OLEH :
2020
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Kecemasan/ ansietas
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering
terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi
sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi
sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena
dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar
tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,
ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang
tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu,
tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara luas. Respon
masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang
memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan
masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya
dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat, dan
panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup
masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot,
napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah
dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa
takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual
di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
2. Etiologi kecemasan
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ
biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter
yang disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor
psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal
yang menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1) Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
2) Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
ADAPTIF MALADAPTIF
2. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2) Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3) Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4) Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5) Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
3. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping Pada pasien yang mengalami ansietas sedang dan berat
mekanisme koping yang digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme koping
yaitu:
a) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan realistik yang
bertujuan untuk menurunkan situasi stres, misalnya
1) Perilaku menyerang (agresif). Digunakan individu untuk
mengatasi rintangan agar terpenuhinya kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri. Dipergunakan untuk menghilangkan
sumber ancaman baik secara fisik maupun secara
psikologis.
3) Perilaku kompromi. Dipergunakan untuk mengubah tujuan-
tujuan yang akan dilakukan atau mengorbankan kebutuhan
personal untuk mencapai tujuan.
b) Mekanisme pertahanan ego.
Bertujuan untuk membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Mekanisme ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan penipuan
diri, distorsi realitas dan bersifat maladaptif. Mekanisme pertahanan
Ego yang digunakan adalah:
1) Kompensasi.Adalah proses dimana seseorang memperbaiki
penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial). Menyatakan ketidaksetujuan terhadap
realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme
pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).Pengalihan emosi yag semula
ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral
atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi.Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari
kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).Proses dimana seseorang mencoba
menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan
pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
6) Intelektualisasi (Intelektualization).Penggunaan logika dan
alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).Mengikuti norma-norma dari luar
sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar
(pembentukan superego)
8) Fiksasi.Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga
perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan
motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah
lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga
tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.Bertingkah laku yang berlebihan yang
langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan
yang sebenarnya.
12) Regressi. Kembali ketingkat perkembangan terdahulu
(tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat
menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran,
impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan,
merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out. Langsung mencetuskan perasaan bila
keinginannya terhalang.
15) Sublimasi. Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia
artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang
disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan
dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada
represif berikutnya.
17) Undoing.Tindakan/perilaku atau komunikasi yang
menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi
sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif
5. Daftar Masalah
1. Harga diri rendah
2. Ganguan suasana perasaan: ansietas
3. Koping Individu Tak Efektif
4. Kurang Pengetahuan
5. Perubahan fisik/Operasi/Stressor Fisik
Pohon Masalah
6. Intervensi perawatan
Diagnosa Perencanaan Intervensi
7. Evaluasi
8. Pendokumentasian
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang
meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi
tindakan keperawatan, dan evaluasi.
Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas.
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl ..........bulan..... tahun.....pkl....... S :Pasien
Data: Pasien melatih tarik napas dalam 3 kali
Data pasien dan kemampuan sehari
Pasien mengatakan tidak bisa tidur dan Membiasakan berdoa dan cara spiritual
sering terbangun pada malam hari serta lain
sering mimpi buruk Mengajak anggota keluarga yang lain
Pasien mengatakan sering untuk bercakap-cakap bila pasien
berdebardebar, sesak napas tangan dan sendirian
kaki dingin bila memikirkan S : keluarga
masalahnya Keluarga mengatakan anaknya sudah
Kemampuan pasien tneang dan dapat melakukan kegiatan
Pasien mengatakan bila berdebar2 tarik sesuai jadwal
napas panjang dan berdoa Keluarga mengatakan senang dapat
Bila sulit tidur pasien mengatakan membimbing dan merawat anaknya
membayangkan hal-hal yang indah dan Keluarga mengatakan akan terus
mambaca buku memotivasi anaknya untuk melakukan
Pasien mampu mendemonstrasikan cara sesuai jadwal
tarik napas dalam dengan benar Data O: Pasien
keluarga dan kemampuan Pasien koopertif, tampak tenang,
Keluarga mengatakan sudah ansietas berkurang.
mengetahui menurunkan atau O: keluarga
menghilangkan ansietas Keluarga tampak melatih dan
Keluarga telah mengetahui cara membimbing pasien dalam
merawat pasien dengan ansietas menurunkan tingkat ansietas
Kelurga memantau pasien minum obat Keluarga kooperatif
DK: A:
ansietas Berdoa, tarik napas dalam dan bercakap-cakap
Intervensi: mampu menurunkan ansietas.
Tindakan ke pasien P:
1. Evaluasi kegiatan pasien dalam P untuk pasien
menurunkan ansietas dengan tarik Pasien berlatih menurunkan tingkat ansietas
napas dalam dan berdoa. dengan tarik napas, secara spiritual dan
2. Beri pujian afirmasi (3 kali per hari)
3. Latih satu cara untuk yaitu P . Keluarga
bercakapcakap dengan orang lain Memotivasi dan membimbing sesuai dengan
seperti keluarga jadwal dan minum obat.
4. Memasukkan pada jadwali
kegiatan untuk latihan bercakap-
cakap dengan orang lain/keluarga
5. Mengevaluasi tanda dan gejala
ansietas
Tindakan ke keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membantu menurunkan tingkat
ansietas pasien
2. Beri pujian.
3. Bimbing dan motivasi keluarga
untuk mengajak anggota keluarga
yang lain bercakap-cakap dengan
pasien jika melihat klein
termenung.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwali dan memberikan pujian
RTL:
Pasien
Melakukan latihan menurunkan tingkat
ansietas eluarga
Memotivasi dan membimbing pasien untuk
menurunkan ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Penerbit Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen. Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit MocoMedia
Nurhalima, Ns. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3, Jakarta : EGC.