Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan
Allah.
Hal ini mengukuhkan perintah bersabar, sekaligus sebagai pemberitaan bahwa kesabaran itu
tidak dapat diraih melainkan berkat kehendak Allah dan pertolongan-Nya, serta berkat upaya
dan kekuatan-Nya.
…dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
Artinya, janganlah kamu merasa duka cita terhadap upaya keras mereka dalam memusuhimu
dan memasukkan kemusyrikan terhadapmu, karena sesungguhnya Allah-lah yang mencukupi,
menolongmu, mendukungmu, menampakkan kamu, dan memenangkan kamu atas mereka.
Jika mendapat kebaikan dan kemudahan, ia amat kikir dan banyak menahan kecuali orang-
orang yang mengerjakan shalat, mereka yang tetap menjaga menunaikannya tepat waktu,
tidak terhalangi kesibukan apa pun, orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu
yang diwajibkan atas mereka berupa zakat yang ditunaikan kepada mereka yang memerlukan
bantuan dan tidak mempersulit orang-orang yang memintanya, orang-orang yang
mempercayai hari perhitungan dan hari pembalasan sehingga mereka melakukan persiapan
dengan beramal saleh.
Begitu pula orang-orang yang takut terhadap azab Allah
Sesungguhnya, tidak ada seorang pun yang dijamin aman dari siksa Tuhan mereka.
Demikian pula orang-orang yang memelihara kemaluannya terhadap yang telah diharamkan
Allah atas mereka kecuali terhadap istri-istri atau hamba sahaya yang mereka miliki.
Rasulullah saw bersabda bahwa iri hati memakan semua amal kebaikan kita, sebagaimana
api membakar kayu kering. Rasulullah saw juga bersabda, “Tiap pemilik karunia
menyebabkan orang iri hati kepadanya”.
Imam Mawlud menjelaskan bahwa iri hati terlihat ketika seseorang menginginkan orang
lain kehilangan karunia yang dimilikinya. Allah Maha bijaksana terhadap segala pemberian-
Nya kepada hamba-Nya. Apabila seseorang meragukan karunia yang telah diberikan
kepadanya, maka dia sebenarnya dia meragukan Sang Pemberi. Hal ini membuat iri pantas
dicela dan dilarang.
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fath Al-Bari (4: 343) menyatakan makna hadits yaitu jika
engkau ragu pada sesuatu, maka tinggalkanlah. Meninggalkan perkara yang masih ragu
seperti ini termasuk dalam masalah wara’ yang cukup penting.
Hasan bin Abi Sinan rahimahullah menyatakan bahwa tidak ada yang lebih ringan dari
wara’, yaitu jika ada sesuatu yang meragukan, maka tinggalkanlah