Anda di halaman 1dari 79

Anak biography

According to the Book of Numbers, during the conquest of Canaan by the Israelites,
Anak (; Heb. 'nq spelt as both ‫ ענק‬and as ‫ הענק‬depending upon the reference) was a
well-known figure, and a forefather of the Anakites (Heb. Anakim) who have been
considered "strong and tall," they were also said to have been a mixed race of giant
people, descendants of the Nephilim (Numbers 13:33). The use of the word
"nephilim" in this verse describes a crossbreed of God's sons and the daughters of
man, as cited in (Genesis 6:1-2) and (Genesis 6:4). The text states that Anak was a
Rephaite (Deuteronomy 2:11) and a son of Arba (Joshua 15:13). Etymologically,
Anak means [long] neck. The sons of Anak are first mentioned in Numbers 13. The
Israelite leader Moses sends twelve spies representing the twelve tribes of Israel to
scout out the land of Canaan, and give a full report to the congregation. The spies
enter from the Negev desert and journey northward through the Judaean hills until
they arrive at the brook of Eshcol near Hebron, where reside Sheshai, Ahiman, and
Talmai, the sons of Anak. After the scouts have explored the entire land, they bring
back samples of the fruit of the land; most notably
ABSTRAK

Membentuk sikap mandiri pada anak sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor.
Salah satu faktor yang sangat mendasar adalah pola asuh orang tua.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dengan
kemandirian anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel dalam penelitian ini di ambil dengan
menggunakan tehnik sampling total population dan sebagai responden sebanyak 20
orang tua yang mempunyai anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan
Sukoharjo, dan 20 anak usia prasekolah  di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo.
Teknik pengolahan data menggunakan teknik analisis Rank Spearman. Dari hasil
analisa univariat diperoleh data sebanyak 70% orangtua menerapkan pola asuh
demokratis dan sebanyak 75% anak sudah dapat mandiri. Hasil perhitungan korelasi
Spearman Rho diperoleh p value (0,000) < α (0,05), maka ada hubungan antara pola
asuh orangtua dengan kemandirian anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan
Sukoharjo. Sehingga kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Pola asuh pada orang
tua sebagian besar adalah pola asuh demokratis, (2) Sebagian besar siswa di TK
Aisyiyah Mendungan Sukoharjo mandiri, (3) Terdapat hubungan yang bermakna
antara pola asuh orang tua dengan kemandirian pada anak usia pra sekolah di TK
Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu
dilakukan penelitian yang lebih lanjut, dengan memperhatikan variabel-variabel lain
yang mempengaruhi pembentukan kemandirian pada anak dan juga faktor lain yang
mempengaruhi pola asuh orangtua.
Type and hit e

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita


Filed under Bidan Indonesia, Gizi Masyarakat, Perawat Indonesia {no comments}

Pengertian dan Faktor yang Dinilai Pada Pertumbuhan Dan


Perkembangan Balita

Diperkirakan lebih dari 200 juta anak balita di negara berkembang gagal mencapai
potensi perkembangan optimalnya karena masalah kemiskinan, malnutrisi, atau
lingkungan yang tidak mendukung, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif,
motorik, emosi, dan sosial anak.
Menurut Soetjiningsih (1995), perkembangan merupakan periode penting dalam
kehidupan anak khususnya setelah melewati masa perkembangan sangat pesat pada
usia tiga tahun. Usia tiga tahun merupakan batas telah melewati perkembangan sangat
cepat atau sering disebut masa kritis perkembangan. Setelah masa ini perkembangan
akan berlangsung secara kontinyu, maka perlu dilakukan deteksi dini pertumbuhan
dan perkembangan seorang anak usia tiga tahun agar cepat terdeteksi gangguan
perkembangannya untuk landasan perkembangan selanjutnya.

Jumlah Balita yang mencapai 10% dari penduduk Indonesia, menjadikan tumbuh
kembang balita ini sangat penting untuk diperhatikan karena menyangkut kualitas
generasi masa depan bangsa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait ini
menurut Depkes (2006), meliputi gizi yang baik, stimulasi yang memadai dan
terjangkaunya pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dini serta intervensi
dini penyimpangan tumbuh kembang.

Berikut diuraikan beberapa informasi terkait tumbuh kembang balita yang perlu kita
ketahui. Menurut Strathearn et al. (2001) pertumbuhan (growth) secara umum erat
kaitannya dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, biasa di ukur
dalam ukuran berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolic. Pertumbuhan
ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, bertambahnya
ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan (Depkes, 2006).
Pertumbuhan dapat di ukur secara kuantitatif, yaitu dengan mengukur berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas terhadap umur, untuk mengetahui
pertumbuhan fisik.

Sedangkan pengertian perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh


yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2006). Menurut Soetjiningsih (1995)
perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Proses tersebut menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Hal tersebut termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang
yang optimal tergantung pada potensial biologisnya.

Kadang tidak ada batas yang jelas pada penggunaan istilah pertumbuhan dan
perkembangan ini. Beberapa ahli menuliskan terkait hal itu, antara lain sebagai
berikut :

Menurut Hurlock (1978) : Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu


peningkatan ukuran dan struktur. Namun perkembangan berkaitan dengan perubahan
kualitatif dan kuantitatif. Keduanya dapat didefinisikan sebagai deretan  progresif dari
perubahan teratur dan koheren maksudnya disini ialah bahwa perubahannya terarah,
membimbing mereka maju, teratur dan menunjukkan adanya hubungan nyata antara
perubahan yang terjadi.

Menurut Shonkoff & Phillips (2000): sejumlah konsep inti dijabarkan untuk
pemahaman tentang sifat awal perkembangan manusia yaitu:

 Perkembangan manusia dibentuk oleh hasil interaksi yang dinamis dan


berkesinambungan antara biologi dan pengalaman;
 Pengaturan diri adalah landasan perkembangan anak sejak dini meliputi
semua domain perilaku;
 Anak-anak berperan aktif terhadap perkembangan dirinya, mencerminkan
dorongan intrinsik manusia untuk menggali dan menguasai lingkungan;
 Perbedaan jarak yang luas antara anak biasanya menimbulkan kesulitan
membedakan variasi perkembangan normal dan gangguan sementara terhadap
perkembangan;
 Perkembangan anak merupakan tahapan yang ditandai kontinuitas dan
diskontinuitas serta rangkaian transisi yang bermakna;
 Perkembangan anak dibentuk oleh interaksi yang berkelanjutan antara sumber
kerentangan dan ketahanan;
 Perkembangan anak rentan terhadap risiko dan terbuka terhadap pengaruh
pada tahun-tahun pertama kehidupan terkait dengan kondisi pada saat dewasa;
 Intervensi yang efektif dapat merubah jalannya perkembangan anak usia dini

Faktor yang mempengaruhi perkembangan


Menurut Soetjiningsih (1995) secara umum terdapat dua faktor utama yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:

1. Faktor Genetik : Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Namun melalui instruksi genetic yang
terkandung dalam sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering
diakibatkan faktor genetik. Sedangkan di negara sedang berkembang,
gangguan pertumbuhan selain diakibatkan faktor genetik, juga faktor
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal,
bahkan ke dua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum
mencapai usia balita.
2. Faktor lingkungan: Faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Lingkungan cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan kurang baik akan menghambatnya. Secara garis
besar faktor lingkungan di bagi dua, yaitu faktor lingkungan yang
mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan (prenatal) dan faktor
lingkungan setelah lahir (postnatal).

Menurut Depkes (2006) aspek-aspek perkembangan anak yang perlu dipantau


diantaranya adalah:

1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh melibatkan otot-otot
besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengawasi sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah
selesai bermain), berpisah dengan ibu/ pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

Penilaian perkembangan dan deteksi dini tumbuh-kembang anak


Deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun
pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga perkembangan anak dapat
berlangsung seoptimal mungkin. Sedangkan skrining hanyalah prosedur rutin
pemeriksaan perkembangan anak sehari-hari yang dapat memberikan petunjuk
apabila ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian (Soetjiningsih, 1995).

Salah satu alat yang bisa digunakan untuk menilai perkembangan anak secara dini
adalah denver development screening test (DDST) digunakan secara luas untuk
menilai kemajuan perkembangan anak sejak lahir hingga usia 6 tahun (Frankernburg
et al., 1992).

Pada Denver II ada empat parameter perkembangan yang digunakan untuk skrining
perkembangan anak antara lain :

1. Aspek sosial personal, merupakan aspek yang berhubungan kemampuan


mandiri, sosialisasi dan interaksi dengan lingkungan. Aspek tersebut meliputi
kepribadian, konsep dirinya terpisah dari orang lain, perkembangan
individual, percaya diri dan mengkritik diri sendiri;
2. Aspek motorik halus, merupakan ketrampilan penting yang ditujukkan oleh
kemampuan manusia untuk berinteraksi dan belajar dari pengalaman untuk
menciptakban aktifitas baru, merupakan nonverbal intelegensia yang dapat
diukur. Misalnya kemampuan adalah konsep dari angka, matematika, dan
pengetahuan;
3. Aspek motorik kasar, merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh serta melibatkan otot-otot besar. Arah perkembangan motorik
adalah dari umum ke spesifik atau dari kemampuan gerakan motorik kasar ke
motorik halus; dan
4. Aspek bahasa dan bicara.  Otak bayi telah disiapkan dengan baik untuk belajar
bahasa sejak dia dilahirkan. Setelah lahir bayi sudah dapat mengetahui
perbedaan suara yang digunakan.

Sedangkan yang dimaksud dengan deteksi dini tumbuh kembang anak  menurut
Depkes (2006), merupakan kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah, maka
intervensi akan lebih mudah dilakukan. Disamping itu tenaga kesehatan juga
mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan/ intervensi yang tepat,
terutama ketika harus melibatkan ibu atau keluarga. Apabila penyimpangan terlambat
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.

Menurut Soetjiningsih (1995) metode deteksi dini kelainan perkembangan anak


sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal.
Sayangnya banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat
dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya bahwa kelainan yang
ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat
pemulihannya.

Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui masalah pada
perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah
ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang
anak sehari-hari, yang dapat memberikan pertunjuk kalau ada sesuatu yang perlu
mendapat perhatian.

Refference, antara lain :

 Depkes RI. 2006. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
 Frankenburg, W.K., et al. .1992. The denver II: A major revision and
restandardization of the denver developmental screening test. Pediatrics
 Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak. Erlangga. Jakarta
 Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
 Shonkoff, J.P. & Philips, D.A. 2000. From neurons to neighborhoods: The
science of early childhood development. Washington: National Research
Council and Institute of Medicine.

Incoming Search Terms:


DEFINISI ANAK MENURUT DEPKES, tumbuh kembang anak menurut
soetjiningsih, makalah tumbuh kembang anak balita, data pertumbuhan dan
perkembangan anak balita departemn kesehatan 2013, Perkembangan emosi menurut
soetjiningsih, ddtk balita, pedoman deteksi dini depkes, data tumbuh kembang balita
di indonesia, data menurut who tentang masalah perkembangan motorik kasar dan
motorik halus anak balita tahun 2010, soetjiningsih 1995, ketahanan pengembangan
motorik kasar anak, tumbuh kembang balita menurut who, pengertian anak menurut
depkes pdf, pengertian arah perkembangan kesehatan motorik kasar anak usia dini,
pengertian balita menurut depkes

Artikel Terkait Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita

 Dampak dan Penyebab Stunted


 Pengertian Gizi Buruk
 Pemantauan Status Gizi
 Kriteria Status Gizi
 Eksklusif-nya Air Susu Ibu
 Seputar MP-ASI

Jika menurut Anda artikel ini bermanfaat, akan bernilai lebih jika Anda
membagikannya kepada teman dan sahabat, dengan tombol like facebook, tweet, dan
google plus disamping ....
← Next post Previous post →
kesmas tagged this post with: DDTK, deteksi dini tumbuh kembang anak, deteksi dini
tumbuh kembang balita, faktor tumbuh kembang balita, parameter penilaian DDTK
balita, tumbuh kembang anak Read 220 articles by kesmas
 All About Puskesmas
 Prinsip Dasar Imunisasi
 Fitness for Staying Healthy
 Diet For Diabetic
 Diabetic Diet Foods
 Diabetes Diet Plan
 List of Diabetic Diet Food

Pencarian Topik

 kesling rumah sakit


 pengukuran status gizi balita pdf
 stunting dalam laporan UNICEF 2009
 data anak gizi kurang menurut who
 arti promotif preventif kuratif
 bakteri pencemaran perairan oleh tinja
 bahaya pewarna beta karoten
 temuan radiologi tb paru pada bayi
 teori tentang perilaku masyarakat
 penilaian balita dengan mtbs

Kesehatan Masyarakat

Kesmas

Kesmas Info penting lain Prinsip Dasar Imunisasi: Sejarah Program Imunisasi di
Indonesia Perlindungan terh... bit.ly/16cMHMN Click Here 12 hours ago · reply ·
retweet · favorite
Kesmas Today Info - Deklarasi ODF Kecamatan Kedungjajang: Open Defecation
Free Declaration Kecamatan Ked... bit.ly/10fGvTs ... click it 11 hours ago · reply ·
retweet · favorite

Kesmas Update Kesmas Baru All About Puskesmas: Fungsi, Peran dan Wilayah
Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat ... tinyurl.com/bsd9sux Click Here 10 hours ago ·
reply · retweet · favorite

Join the conversation

Recent Comments

 Agus Samsudrajat S on Konsep Desa Siaga


 Anak Diare | Klik Kink on Penularan Penyakit Diare
 Nova Ssie Princees Mogu-Mogu on Rujukan Maternal Perinatal
 Mawadda Azizah Sari Waruwu on Perilaku Kesehatan Masyarakat
 ahmad on Standar Asuhan Keperawatan

Sexy Article

 Pengertian Kesehatan Lingkungan


 Diet Food List of Low Carb
 Diabetic Diet Low Carb
 Pemberdayaan Masyarakat
 Sejarah Public Health
 Pengertian Asuransi Kesehatan

Update Info HP

Theme SWIFT by Satish Gandham, a product of SwiftThemes.Com


Copyright © 2011 The Indonesian Public Health Portal | Entries (RSS) and
Comments (RSS) powered by WordPress [Back to top ↑ ]
Update Kesmas Lainclose

 Monday, 01/04/2013 8:41 AM

All About Puskesmas

 Monday, 01/04/2013 8:14 AM

Prinsip Dasar Imunisasi


paud

Senin, 18 April 2011


Makalah kurikulum paud

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah.

Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak

usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Menurut

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa yang dimaksud

pendidikan usia dini adalah:

   Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Sejak saat itulah, perkembangan pendidikan usia dini tumbuh dengan pesat,

baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya. Pendidikan usia dini

tidak hanya terbatas pada Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai pendidikan prasekolah

formal, tetapi mencakup kegiatan lainnya, seperi Kelompok Bermain, Tempat

Penitipan Anak, PAUD Sejenis dan lainnya. Kesadaran masyarakat untuk

memberikan pendidikan di usia dini mulai meningkat walaupun belum mencapai apa

yang diharapkan.

Hal itu dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan TK

dan SD, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 Angka Partisipasi Kasar
(APK) PAUD/TK  baru mencapai 26,68% dan sebagian besar pendidikan anak usia

dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%. Hal itu

menyiratkan bahwa terdapat masalah-masalah yang harus dikaji lebih jauh di

antaranya masih lemahnya peran pemerintah dalam mengembangkan PAUD serta

maih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan di usia dini.

Selain itu, “ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi terhadap aspek

kemampuan kognitif anak menyebabkan arah pengembangan pendidikan anak usia

dini dewasa ini dianggap masih kurang tepat.  PAUD pada hakekatnya adalah

pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh potensi anak baik potensi

kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan cara-cara yang sesuai dengan masa

perkembangannya, di antaranya belajar sambil bermain.

Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman yang tepat kepada

masyarakat tentang komponen-komponen pendidikan anak usia dini perlu dilakukan.

Komponen PAUD antara lain meliputi prinsip-prinsip dasar PAUD, kurikulum,

proses pembelajaran dan evaluasi. Kajian terhadap komponen-komponen PAUD

perlu dilakukan untuk lebih memahami hakekat PAUD itu sendiri, sehingga bagi

pendidik anak usia dini proses pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan

dan kaidah-kaidah pendidikan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai pembahasan terhadap

kurikulum PAUD perlu dilakukan baik melalui kajian kepustakaan maupun

pengalaman penulis dalam mengelola program PAUD.


1.2  Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini, masalah yang dikaji akan dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut:

a.       Bagaimana kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

b.      Bagaimana mengembangkan kurikulum PAUD tersebut dalam kegiatan

pembelajaran?

1.3  Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:

a.       Mengetahui apa yang dimaksud kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

b.      Menganalisis bagaimana mengembangkan kurikulum PAUD tersebut dalam kegiatan

pembelajaran.

1.4  Metode dan Teknik penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode

deskriptif analitik, yakni dengan mengungkapkan masalah-masalah yang dikaji dan

kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada  dan pengetahuan penulis.

Adapun teknik penulisan yang digunakan adalah kajian kepustakaan dan

observasi terhadap proses pembelajaran PAUD yang selama ini dilakukan penulis.
1.5  Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN     :

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan     masalah, metode dan

teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Bab II berisi uraian masalah sekaligus kajiannya, berupa pengembangan kurikulum

PAUD.

BAB III PENUTUP

            Dalam bab penutup diuraikan kesimpulan dan saran penulis.


BAB II

PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

2.1  Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan

kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas).

Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan

berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama,

sosialemosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap

memasuki pendidikan dasar.

2.2 Fungsi Kurikulum PAUD

a.      Mengembangkan sikap dan perilaku yang baik sesuai akidah agama dan norma

yang dianut.

      Fungsi ini harus diimplementasikan dalam proses pembelajaran sehingga anak

mampu mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan akidah dan norma
agama yang dianutnya, mampu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang

dianutnya. Dan mempunyai rasa toleransi dan saling hormat menghormati antara

pemeluk agama.

b.      Mengembangkan kemampuan sosialisasi dan  mengendalikan emosi.

      Dalam mengembangkan kurikulum PAUD, maka peserta didik harus

mengembangkan kemampuan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Kemampuan

bersosialisasi dan mengendalikan emosi sangat penting dimiliki anak agar mereka

mampu menjalankan kehidupan sosialnya dengan baik dan selaras.

c.       Menumbuhkan kemandirian anak.

      Kemandirian merupakan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap anak dalam

mempersiapkan hidupnya di masa depan. Di dunia yang semakin kompleks dan

penuh tantangan ini, maka kemampuan untuk mandiri merupakan salah satu syarat

agar anak mampu mempertahankan hidupnya dan berhasil mencapai cita-citanya.

Tanpa kemandirian, maka anak hanya akan tergantung kepada orang lain.

d.      Mengembangkan  kemampuan berbahasa.

      Bahasa adalah cermin seseorang. Kemampuan berbahasa merupakan perwujudan dari

sikap, perilaku dan harga diri seseorang. Oleh karena itu, kurikulum PAUD harus

berfungsi mengembangkan kemampuan berbahasa anak, sehingga anak mempunyai

ragam bahasa yang kaya dan baik.

e.       Mengembangkan kemampuan kognitif


      Kemampuan kognitif atau intelektual merupakan salah satu kemampuan yang penting

dalam kehidupan seseorang, baik sebagai modal bagi pendidikan di jenjang

selanjutnya, maupun dalam memecahkan masalah-masalah kesehariannya.

Pengembangan kemampuan kognitif anak di usia dini merupakan dasar bagi

perkembangan intelektualnya di masa-masa selanjutnya. Oleh karena itu, maka sangat

penting untuk memberikan membimbing perkembangan intelektual di usia dini.

f.       Mengembangkan kemampuan fisik/ motorik

      Mengembangkan kemampuan fisik/motorik merupakan salah satu fungsi disusunnya

kurikulum PAUD. Fisik dan motorik anak yang sedang berkembang pesat

memerlukan bimbingan agar perkembangannya maksimal dan baik. Dengan

kemampuan fisik dan motorik yang baik, maka anak akan mampu menjalani

kehidupannya dengan baik.

g.      Mengembangkan daya cipta dan kreativitas anak

      Aspek-aspek kreativitas dan daya cipta anak harus dikembangkan dalam

impelementasi kurikulum PAUD. Anak yang memiliki daya cipta dan kreativitas

tinggi akan mampu memecahkan berbagai masalah-masalah kehidupan, mampu

menghasilkan berbagai hal yang positif dan berguna bagi orang lain.

Mengembangkan daya cipta dan kretaivitas anak dapat dimulai dengan

mengidentifikasi bakat dan minat anak sejak dini, agar dapat dibimbing

perkembangannya.

2.3 Asas-asas Kurikulum PAUD


1.      Asas Filosofis

Dalam mengembangkan sebuah kurikulum harus diperhatikan asas filosofisnya, yaitu

filsafat dan tujuan pendidikan. Asas ini berhubungan dengan sistem nilai yakni

pandangan seseorang atau masyarakat tentang sesuatu yang bernilai dalam kehidupan

orang atau masyarakat tersebut. Misalnya, bangsa Indonesia yang menganut Pancasila

sebagai dasar negara, maka pengembangan kurikulumnya harus mengacu pada dasar

dan pedoman negara tersebut. Hal itulah yang kemudian tertuang tujuan pendidikan

nasional yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

2.      Asas Psikologis

Asas psikologis sangat berkaitan dengan berbagai aspek tentang psikologi anak dan

psikologi belajar. Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia yang menjadi landasan

dalam mengembangkan sebuah kurikulum. Kajian mengenai perilaku manusia, baik

dalam konteks belajar maupun individu manusianya, kemudian menjadi teori-teori

yang menjadi dasar pengembangan kuriukulum. Kesimpulannya, melalui berbagai

teori mengenai manusia (anak) dan proses belajar, maka akan disusun arah dan tujuan

kurikulum itu sendiri.

3.      Asas sosiologis

Dalam pengembangan kurikulum, maka harus diperhatikan perkembangan

masyarakat, baik kebutuhan maupun tuntutan-tuntutan kehidupannya. Dengan

memperhatikan asas sosiologis maka proses penyampaian kebudayaan, sosialisasi dan


rekontruksi sosial yang tertuang dalam perangkat kurikulum akan mampu dilakukan,

khususnya oleh lembaga pendidikan.

4.      Asas Organisatoris

Asas organisatoris dalam mengembangkan kurikulum berhubungan dengan bentuk

dan organisasasi kurikulum. Asas ini sangat dipengaruhi oleh asas-asas sebelumnya

yang dianut oleh pengembang kurikulum. Contohnya di Indonesia, bentuk dan

organisasi kurikulum telah mengalami perubahan-perubahan, misalnya

perkembangan bentuk kurikulum dalam kurikulum 1974, 1985, 1989, 2000, dan

2004.

2.4  Standar Kompetensi Anak usia Dini

            Dalam pengembangan aspek-aspek pembelajaran dalam pendidikan anak usia

dini harus mengacu pada standar kompetensi anak usia dini antara lain sebagai

berikut.

a. Moral dan nilai-nilai agama

Nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan pada anak usia dini adalah perilaku

positif, kemandirian, disiplin, kejujuran dan perilaku lainnya. Kegiatan pembiasaan

yang berhubungan dengan nilai-nilai agama juga harus diberikan, seperti penguasaan

terhadap do’a-do’a sehari-hari.

b. Fisik/motorik
Dalam hal ini pendidik harus mampu merangsang perkembangan fisik dan motorik

anak sesuai dengan usia perkembangannya. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai

permainan-permainan edukatif.

c. Sosial dan Emosional

Anak dididik untuk dapat mengembangkan kemampuan sosial melalui proses

sosialisasi. Melalui aspek ini anak dibekali dengan kemamuan memecahkan masalah-

masalah sosial yang dihadapinya, tentunya melalui proses pembiasaan yang

dilakukan secara terus menerus.

d. Bahasa

Dalam aspek ini, anak didorong untuk menguasai kemampuan berkomunikasi sesuai

dengan masa perkembangannya. Kemampuan berbahasa dilihat dari usia

perkembangan anak dapat dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode prelinguistik (0-1

tahun) dan periode linguistik (1-5 tahun).

e. Kognitif

Perkembangan kognitif anak biasanya mengacu pada pendapat Piaget yang membagi

perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu periode  sensorimotorik

(usia 0-2 tahun), periode praoperiosaional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-

11 tahun) dan periode operasional formal (usia 11 sampai dewasa).


f. Kognitif

Perkembangan kognitif anak biasanya mengacu pada pendapat Piaget yang membagi

perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu periode  sensorimotorik

(usia 0-2 tahun), periode praoperiosaional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-

11 tahun) dan periode operasional formal (usia 11 sampai dewasa).

g. Seni

Kemampuan di bidang seni dapat dikembangkan dalam musik, seni tari, seni gambar

dan keterampilan lainnya.

2.5  Pengembangan Kurikulum PAUD

            Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dn bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk kepentingan penulisan makalah

ini, konsep kurikulum akan disederhanakan lebih kepada materi kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam pendidikan anak usia dini.

2.2.1                                Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum PAUD


Dalam hal Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, menetapkan beberapa

prinsip pengembangan kurikulum PAUD, yang meliputi:

1)            bersifat komprehensif, artinya kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar

yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek

perkembangan.

2)            Didasarkan pada perkembangan secara bertahap, sehingga proses pembelajaran

harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia anak dan tahapan perkembangan

anak.

3)            Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama, sehingga peran orang tua dalam

menyusun rancangan kegiatan pembelajaran harus ditingkatkan agar tujuan PAUD

lebih terarah dan tepat sasaran.

4)            Melayani kebutuhan anak, yakni mampu mengembangkan kemampuan, kebutuhan,

minat, potensi setiap anak.

5)            Merefleksikan kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam masyarakat

6)            Mengembangkan standar kompetensi anak sebagai upaya menyiapkan lingkungan

belajar anak.

7)            Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus, sehingga semboyan pendidikan untuk

semua dapat dilaksanakan.

8)            Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat

9)            Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak, khususnya di lingkungan sekolah.

10)        Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga yang diungkapkan kepada masyarakat

sebagai bentuk akuntabilitas.


11)        Manajemen sumber daya manusia yang terlibat dalam lembaga pendidikan anak usia

dini.

12)        Penyediaan sarana dan prasarana yang optimal dan mampu menunjang proses

pembelajaran.

2.2.2                             Komponen Kurikulum

1.      Anak

Sasaran pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada di rentang usia 0-6 tahun.

2.      Pendidik

Kompetensi pendidik PAUD adalah sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi

akademik Diplomas Empat (D-IV) atau Sarjana (S-1) di bidang pendidikan usia dini,

psikologi atau lainnya; dan memiliki sertifikat profesi guru PAUD. Adapun rasio

guru dengan anak didik dalam PAUD adalah:

1) Usia  0-1 tahun rasio 1 : 3 anak,

2) Usia 1-3 tahun dengan rasio 1 : 6 anak,

3) Usia 3-4 tahun dengan rasio 1 : 8 tahun, dan

4) Usia 4-6 tahun dengan rasio 1 : 10-12 anak.

3.      Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain dan pembiasaan yang

direncanakan dan persiapkan pendidik meliputi materi dan proses pembelajaran itu

sendiri. Materi pembelajaran bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu:

a.      Materi Pembelajaran Untuk Anak usia 0-3 tahun, mencakup:

1)      Pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri)


2)      Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)

3)      Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)

4)      Pengenalan berbagai gerak (Perkembangan fisik)

5)      Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)

6)      Keterampilan berfikir (perkembangan kognitif)

b.      Materi Pembelajaran untuk anak usia 3-6 tahun, mencakup:

1)      Keaksaraan, yaitu meliputi pengenalan terhadap kosakata dan bahasa, kesadaran

phonologi, percakapan, memahami buku, dan teks lainnya.

2)      Konsep matematika, mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan,

geomteri dan konsep matematika lainnya.

3)      Pengetahuan alam, yang mencakup pengenalan terhadap objek fisik, kehidupan,

bumi dan lingkungan.

4)      Pengetahuan sosial, meliputi kehidupan orang banyak, bekerja, interaksi sosial,

lingkungan rumah dan keluarga, dan lainnya.

5)      Seni, mencakup kegiatan menari, menyanyi, bermain peran, bermain musik,

menggambar dan melukis.

6)      Teknologi, dengan mengenalkan alat-alat dan penggunaan operasi dasar dan

kesadaran teknologi. Alat-alat yang dikenalkan di mulai dari alat-alat yang ada

rumah, seklah, dan lingkungan tempat anak tinggal.

7)      Ketarampilan proses, mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen; pemecahan

masalah; koneksi, pengorganisasian, komunikasi dan informasi yang mewakilinya.

c.       Materi untuk orang tua


Selain untuk anak, materi pembelajaran juga diberikan pada orang tua anak

mencakup:

1)      Peningkatan pemahaman orang tua tentang arti penting pendidikan sejak dini bagi

anak-anak mereka.

2)      Penerapan pemahaman tahap-tahap tumbuh kembang anak perlu juga diberikan

kepada orang tua.

3)      Kemampuan orang tua dalam indentifikasi deteksi dini tumbuh kembang anak.

4)      Kemampuan orang tua dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.

5)      Orang tua dibekali pengetahuan tentang pemilihan alat permainan anak yang

mendidik.

6)      Orang tua harus dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan

bermain anak.

d.      Sentra Bermain

Salah satu prinsip pembelajaran anak usia dini adalah belajar sambil bermain,

sehingga diperlukan adanya area bermain yakni area kegiatan dan permainan yang

dilakukan di dalam atau di luar kelas. Berikut adalah contoh-contoh area bermain.

1)      Sentra balok, dalam berbagai ukuran dan bentuk berupa bentuk bangunan rumah,

jembatan, kebun binatang, dan lainnya. Melalui permainan ini diharapkan anak dapat

mengembangkan kemampuan berfikir, perhitungan permulaan dan dapat

memecahkan masalah serta memperkuat daya konsentrasi.

2)      Sentra bermain peran, dengan anak memperagakan apa yang dilihatnya maka dapat

membantu anak memahami lingkungannya.


3)      Sentra seni, dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan dan mengeksplorasi

daya kreativitasnya.

4)      Sentra persiapan, yakni kegiatan persiapan membaca permulaan, menulis permulaan

serta berhitung permulaan.

5)      Sentra agama, dengan menyediakan miniatur tempat ibadah, alat-alat ibadah, buku-

buku cerita, gambar-gambar dan lainnya. 

e.       Keranjang PAUD

Keranjang PAUD adalah seperangkat Alat Permainan Edukatif (APE) yang dikemas

dalam satu wadah atau boks. Sebagai contoh adalah APE kereta api, pasak belah,

puzle, balok, boneka jari, timbangan, jam dinding, permainan air, meronce, dan

permainan lainnya.

4.      Penilaian (Assesmen)

Assesmen merupakan proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan

perkembangan anak. Kegiatan ini meliputi observasi, konferensi dengan guru lain,

survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak dan unjuk kerja. Kesemua

bentuk penilaian tersebut dapat disusun dalam bentuk portofolio.

5.      Pengelolaan Pembelajaran

Dalam mengelola pembelajaran, PAUD harus memperhatikan aspek-aspek sebagai

berikut:
1)      Keterlibatan anak, dalam hal ini prinsip pembelajaran harus berpusat kepada aktivitas

belajar anak.

2)      Layanan program, yang disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing,

yakni:

a)      Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan layanan minimal 6 jam atau

dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-34 minggu.

b)      Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali seminggu

dengan jumlah jam minimal 3 jam atau dalam satu tahun 144 hari atau 32-34 minggu.

c)      Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan 2 jam.

Kekuaran jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang

dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari

dalam satu tahun.

d)     Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari seminggu dengan jumlah

layanan minimal 2,5 jam. Dalam satu tahuan 160 hari layanan atau 34 minggu.

3)      Kegiatan insidental/semester/Tahunan

Antara lain meliputi:

a)      Kunjungan luar, seperti kunjungan ke museum, mesjid, kantor pos, kantor polisi, dan

lainnya.

b)      Pengenalan pekerjaan, yakni mengenalkan profesi dengan mendatangkan atau

mengunjungi narasumber yang relevan, seperti dokter, tukang pos, kepala desa, dan

sebagainya.

c)      Peringatan Hari Besar (PHB)


Dalam memperingati hari besar dapat dilakukan dengan mengadakan perlombaan, 

panggung seni, parade, dan lainnya.

d)     Bakti Sosial

Seperti melaksanakan kegiatan bersih-bersih lingkungan, mengunjungi panti asuhan,

rumah jompo, dan lainnya.

e)      Kegiatan bersama orang tua

Orang tua dapat juga menjadi narasumber, guru pendamping atau guru bantu.

f)       Kesehatan

Misalnya dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan pemeriksaan kesehatan umum.

g)      Media Audio Visual

Dengan menggunakan media audio visiual dalam mengetengahkan tema atau materi

pembelajaran.

6.      Melibatkan peran serta masyarakat

Dalam hal ini, kegiatan PAUD hampir seluruhnya dikelola oleh swasta (masyarakat).

Yang perlu dikembangkan adalah peran masyarakat secara umum di lingkungan

PAUD itu berada, di mana sebagai lembaga non-formal, PAUD membutuhkan

dukungan dari semua komponen masyarakat.

2.2.3 Satuan Pendidikan Anak Usia Dini


            Satuan pendidikan anak usia dini dalam kerangka pendidikan jalur formal dan

informal meliputi:

a. Taman Kanak-Kanak, yaitu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada

jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi

anak usia 4-6 tahun, yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok A

untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun.

b. Kelompok Bermain merupakan satu bentuk PAUD pada jalur non formal

yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan

bagi anak usia 2-4 tahun dan anak usia 4-6 tahun yang tidak dapat dilayani TK

(setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak

berwenang).

c. Taman Pendidikan Anak adalah layanan yang dilakasanakan oleh pemerintah

dan masyarakat bagi anak usia 0-6 tahun yang orang tuanya bekerja.

d. Satuan PAUD sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan

minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali /minggu atau merupakan layanan

PAUD yang dintegrasikan dengan program layanan lainnya. Peserta program

PAUD sejenis adalah anak usia 2-4 tahun.


BAB III

PENUTUP

1.1     Kesimpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

a.       Sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

anak usia dini  adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. kurikulum pendidikan anak usia dini, meliputi standar kompetensi anak usia

dini, pengembangan kurikulum dan penilaian.

1.2     Saran

Dari uraian di atas, maka penulis dalam hal ini mengajukan beberapa saran

antara lain.
a. Perlu adanya pengembangan yang lebih optimal terhadap pendidikan anak

usia dini, baik yang dilakukan oleh pemerintah, keluarga maupun masyarakat.

Masa prasekolah yang disebut dengan masa keemasan perkembangan

intelektual seharusnya dijadikan dasar bagi upaya meningkatkan kemajuan

pendidikan di Indonesia.

b. Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak usia dini harus terus

dilakukan, karena berdasarkan data yang ada angka partisipasi kasar

masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat rendah.

c. Kualifikasi pendidik anak usia dini harus terus ditingkatkan baik kualifikasi

akademisnya maupun dalam bentuk pelatihan dan penataran lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Andi Yudianto. 2009. Perkembangan Intelektual. Jakarta.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum
Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
M. Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca. 2007. PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan
Pendidikan Sejak Dini. Bandung
M. Solehuddin, 1997. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP Bandung:Bandung.

_________. 2008. Psikologi Pendidikan, Makalah. Universitas Gunadarma:Jakarta.

Suyatman. 2008. Pengembangan Kecerdasan Spritial, emosional dan Intelektual, sebuah


makalah. Jakarta.
2.1 Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

            Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang dimaksud

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,


bangsa dan Negara.  Pendidikan yang dilaksanakan merupakan proses sepanjang

hayat, di mana proses pendidikan harus dilakukan secara terus menerus dari usia 0

tahun sampai manusia itu meninggalkan dunia.

Karena pendidikan harus dilakukan di semua usia, maka pemikiran-pemikiran

terhadap pendidikan harus mencakup semua golongan usia tersebut. Begitu pula

dengan  berbagai pemikiran dan kebijakan terhadap PAUD, harus merunut pada

kebutuhan anak usia dini dalam proses perkembangannya. Berikut adalah beberapa

landasan pendidikan anak usia dini berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan

dalam PAUD.

2.1.1 Landasan Hukum

            Penyelenggaraan program PAUD di Indonesia mengacu pada aturan dan

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai berikut.

a. UUD 1945

b. UU. No. 4 Tahun 1974 mengenai Kesejahteraan Anak

c. UU. No. 23 Tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak

d. UU. No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional.

e. PP. No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan Nasional

f. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005 mengenai Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009.


g. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 Tahun 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah,

Departemen Pendidikan Nasional.

h. Rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.

(M. Hariwijaya dan Bertiani ES, 2007:20-21).

2.1.2 Landasan Filosofis

            Anak usia dini, yakni anak dengan usia pra-sekolah (0-6 tahun) berdasarkan

berbagai penelitian merupakan masa keemasan manusia (golden age), di mana

kecerdasan manusia ditentukan pada masa-masa ini (Hariwijaya, 2007:32). Dengan

adanya pendidikan anak usia dini diharapkan anak dapat tumbuh dengan segala

potensinya, sehingga ia mampu membangun dirinya, lingkungan dan bangsanya.

            Berikut adalah beberapa pemikiran para ahli pendidikan anak terhadap proses

pendidikan anak usia dini.

a. Pandangan Pestalozzi

Menurutnya, anak dilahirkan dalam keadaan bersih. Perkembangan manusia terjadi

dalam desain alam dan terbentuk oleh kekuatan-kekuatan luar. Lebih lanjut, ia

berpendapat bahwa keberhasilan belajar dalam satu tahap perkembangan merupakan

kunci dalam mencapai keberhasilan belajar di tahap berikutnya. Oleh karena itu, ia
berkesimpulan bahwa pendidikan anak merupakan hal penting yang berpengaruh

terhadap kehidupan anak di masa depannya.

b. Pandangan Froebel

Froebel mewujudkan ide-idenya dalam pendidikan anak dengan mendirikan lembaga

pendidikan Froebel. Ia lebih menfokuskanpada konsep pendidikan anak sebagai alat

reformasi sosial. Ia menyiapkan program pendidikan pra-sekolah sebagai sarana

untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang lebih baik di masa depan. Anak

dilahirkan dengan pembawaan yang baik, sehingga tugas lembaga pendidikan untuk

mengarahkan anak pada kehidupan masa depan yang lebih baik, dengan mendorong

kemampuan untuk mencipta dan berkreasi.

c. Pandangan Montesori

Menurutnya, pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk membantu

perkembangan anak secara menyeluruh. Anak dalam proses perkembangannya

merupakan kutub yang berbeda dengan orang dewasa, namun saling mempengaruhi.

Kualitas pengalaman anak di usia dini sangat mempengaruhi kehidupannya di masa

dewasa.

d. Pandangan Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan dan bapak pendidikan Indonesia.

Pandangannya terhadap anak sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ketimuran dan

pendidikan barat yang dia lalui. Menurutnya, anak lahir dalam kodrat dan

pembawaannya masing-masing. Kodrat anak bias baik dan juga buruk, dengan paham

inilah

2.1.3 Landasan Pengetahuan

            Landasan pengetahuan penting bagi pendidikan anak usia dini. Landasan ini

mengacu pada pendapat beberapa ahli pendidikan yang memandang betapa

pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), antara lain :

a. Nabi Muhammad Saw

Lebih dari 1500 tahun yang lalu (abad ke-6 M), Nabi Muhammad Saw telah

mengemukan bahwa kewajiban menuntut ilmu adalah mulai dari anak dalam

kandungan sampai ia meninggal. Hal itu menegaskan bahwa pendidikan anak usia

dini merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menuntut ilmu.

b. Marthin Luther (1483-1546)

Menurutnya landasan adanya proses pendidikan adalah agama. Selain itu keluarga

juga merupakan faktor utama dalam menghadapi pendidikan anak.

c. Jean – Jacues Rouseau (1712-1718)


Menurutnya, pendidikan harus bersifat alamiah, yakni pendidikan harus kembali ke

alam. Menurutnya, manusia dilahirkan dalam keadaan baik, manusialah yang

menentukan baik atau jahatnya manusia.

d. John Dewey (1859-1952)

Teorinya dikenal dengan teori ”progressivism) yang lebih menekankan pada anak

didik dan minatnya terhadap sesuatu daripada mata pelajarannya sendiri. Menurutnya,

pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan

datang.

e. Benjamin Bloom (1964)

Bloom mengamati kecerdasan anak dalam rentang waktu tertentu. Ia menghasilkan

taksonomi Bloom. Menurutnya kecerdasan anak pada usia 15 tahun merupakan hasil

pendidikan anak usia dini.

f. Jean Piaget (1972)

Jean Piaget mengemukakan tentang bagaimana anak belajar. Anak belajar melalui

interaksi dengan lingkungannya. Anak dituntun untuk melakukan percobaan dan

penelitian sendiri. Agar anak dapat memahami sesuatu, maka ia harus membangun

pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.

g. Lev Vigostsky
Ia berpendapat bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi

perkembangan berproses anak. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang

bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya.

(M. Hariwijaya dan Bertiani ES, 2007:21-23) dan (Pusat Kurikulum Direktorat

Pendidikan Anak Usia Dini, 2007).

2.2 Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini

            Dalam perkembangan dewasa ini, pendidikan anak usia dini merupakan

program pendidikan yang diarahkan pada upaya pembelajaran yang sesuai dengan

usia anak dan mampu menggali potensi anak, sehingga dapat menjadi bekal dalam

kehidupannya di masa depan.

2.2.1 Pengertian

            Banyak batasan yang diberikan terhadap program PAUD, namun dalam hal

ini UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan

pendidikan anak usia sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

            Dalam hal ini M. Hariwijaya (2007:14), mengemukakan bahwa PAUD dapat

diartikan sebagai salah satu bentuk jalur pendidikan dari usia 0-6 tahun, yang

diselenggarakan secara terpadu dalam satu program pembelajaran agar anak dapat
mengembangkan segala guna dan kreativitasnya sesuai dengan karakteristik

perkembangannya.

2.2.2 Tujuan

            Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

pendidikan anak usia dini adalah:

a. Merangsang dan membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Mengembangkan segala potensi dan kreativitas anak sesuai dengan

karakteristik perkembangannya agar mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

2.2.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

            Dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini terdapat prinsip-prinsip

yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Berorientasi pada kebutuhan Anak (Children Oriented)

Kegiatan pembelajaran harus berpusat kepada kebutuhan anak melalui upaya-upaya

pendidikan dalam mencapai perkembangan fisik dan fsikis  yang optimal.

b. Merangsang kreativitas dan Potensi Anak


Kegiatan PAUD harus mampu merangsang potensi dan kreativitas anak sehingga

anak mempunyai kemampuan dalam menjalani kehidupannya di masa depan.

c. Belajar melalui Bermain

Kegiatan bermain merupakan sarana belajar bagi anak usia dini. Melalui bermain

anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan dan mengambil

kesimpulan terhadap sesuatu yang dipelajarinya.

d. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Dalam hal ini, pendidikan di usia dini memerlukan pengkondisian lingkungan yang

mendorong munculnya kreativitas anak. Lingkungan harus diciptakan agar lebih

menyenangkan dan memberi kenyamanan belajar anak.

e. Pembelajaran Terpadu

Proses pembelajaran pada anak usia dini harus memadukan berbagai aspek

pembelajaran, yakni dengan penggunaan tema yang menarik dan dapat

mengembangkan minat siswa dan bersifat kontekstual.

f. Dilaksanakan secara Bertahap, Berulang-ulang dan Terus Menerus

Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara bertahap, di mulai dengan konsep

yang sederhana dan sesuai dengan lingkungan yang dikenal anak. Juga harus
dilaksanakan berulang-ulang dan terus menerus sehingga apa yang dipelajari dapat

menjadi bagian dari kehidupan anak.

g. Mengembangkan Berbagai Kecakapan Hidup (Life Skills)

Memberikan berbagai kecakapan hidupa dapat melalui proses pembiasaan, hal

tersebut bertujuan agar anak mampu mandiri, disiplin, menolong dirinya sendiri dan

bertanggung jawab.

h. Menggunakan berbagai Media Edukatif dan Sumber Belajar

Diutamakan menggunakan media dan sumber pembelajaran yang berasal dari


lingkungan alam di sekitar anak. Dalam hal ini kreativitas dan inovasi guru
diperlukan dalam merancang dan membuat media dan sumber belajar tersebut
Diposkan oleh PAUD di 05.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
 ▼  2011 (31)
o ▼  April (31)
 makalah agama islam 2
 Makalah agama rukun iman
 Makalah agama rukun islam
 Makalah agama sejarah
 Makalah agama-Tauhid
 makalah agama-YUYUN
 makalah Al Qur'an bermain
 makalah bahasa indonesia2
 makalah bahasa indonesia
 makalah jasmani untuk anak
 makalah konsep dasar TPA
 makalah lomba paud
 makalah metode pembelajaran paud 1
 makalah metode pembelajaran paud 2
 makalah paud
 makalah paud1
 makalah paud individu
 makalah pendidikan anak menurut islam
 makalah peranan sains dan teknologi
 makalah agama manusia
 makalah ; kerangka makalah
 Makalah kurikulum paud
 Makalah metode belajar bai anak usia dini- berceri...
 Makalah agama ahlaq
 MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN
 NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBIJAKAN
KURIKULUM PENDIDI...
 Program Taman Kanak-Kanak
 RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN
 alokasi kurkulum selama setahun kelompokusia 4-5 ...
 RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHUNAN
KELOMPOK US...

Mengenai Saya

PAUD
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.
paud

Senin, 18 April 2011


Makalah kurikulum paud

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah.

Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak
usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Menurut

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa yang dimaksud

pendidikan usia dini adalah:

   Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Sejak saat itulah, perkembangan pendidikan usia dini tumbuh dengan pesat,

baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya. Pendidikan usia dini

tidak hanya terbatas pada Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai pendidikan prasekolah

formal, tetapi mencakup kegiatan lainnya, seperi Kelompok Bermain, Tempat

Penitipan Anak, PAUD Sejenis dan lainnya. Kesadaran masyarakat untuk

memberikan pendidikan di usia dini mulai meningkat walaupun belum mencapai apa

yang diharapkan.

Hal itu dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan TK

dan SD, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 Angka Partisipasi Kasar

(APK) PAUD/TK  baru mencapai 26,68% dan sebagian besar pendidikan anak usia

dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%. Hal itu

menyiratkan bahwa terdapat masalah-masalah yang harus dikaji lebih jauh di

antaranya masih lemahnya peran pemerintah dalam mengembangkan PAUD serta

maih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan di usia dini.

Selain itu, “ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi terhadap aspek

kemampuan kognitif anak menyebabkan arah pengembangan pendidikan anak usia


dini dewasa ini dianggap masih kurang tepat.  PAUD pada hakekatnya adalah

pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh potensi anak baik potensi

kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan cara-cara yang sesuai dengan masa

perkembangannya, di antaranya belajar sambil bermain.

Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman yang tepat kepada

masyarakat tentang komponen-komponen pendidikan anak usia dini perlu dilakukan.

Komponen PAUD antara lain meliputi prinsip-prinsip dasar PAUD, kurikulum,

proses pembelajaran dan evaluasi. Kajian terhadap komponen-komponen PAUD

perlu dilakukan untuk lebih memahami hakekat PAUD itu sendiri, sehingga bagi

pendidik anak usia dini proses pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan

dan kaidah-kaidah pendidikan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai pembahasan terhadap

kurikulum PAUD perlu dilakukan baik melalui kajian kepustakaan maupun

pengalaman penulis dalam mengelola program PAUD.

1.2  Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini, masalah yang dikaji akan dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut:

a.       Bagaimana kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

b.      Bagaimana mengembangkan kurikulum PAUD tersebut dalam kegiatan

pembelajaran?
1.3  Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:

a.       Mengetahui apa yang dimaksud kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

b.      Menganalisis bagaimana mengembangkan kurikulum PAUD tersebut dalam kegiatan

pembelajaran.

1.4  Metode dan Teknik penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode

deskriptif analitik, yakni dengan mengungkapkan masalah-masalah yang dikaji dan

kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada  dan pengetahuan penulis.

Adapun teknik penulisan yang digunakan adalah kajian kepustakaan dan

observasi terhadap proses pembelajaran PAUD yang selama ini dilakukan penulis.

1.5  Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN     :
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan     masalah, metode dan

teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Bab II berisi uraian masalah sekaligus kajiannya, berupa pengembangan kurikulum

PAUD.

BAB III PENUTUP

            Dalam bab penutup diuraikan kesimpulan dan saran penulis.

BAB II

PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)


2.1  Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan

kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas).

Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan

berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama,

sosialemosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap

memasuki pendidikan dasar.

2.2 Fungsi Kurikulum PAUD

a.      Mengembangkan sikap dan perilaku yang baik sesuai akidah agama dan norma

yang dianut.

      Fungsi ini harus diimplementasikan dalam proses pembelajaran sehingga anak

mampu mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan akidah dan norma

agama yang dianutnya, mampu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang

dianutnya. Dan mempunyai rasa toleransi dan saling hormat menghormati antara

pemeluk agama.

b.      Mengembangkan kemampuan sosialisasi dan  mengendalikan emosi.


      Dalam mengembangkan kurikulum PAUD, maka peserta didik harus

mengembangkan kemampuan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Kemampuan

bersosialisasi dan mengendalikan emosi sangat penting dimiliki anak agar mereka

mampu menjalankan kehidupan sosialnya dengan baik dan selaras.

c.       Menumbuhkan kemandirian anak.

      Kemandirian merupakan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap anak dalam

mempersiapkan hidupnya di masa depan. Di dunia yang semakin kompleks dan

penuh tantangan ini, maka kemampuan untuk mandiri merupakan salah satu syarat

agar anak mampu mempertahankan hidupnya dan berhasil mencapai cita-citanya.

Tanpa kemandirian, maka anak hanya akan tergantung kepada orang lain.

d.      Mengembangkan  kemampuan berbahasa.

      Bahasa adalah cermin seseorang. Kemampuan berbahasa merupakan perwujudan dari

sikap, perilaku dan harga diri seseorang. Oleh karena itu, kurikulum PAUD harus

berfungsi mengembangkan kemampuan berbahasa anak, sehingga anak mempunyai

ragam bahasa yang kaya dan baik.

e.       Mengembangkan kemampuan kognitif

      Kemampuan kognitif atau intelektual merupakan salah satu kemampuan yang penting

dalam kehidupan seseorang, baik sebagai modal bagi pendidikan di jenjang

selanjutnya, maupun dalam memecahkan masalah-masalah kesehariannya.

Pengembangan kemampuan kognitif anak di usia dini merupakan dasar bagi

perkembangan intelektualnya di masa-masa selanjutnya. Oleh karena itu, maka sangat

penting untuk memberikan membimbing perkembangan intelektual di usia dini.


f.       Mengembangkan kemampuan fisik/ motorik

      Mengembangkan kemampuan fisik/motorik merupakan salah satu fungsi disusunnya

kurikulum PAUD. Fisik dan motorik anak yang sedang berkembang pesat

memerlukan bimbingan agar perkembangannya maksimal dan baik. Dengan

kemampuan fisik dan motorik yang baik, maka anak akan mampu menjalani

kehidupannya dengan baik.

g.      Mengembangkan daya cipta dan kreativitas anak

      Aspek-aspek kreativitas dan daya cipta anak harus dikembangkan dalam

impelementasi kurikulum PAUD. Anak yang memiliki daya cipta dan kreativitas

tinggi akan mampu memecahkan berbagai masalah-masalah kehidupan, mampu

menghasilkan berbagai hal yang positif dan berguna bagi orang lain.

Mengembangkan daya cipta dan kretaivitas anak dapat dimulai dengan

mengidentifikasi bakat dan minat anak sejak dini, agar dapat dibimbing

perkembangannya.

2.3 Asas-asas Kurikulum PAUD

1.      Asas Filosofis

Dalam mengembangkan sebuah kurikulum harus diperhatikan asas filosofisnya, yaitu

filsafat dan tujuan pendidikan. Asas ini berhubungan dengan sistem nilai yakni

pandangan seseorang atau masyarakat tentang sesuatu yang bernilai dalam kehidupan

orang atau masyarakat tersebut. Misalnya, bangsa Indonesia yang menganut Pancasila

sebagai dasar negara, maka pengembangan kurikulumnya harus mengacu pada dasar
dan pedoman negara tersebut. Hal itulah yang kemudian tertuang tujuan pendidikan

nasional yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

2.      Asas Psikologis

Asas psikologis sangat berkaitan dengan berbagai aspek tentang psikologi anak dan

psikologi belajar. Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia yang menjadi landasan

dalam mengembangkan sebuah kurikulum. Kajian mengenai perilaku manusia, baik

dalam konteks belajar maupun individu manusianya, kemudian menjadi teori-teori

yang menjadi dasar pengembangan kuriukulum. Kesimpulannya, melalui berbagai

teori mengenai manusia (anak) dan proses belajar, maka akan disusun arah dan tujuan

kurikulum itu sendiri.

3.      Asas sosiologis

Dalam pengembangan kurikulum, maka harus diperhatikan perkembangan

masyarakat, baik kebutuhan maupun tuntutan-tuntutan kehidupannya. Dengan

memperhatikan asas sosiologis maka proses penyampaian kebudayaan, sosialisasi dan

rekontruksi sosial yang tertuang dalam perangkat kurikulum akan mampu dilakukan,

khususnya oleh lembaga pendidikan.

4.      Asas Organisatoris

Asas organisatoris dalam mengembangkan kurikulum berhubungan dengan bentuk

dan organisasasi kurikulum. Asas ini sangat dipengaruhi oleh asas-asas sebelumnya

yang dianut oleh pengembang kurikulum. Contohnya di Indonesia, bentuk dan

organisasi kurikulum telah mengalami perubahan-perubahan, misalnya


perkembangan bentuk kurikulum dalam kurikulum 1974, 1985, 1989, 2000, dan

2004.

2.4  Standar Kompetensi Anak usia Dini

            Dalam pengembangan aspek-aspek pembelajaran dalam pendidikan anak usia

dini harus mengacu pada standar kompetensi anak usia dini antara lain sebagai

berikut.

a. Moral dan nilai-nilai agama

Nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan pada anak usia dini adalah perilaku

positif, kemandirian, disiplin, kejujuran dan perilaku lainnya. Kegiatan pembiasaan

yang berhubungan dengan nilai-nilai agama juga harus diberikan, seperti penguasaan

terhadap do’a-do’a sehari-hari.

b. Fisik/motorik

Dalam hal ini pendidik harus mampu merangsang perkembangan fisik dan motorik

anak sesuai dengan usia perkembangannya. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai

permainan-permainan edukatif.

c. Sosial dan Emosional


Anak dididik untuk dapat mengembangkan kemampuan sosial melalui proses

sosialisasi. Melalui aspek ini anak dibekali dengan kemamuan memecahkan masalah-

masalah sosial yang dihadapinya, tentunya melalui proses pembiasaan yang

dilakukan secara terus menerus.

d. Bahasa

Dalam aspek ini, anak didorong untuk menguasai kemampuan berkomunikasi sesuai

dengan masa perkembangannya. Kemampuan berbahasa dilihat dari usia

perkembangan anak dapat dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode prelinguistik (0-1

tahun) dan periode linguistik (1-5 tahun).

e. Kognitif

Perkembangan kognitif anak biasanya mengacu pada pendapat Piaget yang membagi

perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu periode  sensorimotorik

(usia 0-2 tahun), periode praoperiosaional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-

11 tahun) dan periode operasional formal (usia 11 sampai dewasa).

f. Kognitif

Perkembangan kognitif anak biasanya mengacu pada pendapat Piaget yang membagi

perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu periode  sensorimotorik


(usia 0-2 tahun), periode praoperiosaional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-

11 tahun) dan periode operasional formal (usia 11 sampai dewasa).

g. Seni

Kemampuan di bidang seni dapat dikembangkan dalam musik, seni tari, seni gambar

dan keterampilan lainnya.

2.5  Pengembangan Kurikulum PAUD

            Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dn bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk kepentingan penulisan makalah

ini, konsep kurikulum akan disederhanakan lebih kepada materi kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam pendidikan anak usia dini.

2.2.1                                Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum PAUD

Dalam hal Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, menetapkan beberapa

prinsip pengembangan kurikulum PAUD, yang meliputi:


1)            bersifat komprehensif, artinya kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar

yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek

perkembangan.

2)            Didasarkan pada perkembangan secara bertahap, sehingga proses pembelajaran

harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia anak dan tahapan perkembangan

anak.

3)            Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama, sehingga peran orang tua dalam

menyusun rancangan kegiatan pembelajaran harus ditingkatkan agar tujuan PAUD

lebih terarah dan tepat sasaran.

4)            Melayani kebutuhan anak, yakni mampu mengembangkan kemampuan, kebutuhan,

minat, potensi setiap anak.

5)            Merefleksikan kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam masyarakat

6)            Mengembangkan standar kompetensi anak sebagai upaya menyiapkan lingkungan

belajar anak.

7)            Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus, sehingga semboyan pendidikan untuk

semua dapat dilaksanakan.

8)            Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat

9)            Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak, khususnya di lingkungan sekolah.

10)        Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga yang diungkapkan kepada masyarakat

sebagai bentuk akuntabilitas.

11)        Manajemen sumber daya manusia yang terlibat dalam lembaga pendidikan anak usia

dini.
12)        Penyediaan sarana dan prasarana yang optimal dan mampu menunjang proses

pembelajaran.

2.2.2                             Komponen Kurikulum

1.      Anak

Sasaran pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada di rentang usia 0-6 tahun.

2.      Pendidik

Kompetensi pendidik PAUD adalah sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi

akademik Diplomas Empat (D-IV) atau Sarjana (S-1) di bidang pendidikan usia dini,

psikologi atau lainnya; dan memiliki sertifikat profesi guru PAUD. Adapun rasio

guru dengan anak didik dalam PAUD adalah:

1) Usia  0-1 tahun rasio 1 : 3 anak,

2) Usia 1-3 tahun dengan rasio 1 : 6 anak,

3) Usia 3-4 tahun dengan rasio 1 : 8 tahun, dan

4) Usia 4-6 tahun dengan rasio 1 : 10-12 anak.

3.      Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain dan pembiasaan yang

direncanakan dan persiapkan pendidik meliputi materi dan proses pembelajaran itu

sendiri. Materi pembelajaran bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu:

a.      Materi Pembelajaran Untuk Anak usia 0-3 tahun, mencakup:

1)      Pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri)

2)      Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)

3)      Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)


4)      Pengenalan berbagai gerak (Perkembangan fisik)

5)      Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)

6)      Keterampilan berfikir (perkembangan kognitif)

b.      Materi Pembelajaran untuk anak usia 3-6 tahun, mencakup:

1)      Keaksaraan, yaitu meliputi pengenalan terhadap kosakata dan bahasa, kesadaran

phonologi, percakapan, memahami buku, dan teks lainnya.

2)      Konsep matematika, mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan,

geomteri dan konsep matematika lainnya.

3)      Pengetahuan alam, yang mencakup pengenalan terhadap objek fisik, kehidupan,

bumi dan lingkungan.

4)      Pengetahuan sosial, meliputi kehidupan orang banyak, bekerja, interaksi sosial,

lingkungan rumah dan keluarga, dan lainnya.

5)      Seni, mencakup kegiatan menari, menyanyi, bermain peran, bermain musik,

menggambar dan melukis.

6)      Teknologi, dengan mengenalkan alat-alat dan penggunaan operasi dasar dan

kesadaran teknologi. Alat-alat yang dikenalkan di mulai dari alat-alat yang ada

rumah, seklah, dan lingkungan tempat anak tinggal.

7)      Ketarampilan proses, mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen; pemecahan

masalah; koneksi, pengorganisasian, komunikasi dan informasi yang mewakilinya.

c.       Materi untuk orang tua

Selain untuk anak, materi pembelajaran juga diberikan pada orang tua anak

mencakup:
1)      Peningkatan pemahaman orang tua tentang arti penting pendidikan sejak dini bagi

anak-anak mereka.

2)      Penerapan pemahaman tahap-tahap tumbuh kembang anak perlu juga diberikan

kepada orang tua.

3)      Kemampuan orang tua dalam indentifikasi deteksi dini tumbuh kembang anak.

4)      Kemampuan orang tua dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.

5)      Orang tua dibekali pengetahuan tentang pemilihan alat permainan anak yang

mendidik.

6)      Orang tua harus dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan

bermain anak.

d.      Sentra Bermain

Salah satu prinsip pembelajaran anak usia dini adalah belajar sambil bermain,

sehingga diperlukan adanya area bermain yakni area kegiatan dan permainan yang

dilakukan di dalam atau di luar kelas. Berikut adalah contoh-contoh area bermain.

1)      Sentra balok, dalam berbagai ukuran dan bentuk berupa bentuk bangunan rumah,

jembatan, kebun binatang, dan lainnya. Melalui permainan ini diharapkan anak dapat

mengembangkan kemampuan berfikir, perhitungan permulaan dan dapat

memecahkan masalah serta memperkuat daya konsentrasi.

2)      Sentra bermain peran, dengan anak memperagakan apa yang dilihatnya maka dapat

membantu anak memahami lingkungannya.

3)      Sentra seni, dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan dan mengeksplorasi

daya kreativitasnya.
4)      Sentra persiapan, yakni kegiatan persiapan membaca permulaan, menulis permulaan

serta berhitung permulaan.

5)      Sentra agama, dengan menyediakan miniatur tempat ibadah, alat-alat ibadah, buku-

buku cerita, gambar-gambar dan lainnya. 

e.       Keranjang PAUD

Keranjang PAUD adalah seperangkat Alat Permainan Edukatif (APE) yang dikemas

dalam satu wadah atau boks. Sebagai contoh adalah APE kereta api, pasak belah,

puzle, balok, boneka jari, timbangan, jam dinding, permainan air, meronce, dan

permainan lainnya.

4.      Penilaian (Assesmen)

Assesmen merupakan proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan

perkembangan anak. Kegiatan ini meliputi observasi, konferensi dengan guru lain,

survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak dan unjuk kerja. Kesemua

bentuk penilaian tersebut dapat disusun dalam bentuk portofolio.

5.      Pengelolaan Pembelajaran

Dalam mengelola pembelajaran, PAUD harus memperhatikan aspek-aspek sebagai

berikut:

1)      Keterlibatan anak, dalam hal ini prinsip pembelajaran harus berpusat kepada aktivitas

belajar anak.
2)      Layanan program, yang disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing,

yakni:

a)      Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan layanan minimal 6 jam atau

dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-34 minggu.

b)      Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali seminggu

dengan jumlah jam minimal 3 jam atau dalam satu tahun 144 hari atau 32-34 minggu.

c)      Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan 2 jam.

Kekuaran jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang

dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari

dalam satu tahun.

d)     Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari seminggu dengan jumlah

layanan minimal 2,5 jam. Dalam satu tahuan 160 hari layanan atau 34 minggu.

3)      Kegiatan insidental/semester/Tahunan

Antara lain meliputi:

a)      Kunjungan luar, seperti kunjungan ke museum, mesjid, kantor pos, kantor polisi, dan

lainnya.

b)      Pengenalan pekerjaan, yakni mengenalkan profesi dengan mendatangkan atau

mengunjungi narasumber yang relevan, seperti dokter, tukang pos, kepala desa, dan

sebagainya.

c)      Peringatan Hari Besar (PHB)

Dalam memperingati hari besar dapat dilakukan dengan mengadakan perlombaan, 

panggung seni, parade, dan lainnya.


d)     Bakti Sosial

Seperti melaksanakan kegiatan bersih-bersih lingkungan, mengunjungi panti asuhan,

rumah jompo, dan lainnya.

e)      Kegiatan bersama orang tua

Orang tua dapat juga menjadi narasumber, guru pendamping atau guru bantu.

f)       Kesehatan

Misalnya dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan pemeriksaan kesehatan umum.

g)      Media Audio Visual

Dengan menggunakan media audio visiual dalam mengetengahkan tema atau materi

pembelajaran.

6.      Melibatkan peran serta masyarakat

Dalam hal ini, kegiatan PAUD hampir seluruhnya dikelola oleh swasta (masyarakat).

Yang perlu dikembangkan adalah peran masyarakat secara umum di lingkungan

PAUD itu berada, di mana sebagai lembaga non-formal, PAUD membutuhkan

dukungan dari semua komponen masyarakat.

2.2.3 Satuan Pendidikan Anak Usia Dini

            Satuan pendidikan anak usia dini dalam kerangka pendidikan jalur formal dan

informal meliputi:
a. Taman Kanak-Kanak, yaitu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada

jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi

anak usia 4-6 tahun, yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok A

untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun.

b. Kelompok Bermain merupakan satu bentuk PAUD pada jalur non formal

yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan

bagi anak usia 2-4 tahun dan anak usia 4-6 tahun yang tidak dapat dilayani TK

(setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak

berwenang).

c. Taman Pendidikan Anak adalah layanan yang dilakasanakan oleh pemerintah

dan masyarakat bagi anak usia 0-6 tahun yang orang tuanya bekerja.

d. Satuan PAUD sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan

minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali /minggu atau merupakan layanan

PAUD yang dintegrasikan dengan program layanan lainnya. Peserta program

PAUD sejenis adalah anak usia 2-4 tahun.

BAB III
PENUTUP

1.1     Kesimpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

a.       Sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

anak usia dini  adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. kurikulum pendidikan anak usia dini, meliputi standar kompetensi anak usia

dini, pengembangan kurikulum dan penilaian.

1.2     Saran

Dari uraian di atas, maka penulis dalam hal ini mengajukan beberapa saran

antara lain.

a. Perlu adanya pengembangan yang lebih optimal terhadap pendidikan anak

usia dini, baik yang dilakukan oleh pemerintah, keluarga maupun masyarakat.

Masa prasekolah yang disebut dengan masa keemasan perkembangan


intelektual seharusnya dijadikan dasar bagi upaya meningkatkan kemajuan

pendidikan di Indonesia.

b. Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak usia dini harus terus

dilakukan, karena berdasarkan data yang ada angka partisipasi kasar

masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat rendah.

c. Kualifikasi pendidik anak usia dini harus terus ditingkatkan baik kualifikasi

akademisnya maupun dalam bentuk pelatihan dan penataran lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Andi Yudianto. 2009. Perkembangan Intelektual. Jakarta.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum
Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
M. Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca. 2007. PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan
Pendidikan Sejak Dini. Bandung
M. Solehuddin, 1997. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP Bandung:Bandung.

_________. 2008. Psikologi Pendidikan, Makalah. Universitas Gunadarma:Jakarta.

Suyatman. 2008. Pengembangan Kecerdasan Spritial, emosional dan Intelektual, sebuah


makalah. Jakarta.
2.1 Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

            Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang dimaksud

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara.  Pendidikan yang dilaksanakan merupakan proses sepanjang

hayat, di mana proses pendidikan harus dilakukan secara terus menerus dari usia 0

tahun sampai manusia itu meninggalkan dunia.


Karena pendidikan harus dilakukan di semua usia, maka pemikiran-pemikiran

terhadap pendidikan harus mencakup semua golongan usia tersebut. Begitu pula

dengan  berbagai pemikiran dan kebijakan terhadap PAUD, harus merunut pada

kebutuhan anak usia dini dalam proses perkembangannya. Berikut adalah beberapa

landasan pendidikan anak usia dini berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan

dalam PAUD.

2.1.1 Landasan Hukum

            Penyelenggaraan program PAUD di Indonesia mengacu pada aturan dan

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai berikut.

a. UUD 1945

b. UU. No. 4 Tahun 1974 mengenai Kesejahteraan Anak

c. UU. No. 23 Tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak

d. UU. No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional.

e. PP. No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan Nasional

f. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005 mengenai Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009.

g. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 Tahun 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah,

Departemen Pendidikan Nasional.

h. Rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.


(M. Hariwijaya dan Bertiani ES, 2007:20-21).

2.1.2 Landasan Filosofis

            Anak usia dini, yakni anak dengan usia pra-sekolah (0-6 tahun) berdasarkan

berbagai penelitian merupakan masa keemasan manusia (golden age), di mana

kecerdasan manusia ditentukan pada masa-masa ini (Hariwijaya, 2007:32). Dengan

adanya pendidikan anak usia dini diharapkan anak dapat tumbuh dengan segala

potensinya, sehingga ia mampu membangun dirinya, lingkungan dan bangsanya.

            Berikut adalah beberapa pemikiran para ahli pendidikan anak terhadap proses

pendidikan anak usia dini.

a. Pandangan Pestalozzi

Menurutnya, anak dilahirkan dalam keadaan bersih. Perkembangan manusia terjadi

dalam desain alam dan terbentuk oleh kekuatan-kekuatan luar. Lebih lanjut, ia

berpendapat bahwa keberhasilan belajar dalam satu tahap perkembangan merupakan

kunci dalam mencapai keberhasilan belajar di tahap berikutnya. Oleh karena itu, ia

berkesimpulan bahwa pendidikan anak merupakan hal penting yang berpengaruh

terhadap kehidupan anak di masa depannya.

b. Pandangan Froebel
Froebel mewujudkan ide-idenya dalam pendidikan anak dengan mendirikan lembaga

pendidikan Froebel. Ia lebih menfokuskanpada konsep pendidikan anak sebagai alat

reformasi sosial. Ia menyiapkan program pendidikan pra-sekolah sebagai sarana

untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang lebih baik di masa depan. Anak

dilahirkan dengan pembawaan yang baik, sehingga tugas lembaga pendidikan untuk

mengarahkan anak pada kehidupan masa depan yang lebih baik, dengan mendorong

kemampuan untuk mencipta dan berkreasi.

c. Pandangan Montesori

Menurutnya, pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk membantu

perkembangan anak secara menyeluruh. Anak dalam proses perkembangannya

merupakan kutub yang berbeda dengan orang dewasa, namun saling mempengaruhi.

Kualitas pengalaman anak di usia dini sangat mempengaruhi kehidupannya di masa

dewasa.

d. Pandangan Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan dan bapak pendidikan Indonesia.

Pandangannya terhadap anak sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ketimuran dan

pendidikan barat yang dia lalui. Menurutnya, anak lahir dalam kodrat dan

pembawaannya masing-masing. Kodrat anak bias baik dan juga buruk, dengan paham

inilah
2.1.3 Landasan Pengetahuan

            Landasan pengetahuan penting bagi pendidikan anak usia dini. Landasan ini

mengacu pada pendapat beberapa ahli pendidikan yang memandang betapa

pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), antara lain :

a. Nabi Muhammad Saw

Lebih dari 1500 tahun yang lalu (abad ke-6 M), Nabi Muhammad Saw telah

mengemukan bahwa kewajiban menuntut ilmu adalah mulai dari anak dalam

kandungan sampai ia meninggal. Hal itu menegaskan bahwa pendidikan anak usia

dini merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menuntut ilmu.

b. Marthin Luther (1483-1546)

Menurutnya landasan adanya proses pendidikan adalah agama. Selain itu keluarga

juga merupakan faktor utama dalam menghadapi pendidikan anak.

c. Jean – Jacues Rouseau (1712-1718)

Menurutnya, pendidikan harus bersifat alamiah, yakni pendidikan harus kembali ke

alam. Menurutnya, manusia dilahirkan dalam keadaan baik, manusialah yang

menentukan baik atau jahatnya manusia.

d. John Dewey (1859-1952)


Teorinya dikenal dengan teori ”progressivism) yang lebih menekankan pada anak

didik dan minatnya terhadap sesuatu daripada mata pelajarannya sendiri. Menurutnya,

pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan

datang.

e. Benjamin Bloom (1964)

Bloom mengamati kecerdasan anak dalam rentang waktu tertentu. Ia menghasilkan

taksonomi Bloom. Menurutnya kecerdasan anak pada usia 15 tahun merupakan hasil

pendidikan anak usia dini.

f. Jean Piaget (1972)

Jean Piaget mengemukakan tentang bagaimana anak belajar. Anak belajar melalui

interaksi dengan lingkungannya. Anak dituntun untuk melakukan percobaan dan

penelitian sendiri. Agar anak dapat memahami sesuatu, maka ia harus membangun

pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.

g. Lev Vigostsky

Ia berpendapat bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi

perkembangan berproses anak. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang

bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya.


(M. Hariwijaya dan Bertiani ES, 2007:21-23) dan (Pusat Kurikulum Direktorat

Pendidikan Anak Usia Dini, 2007).

2.2 Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini

            Dalam perkembangan dewasa ini, pendidikan anak usia dini merupakan

program pendidikan yang diarahkan pada upaya pembelajaran yang sesuai dengan

usia anak dan mampu menggali potensi anak, sehingga dapat menjadi bekal dalam

kehidupannya di masa depan.

2.2.1 Pengertian

            Banyak batasan yang diberikan terhadap program PAUD, namun dalam hal

ini UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan

pendidikan anak usia sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

            Dalam hal ini M. Hariwijaya (2007:14), mengemukakan bahwa PAUD dapat

diartikan sebagai salah satu bentuk jalur pendidikan dari usia 0-6 tahun, yang

diselenggarakan secara terpadu dalam satu program pembelajaran agar anak dapat

mengembangkan segala guna dan kreativitasnya sesuai dengan karakteristik

perkembangannya.
2.2.2 Tujuan

            Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

pendidikan anak usia dini adalah:

a. Merangsang dan membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Mengembangkan segala potensi dan kreativitas anak sesuai dengan

karakteristik perkembangannya agar mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

2.2.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

            Dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini terdapat prinsip-prinsip

yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Berorientasi pada kebutuhan Anak (Children Oriented)

Kegiatan pembelajaran harus berpusat kepada kebutuhan anak melalui upaya-upaya

pendidikan dalam mencapai perkembangan fisik dan fsikis  yang optimal.

b. Merangsang kreativitas dan Potensi Anak

Kegiatan PAUD harus mampu merangsang potensi dan kreativitas anak sehingga

anak mempunyai kemampuan dalam menjalani kehidupannya di masa depan.

c. Belajar melalui Bermain


Kegiatan bermain merupakan sarana belajar bagi anak usia dini. Melalui bermain

anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan dan mengambil

kesimpulan terhadap sesuatu yang dipelajarinya.

d. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Dalam hal ini, pendidikan di usia dini memerlukan pengkondisian lingkungan yang

mendorong munculnya kreativitas anak. Lingkungan harus diciptakan agar lebih

menyenangkan dan memberi kenyamanan belajar anak.

e. Pembelajaran Terpadu

Proses pembelajaran pada anak usia dini harus memadukan berbagai aspek

pembelajaran, yakni dengan penggunaan tema yang menarik dan dapat

mengembangkan minat siswa dan bersifat kontekstual.

f. Dilaksanakan secara Bertahap, Berulang-ulang dan Terus Menerus

Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara bertahap, di mulai dengan konsep

yang sederhana dan sesuai dengan lingkungan yang dikenal anak. Juga harus

dilaksanakan berulang-ulang dan terus menerus sehingga apa yang dipelajari dapat

menjadi bagian dari kehidupan anak.

g. Mengembangkan Berbagai Kecakapan Hidup (Life Skills)


Memberikan berbagai kecakapan hidupa dapat melalui proses pembiasaan, hal

tersebut bertujuan agar anak mampu mandiri, disiplin, menolong dirinya sendiri dan

bertanggung jawab.

h. Menggunakan berbagai Media Edukatif dan Sumber Belajar

Diutamakan menggunakan media dan sumber pembelajaran yang berasal dari


lingkungan alam di sekitar anak. Dalam hal ini kreativitas dan inovasi guru
diperlukan dalam merancang dan membuat media dan sumber belajar tersebut
Diposkan oleh PAUD di 05.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
 ▼  2011 (31)
o ▼  April (31)
 makalah agama islam 2
 Makalah agama rukun iman
 Makalah agama rukun islam
 Makalah agama sejarah
 Makalah agama-Tauhid
 makalah agama-YUYUN
 makalah Al Qur'an bermain
 makalah bahasa indonesia2
 makalah bahasa indonesia
 makalah jasmani untuk anak
 makalah konsep dasar TPA
 makalah lomba paud
 makalah metode pembelajaran paud 1
 makalah metode pembelajaran paud 2
 makalah paud
 makalah paud1
 makalah paud individu
 makalah pendidikan anak menurut islam
 makalah peranan sains dan teknologi
 makalah agama manusia
 makalah ; kerangka makalah
 Makalah kurikulum paud
 Makalah metode belajar bai anak usia dini- berceri...
 Makalah agama ahlaq
 MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN
 NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBIJAKAN
KURIKULUM PENDIDI...
 Program Taman Kanak-Kanak
 RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN
 alokasi kurkulum selama setahun kelompokusia 4-5 ...
 RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHUNAN
KELOMPOK US...

Mengenai Saya

PAUD
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai