Anda di halaman 1dari 27

PLTU 2 x 150 MW PT.

GH EMM Indonesia akan memproduksi listrik


secara terus menerus selama ± 30 tahun dengan bahan bakar utama
digunakan batubara dari PT. Musi Prima Coal yang akan diangkut dari
tambang ke lokasi PLTU menggunakan Belt Conveyor. Sebuah pembangkit
listrik jika dilihat dari bahan baku untuk memproduksinya, maka
pembangkit listrik tenaga uap bisa dikatakan pembangkit yang berbahan
baku air. Prosesnya antara air menjadi uap kemudian uap kembali menjadi
air dan seterusnya disebut dengan Siklus PLTU. Air yang digunakan dalam
siklus PLTU ini disebut air demin (demineralized), yakni air yang
mempunyai kadar conductivity (kemampuan untuk menghantarkan listrik)
sebesar 0.2 μS (mikro siemen). Sebagai perbandingan air mineral yang kita
minum sehari-hari mempunyai kadar conductivity sekitar 100 – 200 μS.
Untuk mendapatkan air demin ini, setiap unit PLTU biasanya dilengkapi
dengan demineralization plant yang berfungsi untuk memproduksi air
demin ini.
Secara sederhana bagaimana siklus PLTU itu bisa dilihat ketika
proses memasak air. Mula-mula air ditampung dalam tempat memasak dan
kemudian diberi panas dari sumbu api yang menyala dibawahnya. Akibat
pembakaran menimbulkan air terus mengalami kenaikan suhu sampai pada
batas titik didihnya. Karena pembakaran terus berlanjut maka air yang
dimasak melampaui titik didihnya sampai timbul uap panas. Uap ini lah
yang digunakan untuk memutar turbin dan generator yang nantinya akan
menghasilkan energi listrik. Secara sederhana, siklus PLTU digambarkan
pada Gambar 2.4 dengan uraian sebagai berikut :

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-1


10
8
9

11
6 12
13
7

14

5
2
4
Lokasi Tambang
PT. Musi Prima Coal Sungai Lematang

Gambar 2.4. Siklus PLTU PT. GH EMM Indonesia

1) Pertama-tama air demin ini berada disebuah tempat bernama hotwell.


2) Dari hotwell, air mengalir menuju condensate pump untuk kemudian
dipompakan menuju LP Heater (low pressure heater) yang pungsinya
untuk menghangatkan tahap pertama. Lokasi hotwell dan condensate
pump terletak di lantai paling dasar dari pembangkit atau biasa
disebut ground floor. Selanjutnya air mengalir masuk ke deaerator.
3) Di dearator air akan mengalami proses pelepasan ion-ion mineral yang
masih tersisa di air dan tidak diperlukan seperti Oksigen dan lainnya.
Bisa pula dikatakan deaerator memiliki pungsi untuk menghilangkan
buble/balon yang biasa terdapat pada permukaan air. Agar proses
pelepasan ini berlangsung sempurna, suhu air harus memenuhi suhu
yang disyaratkan. Oleh karena itulah selama perjalanan menuju
Dearator, air mengalamai beberapa proses pemanasan oleh peralatan
yang disebut LP Heater. Letak dearator berada di lantai atas (tetapi

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-2


bukan yang paling atas). Sebagai ilustrasi di PLTU Muara Karang unit
4, dearator terletak di lantai 5  dari 7 lantai yang ada.
4) Dari dearator, air turun kembali ke Ground Floor. Sesampainya di
Ground Floor, air langsung dipompakan oleh Boiler Feed Pump/BFP
(Pompa air pengisi) menuju Boiler atau tempat “memasak” air. Bisa
dibayangkan Boiler ini seperti drum, tetapi drum berukuran raksasa.
Air yang dipompakan ini adalah air yang bertekanan tinggi, karena itu
syarat agar uap yang dihasilkan juga bertekanan tinggi. Karena itulah
konstruksi PLTU membuat dearator berada di lantai atas dan BFP
berada di lantai dasar. Karena dengan meluncurnya air dari ketinggian
membuat air menjadi bertekanan tinggi.
5) Sebelum masuk ke Boiler untuk “direbus”, lagi-lagi air mengalami
beberapa proses pemanasan di HP Heater (High Pressure Heater).
Setelah itu barulah air masuk boiler yang letaknya berada dilantai
atas.
6) Didalam Boiler inilah terjadi proses memasak air untuk menghasilkan
uap. Proses ini memerlukan api yang pada umumnya menggunakan
batubara sebagai bahan dasar pembakaran dengan dibantu oleh udara
dari FD Fan (Force Draft Fan) dan pelumas yang berasal dari Fuel Oil
tank.
7) Bahan bakar dipompakan kedalam boiler melalui Fuel oil Pump. Bahan
bakar PLTU bermacam-macam. Ada yang menggunakan minyak,
minyak dan gas atau istilahnya dual firing dan batubara.
8) Sedangkan udara diproduksi oleh Force Draft Fan (FD Fan). FD Fan
mengambil udara luar untuk membantu proses pembakaran di boiler.
Dalam perjalananya menuju boiler, udara tersebut dinaikkan suhunya
oleh air heater (pemanas udara) agar proses pembakaran bisa terjadi
di boiler.
9) Kembali ke siklus air. Setelah terjadi pembakaran, air mulai berubah
wujud menjadi uap. Namun uap hasil pembakaran ini belum layak

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-3


untuk memutar turbin, karena masih berupa uap jenuh atau uap yang
masih mengandung kadar air. Kadar air ini berbahaya bagi turbin,
karena dengan putaran hingga 3000 rpm, setitik air sanggup untuk
membuat sudu-sudu turbin menjadi terkikis.
10) Untuk menghilangkan kadar air itu, uap jenuh tersebut di keringkan di
super heater sehingga uap yang dihasilkan menjadi uap kering. Uap
kering ini yang digunakan untuk memutar turbin.
11) Ketika Turbin berhasil berputar berputar maka secara otomastis
generator akan berputar, karena antara turbin dan generator berada
pada satu poros. Generator inilah yang menghasilkan energi listrik.
12) Pada generator terdapat medan magnet raksasa. Perputaran
generator menghasilkan beda potensial pada magnet tersebut. Beda
potensial inilah cikal bakal energi listrik. Proses pembentukan medan
listrik; (1) Terdapat dua jenis electrode, yaitu discharge electrode yang
bermuatan negatif dan collector plate electrode bermuatan positif. (2)
Discharge electrode diletakkan diantara collector plate pada jarak
tertentu (memiliki jarak antara discharge electrode dengan collector
plate). (3) Discharge electrode diberi listrik arus searah (DC) dengan
muatan minus (lihat gambar 3), pada level tegangan antara 55 – 75
KvDC (sumber listrik awalnya adalah 380 volt AC, kemudian dinaikkan
oleh transformer menjadi sekitar 55 – 75 Kv dan dirubah menjadi
listrik DC oleh rectifier, diambil hanya potensial negatifnya saja). (4)
collector plate ditanahkan (di-grounding) agar bermuatan positif. (5)
Dengan demikian, pada saat discharge electrode diberi arus DC maka
medan listrik terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai electrode
tersebut dan partikel-partikel debu akan tertarik pada pelat-pelat
tersebut, gas bersih kemudian bergerak ke cerobong asap.
13) Energi listrik itu dikirimkan ke trafo untuk dirubah tegangannya dan
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi PLN.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-4


14) Uap kering yang digunakan untuk memutar turbin akan turun kembali
ke lantai dasar. Uap tersebut mengalami proses kondensasi didalam
kondensor sehingga pada akhirnya berubah wujud kembali menjadi air
dan masuk kedalam hotwell.

Siklus PLTU ini adalah siklus tertutup ( close cycle) yang idealnya
tidak memerlukan lagi air jika memang kondisinya sudah mencukupi. Tetapi
kenyataannya masih diperlukan banyak air penambah setiap hari. Hal ini
mengindikasikan banyak sekali kebocoran di pipa-pipa saluran air maupun
uap di dalam sebuah PLTU. Untuk menjaga siklus tetap berjalan, maka
untuk menutupi kekurangan air dalam siklus akibat kebocoran, hotwell
selalu ditambah air sesuai kebutuhannya dari air yang berasal dari
demineralized tank. Adapun kelengkapan peralatan yang dioperasikan di
PLTU ini adalah sebagai berikut :

1) Boiler, terdiri dari : pipa pemanas, economizer, drum, super heater,


desuper heater, burner, fan, pemanas udara, pengaman tekanan lebih,
pompa/penyalur bahan bakar, pompa pengumpan (boiler feed pump),
pemanas awal, tanki air pengumpan dan dearator. Jenis boiler yang
akan digunakan pada pembangkit ini adalah boiler tipe Pulverizer Bed
Combustion(FBC).
2) Turbin, terdiri dari : sistem pelumas, sistem pemutar awal, sistem
vaccum, sistem perapat uap, dummy piston, sistem pengaman tekanan
lebih, sistem pengaman putar, sisten pengatur putaran (governor),
condensor dan pompa condensat.
3) Generator, terdiri dari : sistem exitasi, sistem pengaman, sistem
pendingin, sistem pelumas, peralatan paralel dan trafo.
4) Peralatan bantu, terdiri dari : sistem air pendingin, sistem pendingin
bantu, sistem uap bantu, sistem kelistrikan, sistem pengamat dan
kontrol.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-5


5) Peralatan bantu umum, terdiri dari : unit produksi air, unit kompresor,
unit penyalur beban, sistem penanganan batubara dan sistem
penanganan abu.

Fungsi dari masing-masing peralatan yang dioperasikan di PLTU ini


adalah sebagai berikut :
1) Boiler
a) Pipa pemanas berungsi sebagai pemanas air untuk diubah menjadi
uap.
b) Economizer berfungsi sebagai pemanas air sebelum memasuki pipa
pemanas. Air pengempan dari pompa pengumpan dialirkan melalui
economizer (posisi ada didalam ruang bakar didaerah gas buang)
untuk mendapatkan kalor dari gas buang yang akan menaikkan
tingkat efisiensi pemanfaatan panas.
c) Drum berfungsi sebagai pengumpul air dari economizer dan dari pipa
pemanas untuk dipisahkan mana yang sudah berupa uap dan mana
yang masih merupakan fasa air untuk kemudian dialirkan kembali ke
pipa pemanas, sedang yang sudah pada fasa uap dialirkan ke
suferheater untuk pemanasan lanjut (superheater steam).
d) Superheater berfungsi sebagai pemanas lanjut untuk menjadikan
uap pada tingkat superheater. Pada superheater ini dilengkapi
dengan peralatan pengatur suhu uap (desuperheater) yang tugasnya
menjaga suhu uap pada titik yang ditentukan dengan menggunakan
air yang ditambahkan pada uap tersebut untuk menurunkan suhu.
Banyak sedikitnya air tergantung dari tinggi rendahnya suhu uap
yang akan diatur.
e) Burner suatu peralatan yang berfungsi sebagai penyalur campuran
bahan bakar dan udara kedalam ruang bakar untuk kemudian
dibakar. Besar kecilnya api disesuaikan dengan banyak sedikitnya
uap yang diperlukan pada tekanan dan suhu yan dijaga tetap.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-6


f) Fan berfungsi sebagai penyalur udara luar untuk dilanjutkan pada
proses pembakaran didalam ruang bakar. Banyak sedikitnya udara
yan disalurkan diatur sesuai dengan jumlah bahan bakar yang akan
dibakar sehingga tercapai komposisi antara udara dan bahan bakar
yang ideal.
g) Pemanas udara berfungsi untuk memanaskan udara sebelum
disalurkan sebagai udara pembakaran. Media pemanas yan
digunakan adalah gas buang dan juga uap bantu. Dengan
dinaikkannya suhu udara pembakaran ini akan didapatkan tingkat
efisiensi pembakaran yang lebih baik karena proses
pembakaranakan didapat lebih sempurna.
h) Pengaman tekanan lebih bekerja bila suatu saat mendadak tekanan
uap naik untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada peralatan
terkait. Misalnya pada saat terjadi penurunan beban mendadak atau
pada saat beban generator lepas.
i) Pompa/penyalur bahan bakar berfungsi sebagai peralatan penyalur
bahan bakar untuk dilanjutkan pada proses pembakaran. Pada
pompa penyalur bahan bakar ini dilengkapi dengan pengatur jumlah
bahan bakar yang disesuaikan denan jumlah uap yan diperlukan.
j) Pompa air pengumpan berfungsi sebagai penyalur air pada proses
penguapan. Jumlah air yang disalurkan disesuaikan dengan jumlah
uap dan bocoran yang ada dengan umpan indikasi umpan balik dari
level drum boiler. Dalam arti level drum boiler harus terjaga oleh
jumlah aliran air pengumpan.
k) Pemanas awal, selain terjadi pada economizer juga pada peralatan
ini yang tujuannya untuk meningkatkan efisiensi unit. Pemanas ini
memanfaatkan uap extrasi dari turbin yan diambil pada tingkat
tertentu.
l) Tanki air pengumpan selain berfungsi sebagai tanki pengumpul juga
sebagai pemisah dan pembuang gas/oksigen yan terbawa/terkadang

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-7


didalam air pengumpan ini dengan ujuan agar peralatan yang dilalui
air ini terhindar dari korosi. Peralatan pemisah ini disebut dengan
dearator.

2) Turbin
a) Sistem pelumas yang terdiri dari tanki, pompa, filter, fan pembuang
uap air, dan peralatan pemurni (oil treatment). Fungsi utama dari
minyak pelumas adalah sebagai media penyekat antara dua logam
yang saling bergesekan. Sekat tersebut berbentuk lapisan film
sehingga diperlukan karakter yang berbeda tergantung dari
perlakuan gesek antar dua logam itu sendiri. Perlakuan yang
menjadi karakter adalah tingkat kekuatan gesek (beban, kecepatan,
suhu, durasi, dan jenis logam ).
b) Karakter putaran terhadap titik gesek seperti terlihat pada sket,
dimana sudut gesek sangat tergantung dari kecepatan putar dan
bobot dari poros/benda putar. Titik gesek ini adalah titik yang paling
kritis terhadap keausan, sehingga dapat dijadikan indikasi apabila
terjadi keausan yang lebih pada titik ini dapat diindikasikan bahwa
pelumasan tidak berfungsi optimum pada saat berputar. Disinilah
fungsi pelumas sangat diharapkan dengan terbentuknya film yang
bagus.
c) Sistem pemutar awal tingkat putaran sangat rendah berfungsi
sebagai pengurang moment awal pada saat start up, dan juga untuk
menjaga agar tidak terjadi pembengkokkan poros oleh gaya
beratnya pada saat tidak operasi. Dalam hal ini fungsi pelumas juga
diharapkan berfungsi dengan baik untuk menghindari friksi antara
dua logam.
d) Sistem Vacuum terdiri dari pompa/peralatan vacuum, system
perapat. Fungsi dari system vacuum ini adalah sebaai media
penghisap oksigen yang terkandung dalam uap/air keluaran turbin.
selain juga sebagai media proses pada konversi energi turbin.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-8


e) Sistem uap perapat berfungsi sebagai perapat untuk menjaa agar
udara luar tidak masuk ke dalam turbin yang dapat merusak vacuum
juga mempercepat laju korosi akibat banyaknya kandungan oksigen
pada air.
f) Dummy piston berfungsi memberikan gaya lawan terhadap gaya
axial akibat dorongan masukan uap ke turbin sehingga posisi turbin
tetap terjaga pada tempatnya.
g) Sistem pengaman tekanan berfungsi untuk menjaga apabila terjadi
kerusan vacuum akibat hilangnya sistem pendingin pada condenser
agar tidak merusak peralatan pada turbin.
h) Sistem pengaman putaran lebih berfUngsi untuk menjaga kerusakan
rotor apabila terjadi putaran lebih. Kerusakan ini terjadi apabila
putaran lebih yang mengakibatkan naiknya gaya centrifugal yang
dapat melebihi kemampuan pengikat antara sudu dengan poros
apabila hal ini sampai terjadi sudu turbin dapat berlepasan dengan
kekuatan gaya yang sangat tinggi.
i) Pengatur putaran (governor) untuk mengatur jumlah aliran uap
masuk turbin sesuai beban yang ada sehingga putaran tetap terjaga.
j) Pompa condesat berfungsi utnuk menyalurkan air (condesat) ke
tanki air pengumpan. Pada system ini dilengkapi dengan katup
jumlah aliran sehinggga jumlah aliran terjaga sesuai dengan
keperluan dengan indikasi level tangki air pengumpan.

3) Condensor
Merupakan suatu peralatan yang berfungsi sebagai pendingin uap
keluaran turbin sehingga terjadi perubahan fasa dari fasa uap menjadi
fasa cair. Perubahan fasa ini menjadikan vacuum didalam ruangan
condenser tersebut. Jadi sebenarnya yan membuat vacuum condenser
adalah terjadinya perubahan fasa tersebut, untuk itu guna menjaga
tingkat kevacuuman condenser perlu diperhatikan tingkat kebersihan

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-9


pipa pendingin, jumlah aliran air pendingin, dan kebocoran yang
mungkin terjadi.

4) Generator
a) Sistem exitasi adalah sistem pembangkit tegangan pada kumparan
rotor generator sehingga terbentuk medan magnit yang akhirnya
membangkitkan arus listrik pada stator akibat terpotongnya medan
magnit kumparan rotor oleh kumparan stator. Dengan mengatur
besar arus exitasi maka besaran produksi listrik pada stator.
b) Sistem pengaman generator dimaksudkan untuk menjaga agar tidak
terjadi kerusakan pada peralatan ini akibat beberapa penyebab,
misalnya terjadi kebocoran arus pada kumparan, kenaikkan suhu
kumparan, arus melebihi batas operasi dan lain lain yang dapat
merusak akibat melebihi atau diluar dari batasan design operasi
generator.
c) Sistem pendingin berfungsi untuk mendinginkan generator akibat
panas yang timbul pada proses produksi listrik. Panas ini terutama
timbul akibat adanya tahanan pada kumparan pada saat dilewati
arus listrik.

d) Sistem pelumas seperti layaknya ada dua logam yang paling


bergesek diperlukan penyekat yang terjadi pada system pelumasan
ini. Sistem pelumas ini dipasok oleh peluasan dari pelumas turbin.

e) Peralatan paralel adalah suatu peralatan yang bertugas mengatur


besaran arus exitasi sehingga didapat tegangan generator tertentu,
perkoordinasi dengan system overnor untuk mengatur putaran
sehingga didapat frequensi tertentu, mengatur pergeseran phase
tegangan. Dengan peralatan paralel ini diatur tegangan, frequensi
dan phase generator agar sama dengan jaringan yang ada untuk
dapat diparalel.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-10


f) Trafo adalah suatu peralatan perubahan tegangan yang diperlukan
untuk menyamakan dengan tegangan jaringan dimana listrik dari
generator ini bergabung.

5) Peralatan Bantu
a) Sistem pendingin, terdiri dari dua yaitu system air utama dan system
air pendingin bantu. Sistem pendingin utama bisa menggunakan
system lepas dan sistem tertutup yan dilengkapi dengan tower
pendingin (cooling tower) tergantung dari besar kecilnya kapasitas
sumber air pendingin. Pendingin lepas biasanya bila diambil dari
sungai dimana jumlah persediaan terbatas. Pendingin tertutup
dilengkapi dengan tower pendingin yang fungsinya untuk
mendinginkan air pendingin setelah melaksanakan pendinginan
peralatan. Tugas utama dari pendingin ini adalah sebagai media
pendingin pada condenser, sebagai pendingin pada system air
pendingin bantu, juga dapat difungsikan untuk pendingin peralatan
lain yang disiapkan tahan terhadap korosi atau memerlukan
kapasitas yang relatif besar. Jumlah aliran terbesar air pendingin ini
ada di pendingin condenser, untuk PLTU 300 MW diperlukan sekitar
8.000 m3. Perlakuan terhadap air pendingin yang menggunakan air
sungai (tower pendingin) diperlukan lebih banyak penanganan,
seperti sarana penjernihan, injeksi bahan kimia yang sifatnya dapat
untuk menghilangkan buih, kerak, endapan, dan juga pembasmi
ganggang. Untuk system ini diperlukan penambahan (make up
water) sekitar 840 m3/jam karena adanya penguapan dan blow down
pada tower pendingin. Air ini akan diambil dari Sungai Lematang dan
dialirkan ke bak penampung yang selanjutnya ke unit sedimentasi
(contact clarifier). Sebelum memanfaatkan air dari Sungai Lematang
ini akan dilakukan pengurusan Surat Izin Pemanfaatan Air
Permukaan (SIPA) dari Pemerintah Kabupaten Muara Enim.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-11


b) Sistem pendingin bantu biasanya dengan system tertutup yang
menggunakan media air bebas mineral untuk menjaga agar tidak
terjadi perkaratan peralatan, dan air ini setelah melaksanakan
fungsinya, didinginkan mengunakan air pendingin utama melalui
peralatan penukar panas. Peralatan yang diinginkan oleh air antara
lain pompa air pengumpan, pompa air condensate, pendingin
minyak pelumas, pendingin generator dan lain lain peralatan yang
memproduksikan panas seperti compressor, pemanas udara.
c) Keluaran generator dari masing-masing turbin PLTU bertegangan 11
kV dan melalui peralatan HV switchgear dan step-up transformers
dinaikkan menjadi 275 kV dan dikoneksikan dengan sistem jaringan
transmisi yang yang akan dibangun oleh pihak PT. PLN (Persero).
d) Sistem kelistrikan, ada beberapa tingkat keperluan listrik di PLTU
yaitu pada tegangan 220 V (380 V), 6 kV, 110 Volt DC dan 40 Volt
/24 Volt DC. Sistem tegangan 220 V/380 V dipergunakan untuk
motor pompa, fan dan penggerak katup control serta motor
penggerak lain yang memerlukan daya kecil/sedang, sedangkan 6 kV
digunakan untuk motor besar pengerak pompa air condensat,
pompa air pengumpan, pompa air pendingin, kompresor, serta fan
besar seperti fan udara tekan dan fan penghisap pada boiler. Arus
DC dipakai untuk system control dan proteksi. Sumber arus diambil
dari jalur 20 kV setelah trafo generator atau langsung dari keluaran
generator. Sifat jaringan listrik ini ada 2 kategori yaitu : umum yang
bersifat umum tidak hanya untuk keperluan unit itu sendiri, khusus
yang diperuntukkan bagi unit itu sendiri dan emergency selain
diambil dari jaringan umum, juga disediakan pembangkit diesel
khusus dan peralatan yang disebut denan UPS (Uninterpreted Power
Supply) dengan sumber daya dari battery.
e) Sistem pengamat dan pengontrol adalah suatu system yang
menjembatani antara mesin dengan manusia (operator). Dengan

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-12


system ini operator dapat mengetahui kondisi operasi mesin dan
dapat memberikan perintah kepada mesin sesuai dengan keinginan
sebatas kemampuan mesin. Dengan system ini juga dapat dilakukan
penanganan unit baik secara normal maupun emergency. Saat ini
sistem seperti ini telah banyak menggunakan jasa computer dimana
tingkat akurasi dan kecepatan aksi dan reaksi jauh lebih cepat
dibanding dengan system konvensional. Sistem pengamat dan
pengontrol berlokasi disatu tempat yang disebut dengan ruang
kendali dan juga sebagian dapat dicabang dilokal untuk
memudahkan pengoperasian dalam kondisi tertentu.

c. Pemeliharaan Pembangkit
Kegiatan pemeliharaan pembangkit secara berkala meliputi
pelumasan, pembersihan scale pada tube boiler furnace dan lain-lain.
Kegiatan ini dilaksanakan baik sewaktu over-haul maupun dalam keadaan
jalan. Pada kegiatan pemeliharaan pembangkit, dilakukan penggantian
minyak pelumas mesin. Pelumas bekas yang tercecer dan limbah cair dari
hasil cucian mesin akan disalurkan kedalam sistim drainase dan ditampung
kedalam oil/water separator untuk dipisah antara minyak dan air. Minyak
yang telah dipisahkan akan dikelola sesuai peraturan yang berlaku,
sedangkan airnya dapat dialirkan ke perairan Sungai Lematang apabila
telah memenuhi baku mutu lingkungan. Air limbah dari pembersihan tube
boiler furnace ditreatment didalam Waste Water Treatment dan apabila
telah memenuhi baku mutu dapat dialirkan ke Sungai Lematang.
Kegiatan pemeliharaan mesin pembangkit dilakukan secara periodik
yang terdiri dari maintenance perhari, perminggu, perbulan dan pertahun.
1) Maintenance setiap hari
Meliputi pekerjaan log a set of operating, looking for unusual trends,
checks oil levels, visual inspection of package – oil systems, fire & gas
system, gauges and instruments.
2) Maintenance setiap minggu

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-13


Selain maintenance harian, juga dilakukan inspeksi dari outside the units
of oil compressor, bearings, electrical device, inspect and change filters.
3) Maintenance setiap bulan
Selain maintenance mingguan, juga dilakukan air filter examination,
exhaust diffuser examination, inspect fuel package valves and pipework.
4) Maintenance setiap tahun
Selain maintenance bulanan, juga dilakukan pengecekan operasi dari
drain traps, remove turbine acoustic panels and cheks turbine for leaks.
Check condition of intake and exhaust system. Pengecekan operasi dari
3rd and 7th stage blow off valves. Pengecekan hubungan listrik, lubricate
all lubrication points. Pengecekan operasi dari all hand valves, igniters,
vents and breathers. Check operation and settings of level switches
pressure devices. Chek overspeed devices and carry out full static and
dynamic governor setting checks, check timers, carry out full service of
fire protection system.

d. Kegiatan Utilitas
1) Unit produksi air, terdiri dari beberapa tingkat yang pertama tingkat
produksi air service yang proses hanya sampai dengan penjernihan,
tingkat kedua adalah air minum atau disebut juga portable water yang
diperlukan satu proses pembunuh kuman dan penghilang bau setelah
air service, kemudian yang terakhir adalah produksi air bebas mineral
(demineralized water) dimana untuk air ini diperlukan proses pelepasan
oksigen, pelepasan logam terlarut, pelepasan unsur unsur asam dan
basa sehingga akan didapatkan air murni dengan pH 7. Proses ini
dilakukan dengan menggunkan resin anion dan resin kation.
Rata-rata jumlah produksi air bersih mencapai 10 m 3 perjam sedangkan
produksi air demin 741 m3 perjam. Air ini akan diambil dari Sungai
Lematang dan dialirkan ke bak penampung yang selanjutnya ke unit
sedimentasi (contact clarifier). Sebelum memanfaatkan air dari Sungai

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-14


Lematang ini akan dilakukan pengurusan Surat Izin Pengambilan Dan
Pemanfaatan Air (SIPA) dari Pemerintah Kabupaten Muara Enim.
Air baku terlebih dahulu dibubuhi dengan zat kimia ( Aluminium sulfat,
Kalsium hipochlorit, kapur dan Poly electrolite) sebelum memasuki bak
penampung. Jumlah lumpur yang akan dihasilkan tergantung dari
konsentrasi TDS air baku. Lumpur akan mengalir dari bagian bawah dari
unit sedimentasi ke pengering lumpur (sludge drying beds). Lumpur
yang dihasilkan dari unit pengolah awal, setelah dikeringkan ditebarkan
di dalam lokasi PLTU sebagai kompos. Sebelum ditebarkan lumpur
tersebut terlebih dahulu dilakukan pengujian karakteristiknya sehingga
dipastikan tidak termasuk kategori hazardous ataupun lacthatabel
waste.
Air yang dihasilkan di pengering lumpur atau saringan penekan
selanjutnya disatukan dengan air limbah dari kegiatan-kegiatan lainnya
setelah memenuhi ketentuan yang berlaku akan dialirkan kembali ke
Sungai Lematang melalui kanal khusus. Pengelolaan terhadap limbah
cair ini mutlak dilakukan mengingat limbah cair ini memiliki suhu,
minyak dan lemak, fenol, dan COD yang tinggi. Sebagian besar air dari
pengolahan awal dialirkan ke menara pendingin untuk secara otomatis
menjaga tinggi permukaan kolam menara pendingin.
Untuk keperluan air domestik, air dari unit pengolah awal kemudian
dialirkan ke saringan untuk menghilangkan partikel zat padat yang lebih
halus dan zat organis lainnya. Dua alur sistem penyaringan tiga tingkat
dengan masing-masing berkapasitas 100 % kebutuhan disediakan untuk
menyaring air sejumlah 42 m3/jam. Air yang digunakan untuk
membersihkan saringan dialirkan ke sistem pengolah air limbah. Air
yang sudah disaring dialirkan ke tangki penyimpanan air bersih dimana
diinjeksikan Calcium hipochlorite untuk menghilangkan kuman-kuman di
tempat penyimpanan dan sistem distribusinya.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-15


Sebanyak 741 m3 perjam air yang sudah melalui pengolahan awal
dialirkan ke instalasi demineralisasi air dimana dihasilkan air yang
memenuhi kualitas untuk ketel yang dipakai sebagai pasokan tambahan
(make up) untuk sistem air/uap. Disediakan lima jalur pengolahan
masing-masing berkapasitas 100% kebutuhan dan dilengkapi dengan
proses pertukaran kation dan anion dan bejana pembersihan akhir.
Sesudah melewati proses ini air dialirkan ke tangki penyimpanan
sebelum dipasok ke sistem air/uap. Jenis-jenis bahan kimia yang
dipergunakan diperlihatkan dalam Tabel 2.5 sedangkan neraca air yang
digunakan disajikan pada Gambar 2.5 di bawah ini. Jumlah yang
tercantum ini adalah pemakaian total oleh PLTU dimana ± 90% akan
dipakai untuk proses regenerasi instalasi demineralisasi dan 10% nya
untuk keperluan di menara pendingin.

Tabel 2.5. Jenis-Jenis Bahan Kimia dan Kebutuhan Perbulan


Kebutuhan Penggunaan
No. Bahan Kimia
(kg/perbulan)
Cation excange resin
1. HCl 30% 20.000
regeneration
Anion exchange resein
2. NaOH 40% 20.000
regeneration
Dosing adjusment water
3. NH3 H2O 28% 4.100
pH value
4. N2 H4 40% 800 Chemical oxygen removal
5. Na3 PO4 250 To prevent boiler scaling
6. H2 SO4 98% 4.100 Control microbes
7. Fe2 (OH)n (SO4) 3-n/21 10.000 Coagulant
8. (C3 H5)N)n 1.000 Disinfention
Raw water pre treatment
9. NaCl 20.000
(auxiliary coagulant)
Sumber : PT. GH EMM Indonesia, 2010

2) Udara service dipakai untuk keperluan service biasa sedangkan udara


control dipergunakan untuk keperluan control sehingga selain bersih
juga terlepas dari kandungan air, untuk itu udara control sebelum
disalurkan diproses pengeringan terlebih dahulu dengan mendinginkan

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-16


udara tersebut sampai temtepratur sekitar 5 0
C sehingga terjadi
pengembunan untuk air yang terkandung, embun tersebut dipisahkan
dan dilepas ke udara.
3) Unit penyalur beban terdiri dari serandang (casing) lengkap dengan CB
dan DS serta sisem proteksinya, peralatan pengatur dan monitor untuk
arus tegangan serta pengoperasian CB/DS. Sistem proteksi terdiri dari 2
yaitu proteksi internal dan proteksi terhadap external.
4) Sistem pengangkutan batubara
PLTU GH EMM Indonesia akan memanfaatkan batubara dari PT. Musi
Prima Coal. Batubara tersebut diangkut dari lokasi tambang dengan
menggunakan ban berjalan (belt conveyor) atau dump truk menuju
tempat penyimpanan (coal storage) di lokasi PLTU. Sebelum disimpan
batubara tersebut digerus terlebih dahulu dicrusher menjadi berukuran
kurang dari 32 milimeter. Untuk memisahkan logam yang tercampur
atau terbawa pada batubara di conveyor tersebut dipasang Magnetic
Separator. Jumlah pemakaian batubara di kedua unit pembangkit PLTU
diprakirakan mencapai 220 ton perjam atau 1,9 juta ton pertahun.
Adapun spesifikasi batubara yang digunakan disajikan pada Tabel 2.6
berikut ini.
5) Sistem penanganan batubara, pada PLTU batubara diperlukan peralatan
khusus yang cukup besar nilai investasinya yang terdiri dari lokasi
penampung batubara (stock pile), bak resapan air (dengan volume
1.000 m3) dari stok pile yang dilengkapi dengan sistem drainase, sarana
pengangkut batubara (conveyor), peralatan timbang, peralatan
penghalus batubara (mill), peralatan penyampur serbuk batubara
dengan udara pembakaran dan lain lain yang kaitannya dengan
pengaturan serta penyaluran batubara seperti feeder, alat berat dan
lain-lain. Bagan alir proses penangan batubara mulai dari lokasi
tambang sampai ke lokasi PLTU disajikan pada Gambar 2.6. Batubara
adalah bahan bakar jenis padat yang memerlukan waktu proses

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-17


pembakaran cukup lama, sehingga butiran batubara harus dibuat
sekecil mungkin untuk mempersingkat proses pembakaran sehingga
didapat effisiensi yang lebih baik. Proses pembakaran tersebut berjalan
seperti pembakaran obat nyamuk, melingkar dari sisi luar terus kedalam
sampai habis.

Tabel 2.6. Spesifikasi Batubara Yang Akan Digunakan


Item Symbol Unit kategori
Received Moisturizer Mar % 37.79
Udara kekeringan Mad % 23.47
Abu sebagai terterima Aar % 4.67
Zat Terbang Vdaf % 55.15
Karbon sebagai terterima Car % 39.75
Hidrogen sebagai terterima Har % 2.89
Oksigen diterima Oar % 14.32
Nitrogen sebagai diterima Nar % 0.41
Belerang sebagai diterima Sar % 0.17
Receive a low order of heat Qnet,ar % 13962.80
Suhu Transfigurasi debu DT % 1180
Suhu Intenerate debu ST % 1200
Suhu fusi Hemispherical HT % 1210
Dust melt down temperature FT % 1270
Hard Grove Grindability HGI % 110
Silicon Dioxida SiO2 % 28.66
Aluminum Trioxida Al2O3 % 24.23
Titanium Dioxida TiO2 % 1.97
Oksida besi Fe2O3 % 19.68
Calcium Oxida CaO % 11.67
Magnesium Oxida MgO % 4.38
Kalium Oksida K2O % 1.74
Sodium Oxide Na2O % 0.66
Sulphur Trioxide SO3 % 7.34
Mangan Dioxida MnO2 % 0.023
Sumber : PT. GH EMM Indonesia, 2010

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-18


Bagan alir proses penangan batubara mulai dari lokasi tambang
sampai ke lokasi PLTU disajikan pada Gambar 2.6.

6) Penanganan abu sisa pembakaran, abu sisa pembakaran terdiri dari 2


jenis yaitu abu kasar (abu berat/ bottom ash) dan abu halus (abu
terbang/fly ash). Abu kasar ditampung diruang bawah boiler untuk
kemudian dikeluarkan dan dikelola lebih lanjut. Sedangkan untuk abu
halus atau abu terbang ditangkap melalui gas buang dengan
menggunakan alat yang disebut Electrostatic Presipitator yang bekerja
berdasarkan arus listrik yang karena magnetiknya dapat mengikat abu
terbang yang terkandung pada gas buang. Secara rutin peralatan ini
dibersihkan dengan cara steam blower.
Dari hasil tangkapan kemudian abu disalurkan dan ditampung dalam
silo. Jumlah abu ini berkisar antara angka 5 % dari jumlah batubara
yang dibakar atau sekitar sekitar 74.800 ton pertahun. Jumlah ini cukup
besar dan cukup rumit untuk menanganinya karena peraturan di bidang
lingkungan hidup yang menyatakan bahwa abu ini termasuk benda
berbahaya dan beracun (B3) karena mengandung senyawa silika,
aluminium, besi, titan, mangan, kalsium, mangnesium, natrium, kalium,
fosfor dan sulfur sehingga penanganannya harus hati hati dan mengacu
ke peraturan tersebut.
Dalam pengelolaan abu ini harus dijaga dalam kondisi lembab atau
basah agar tidak berterbangan yang akan mengganggu lingkungan. Abu

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-19


ini sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran semen
untuk bangunan namun pemanfaatannya harus mengacu ke Peraturan
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3.
Direncanakan abu ini disamping dikerjasamakan dengan pabrik semen
juga sebagian akan dilandfill di lubang bekas galian tambang PT. Musi
Prima Coal dengan pelaksanaan mengikuti arahan sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
7) Bahan Bakar HSD
Bahan bakar (High Speed Diesel) akan digunakan untuk start up PLTU
dan alat berat. Bahan bakar ini diperoleh dari PT. Pertamina UPMS II.
Karakteristik bahan bakar HSD yang digunakan disajikan pada Tabel
2.7. Jumlah pemakaian HSD diprakirakan mencapai 5.246 liter per jam
selama fase start up berlangsung.

Tabel 2.7. Spesifikasi HSD Yang Akan Digunakan


No Komponen Satuan Nilai

1 Spesifik Gravity pada 60/60 0F - 0,8509


2 Viskositas Kinematika Cst 3,496
3 Temperatur 0
F 55
4 Kandungan Sulfur % WT 0,05
5 CCR (Conradson Carbon Residu) % WT 0,02
6 Kandungan Air % VOL kurang dari 0,05
7 Sedimen % WT kurang dari 0,01
8 Kandungan Abu % WT 0,0001
9 TAN (Total Acid Number) MG/KOH/GR 0,19
10 Titik Nyala 0
F 154
11 Nilai Panas Kotor BTU/LB 19,323
Sumber : PT. GH EMM Indonesia, 2010

8) Sistem Pelumasan
Peralatan PLTU GH EMM Indonesia akan dilengkapi dengan Lubricating
Oil Reservoir untuk mempertahankan jumlah minyak untuk pelumasan.
Pompa pembantu primer mensuplai minyak lumas untuk start, dan
pompa pelumas utama mensuplai minyak selama operasi berlangsung.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-20


Pompa pelumas pembantu sekunder mensuplai minyak pelumas pada
saat proses berhenti dan mendinginkan operasi cycle-turning gear bila
keadaan darurat. Minyak pelumas yang digunakan adalah DTE Light Oil
dengan jumlah seluruh pelumas yang dibutuhkan sebanyak 600 liter
yang akan diganti bila diperlukan berdasarkan pengujian laboratorium.
Secara berkala akan ada penambahan pelumas akibat volumenya
berkurang selama operasi. Jumlah penambahan tergantung kebutuhan.

9) Penyimpanan B3 Dan Limbah B3


Minyak pelumas bekas hasil penggantian bersama-sama dengan sisa
bahan kimia yang termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang
digunakan serta material lain yang termasuk limbah B3 (seperti filter oli,
lampu neon, majun) selanjutnya disimpan di Tempat Penampungan
Sementara (TPS Limbah B3). Kegiatan Penyimpanan limbah B3 ini akan
mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dan harus mendapatkan izin
dari pihak pihak Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Setiap periode tertentu (maksimal 90 hari) limbah B3 yang terkumpul
dikirim ke pihak pengumpul atau pengolah yang telah memiliki izin dari
pihak Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Muara Enim.
Pengelolaan B3 dilakukan dengan menerapkan prosedur untuk
pengawasan masuknya ke areal PLTU, penyimpanan, penggunaan
hingga pengelolaan limbahnya. Pengawasan B3 dimulai dari masuknya
ke areal PLTU melalui prosedur pengisian formulir penilaian produk kima
(Chemical Product Review Form), dimana setiap bahan yang masuk
harus memiliki Material Safety Data Sheet (MSDS). Pengelolaan B3 juga
diikuti dengan pengawasan terhadap limbahnya yang dilakukan setiap
minggu oleh karyawan khusus dari Departemen Lingkungan melalui
pengisian formulir pengawasan untuk memastikan bahwa limbah B3
tersebut ditangani dengan cara yang tepat sesuai prosedur operasional
standar serta ditempat di gudang limbah B3 yang telah memiliki izin dari

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-21


pihak Kementerian Lingkungan Hidup. Rencana Tanggap Darurat
(Emergency Response Plan) diterapkan untuk setiap tumpahan bahan
dan limbah B3 maupun bahan bakar harus segera dilaporkan paling
lambat dalam waktu 1 x 24 jam.

10) Limbah Padat Dan Limbah Domestik


Untuk limbah hunian (MCK) akan ditampung di septic tank yang dibuat
sesuai SNI 03-2398-2002. Untuk limbah padat dari aktivitas tenaga
kerja dan bekas pembungkus/ packing material yang mudah terurai
(pembungkus makanan dan minuman, sak packing kayu/karton)
ditampung di tempat pembuangan sampah yang ditentukan untuk
selanjutnya diangkut ke TPA Muara Enim melalui kerjasama dengan
UPTD Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Muara Enim. Untuk
limbah yang tidak mudah terurai (drum plastik dan plastik) dikumpulkan
pada tempat tertentu di lokasi kegiatan untuk dikelola berdasarkan SNI
19-3242-1994. Pengelolaan limbah domestik akan mengacu ke Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
11) Tanggap Darurat
Keadaan darurat dibidang K3 seperti kebakaran atau peledakan, pada
dasarnya telah disiapkan tim penanggulangan bahaya kebakaran dan
peledakan. Dalam hal untuk penanggulangan kebakaran, seluruh
bangunan gedung dan utilitas PLTU akan dilengkapi hydrant system,
springkler system (pemercik) dan alarm system. Setiap ruangan
dipasang hydrant minimal dua titik dan hydrant lapangan setiap 50
meter/titik. Selain itu untuk mengantisipasi agar jangan memakan
korban, pada bangunan tinggi juga dibangun tangga darurat di dalam
dan luar gedung dengan bukaan ke luar. Tangga darurat diletakkan
pada lokasi-lokasi yang mudah terjangkau dan terdapat pada setiap
radius 40 m.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-22


Apabila terjadi kebakaran, maka prosedur kerja akan mengikuti tahap
sebagi berikut sebagai berikut :
a) Dalam tarap permulaan terjadinya kebakaran dan gejala kebakaran
dinilai langsung oleh aparat/anggota tim secara langsung dari unit
kerja yang bersangkutan, jika dapat diatasi/diselesaikan oleh unit
kerja yang bersangkutan, selanjutnya dilaporkan kebagian
keselamatan kerja.
b) Jika terjadi kebakaran/peledakan dinilai tidak mampu diatasi oleh
unit kerja yang bersangkutan, maka segera dilaporkan kepada tim
terpadu dengan tenaga inti yaitu Regu Satpam untuk selanjutnya
menanggulangi kebakaran/peledakan yang terjadi ditempat lokasi
unit kerja tersebut.
c) Jika tidak dapat diatasi, maka tim dengan prioritas pertama meminta
bantuan kepada unit pemadam kebakaran (PBK) Pemerintah Daerah
Kabupaten Muara Enim atau perusahaan-perusahaan terdekat untuk
membantu menanggulangi kebakaran yang terjadi dan selanjutnya
membuat laporan lengkap secara tertulis untuk dilaporkan secara
intern kepada pimpinan perusahaan.

Melihat lokasinya maka masyarakat umum dapat diperkirakan tidak


akan mengalami gangguan yang berarti dan juga terhadap masyarakat
umum tetap dijaga agar lalulintas terutama untuk tim PBK dan
pemerintah daerah tidak mengganggu kepentingan masyarakat.
Disamping itu pihak PLTU juga akan melakukan beberapa kegiatan di
bidang K3 ini antara lain :
a) Menyusun rencana kebijaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
serta mengarahkan dalam pelaksanaan program panitia pembina
keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3).
b) Melaksanakan anggaran belanja keselamatan dan kesehatan kerja
yang memenuhi standar keselamatan dari : NEPA-JIS-SII dan lain-
lain.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-23


c) Membina dan menunjuk tim K3 disetiap bidang pengawasan K3
sebagai badan operasional yang dapat mengawasi lingkungan,
norma kerja, standar keselamatan teknik, pencegahan bahaya
kebakaran, pencegahan kecelakaan serta derajat kesehatan kerja
karyawan.
d) Memberikan bimbingan dan pengarahan tentang peraturan
ketenagakerjaan dan kesehatan serta keselamatan kerja serta
menetapkan jalur area evakuasi.
e) Membina, mengarahkan serta mendorong terlaksananya program
P2K3 dengan sistem pengawasan K3 dimasing-masing site.
f) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan P2K3 dan tanggung jawab
moral terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

12) Keselamatan, Kesehatan Kerja


Penciptaan lingkungan kerja yang baik akan sangat berpengaruh
terhadap motivasi dan pencapaian prestasi dari karyawan. Beberapa
masalah yang sering ditemukan berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja
bagi karyawan antara lain adalah :
a) Terjadinya polusi debu yang menimbulkan gangguan
pernapasan.
b) Timbulnya suara keras yang melewati ambang batas.
c) Terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka bahkan
cacat.
d) Terjadinya polusi air yang menimbulkan gangguan pada kulit
(gatal-gatal).

Gangguan-gangguan tersebut dapat terjadi, karena seringkali adanya


kelalaian dalam memperhatikan beberapa standar polusi atau standar
kerja yang ditetapkan. Dalam praktek di lapangan apabila diketahui
adanya elemen-elemen dari materi yang melebihi nilai baku standar

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-24


yang ditetapkan, maka ada indikasi bahwa lingkungan kerja karyawan
telah mengalami pencemaran. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama,
maka pencemaran yang terjadi akan semakin berat. Tentu saja hal ini
sangat berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
Misalnya suara yang melewati batas dB yang ditentukan akan merusak
pendengaran karyawan. Demikian juga bila kandungan emisi debu
melebihi batas yang ditetapkan, dapat mengakibatkan gangguan
pernapasan. Dengan demikian maka perusahaan dituntut untuk
memberikan perhatian khusus pada aspek lingkungan diatas, agar
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat lebih terjamin.
Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan adalah hal penting bagi
perusahaan, karena sangat berkaitan dengan peningkatan produksi dan
produktifitas perusahaan, filosofinya adalah :
a) Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-
kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat
dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya, sehingga pembiayaan yang
tidak perlu dapat dihindari.
b) Tingkat keselamatan kerja yang tinggi akan sejalan dengan
pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang
produktif dan efisien, serta bertalian erat dengan tingkat produksi
dan produktifitas yang tinggi.
c) Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi akan
menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan serta
kegairahan kerja karyawan.
d) Praktek keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari keterampilan,
keduanya akan berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial
bagi kelangsungan proses produksi.
e) Keselamatan kerja yang dilakukan sebaik-baiknya dengan partisipasi
perusahaan dan karyawan akan membawa iklim kenyamanan dan
ketenangan kerja, sehingga sangat membantu keharmonisan

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-25


hubungan antara perusahaan dan karyawan yang merupakan
landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.

Untuk melakukan penanganan K-3 didalam perusahaan, perlu dibentuk


suatu Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Komite K-3), yang
didalamnya duduk wakil-wakil dari setiap unit kerja yang ada di
perusahaan. Adapun tugas pokok dari Komite Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ini antara lain adalah :
a) Menjamin bahwa peraturan keselamatan dan kesehatan kerja harus
selalu dipatuhi oleh seluruh karyawan.
b) Melakukan pengkajian secara menyeluruh setiap kejadian kecelakaan
kerja dan membuat saran-saran perbaikan.
c) Membina kesadaran kerja yang aman dan selamat dikalangan
karyawan.
d) Menjadi panutan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja bagi
para karyawan.

Untuk dapat melakukan penanganan K-3, maka unit kerja yang ada
diperusahaan harus dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan
keselamatan dan kesehatan kerja serta manual keselamatan dan
kesehatan kerja. Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan & Kesehatan
Kerja terdiri dari peralatan pemadam kebakaran, perlengkapan P3K,
serta perlengkapan pakaian kerja seperti helm, sepatu pengaman, baju
kerja standar, baju pelampung dan lain sebagainya. Termasuk juga
perlengkapan tambahan berupa rambu-rambu peringatan yang harus
dipasang pada lokasi-lokasi yang perlu diwaspadai, seperti
persimpangan jalan, tikungan jalan, kondisi jalan naik dan jalan turun,
areal operasi alat-alat berat, dan lain sebagainya, untuk mengingatkan
agar setiap karyawan senantiasa berhati-hati pada saat melaksanakan
pekerjaan terutama pada lokasi-lokasi tersebut. Selain rambu
peringatan diatas, juga dapat digunakan sapaan atau himbauan atau

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-26


ajakan kapada karyawan untuk senantiasa menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja. Sapaan, himbauan atau ajakan itu
berupa tulisan dengan tema K-3 diatas poster atau spanduk, yang
dipasang pada lokasi-lokasi strategis. Manual keselamatan dan
kesehatan kerja adalah buku pedoman tentang standar penanganan
keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan. Buku pedoman ini
dibuat untuk 2 kepentingan, yaitu buku pedoman K-3 untuk level
manajemen dan buku pedoman K-3 untuk karyawan.

Bab 2. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan II-27

Anda mungkin juga menyukai