vaksin Campak diberikan 1x selang waktu 4 minggu selama usia 9-11 bulan.

5. Vaksin Hepatitis B diberikan 3x selang waktu 4 minggu selama usia 0-11

bulan.

Menurut Atikah, 2010 Imunisasi ada dua macam antara lain sebagai

berikut :

a. Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin)

agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu

ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat

mengenali dan meresponnya. Contohnya : imunisasi polio atau campak.

b. Imunisasi Pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian

zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi
yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu

melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi

mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang sudah terinfeksi. Contohnya :

penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka

kecelakaan.

2.4. Campak

2.4.1. Pengertian

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh

virus yang bernama virus campak. Penularan melalui udara ataupun kontak

langsung dengan penderita (Marimbi, 2010). Campak merupakan suatu infeksi

virus yang sangat menular. Penyakit ini sering ditandai dengan demam, batuk,

konjungtivitis (peradangan pada selaput ikat mata/konjungtiva). Penularan infeksi

virus terjadi karena seseorang menghirup percikan ludah penderita campak

(Firdaus, 2011).

Penyakit campak disebabkan oleh virus. Biasanya menyerang anak

dibawah usia 5 tahun, mudah sekali menular biasanya dengan percikan ludah

penderita (Irianto,2004).

Menurut Soegeng Soegiyanto dalam buku Pedoman Imunisasi di Indonesia

(2008) penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak

yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek,

konjungtivitas.
Menurut Anik Maryunani 2010, pengertian Imunisasi campak adalah

sebagai berikut :

a. Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.

b. Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). Kandungan

vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan.

2.4.2. Gejala dari Campak

Menurut Firdaus 2011,gejala seseorang yang terinfeksi virus campak

tampak melalui dalam waktu 7-12 hari setelah terinfeksi. Adapun beberapa gejala

penyakit campak adalah sebagai berikut :

1. Demam tinggi 38-400C.

2. Nyeri tenggorokan.

3. Hidung meler.

4. Batuk.

5. Nyeri otot.

6. Mata merah.

7. Foto fobia (rentan terhadap cahaya/silau).

8. Selang 2-4 hari kemudian, muncul bintik putih kecil pada mulut bagian

dalam (bintik koplik).

9. Ruam kulit terasa agak gatal yang muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala

bintik koplik. Ruam awalnya akan tampak pada wajah yaitu didepan dan

dibawah telinga serta dileher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam
akan menyebar kebatang tubuh, lengan dan tungkai sementara ruam pada

wajah mulai memudar.

10. Banyak sedikitnya ruam menandai berat dan ringannya campak.

11. Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit karena ruam kulit

meluas dan suhu tubuhnya mencapai 400C. Pada 3-5 hari kemudian, suhu

tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera

menghilang.

Menurut Marimbi 2010, gejala-gejala penyakit campak yaitu : demam,

batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah

anak menderita demam.

Menurut Kanisius 2010, penampilan klinis campak dapat dibagi 3 tahap

yaitu sebagai berikut :

a. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari,

pada tahap ini anak yang sakit belum memperlihatkan gejala dan tanda sakit.

b. Fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu,

seperti batuk, pilek, dan demam tinggi dapat mencapai 380C-400C,mata

merah berair, mulut muncul bintik putih (bercak koplik) dan kadang disertai

mencret.

c. Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam

tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul diseluruh tubuh,

melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang telinga, leher,

dada, muka, tangan, dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran

yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Biasanya, bercak
memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu dan jika bercak

merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya.

2.4.3. Komplikasi Penyakit Campak

Menurut Marimbi 2010, penyakit campak dapat juga menimbulkan

komplikasi. Adapun beberapa jenis komplikasi yang bisa menyertai campak

yaitu : radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada

sendi dan radang pada otak yang permanen (menetap).

Menurut Kanisius 2010, biasanya komplikasi sering terjadi pada anak-

anak dibawah 5 tahun dan anak-anak dengan gizi buruk. Komplikasi dapat terjadi

berupa radang telinga tengah, radang paru (pneumonia) atau radang otak

(ensefalitis). Kematian pada penyakit campak bukan karena penyakit campaknya

sendiri, melainkan karena komplikasinya (radang otak/paru).

Menurut Lilis Lisnawati 2011, komplikasi dari penyakit campak adalah

radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan

radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen

(menetap).

Usia Pemberian

Menurut Proverawati 2011, pemberian vaksin campak hanya diberikan

satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan.Vaksin dari virus (CAM 70-

chick choriollantonik membrane) yang dilemahkan ditambah kanamisin sulfat dan

eritromisin berbentuk baku kering dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquabides.

Biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh Imunisasi ini adalah setelah 7-12 hari

pasca Imunisasi yang akan timbul seperti demam, diare, konjungtivitis, ruam.
Menurut Marimbi 2010, vaksin campak diberikan pada bayi umur 9 bulan

oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Jika ada wabah, Imunisasi

bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian.

Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9

bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan

diulang 6 bulan kemudian (Lisnawati, 2011).

Menurut Anik Maryunani 2010, Imunisasi campak diberikan 1 kali pada

usia 9 bulan dan tidak dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena

antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya

menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan

imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR

(Measles Mumps Rubella).

Jumlah Pemberian

Menurut Proverawati 2011, pemberian vaksin campak hanya diberikan

satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 cc. Sebelum

disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut stril yang

telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian disuntikkan pada lengan

bagian kiri atas secara subkutan.

Menurut Marimbi 2010, vaksin campak disuntikkan secara subkutan

sebanyak 0,5 ml. Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-

80C. Disimpan pada suhu 2-80C, bisa sampai 200C.

Efek Samping
Menurut Proverawati 2010, hingga 15% pasien dapat mengalami demam

ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

Demam, diare, konjungtivitis, ruan setelah 7-12 hari pasca Imunisasi.

Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan

atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada saat anak berumur 6

bulan dan diulang 6 bulan kemudian (Lisnawati, 2011).

Kejadian Encepalitas lebih jarang (Marimbi, 2010).

Menurut Anik Maryunani 2010, efek samping Imunisasi campak adalah

kemungkinan terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan/bercak merah

pada pipi dibawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan. Kemungkinan

juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.

Menurut Kanisius 2010, efek samping dari Imunisasi campak berupa :

a. Demam lebih dari 39,50C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam

dijumpai pada hari ke-5 sampai ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung

selama 2 hari.

b. Kejang demam.

c. Ruam timbul pada hari ke-7 sampai ke-10 sesudah imunisasi dan

berlangsung selama 2-4 hari.

d. Memar karena berkurangnya trombosit.

e. Infeksi virus campak pada imunodefisiensi (penyakit dengan daya tahan

tubuh yang sangat rendah, seperti penderita HIV).


f. Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) berat dapat menyerang

sistem saraf, yang reaksinya diperkirakan muncul pada hari ke-30 sesudah

imunisasi.

Kontra Indikasi

Menurut Marimbi 2010, kontra indikasi dari Imunisasi Campak adalah

sebagai berikut :

a. Infeksi akut dengan demam, defisiensi imunoglogik,alergi protein telur,

hipersensitifitas dengan kenamisin dan eritromisin, wanita hamil.

b. Anak yang diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal

3 bulan.

c. Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah Imunisasi campak.

Menurut Lilis Lisnawati, 2011 kontra indikasi pemberian vaksin campak

antara lain :

a. Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 380C

b. Gangguan sistem kekebalan

c. Pemakaian obat imunosuspresan

d. Alergi terhadap protein telur

e. Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

f. Wanita hamil

Menurut Atikah 2010, pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada

orang yang mengalami imunodefisiensi atau individu yang diduga menderita

gangguan respon imun karena leukimia dan limfoma.


Faktor Resiko Kejadian Campak

Adapun faktor resiko kejadian  campak menurut WHO,1994 (FKUI, 1997)

adalah antara lain :

1.    Sanitasi Lingkungan

Adalah suatu upaya yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai

faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pada manusia, terutama hal-hal yang

mempunyai efek merusak perkembangn fisik, kesehatan dan kelangsungan

hidup dan merupakan faktor penentu derajat kesehatan masyarakat.  

2.   Hygiene Perorangan

Adalah suatu upaya yang menitik beratkan pada kesehatan individu

dilakukan untuk menjaga kebesihan dan kesehatan individu yaitu

kebersihan diri sendiri yang merupakan faktor untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

3.   Status Gizi

Suatu keadaan dari akibat keseimbangan antara komsumsi dari penyebaran zat

gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari

tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.Sedangkan faktor resiko terjadinya

mortalitas atau kematian akibat campak disebabkan karena adanya komplikasi

antara lain diare dan penanganan yang terlambat.


2.5. Defenisi Vaksin

Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu

penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan anti body. Anti body ini

berfungsi melindungi terhadap penyakit (Lisnawati, 2011).

Vaksin juga dapat berupa produk racun kuman yang telah dilemahkan atau

dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap

penyakit tertentu (Proverawati, 2010).

2.5.1. Jenis-jenis Vaksin

Menurut Atikah 2010, jenis vaksin dibuat berdasarkan proses produksinya

antara lain :

a. Vaksin Hidup (Live Attenuated Vaccine)

Vaksin terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih antigenik.

Contohnya adalah : virus polio oral.

b. Vaksin Mati (Killed Vaccine/Inactivated Vaccine)

Vaksin mati jelas tidak patogenik dan tidak berke mbangbiak dalam tubuh.

c. Rekombinan

Susunan vaksin ini (misalnya Hepatitis B) memerlukan epitop organisme

yang patogen.

d. Toksoid

Bahan yang bersifat Imunogenik dibuat dari toksin kuman.


e. Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccine)

Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen

yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian.

Menurut Atikah 2010, jenis-jenis vaksin berdasarkan fungsinya dibagi atas

a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine), untuk pemberian kekebalan aktif

terhadap tuberkulosa.

b. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus), untuk pemberian kekebalan secara

simultan terhadap difteri, pertusis, tetanus.

c. Vaksin TT (Tetanus Toksoid), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

tetanus.

d. Vaksin DT (Difteri dan Tetanus), untuk pemberian kekebalan simultan

terhadap difteri dan tetanus.

e. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine), untuk pemberian kekebalan aktif

terhadap poliomyelitis.

f. Vaksin Campak, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit

campak.

g. Vaksin Hepatitis B, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang

disebabkan oleh virus hepatitis B.

h. Vaksin DPT/HB, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri,

pertusis, tetanus dan hepatitis B.


Menurut Atikah 2010, kandungan Vaksin terdiri dari :

1. Antigen Virus

2. Bakteri

3. Vaksin yang sudah dilemahkan : Polio, Campak, BCG

4. Vaksin mati : pertusis

5. Eksotosin : Difteri, Toksoid, Tetanus

6. Ajuvan : persenyawaan aluminium

7. Cairan pelarut : air cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur

Menurut Atikah 2010, hal-hal yang dapat merusak Vaksin antara lain

sebagai berikut :

1. Panas dapat merusak semua vaksin

2. Sinar matahari dapat merusak BCG

3. Pembekuan Toksoid

4. Desinfeksi/Antiseptik : sabun
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan analitik dan korelasi hubungan antara dua

variabel pada situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat

hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain atau antara variabel satu

dengan variabel yang lain. Metode ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan

Pengetahuan Ibu tentang Campak dengan pemberian vaksin campak pada bayi di

Lingkungan XI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Kecamatan Medan Timur tahun

2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Lingkungan XI Kelurahan Pulo Brayan

Bengkel Kecamatan Medan Timur. Penelitian lokasi ini berdasarkan

pertimbangan bahwa di Lingkungan XI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel

Kecamatan Medan Timur tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Campak dengan pemberian vaksin campak

pada bayi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juli Tahun 2013.


3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti. Populasi

penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang berjumlah 60 orang di Lingkungan XI

Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Kecamatan Medan Timur Tahun 2013, dengan

jumlah populasi sebanyak 60 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah total sampling yaitu jumlah keseluruhan dari

populasi yaitu sebanyak 60 ibu yang memiliki bayi.

3.4 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini memiliki 2 variabel yaitu :

variabel dependent dan variabel independent. Sebagai variabel dependent adalah

Pengetahuan Ibu tentang Campak dan sebagai variabel independent adalah

Pemberian Vaksin Campak pada bayi.

Variabel Dependent Variabel Independent

Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Vaksin Campak


Campak Pada Bayi

3.5 Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah :


3.5.1 Pengetahuan Ibu tentang Campak

Menurut Arikunto 2006, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh ibu tentang Imunisasi Campak yang meliputi pemberian vaksin

campak, manfaat imunisasi campak, gejala-gejala dari imunisasi campak, dan

komplikasi-komplikasi dari imunisasi campak berdasarkan umur, paritas,

pendidikan, dan sumber informasi.

1. Berdasarkan Umur

Umur adalah cara saat ibu dilakukan penelitian yang ditanyakan dalam tahun

yang dibagi menjadi :

a. < 20 tahun

b. 20-35 tahun

c. > 35 tahun

2. Berdasarkan Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang pernah dilahirkan oleh ibu baik lahir hidup

maupun lahir mati, dengan kriteria :

a. Nulipara : Ibu yang pernah hamil tapi belum pernah melahirkan.

b. Primipara : bila ibu pernah melahirkan 1 anak.

c. Scundipara : bila ibu pernah melahirkan 2 anak.

d. Multipara : bila ibu pernah melahirkan 3-4 anak.

e. Grandemultipara : bila ibu pernah melahirkan 5 atau lebih orang anak.

3. Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan formal terakhir yang diselesaikan seseorang ibu pada saat

dilakukan penelitian dengan kriteria sebagai berikut :

a. Pendidikan Dasar : SD/sederajat.

b. Pendidikan Lanjut : SMP/sederajat.

c. Pendidikan Menengah : SMA/sederajat.

d. Pendidikan Tinggi : D3, S1, S2.

4. Berdasarkan Sumber Informasi

Yaitu segala sesuatu yang didapatkan ibu mengenai pemberian vaksin

campak pada bayi dengan kategori antara lain :

a. Media Cetak (Majalah, Poster, Surat kabar).

b. Media Elektronik (Radio, Televisi, Internet).

c. Tenaga Kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat).

3.6 Aspek Pengukuran

Menurut Notoatmodjo 2012, setelah diperoleh hasil jawaban dari

responden maka dapat dimasukkan kedalam kategori masing-masing jawaban

yang benar diberi bobot 5 dan jawaban yang salah diberi bobot 0.

a. Skor jawaban salah adalah 0

Skor jawaban minimal adalah skor jawaban salah dikalikan jumlah soal : 0 x

20 = 0

b. Skor jawaban benar adalah 5

Skor jawaban maksimal adalah skor jawaban benar dikalikan jumlah soal : 5

x 20 = 100.
Menurut Arikunto 2005, berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari

responden, maka dapat dikategorikan dalam tiga kategori yaitu :

a. Baik : bila jawaban benar 76-100%, apabila dapat menjawab pertanyaan

sebanyak 15-20 pertanyaan.

b. Cukup : bila jawaban benar 51-74%, apabila dapat menjawab pertanyaan

sebanyak 10-14 pertanyaan.

c. Kurang : bila jawaban benar 41-50%, apabila dapat menjawab pertanyaan

sebanyak 5-9 pertanyaan.

3.7 Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Yaitu : data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti secara

langsung dengan cara wawancara langsung kepada responden.

2. Data Sekunder

Yaitu : data yang diperoleh dari Lingkungan XI Kelurahan Pulo Brayan

Bengkel Kecamatan Medan Timur Tahun 2013, yang bertujuan untuk

mendapatkan jumlah ibu yang mempunyai bayi dari usia 0-1 tahun.

3.8 Tehnik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), data yang dikumpulkan diolah dengan cara

manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :


1. Editing

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan

agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil

yang menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode pada variabel-variabel yang

diteliti.

3. Processing

Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau

“software” komputer.

4. Cleaning

Memeriksa semua data dari setiap sumber data atau responden yang telah

selesai dimasukkan (input) untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan selanjutnya dilakukan pembetulan

atau koreksi.

3.9. Analisa Data

Analisa data diolah dengan menggunakan SPSS versi 16,0 dengan

langkah-langkah analisa data sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa Univariat tergantung


dari jenis datanya. Untuk numerik digunakan nilai rata-rata, median dan

standar deviasi. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel.

2. Analisa Bivariat

Apabila telah dilakukan analisa univariat maka hasilnya akan diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan dengan

analisa bivariat. Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan sehingga pada penelitian ini menggunakan uji person

product moment.

r = N(∑XY) – (∑X.∑Y)

√[N∑X2 – (∑X2)][N∑Y2 – (∑Y2)]


KOESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG CAMPAK DENGAN


PEMBERIAN VAKSIN CAMPAK PADA BAYI DI LINGKUNGAN
XI KELURAHAN PULO BRAYAN BENGKEL
KECAMATAN MEDAN TIMUR
TAHUN 2013

I. Karakteristik Responden
1. No Responden :
2. Pendidikan Akhir :
3. Pekerjaan :
4. Umur :
5. Parietas :
6. Sumber Informasi :

Bacalah setiap pertanyaan dan alternatif jawaban yang baik.


Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan memberikan tanda
(X) pada salah satu pilihan jawaban.

II. Pengetahuan Responden


1. Apakah yang dimaksud dengan Imunisasi ?
a. Suatu program dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar
merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap
penyakit tertentu.
b. Proses memberikan antigen terhadap tubuh yang dapat bermanfaat
bagi seseorang.
c. Proses pemberian kekebalan tubuh terhadap penyakit yang dapat
menular.
2. Ada berapakah jenis-jenis Imunisasi dasar ?
a. 5 macam
b. 6 macam
c. 2 macam
3. Apakah tujuan Imunisasi dasar pada bayi baru lahir ?
a. Memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud
menurunkan kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk
lebih lanjut dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
b. Untuk mencegah diri kita dari penyakit yang berbahaya
c. Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
Imunisasi
4. Apa manfaat Imunisasi dasar pada bayi baru lahir ?
a. Agar anak tetap sehat
b. Mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan
cacat atau kematian
c. Mengikuti program pemerintah
5. Apa manfaat Imunisasi untuk keluarga ?
a. Mendorong pembentukan keluarga yang sejahtera
b. Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal
c. Untuk menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit
6. Melalui apakah penyakit campak dapat ditularkan ?
a. Bersin atau batuk
b. Makanan
c. Lingkungan
7. Apakah nama penyakit yang disebabkan oleh campak ?
a. Radang paru-paru
b. Kelumpuhan
c. Demam
8. Apakah pengertian dari Imunisasi campak ?
a. Imunisasi campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat
disebabkan oleh sebuah virus yang bernama virus campak
b. Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri,
pertusis, dan tetanus
c. Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap beberapa penyakit
9. Ada berapakah jenis-jenis vaksin ?
a. 5 macam
b. 4 macam
c. 3 macam
10. Apakah tujuan dari Imunisasi campak pada bayi ?
a. Untuk mencegah penyakit gondongan dan ISPA
b. Untuk mencegah penyakit ISPA, batuk seratus hari, kejang-kejang
c. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang
sangat berbahaya bagi bayi dan anak
11. Pada usia berapakah sebaiknya bayi diberikan Imunisasi campak ?
a. 0-11 bulan
b. 9-11 bulan
c. 0-2 bulan
12. Didaerah manakah disuntikkan Imunisasi campak ?
a. Intra Muscular, pada paha tengah bagian luar
b. Intra Cutan didaerah lengan kanan
c. Sub Cutan didaerah lengan kiri
13. Berapakah dosis pemberian Imunisasi campak ?
a. 0,05 cc
b. 0,2 cc
c. 0,5 cc
14. Apakah efek samping yang terjadi setelah diberikan Imunisasi campak ?
a. Demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
b. Terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam
c. Terjadi kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan
15. Berapa kali kah Imunisasi campak diberikan pada bayi/balita?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
16. Imunisasi apakah yang pertama kali diberikan pada bayi ?
a. BCG
b. DPT
c. Campak
17. Penanganan apakah yang diberikan pada bayi setelah disuntikkan
Imunisasi campak ?
a. Diberikan obat penurun panas bayi (asetaminofem) dan mengompres
daerah penyuntikan
b. Memberikan ASI sesering mungkin
c. Kompres pakai air hangat atau sering menggerak-gerakkan lengan atau
tungkai yang bersangkutan
18. Dengan cara apakah Imunisasi Polio diberikan pada bayi ?
a. Dioleskan
b. Disuntikkan
c. Diteteskan
19. Ada berapa jeniskah kekebalan pada tubuh manusia ?
a. 4 macam
b. 3 macam
c. 2 macam
20. Apa yang dimaksud dengan campak ?
a. Penyakit yang sangat menular
b. Penyakit yang mematikan
c. Penyakit keturunan
LEMBAR JAWABAN
1. A 11. B

2. B 12. C

3. B 13. C

4. A 14. A

5. B 15. A

6. B 16. A

7. A 17. A

8. A 18. C

9. A 19. C

10. C 20. A

Anda mungkin juga menyukai