Anda di halaman 1dari 6

Refugee Plants Increased Generalits Predator In Tea Plantation At Wonosari,

Malang – Indonesia

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa tumbuhan di sekitar perkebunan
teh yang meningkatkan keanekaragaman dan kelimpahan predator generalis di perkebunan teh
di Wonosari, Malang, Indonesia. Sampel Arthropoda dikumpulkan dengan sweeping net
berdiameter 15 cm selama lima kali osilasi. Spesimen diidentifikasi dan menghitung indeks
keanekaragaman (Shannon-Wienner = H ') dan kelimpahan relatif predator generalis. Itu Variasi
indeks keanekaragaman Arthropoda di setiap plot diperiksa dengan ANOVA kemudian
dilanjutkan dengan "Duncan Multiple Range Test" pada taraf signifikan 95%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Synedrella nodiflora, Centella Asiatica, Setaria sp., Borreria repens, Arachis
pentoii dan kombinasi tumbuhan meningkatkan keanekaragaman hayati. Arthropoda di kanopi
tanaman, terutama predator generalis. Ada Curinus, Oxyopes, dan Hymenopus dengan
kelimpahan relatif berkisar antara 9,1% sampai 14,6%.

PENGANTAR

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ledakan populasi hama daun teh adalah
dengan pemberdayaan masyarakat faktor biotik pada agroekosistem di perkebunan teh melalui
pengelolaan habitat, seperti manipulasi habitat. Pengelolaan habitat dapat dilakukan dengan :

a) meningkatkan peran tumbuhan liar di sekitar tanaman teh sebagai pengungsi dan b)
Konservasi predator Empoasca sp., yaitu hama daun teh dengan menyediakan habitat
pengungsian tumbuhan. Pengelolaan habitat adalah meningkatkan populasi musuh alami
(Helenius, 1998). Landis dkk. (2000) letakkan Ke depan tujuan utama pengelolaan habitat adalah
menciptakan infrastruktur dalam lanskap ekologi pertanian berkelanjutan melalui penyediaan
sumber pakan alternatif seperti musuh alami, alternatif mangsa atau inang, tempat berlindung
(sanctuary) dari kondisi buruk, dan iklim mikro. Pengelolaan habitat (habitat manajemen) adalah
salah satu strategi untuk pengendalian biologis.
Tanaman liar berpotensi menjadi pengungsi bagi predator hama serangga. Pengungsi
adalah salah satu jenis tumbuhan di sekitar tanaman yang dapat memberikan perlindungan,
sumber makanan tambahan, tempat istirahat, dan tempat berkembang biak (Nentwig, 1998;
Wratten et al., 1998; Sosromarsono dan Untung, 2000). Pengungsi tanaman di pertanian
umumnya mengacu pada spesies tanaman pendamping yang dibudidayakan yang berfungsi
sebagai habitat biota tiga trofik tingkat (Murphy et al., 1998; Wratten et al., 1998). Habitat adalah
tempat hidup suatu organisme atau mungkin juga mengindikasikan tempat ditempati oleh
seluruh masyarakat karena berpeluang menjajah, dan tidak dikalahkan oleh kelompoknya
pesaing (Odum, 1993; Begon et al. 1986). Smith & Papacek (1991) dalam Landis et al. (2000)
melaporkan itu Rumput Rhodes (Chloris gayana Kunth.) Sebagai pengungsi mitos Amblyseius
victoriensis (Womersly). Juga, Bowie dkk. (1999) dalam Landis et al. (2000) melaporkan bahwa
Brassica napus L sebagai pengungsi predator kutu Rhopalosiphum padi (L.). Kawai (1997) dalam
Landis et al. (2000) mengemukakan bahwa tumbuhan pengungsi dari alam Musuh di kebun teh
(Thea sinestris L.) ternyata mampu menekan hama. Mochizuki (2000) dalam Takafuji & Amano
(2001) mengungkapkan bahwa predator Amblyseius womersleyi (komite Phytoseiid) mampu
menekan hama tanaman. mitos laba-laba teh. Nurindah dkk. (2002) melaporkan sebuah studi
tentang upaya peningkatan populasi alam musuh hama utama kapas melalui manipulasi habitat
pada tanaman kapas.

Rohman (2008) melaporkan bahwa beberapa predator generalis, yaitu Curinus


(Coccinellidae), Oxyopes (Oxyopidae) dan Hymenopus (Mantidae) ditemukan di perkebunan teh
di Wonosari, Malang. Selanjutnya kami menjelajahi alam liar tumbuhan sebagai pengungsi bagi
predator umum hama daun teh (Empoasca sp.) pada teh. Di sini kami menunjukkan itu Synedrella
nodiflora, Centella asiatica, Setaria sp., Borreria repens, Arachis pentoii dan kombinasi Predator
umum Empoasca sp., yaitu Curinus, Oxyopes, dan Hymenopus.

METODE

Penelitian ini dilakukan di Kebun Teh Wonosari, Malang, Indonesia dari bulan Oktober 2007
sampai dengan Februari 2008. Kami membuat 21 plot uji (5 mx 2 m) yang berlokasi di perkebunan
teh, dibagi menjadi 7 kelompok masing-masing kelompok memiliki tiga ulangan. Setiap petak
kelompok ditanami S. nodiflora, C. asiatica, setaria sp., B. repens, A. pentoii, kombinasi tumbuhan
dan kontrol (tanpa tumbuhan) masing-masing. Setelah tanaman tumbuh dan subur, kemudian
kami mengamati keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda di kanopi. Sampel Arthropoda
dikumpulkan dengan sweeping net berdiameter 15 cm selama lima kali osilasi.

Identifikasi dan klasifikasi spesimen dilakukan berdasarkan kunci determinan OPT di


Indonesia (Kalshoven, 1981) dan Pengantar studi serangga (Borror, 1998). Indeks
keanekaragaman adalah dihitung menggunakan indeks Keragaman "Shannon-Wiever" (Krebs,
1978; Ludwig dan Reynolds, 1988). Relatif kelimpahan suatu spesies ditentukan dengan rumus:
K = ni / N x 100%, di mana K adalah kelimpahan relative spesies i, ni adalah jumlah individu dari
spesies i, dan N adalah jumlah total individu yang ditemukan (Ludwig dan Reynolds, 1988).
Tingkat keragaman mengacu pada nilai H 'yang dikemukakan oleh Rahayu, dkk. (2006), jika nilai
H '<1 rendah, H '= 1-3 sedang dan H'> 3 tinggi. Analisis keragaman indeks keanekaragaman untuk
setiap plot uji dengan analisis varian (ANOVA) klasifikasi satu arah dan dilanjutkan dengan Uji
Jarak Berganda Duncan di tingkat 95%.

HASIL

Rerata indeks keanekaragaman (H ') arthropoda di tajuk tanaman sedang, berkisar antara 1,70 -
2,25 (Gambar 1). Selain itu, berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa keberadaan
tumbuhan meningkatkan keragaman arthropoda di petak uji dibandingkan dengan kontrol
(tanpa tumbuhan). Sehingga S. nodiflora, C. asiatica, setaria sp., B. repens, A. pentoii dan
kombinasi tanaman dapat meningkatkan keanekaragaman arthropoda canopt. yang berpotensi
menjadi predator generalis hama teh.
Indeks keanekaragaman tertinggi dari arthropoda ditemukan di Arachis pentoii dan
terendah di kontrol. Namun, indeks keanekaragaman arthropoda di Borreria repens, Setaria sp.,
Centella asiatica, Synedrella nodiflora dan kombinasi tanaman sama (tabel 1).

Kami menemukan tiga ordo utama Arthropoda hidup di tajuk tumbuhan, yaitu Curinus
(Coccinellidae), Oxyopes (Oxyopidae), dan Hymenopus (Mantidae) (Gambar 2.). Ketiga predator
itu ditemukan tinggal di Borreria repens dan Arachis pentoii, itu paling efektif menarik
arhtropoda dibandingkan dengan palt lain. Hal ini menunjukkan kedua tanaman tersebut
berpotensi untuk dikembangkan menjadi pengungsi.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa keberadaan Arachis pentoii, Borreria


repens, Setaria sp., Centella asiatica, Synedrella nodiflora dan kombinasi tumbuhan
meningkatkan keanekaragaman arthropoda, meskipun dengan a level yang berbeda. Hal
tersebut menggambarkan bahwa keberadaan tanaman di areal perkebunan teh perlu dikelola
untuk habitat predator generalis. Selanjutnya predator akan mengendalikan populasi hama di
perkebunan teh itu bermanfaat untuk mempertahankan agrosystem hijau. Hal ini sesuai dengan
Altieri dan Nichols (2004) yang mengatakan bahwa kelimpahan spesies serangga herbivora di
lingkungan pertanian polikultur lebih sedikit dibandingkan di monokultur lingkungan Hidup.
Morover, Liang dan Huang (1994); Hickman dan Wratten (1997) mengatakan bahwa banyak
tanam pola tersebut dapat menekan perkembangan populasi serangga hama pada tanaman.
Keanekaragaman artropoda tertinggi yang ditemukan di Arachis pentoii dibandingkan
dengan tumbuhan lain. Arachis pentoii mungkin melepaskan senyawa volatil yang menjadi
stimulus efektif bagi banyak arthropoda. Ini sesuai dengan Altieri dan Nichols (2004) menjelaskan
bahwa perilaku serangga menemukan tumbuhan seringkali didasarkan pada mekanisme
penciuman senyawa yang diuapkan (bau) oleh tumbuhan. Sedangkan Borreria repens dan
Arachis pentoii adalah kandidat terbaik untuk tanaman pengungsian di perkebunan te di
Wonosari, karena merupakan tanaman yang paling banyak dikunjungi oleh ketiga predator
generalis tersebut daun teh wereng bersama. Sedangkan pada Setaria sp., Centella asiatica,
Synedrella nodiflora, dan kombinasi Tanaman itu hanya dikunjungi oleh satu atau dua jenis
predator secara bersamaan. Keberadaan tumbuhan tersebut diharapkan menjadi pengungsi
habitat mikro bagi musuh alami (predator umum) bagi daun teh planthoper. Sehingga kelestarian
tanaman di areal perkebunan teh perlu terus dijaga. Ini konsisten dengan MacKinnon dkk. (1990)
mengatakan bahwa konsep konservasi modern adalah pemeliharaan dan pemanfaatan sumber
daya bumi secara bijaksana (Suripto, 1998).

Indonesia secara geografis terletak di daerah yang memiliki iklim tropis basah dan kondisi
alam yang sedang relatif stabil, kaya dengan kehidupan beragam flora dan fauna, termasuk
artropoda (terutama serangga). Daripadanya Arachis pentoii dan Borreria repens dapat
dikembangkan sebagai tanaman pengungsi potensial di perkebunan teh di Wonosari.
Pengelolaan vegetasi pengungsi dapat dikembangkan melalui Farmscaping untuk meningkatkan
dan mengelola keanekaragaman hayati untuk meningkatkan kehadiran dan manfaat organisme
di daerah pertanian (Av Singh, 2004).

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Synedrella nodiflora, Centella asiatica, setaria sp.,
Arachis repens, Borreria pentoii dan kombinasi tanamannya dapat meningkatkan
keanekaragaman Arthropoda di tajuk tanaman. Tiga taksa Arthropoda pemangsa umum daun
teh wereng ditemukan di tajuk tanaman, yaitu Curinus (Coocinellidae), Oxyopes (Oxyopidae) dan
Hymenopus (Mantidae). Ketiga predator secara kolektif ditemukan di Arachis repens dan
Borreria pentoii, selain itu kedua tumbuhan tersebut berpotensi untuk berkembang menjadi
pengungsi.

Anda mungkin juga menyukai