Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH PSIKOSISIAL (ANSIETAS/KECEMASAN)

OLEH :

NAMA : RAINELDY L. V. LAMAWITAK

NIM : PO. 530320118387

KELAS : TK III REG A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI D-III KEPERAWATAN

2020
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Kecemasan/ ansietas
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering
terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi
sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi
sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena
dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar
tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,
ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang
tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu,
tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara luas. Respon
masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang
memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan
masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya
dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat, dan
panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup
masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot,
napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah
dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa
takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual
di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.

2. Etiologi kecemasan
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ
biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter
yang disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor
psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal
yang menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1) Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
2) Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

3. Tanda Dan Gejala Kecemasan


1) Respons fisik :
a. Kardiovaskular :
Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat
b. Pernafasan :
Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal,
Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
c. Neuromuskular :
Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang, Kelemahan
Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
d. Gastrointestinal :
Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pd Abdomen
e. Traktur Urinarius :
Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
f. Kulit :
Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
2) Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus
pada apa yang menjadi perhatiannya
3) Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4) Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin

4. Rentang Respon Kecemasan

ADAPTIF MALADAPTIF

ANTISIPASI RINGAN SEDANG BERAT PANIK


Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

1. Tingkat kecemasan sebagai berikut:


a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya.Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan
pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu
area lain.
d. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian.Dengan panik, terjadi peningkatan
aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional.Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang
sangat, bahkan kematian.Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat
mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah
diberi pengarahan.

2. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara  :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2) Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3) Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4) Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5) Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

3. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping Pada pasien yang mengalami ansietas sedang dan berat
mekanisme koping yang digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme koping
yaitu:
a) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan realistik yang
bertujuan untuk menurunkan situasi stres, misalnya
1) Perilaku menyerang (agresif). Digunakan individu untuk
mengatasi rintangan agar terpenuhinya kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri. Dipergunakan untuk menghilangkan
sumber ancaman baik secara fisik maupun secara
psikologis.
3) Perilaku kompromi. Dipergunakan untuk mengubah tujuan-
tujuan yang akan dilakukan atau mengorbankan kebutuhan
personal untuk mencapai tujuan.
b) Mekanisme pertahanan ego.
Bertujuan untuk membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Mekanisme ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan penipuan
diri, distorsi realitas dan bersifat maladaptif. Mekanisme pertahanan
Ego yang digunakan adalah:
1) Kompensasi.Adalah proses dimana seseorang memperbaiki
penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial). Menyatakan ketidaksetujuan terhadap
realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme
pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).Pengalihan emosi yag semula
ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral
atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi.Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari
kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).Proses dimana seseorang mencoba
menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan
pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
6) Intelektualisasi (Intelektualization).Penggunaan logika dan
alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).Mengikuti norma-norma dari luar
sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar
(pembentukan superego)
8) Fiksasi.Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga
perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan
motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah
lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga
tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.Bertingkah laku yang berlebihan yang
langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan
yang sebenarnya.
12) Regressi. Kembali ketingkat perkembangan terdahulu
(tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat
menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran,
impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan,
merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out. Langsung mencetuskan perasaan bila
keinginannya terhalang.
15) Sublimasi. Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia
artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang
disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan
dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada
represif berikutnya.
17) Undoing.Tindakan/perilaku atau komunikasi yang
menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi
sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif

4. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KECEMASAN /


ANXIETAS
Agar Anda mampu mendiagnosa pasien dengan ansietas. Maka harus melakukan
pengkajian. Berikut adalah data yang harus dikaji pada pasien ansietas.
a. Perilaku.
Ditandai dengan produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak
mata minimal, gelisah, pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling,
pergerakan lengan/ tangan), insomnia dan perasaan gelisah.
b. Afektif
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian,
kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, khawatir, prihatin dan mencemaskan
c. Fisiologis
Respon fisiologis pada pasien kecemasan tampak dengan adanya suara
bergetar, gemetar/ tremor tangan atau bergoyang-goyang. Refleks-refleks
meningkat eksitasi kardiovaskuler seperti peluh meningkat, wajah tegang,
mual, jantung berdebar-debar, mulut kering, kelemahan, sukar bernafas
vasokonstriksi ekstremitas, kedutanmeningkat, nadi meningkat dan dilatasi
pupil. Sedangkan perilaku pasien akibat respon fisiologis pada sistem
parasimpatis yaitu sering berkemih, nyeri abdomen dan gangguan tidur.
perasaan geli pada ekstremitas, diarhea, keragu-raguan,kelelahan,
bradicardia,tekanan darah menurun, mual, keseringan berkemih pingsan dan
tekanan darah meningkat.
d. Kognitif
Respon kognitif pada pasien ansietas yaitu hambatan berfikir, bingung,
pelupa, konsentrasi menurun, lapang persepsi menurun, Takut terhadap
sesuatu yang tidak khas, cenderung menyalahkan orang lain., sukar
berkonsentrasi, Kemampuan berkurang untuk memecahkan masalah dan
belajar.
1) Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala
atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
a. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
1) Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
b. Kaji stressor presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian:
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
 Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)
 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
 Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancanm harga diri.
 Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.
c. Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis dan
psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme
koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
1) Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
2) Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun
personal.
3) Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses
pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya
lapangan persepsi, bingung.
4) Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
d. Kaji penilaian terhadap stressor
e. Kaji sumber dan mekanisme koping
f. Rentang perhatian menurun
g. Gelisah, iritabilitas
h. Kontrol impuls buruk
i. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
j. Deficit lapangan persepsi
k. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

5. Daftar Masalah
1. Harga diri rendah
2. Ganguan suasana perasaan: ansietas
3. Koping Individu Tak Efektif
4. Kurang Pengetahuan
5. Perubahan fisik/Operasi/Stressor Fisik
Pohon Masalah

Harga Diri Rendah (Efek)


Gangguan suasana perasaan: Cemas (Core problem)

Koping Individu Tak Efektif (Cause)

Kurang Pengetahuan Perubahan fisik/Operasi/Stressor Fisik

6. Intervensi perawatan
Diagnosa Perencanaan Intervensi

Keperawatan Tujuan (Umum dan


Khusus)

Gangguan suasana TUM :  Jadilah pendengar yang hangat dan


perasaan: Cemas responsif
Cemas berkurang atau
hilang  Beri waktu yang cukup pada klien

TUK 1 untuk berespon


 Beri dukungan pada klien untuk
Klien dapat menjalin dan
membina hubungan saling mengekspresikan perasaannya
percaya  Identifikasi pola prilaku klien atau
pendekatan yang dapat
menimbulkan perasaan negatif
 Bersama klien mengenali perilaku
dan respon sehingga cepat belajar
dan berkembang
TUK 2  Bantu klien untuk mengidentifikasi

Klien dapat mengenal dan menguraikan kecemasannya


ansietasnya  Hubungkan perilaku dan
perasaannya
 Validasi kesimpulan dan asumsi
terhadap klien
 Gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan
dengan konflik
 Gunakan konsultasi untuk
membentu pasien menungkapkan
perasaannya
TUK 3  Bantu klien mernjelaskan situasi

Klien dapat memperluas dan interaksi yang dapat segera


kesadarannya terhadap menimbulkan ansietas
perkembangan ansietas
 Bersama klien meninjau kembali
penilaian klien terhadap stressor
yang dirasakan mengancam dan
menimbulkan konflik
 Kaitkan pengalaman yang baru
terjadi dengan pengalaman masa
lalu yang relevan
TUK 4  Gali cara klien mengurangi ansietas

Klien dapat menggunakan di masa lalu


mekanisme koping yang  Tunjukkan akibat mal adaptif dan
adaptif
destruktif dari respons koping yang
digunakan
 Dorong klien untuk menggunakan
respons koping adaptif yang
dimilikinya
 Bantu klien untuk menyusun
kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan koping yang baru
 Latih klien dengan menggunakan
ansietas sedang
 Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya
 Libatkan pihak yang berkepentingan
sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu klien
menggunakan koping adaptif yang
baru
TUK 5  Ajarkan klien teknik relaksasi untuk

Klien dapat menggunakan meningkatkan kontrol dan rasa


teknik relaksasi percaya diri
 Dorong klien untuk menggunakan
relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas

7. Evaluasi

a. Pasien dapat mengenal ansietas


b. Pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi:tarik nafas dalam dan distraksi
lima jari
c. Pasien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi
ansietas.
d. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun

8. Pendokumentasian
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang
meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi
tindakan keperawatan, dan evaluasi.
Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas.

Format Analisa data dan Masalah

IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl ..........bulan..... tahun.....pkl....... S :Pasien
Data:  Pasien melatih tarik napas dalam 3 kali
Data pasien dan kemampuan sehari
 Pasien mengatakan tidak bisa tidur dan  Membiasakan berdoa dan cara spiritual
sering terbangun pada malam hari serta lain
sering mimpi buruk  Mengajak anggota keluarga yang lain
 Pasien mengatakan sering untuk bercakap-cakap bila pasien
berdebardebar, sesak napas tangan dan sendirian
kaki dingin bila memikirkan S : keluarga
masalahnya  Keluarga mengatakan anaknya sudah
 Kemampuan pasien tneang dan dapat melakukan kegiatan
 Pasien mengatakan bila berdebar2 tarik sesuai jadwal
napas panjang dan berdoa  Keluarga mengatakan senang dapat
 Bila sulit tidur pasien mengatakan membimbing dan merawat anaknya
membayangkan hal-hal yang indah dan  Keluarga mengatakan akan terus
mambaca buku memotivasi anaknya untuk melakukan
 Pasien mampu mendemonstrasikan cara sesuai jadwal
tarik napas dalam dengan benar Data O: Pasien
keluarga dan kemampuan  Pasien koopertif, tampak tenang,
 Keluarga mengatakan sudah ansietas berkurang.
mengetahui menurunkan atau O: keluarga
menghilangkan ansietas  Keluarga tampak melatih dan
 Keluarga telah mengetahui cara membimbing pasien dalam
merawat pasien dengan ansietas menurunkan tingkat ansietas
 Kelurga memantau pasien minum obat  Keluarga kooperatif
DK: A:
ansietas Berdoa, tarik napas dalam dan bercakap-cakap
Intervensi: mampu menurunkan ansietas.
Tindakan ke pasien P:
1. Evaluasi kegiatan pasien dalam P untuk pasien
menurunkan ansietas dengan tarik Pasien berlatih menurunkan tingkat ansietas
napas dalam dan berdoa. dengan tarik napas, secara spiritual dan
2. Beri pujian afirmasi (3 kali per hari)
3. Latih satu cara untuk yaitu P . Keluarga
bercakapcakap dengan orang lain Memotivasi dan membimbing sesuai dengan
seperti keluarga jadwal dan minum obat.
4. Memasukkan pada jadwali
kegiatan untuk latihan bercakap-
cakap dengan orang lain/keluarga
5. Mengevaluasi tanda dan gejala
ansietas
Tindakan ke keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membantu menurunkan tingkat
ansietas pasien
2. Beri pujian.
3. Bimbing dan motivasi keluarga
untuk mengajak anggota keluarga
yang lain bercakap-cakap dengan
pasien jika melihat klein
termenung.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwali dan memberikan pujian
RTL:
Pasien
Melakukan latihan menurunkan tingkat
ansietas eluarga
Memotivasi dan membimbing pasien untuk
menurunkan ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai    Penerbit FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Penerbit Aesculapius.

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen. Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit MocoMedia

Nurhalima, Ns. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3, Jakarta : EGC.

Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai