Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Di era pembangunan yang pesat ini peranan tanah bagi pemenuhan

berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun

sebagai tempat kegiatan usaha. Sehubungan dengan hal itu akan mengangkat

pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum dibidang

pertanahan. Pemberian jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan pertama-

tama memerlukan tersedianya perangkat aturan yang tertulis, lengkap dan jelas,

yang dilaksanakan dengan konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-

ketentuannya. Selain itu dalam menghadapi permasalahan yang kongkrit,

diperlukannya juga terselanggara pendaftaran tanah, yang memungkinkan bagi

para pemegang hak-hak atas tanah untuk dengan mudah membuktikan hak atas

tanah yang dikuasainya, dan bagi para pihak yang berkepentingan, seperti calon

pembeli dan calon kreditor, untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan

mengenai tanah yang menjadi objek pembuatan hukum yang akan dilakukan,

serta bagi pemerintah untuk melaksanakan kebijakan dibidang peratanahan.

Sehubungan dengan ini pada undang-undang pokok agrarian, memerintahkan

diselenggarakanya pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum

sebagaimana yang dimaksud diatas. Dalam kenyataan yang kita lihat sekarang ini,

pendaftaran tanah belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, hal-hal yang

1
menjadi kendala dalam pelaksanakan pendaftaran tanah, disamping kekurangan

anggaran, alat dan tenaga, adalah keadaan objektif tanah-tanahnya sendiri. Selain

jumlahnya besar dalam wilayah yang luas, sebagian penguasannya tidak didukung

oleh alat pembuktian yang mudah diperoleh dan dapat dipercaya kebenarannya.

Selain itu ketentuan hukum untuk dasar terlaksananya pendaftaran dalam waktu

yang singkat dengan hasil yang lebih memuaskan. Sehubungan dengan itu maka

dalam rangka meningkatkan dukungan yang lebih baik dalam pembanguan

nasional dengan memberikan kepastian hukum dibidang pertanahan, tetap

dipertahankan tujuan diselanggarakannya pendaftaran tanah sesuai hakikatnya

yang telah ditetapkan bahwa pendaftaran tanah merupakan tugas pemerintah,

yang diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum dibidang

pertahanan. Tujuan dari pelaksanaan pendaftaran tersebut dapat diperinci :

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah dan hak-hak lain

yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan,

termasuk pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan-satuan rumah yang sudah terdaftar.

2
c. Untuk terselenggaranya tertib admninistrasi pertanahan terselenggaranya

pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib

administrasi dibidang pertanahan. Untuk mencapai tertib administrasi

tersebut setiap bidang tanah. Satuan-satuan rumah, termasuk peralihan,

pembebanan dan penghapusan wajib di daftar.

Dari penjelasan diatas dapat kita gambarkan akan pentingnya tertib

penyelenggaraan pendaftaran tanah agar didapatnya kepastian hukum bagi

pemegang kekuasaannya. Berlatar dari pentingnya terselenggaranya pendaftaran

tanah tersebutnya penulis menitikberatkan pembuatan karya tulis yang

terkonsentrasi pada judul “ PENDAFTARAN TANAH DAN POKOK-POKOK

PENYELENGGARAANNYA“.

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari gambaran yang terangkum dalam latar belakang diatas

menggambarkan begitu mendasarnya suatu kepastian hukum dari satu kekuasaan

atas tanah beserta hal-hal yang berkaitan dengan pemanfaatannya, hal yang

mendasar inilah yang menimbulkan suatu pertanyaan bagi masyarakat awam

tentang:

a. Bagaimana Penyelenggaraan dan pelaksanaaan pendaftaran tanah sesuai

aturan yang berlaku

b. Bagaimana Mekanisme pendaftaran tanah untuk pertama kalinya

c. Apa yang dimaksud Dengan Sertifikat

3
3. METODE PENULISAN

Pada penulisan karya tulis ini penulis mengaku pada metode penelusuran

aturan-aturan yang normatik dalam bentuk kajian yang dilakukan dengan cara

mengolah data untuk kemudian di konstruksikan secara kualitatif, sebagai acuan

penulis dalam membuat karya tulis ini terangkum dalam daftar pustaka.

4. SISTEMATIKA PENULISAN

Karena Hukum tanah nasional didasarkan pada hukum adat, dalam

penyusunan hak-hak atas tanah dipergunakan juga sistematika hukum adat yang

diatur dalam pengelompokan-pengelompokan yaitu hak tanah primer dan hak atas

tanah sekunder.

Hak-hak tanah primer adalah hak-hak tanah yang diberikan oleh negara dan

hak-hak tanah sekunder adalah yang bersumber pada pihak lain.

Sudut pandang mengenai peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang

sudah berubah situasi dan kebutuhannya diadakan dan disediakan suatu lembaga

baru, yang selama tidak dikenal dalam Hukum adat, yaitu lembaga pendaftaran

tanah. Hak-hak atas tanah dibuktikan dalam buku dan diterbitkan sertifikan

sebagai tanda bukti pemilikan tanahnya. Pemindahan hak, seperti jual beli tukar

menukar dan hibah, yang telah selesai dilakukan, di ikuti dengan pendaftarannya

dikantor pertanahan. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan alat bukti yang lebih

kuat daya pembuktiannya dari pada akta PPAT, yang membuktikan telah

4
terjadinya pemindahan hak yang dilakukan. Lembaga pendaftaran ini tidak dikenal

dalam hukum adat karena semula memang tidak diperlukan dalam lingkungan

perdesaan yang lingkup teritorialnya maupun personalnya terbatas. Dalam

lingkungan perdesaan demikian itu para warganya saling mengenal dan

mengetahui siapa mempunyai tanah yang mana dan siapa melakukan perbuatan-

perbuatan hukum mengenai tanah miliknya yang kenyataannya memang tidak

sering terjadi. Kemudian, perubahan itu misalnya terjadi sebagai akibat beralihnya

dibebaninya atau berubahnya nama pemegang hak yang telah didaftar hapusnya

atau diperpanjangnya jangka waktu yang telah berakhir. Pemecahan, pemisahan

dan penggabungan bidang tanah yang haknya sudah didaftar. Agar data yang ada

sesuai dengan yang sudah mutahir. Hal ini sesuai dengan azaz mutahir

pendaftaran dimana menurut ketentuan dalam azaz ini menuntut dipeliharanya

data pendaftaran tanah secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga

data-data yang disimpan sesuai dengan keadaan nyata di lapangan dan

masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur, meliputi

pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data

fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat, sebagai

surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan

Hak milik atas Satuan Rumah Susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang

terbatas.

2. PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH

Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tahan untuk

pertama kalinya (initial registration) dan pemeliharaan data pendaftaran tanah

(maintenance) pendaftaran tanah untuk pertama kalinya adalah kegiatan

pendaftaran yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum

dibayar. Pendaftaran tanah yang dilakukan untuk pertama kalinya dilaksanakan

melalui pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah

secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran

6
tanah untuk pertama kalinya dilakukan secara serentak yang meliputi objek

pendaftaran tanah yang belum terdaftar dan wilayah suatu desa/kelurahan.

Pendaftaran tanah secara sistematik diselenggarakan atas prakasa pemerintah

berdasarkan pada suatu rencana kerja berjangka panjang dan tahunan serta

dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh menteri Negara

Agraria/Kepala BPN. Dalam hal suatu desa/ kelurahan ditetapkan sebagai wilayah

pendaftaran tanah secara sistematik, pendaftaran tanah secara sporadik.

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk

pertama kali mengenai satu atau beberapa objek, pendaftaran tanah secara

indiviudual atau masal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas

permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas objek

pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya. Pendaftaran tanah secara

siistematik diutamakan karna melalui cara ini akan dipercepat perolehan data

mengenai bidang-bidang tanah yang akan didaftar dari pada melalui pendaftaran

tanah secara sporadik. Tetapi karena prakarsanya datang dari pemerintah,

diperlukan waktu untuk memenuhi dana, tenaga dan peralatan yang diperlikan

maka pelaksanaanya meliputi jangka waktu agak panjang. Dan rencana

pelaksanaan tahunan yang berkelanjutan melalui uji kelayakan agar berjalan

lancar. Uji kelayakan itu untuk pertama kali diselnggarakan didaerah depok,

bekasi, dan karawang di jawa barat disamping pendaftaran secara sistematik dan

pendaftaran tanah secara sporadik jg akan ditingkatkan pelaksanaanya, karna

7
dalam kenyataannya akan bertambah banyak pendaftar mendaftar secara

individual dam masal yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan, yang

makin meningkat kegiatannya. Pemeliharan data pendaftaran tanah adalah

kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yurdis dalam

peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat

dengan perubahan yangterjadi kemudian Perubahan itu misalnya terjadi sebagai

akibat beralihnya dibebaninya atau berubahnya nama pemegang hak yang telah di

daftar hapusnya atau diperpanjangnya jangka waktu yang telah berakhir.

Pemecahan, pemisahan dan penggabungan bidang tanah yang haknya sudah

didaftar. Agar data yang ada sesuai dengan yang sudah mutahir. Hal ini sesuai

dengan azas mutahir pendaftaran dimana menurut ketentuan dalam azas ini

menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan

berkesinambungan sehingga data-data yang disimpan selalu sesuai dengan

keadaan nyata di lapangan dan masyarakat dapat memperoleh keterangan

mengenai data yang benar setaiap saat.

3. HAK-HAK ATAS TANAH

Hak-hak tanah yang kita kenal dan berlaku dinegara kita yakni :

a. Hak Milik

Hak milik adalah hak turun menurun, terkuat dan terpenuh yang

dipunyai orang atas tanah pada prinsipnya hak hak milik hanya dipunyai

8
oleh perorangan warga Negara Indonesia Tunggal Dalam struktur hak-

hak individual ata tanah pokok, oleh karena itu hak milik diberikan sifat

yang sempurna yaitu:

turun menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dimiliki oleh

perorangan Sifat-sifat yang diberikan limitatif pada hak-hak atas tanah

yang lain.

Sifat turun temurun dimaksudkan bahwa hak milik dapat

diwariskan. Hal ini bahwa pada prinsipnya hanya dapat dipunyai oleh

perorangan, oleh karena itu hanya orang lah yang menjadi subjek

perwarisan. Namun demikian berdasarkan pertimbangan tertentu, hak

milik dapat dipunyai oleh badan hukum tertentu yang mempunyai syarat

sebagai berikut :

1. Bank yang didirikan oleh Negara, selanjutnya disebut Bank

Negara

2. Perkumpulan koperasi pertanian juga dapat mempunyai hak milik

atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari batas

miksimum

3. Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh menteri pertanian

agraria, setelah mendengarkan masukan dari menteri agama

4. Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh mentri pertanian agraria,

setelah mendengarkan masukan dari menteri kesejahtaraan sosial

9
Penunjukan badan-badan hukum, sosial maupun keagamaan

tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk kelancaran

tugasnya serta keperluan-keperluan yang menurut sifatnya

menghendaki penguasaan tanah dengan hak milik. Sifat terkuat

menunjukan bahwa hak milik dapat dibebenkan dengan hak atas

tanah lain, seperti hak guna bangunan dengan hak pakai.

Didampingi sifat terkuat juga menunjukan bahwa hak milik tidak

dibatasi dengan jangka waktunya seperti hak atas tanah yang lain

sifat terpenuh berkaitan dengan penggunaan tanahnya, hak milik

dapat diberikan atas tanah pertanian maupun non pertanian.

Hak milik merupakan lembaga hak atas tanah yang berasal dari

hukum adat dimana didalamnya hanya warha sekutuan hukum adaptasi

saja yang mempunyai hubungan sepenuhnya dengan tanah didalam

wilayah.

b. Hak Guna Usaha

Hak guna usaha adalah suatu hak yang mengusahakan tanah yang

dikuasainya langsung oleh negara, dalam jangka waktu tertentu. Hak

guna usaha tidak terdapat dalam hukum tanah adat, melainkan lembaga

atas hak atas tanah yang dimasukan dalam hukum tanah nasional dari

sistem hukum perdata belanda, meskipun dapat diwariskan akan tetapi

hak ini tidak diberikan secara limitative mengingat hak guna usaha tidak

10
hanya dapat dipunyai perorangan melainkan juga dapat dipunyai oleh

badan hukum.

Syarat-syarat untuk mempunyai hak guna usaha

1. Warga Negara Indonesia.

2. Badan hukum yang didirikan menurut hukum indonesia dan

berkedudukan diindonesia

Demikian hak guna usaha merupakan hak yang kuat tetapi tidak

diberikan sifat terkuat, karena disamping waktunya dibatasi juga tidak

dibebani dengan hak atas tanah yang lain, hak guna usaha dapat

diberikan dalam jangka waktu 35 tahun dan sesudahnya dapat

diperpanjang untuk paling lama 25 tahun lagi.

Penggunaan yang terbatas bagi usaha pertanian , perikanan dan

peternakan menunjukkan hak guna usaha penggunaan yang tidak

penuh seperti hak milik, hak guna usaha hanya dapat diberikan hanya

atas tanah Negara.

c. Hak Guna Bangunan

Adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan

atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dalam jangka waktu paling lama

30 tahun. Hak guna bangunan juga bukan berasal dari hak-hak asli

Indonesia menurut hukum adat melainkan berasal dari hukum perdata

barat, sebagaimana hak guna usaha, hak guna bangunan mempunyai

11
sifat yang sama hanya berbeda mengenai penggunaannya, hanya saja

tanah dapat diberikan dengan hak guna bangunan adalah tanah negara,

tanah hak pengelola atau tanah hak milik.

Hak guna banguanan Adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

banguanan-bangunan. Adapun paling lama 30 tahun dan dapat

diperpanjang paling lama 20 Tahun.

Syarat-syarat untuk mendapatkan hak guna bangunan adalah :

1. Warga Negara Indonesia.

2. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia.

d. Hak Pakai

Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut

hasil dari tanah yang dikuasai oleh negara atau tanah milik orang lain

yang memberikan wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam

keputusan pemberian oleh pejabat yang berwenang memberikan atau

dalam perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolaan tanah,

segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan yang

berlaku.

Sebagaimana hak milik, hak pakai merupakan lembaga hak atas

tanah yang berasal dari hukum adat. Adapun yang dapat mempunyai

hak pakai adalah :

12
1. Warga Negara Indonesia.

2. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia.

3. Departemen, lembaga pemerintah non departemen dan

pemerintah daerah.

4. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia.

5. Badan hukum asing yang berkedudukan di Indonesia

6. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional.

Hak pakai dapat diberikan atas tanah negara, tanah hak

pengelolaan dan tanah hak milik. Adapun jangka waktu yang dapat

diberikan untuk paling lama 25 Tahun dan sesudahnya dapat

diperpanjang untuk paling lama 20 tahun atau diberikan selama

jangka waktu atau dipergunakan untuk keperluan tertentu.

4. NORMA-NORMA HUKUM TANAH NASIONAL

Bentuk-bentuk hukum tanah dan norma yang mengatur ketentuan-

ketentuan hukum tanah nasional :

a. Norma norma hukum tertulis, yang dituangkan dalam peraturan-

peraturan perudang-undangan dan

b. Norma norma hukum tidak tertulis berupa hukum adat dan hukum

kebiasaan baru yang bukan hukum adat

13
Berdasarkan apa yang diuraikan diatas terlihat bahwa dapat disusun

sumber-sumber hukum formal hukum tanah nasional , berupa norma-norma

hukum yang berbentuk tertulis dalam jenjang tata susunan atau hirarki, sebagai

berikut :

a. Sumber-sumber hukum yang tertulis :

1. Undang-undang dasar 1945

2. undang-undang pokok agrarian

3. peraturan pelaksanaan undang-undang pokok agrarian

4. peraturan lain yang mengatur tentang keagrariaan misalnya

tentang larangan pemakaian tanah tanpa izin yang berhak .

5. peraturan-peraturan lama yang untuk sementara masih berlaku,

berdasarkan ketentuan pasal-pasal peralihan, hal ini merupakan

bagian dari hukum tanah nasional

b. Sumber-sumber hukum yang tidak tertulis :

c. Perjanjian sebagai sumber hukum

Selain peraturan-peraturan dan hak hukum adat serta hukum

kebiasaan baru yang disebut dalam uraian diats, dalam menghadapi kasus-

kasus konkret, sudah barang tertu perjanjian yang diadakan oleh para pihak

merupakan juga hukum bagi hubungan konkret yang bersangkutan. Namun

hal ini ada batasannya, yaitu khusus dibidang hukum tanah, sepanjang

perjanjian yang diadakan itu tidak melanggar atau bertentangan dengan

14
ketentuan-ketentuan undang-undang pokok agrarian, misalnya tidak boleh

diadakan perjanjian yang mengandung unsur pemerasan atau dengan kata-

kata atau seseorang pemilik tanah yang memberikan hak guna bangunan

kepada pihak lain dengan jangka waktu melampaui 30 tahun, sesuai

dengan ketentuan aturan hak guna bangunan.

5. SISTEM PENDAFTARAN TANAH

Sistem pendaftaran tahan yang dikenal yaitu :

A. Sistem TORREN

Yang menciptakan sistem torren adalah SIR ROBBET TORREN berasal

Dari Australia Selatan. Indonesia menganut sistem torren yang dikenal

juga dengan sistem negative dan positif, kelebihan dari sistem torren

yaitu :

1. Ketidak pastian diganti dengan kepastian

2. ketidak jelasan dan berbelitnya uraian menjadi singkat dan jelas

3. persetujuan disederhanakan sedemikian rupa sehingga setiap

orang akan dapat menguru sendiri setiap kepentingannya.

4. Penipuan sangat dihalangi.

Dari sistem positif dan sistem negative diatas dapat dijabarkan

pengertian sebagai berikut :

a. Sistem Positif

15
Menurut sistem ini suatu sertifikat tanah yang diberikan adalah

berlaku sebagai tanda bukti yang mutlak, serta merupakan satu-

satunya tanda bukti hak atas tanah , bahwa nama yang terdaftar

dalam buku tanah tidak dapat dibantah, walaupun ia ternyata

bukan pemilik yang berhak, setelah ini memberikan kepercayaan

yang mutlak pada buku tanah.

Penggunaan sistem positif bermanfaat sebagai berikut :

- Adanya kepastian hukum dari buku tanah

- Peranan aktif dari pejabat balik nama tanah

- Mekanisme kerja proses penerbitan sertifikat tanah

dimengerti oleh umum

b. Sistem Negatif

Menurut sistem ini bahwa segala apa yang tercantum

didalam sertifikat tanah adalah dianggap benar dapat dibuktikan

suatu keadaan yang sebaliknya atau benar dimuka sidang

pengadilan. Ciri sistem negatif ini adalah :

- bahwa pendaftaran tanah hak atas tanah tidaklah

merupakan jaminan pada nama yang terdaftar dalam

tanah.

- Buku tanah bisa saja berubah sepanjang dapat

membuktikan bahwa dialah pemilik yang sebenarnya

16
melalui putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan

hukum tetap.

Kebaikan pada sistem negatif ini adalah :

- Adanya perlindungan pada pemegang hak sebenarnya

- Adanya penyidikan riwayat tanah sebelum sertifikatnya

diterbitkan.

B. Pendaftaran Tanah secara SPORADIK

Adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya

menguasai satu atau beberapa objek. Pendaftaran tanah dalam wilayah

suatu desa/ kelurahan secara individual atau masal.

C. Pendaftaran tanah Sacara sistematik.

Adalah kegiatan pendaftran tanah untuk pertama kalinya dilakukan

secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang

belum didaftar dalam wilayah atau bagian atau bagian wilayah suatu

desa/ kelurahan.

- pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana

kerja dan dilaksanakan diwilayah-wilayah yang ditetepkan oleh

menteri.

- Dalam suatu desa atau kelurahan bukan ditetapkan oleh sebagai

wilayah pendaftaran tanah secara sistematik sebagaimana diatas,

pendaftaran dilaksankan melalui pendaftran tanah secara SPORADIK.

17
- Pendaftaran tanah secara SPORADIK dilaksanakan atas permintaan

perihal yang berkepentingan.

6. AZAZ DAN TUJUAN PENDAFTARAN TANAH

a. Pendaftaran Tanah Dilaksanakan Berdasarkan

Azas sederhana, aman, terjangkau mutahir dan terbuka.

b. Tujuan pendaftaran tanah

1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum

kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah

satuan dan hak. Hak lain yang terdaftar agar dengan mudah

dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang

bersangkutan.

2. untuk menyedikan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat

memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan

hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-sataun rumah

yang sudah terdaftar.

3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan :

 Kepada pemilik tanah diberikan sertifikat yaitu memberikan

kepastian hukum dan perlindungan hukum

18
 melaksanakan fungsi informasi terhadap data fisik dan data

yuridis dari bidang yang sudah didaftar terbuka untuk umum

 wajib di daftar mengenai pengalihan hak, pembebasan hak,

hapusnya hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah

susun

19
BAB III

PEMBAHASAN

1. PENYELENGGARAAN DAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH

Penyelenggaraan pendaftaran tanah diselenggarakan oleh pemerintah

dalam hal ini badan pertanahan nasioanal, kecuali dalam kegiatan-kegiatan

tertentu yang ditugaskan kepada pejabat lain, yaitu tugas-tugas yang

pemanfataannya bersifat nasioanl atau melebihi wilayah kerja kepala kantor

pertanahan, misalnya pengukuran titik dasar teknik dan pemetaan fotogrametri,

dalam melaksanakan tugas tersebut kepala kantor pertanahan dibantu oleh

Pejabat Pembauat Akta Tanah (PPAT) dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya pembuatan akta pembuatan

surat kuasa, membebankan hak tanggungan (SKMHT) oleh notaris, secara

sistematik oleh panitia judikasi.

Adapun pejabat-pejabat umum yang diberikan kewenangan untuk membuat

akta-akta tanah tertentu sebagai yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan yang bersangkutan, yaitu akta pemindahan dan pembebasan hak atas

tanah dan hak milik atas satuan rumah susun, dan akta pemberian kekuasaan

untuk membebankan hak tanggungan. Pejabat umum adalah orang yang diangkat

oleh instansi yang berwenang, dengan tugas melayani masyarakat umum dibidang

atau kegiatan tertentu. Pejabat umum atau yang bisa kita kenal dengan PPAT

20
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri agrarian/Kepala BPN, untuk

mempermudah rakyat didaerah terpencil yang tidak ada PPAT dalam melakukan

perbuatan hukum mengenai tanah, dapat diangkat PPAT sementara, yang dapat

diangkat sebagai PPAT sementara atau pejabat pemerintah yang menguasai

keadaan yang bersangkutan, yaitu kepala desa.

Akta yang dikeluarkan oleh PPAT adalah merupakan salah satu sumber

utama dalam rangka pemeliharaan dan pertahanan, kegiatan PPAT membantu

kepala kantor pertanahan dalam melaksanakan tugas dibidang pertanahan,

khususnya dalam kegiatan pemeliharan data pendaftaran tanah. Kegiatan

pendaftaran merupakan kegiatan tata usaha negara, maka sebagai pejabat yang

bertugas khusus dibidang pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah PPAT adalah

pejabat tata usaha Negara. Dalam pengertian kepala Kantor pertanahan dibantu

PPAt, seakan-akan dia merupakan pemabantu dalam arti bawahan kepala kantor

pertanahan, namun tugas PPAT memnatu tugas Kepala Kantor Pertanahan harus

diartikan dalam rangja pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah yang tidak

dimungkinkan oleh kepala kantor pertanahan. Dalam rangka melaksankan

tugasnya mendaftar hak tanggungan dan memelihara data yuridis yang sudah

terkumpul dan disajikan dikantornya, kepala kantor pertanahan mutlak

memerlukan data yang harus disajikan dalam bentuk akta yang hanya boleh dibuat

seorang PPAT. Dalam memutuskan akan membuat atau mengolah membuat akta

mengenai perbuatan hukum yang akan dilakukan dihadapannya, PPAT mempunyai

21
kedudukan yang mandiri, bukan sebagai pembantu pejabat lain. Kepala kantor

pertahanan bukan siapapun, tidak berwenang memberi perintah kepadanya atau

melarang untuk membuat akta. Seorang PPAT bukan hanya berhak, ia bahkan

wajib menolaknya, apabila hal itu akan berakibat melanggar ketentuan yang

berlaku, karena pelaksanaan tugas PPAT sudah ditentukan yaitu melaksankan

sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah

dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan hak milik

atas satuan rumah susun yang dijadikan dasar bagi pendaftran perubahan data

pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Perbuatan hukum

sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Jual beli

2. Tukar menukar

3. Hibah

4. Pemasukan kedalam perusahaan (inbreng)

5. Pembagian hak bersama

6. Pembagian hak guan bangunan/hak pakai atas tanah milik

7. pemberian hak tanggungan

8. Memberikan kuasa atas hak Tanggungan

Dalam hal pendaftaran tanahpun dikenal juga dengan sebutan panitia

ajidukasi, dimana dapat diuraikan ajidukasi adalah kegaiatan yang dilaksanakan

dalam rangka proses pendaftran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan

22
dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa

objek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftrannya, hal ini hanya

dimungkinkan untuk pendaftaran tanah dengan cara sistematik atau massal dan

besar-besaran, dimana hal ini membantu tugas rutin kantor.

2. PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERTAMA KALI

A. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA FISIK

1. pengukuran dan Pemetaan

untuk keperluan pengumpulan dan pengolaan data fisik pertama-tama

dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan. Kegiatan ini meliputi :

a. Pembuatan peta Dasar Pendaftaran

Kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik disuatu wilayah

yang ditujuk dimulai dengan pembuatan dasar pendaftaran. Peta

dasar pendaftaran tersebut menjadi dasar untuk pembuatan peta

pendaftaran, dalam pelaksanaan pendaftran tanah secara

sistematik peta dasar digunakan untuk memetakan bidang-bidang

tanah yang sebelumnya sudah didaftar. Penyiapan peta dasar

pendaftaran diperlukan agar setiap bidang tanah yang didaftar

dijamin letaknya secara pasti, karena dapat direkontruksi

dilapangan setiap saat. Untuk maksud tersebut diperlukan adanya

titik-titik dasar teknik nasional. Titi-titik dasar teknik adalah titik

23
tetap yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu

pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem tertentu, yang

berfungsi sebagai titik kontrol atau titik ikat untuk keperluan

pengukuran dan rekontruksi batas.

Di wilayah-wilayah lain untuk keperluan pendaftaran tanah

secara sporadik diusahakan juga tersedianya peta dasar

pendaftaran yang dimaksudkan. Dengan adanya peta dasar

pendaftran tersebut bidang tanah yang didaftar dapat diketahui

letaknya dalam suatu wilayah, sehingga dapat dihindari terjadinya

penerbitan sertifikat ganda atas satu bidang tanah.

b. Penetapan Batas-batas Bidang Tanah

Untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bidang-bidang

tanah yang akan dipetakan diukur, setelah ditetapkan letaknya,

batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-

tanda batas disetiap sudut bidang tanah yang bersangkutan. Dalam

penempatannya batas tersebut diupayakan penataan batas

berdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan, untuk

memperoleh bentuk yang tertata dengan baik bagi bidang-bidang

yang semula kurang baik bentuknya. Penetapan batas bidang

tanah yang sudah dipunyai dengan suatu hak yang belum terdaftar

atau yang sudah terdaftar tetapi belum ada surat ukur atau

24
gambaran situasinya tidak sesuai lagi dengan keadaan sebenarnya,

dilakukan dengan keadaan sebenarnya, dilakukan berdasarkan

penunjukan batas oleh para pemegang hak atas tanah yang

berbatasan. Penetapan batas bidang tanah yang diberikan dengan

hak baru oleh negara (Badan Pertahanan Nasional) dilakukan

sesuai ketentuan tersebut atau penunjukan instansi yang

berwenang. Merupakan kewajiban bagi pemegang hak atas tanah

untuk menempatkan tanda-tanda batas pada sudut-sudut bidang

tanah yang dipunyai dan memeliharanya.

c. Pengukuran dan Pemetaan Bidang-bidang Tanah Dan Pembuatan

Peta Pendaftaran

Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan bats-batasnya diukur

dan selanjutnya dipetakan dalam peta dasar pendaftaran. Untuk

bidang tanah yang luas, pemetaannya dilakukan dengan cara

membuat peta tersendiri, dengan menggunakan data yang diambil

dari peta dasar pendaftaran dan hasil ukuran batas tanah yang

akan dipetakan. Jika dalam wilayah pendaftaran tanah secara

sporadik belum ada peta dasar pendaftaran dapat digunakan peta

lain, sepanjang peta tersebut memenuhi persyaratan teknis untuk

pembuatan peta pendaftaran, misalnya peta dari instansi

perkerjaan umum atau instansi pajak. Dalam keadaan terpaksa

25
karena tidak tersedia dasar pendaftaran atau pun peta lain,

pembuatan peta dasar pendaftaran dapat dilakukan bersamaan

dengan pengukuran tanah pemetaan bidang tanah bersangkutan

dengan bidang tanah sekelilingnya yang berbatasan sehingga letak

relative bidang itu dapat ditentukan. Mengenai dilakukannya

pengukuran semantara itu dan belum diperolehnya kesepakatan

mengenai penetapan batas tersebut, dibuatkan suatu berita acara.

Dalam gambaran ukuran sebagai hasil pengukuran yang dilakukan,

dibubuhkan catatat atau tanda yang menyatakan bahwa batas-

batas tanahnya masih merupakan batas semantara. Dengan

demikian kegiatan pengukuran dan pemetaan tidak perlu di

tangguhkan.

d. Pembuatan Daftar Tanah

Bidang atau bidang-bidang tanah yang dipetakan atau

dibubuhkan nomor pendaftaran pada peta pendaftaran, dibukukan

dalam daftar tanah. Daftar tanah dimaksud sebagai sumber

informasi yang lengkap mengenai nomor bidang, lokasi, dan

penunjukan nomor surat ukur bidang-bidang tanah yang ada di

wilayah pendaftaran, baik sebagai hasil pendaftaran untuk pertama

kali maupun pemeliharaan kemudian.

26
e. Pembuatan Surat Ukur

Untuk keperluan pendaftaran haknya, bidang-bidang tanah

yang sudah diukur serta dipetakan dalam peta pendaftaran

dibuatkan surat ukur, surat ukur memuat data fisik yang diambil

dari peta pendaftaran dengan skala yang bisa berbeda. Untuk

wilayah-wilayah pendaftaran tanah secara sporadik yang belum

tersedia peta pendaftaran, surat ukur dibuat dari hasil pengukuran.

Surat ukur ini adalah yang dalam peraturan menteri agraria nomor

6/1965 disebut gambar situasi. Bentuk, isi, cara, pengisian,

penyimpanan dan pemeliharaan surat ukur diatur dalam Peraturan

Menteri 3/1997.

B. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA YURIDIS SERTA

PEMBUKUAN HAKNYA

1. Hak-hak Baru

Dalam kegiatan pengumpulan data yuridis diadakan perbedaan

antara pembuktian hak-hak baru dan hak-hak lama. Hak-hak baru

adalah hak hak yang baru diberikan. Sedangkan hak hak lama yaitu hak

-hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak yang ada pada

waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum terdaftar.

 Hak atas tanah baru data yuridisnya dibuktikan dengan :

27
a. Penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenag

memberikan hak yang bersangkutan menurt ketentuan yang

berlaku, apabila hak tersebut berasal dari tanah Negara atau Hak

pengolahan yang dapat diberikan secara individual, kolektif

ataupun secara umum.

b. Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh

pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan.

c. Hak penglola dibuktikan dengan penetapan pemberian hak

pengolahan oleh Objek pejabat yang berwenang

d. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf, ditinjau dari

sudut objeknya pembukuan tanah wakaf merupakan pendaftaran

untuk pertama kali, meskipun bidang tanah yang bersangkutan

sebelumnya sudah didaftar sebagai tanah hak milik.

e. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta

pemisahan. Pembukuan merupakan pendaftaran untuk pertama

kalinya, biarpun hak atas tanah tempat bangunan gedung rumah

susun yang bersangkutan terdiri sudah didaftar.

f. Pemberian hak atas tanggungan yang dibuktikan dengan akta

pemberian hak tanggungan.

28
2. Hak-hak Lama

Untuk pembuktian hak-hak atas tanah yang sudah ada dan

berasal dari konversi hak-hak lama data yuridisnya dibuktikan dengan

alat-alat mengenai adanya hak tersebut berupa bukti tertulis,

keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan kadang

kebenarannya oleh panitia ajudikasi/ kepala kantor pertahanan dianggap

cukup sebagi dasar mendaftar hak, pemeggang hak, dan hak-hak lain

yang membebaninya. Alat-alat tersebut adalah bukti-bukti pemilikan.

Lakunya UUPA tanggal 24 September 1960 dan apabila hak tersebut

kemudian beralih, bukti peralihan hak berturut-turut sampai keterangan

pemegang hak pada waktu pembukuan hak yang bersangkutan. Dalam

hal yang demikian pembukuan hak dilakukan pembukuan hak yang

bersangkutan. Dalam hal yang demikian pembukuan haknya dilakukan

penegasan konversi hak yang lama menjadi hak baru yang didaftar

selanjutnya dijelaskan bahwa alat bukti tertulis yang dimaksud dapat

berupa:

a. Grosse akta hak eigendom, bahwa hak eigendom yang

bersangkutan di konversi atau berdasarkan berlakunya UUPA

sampai tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut PP

10/1961 didaerah yang bersangkutan

29
b. Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan

peraturan swapraja yang bersangkutan

c. Sertifikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan peraturan

Menteri Agraria nomor 9 tahun 1959

d. Surat keputusan pemberian hak milik dari pejabat yang

berwenang baik, sebelumnya atau sejak berlakunya UUPA, yang

tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan,

tetapi telah terpenuhi semua kewajiaban yang disebut

didalamnya.

e. Akta pemindahan hak yang dibaut dibawah tangan, yang

dibubuhi tanda kesaksian oleh kepala adat, kepal desa, atau

lurah.

f. Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat PPAT, yang

tanhnya belum dibukukan pada kantor pertanahan.

g. Akta ikrar wakaf yang dibuat secara otentik oleh yang menguasai

hak milik sebelumnya.

h. Risalah lelang yang dibaut oleh pejabat lelang yang berwenang

namun belum dibukukan pada kantor pertanahan

i. Surat penunjukan atau pembelian

j. Lain-lain alat bukti tertulis mengenai tanah.

30
C. PENYAJIAN DATA FISIK DAN DATA YURIDIS

Sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian sebelumnya, dalam

penyajian data fisik dan data yuridis terutama untuk memberikan

kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan mudah

memperoleh keterangan yang diperlukan, data fisik dan data yuridis

yang tercantum dalam daftar nama hanya dapat diberikan kepada

instansi pemerintah , yang memerlukan untuk keperluan pelaksanaan

tugasnya, dengan mengajukan permintaan yang menyebutkan

permintaan yang menyebutkan keperluanya, informasi tentang data

dalam daftar-daftar yang lain terbuka untuk umum dan dapat diberikan

kepada pihak yang berkepentingan secara visual atau tertulis dalam

bentuk surat keterangan daftar tanah.

D. PENYIMPANAN DAFTAR UMUM DAN DOKUMEN

Dokoumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah

digunakan sebagai dasar pendaftaran, diberikan tanda pengenal dan

disimpan dikantor badan pertanahan atau ditempat lain yang telah

ditetapkan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari daftar umum, hal

ini untuk mencegah hilangnya dokumen yang sangat penting untuk

kepentingan masyarakat.

31
3. PENERBITAN SERTIFIKAT

Penguasaan tanah sebagai wujud dari bentuk hubungan hukum

antara orang dengan tanah, memerlukan jaminan kepastian hukum,

dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum tersebut

diselenggarakan pendaftaran tanah, hal ini guna menjamin kepastian

hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah

diseluruh wilayah indonesia menurut ketentuan yang diatur meliputi :

a. Pengukuran pemetaan dan pembukuan tanah

b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian.

Pendaftaran tanah sebagaimana poin c diatas disebut dengan

sertfikat, menurut peraturan pemerintah nomor 22 Tahun 1997 pasal

1 angka 20 dinyatakan bahwa sertifikat merupakan surat tanda data

fisik dan data yuridis sesuai dengan data yang ada pada surat ukur

dan buku tanah yang bersangkutan, adapun sertifikat dibedakan

menjadi 3 (tiga) macam antara lain :

 Sertifikat hak atas tanah ( hak milik, hak pakai, hak guna bangunan

dan hak pengelolaan )

 Sertifikat hak milik atas satuan rumah susun

 Sertifikat hak tanggungan

32
Dalam hal suatu bidang sudah diterbitkan secara sah atas nama

orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan

itikat baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang

merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut

pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak

ditebitkanya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis

kepada pemegang sertifikat dan kantor pertahanan yang

bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan kepengadilan

mengenai peguasaan tanah atau menerbitkan sertifikat tersebut.

Pada dasarnya kepastian hukum merupakan perlindungan

yang diberikan pemerintah kepada pemegang hak atas tanah untuk

menggunakan, memanfaatkan tanah yang bersangkutan dalam

rangka memenuhi kebutuhan pribadi maupun keluarganya.

Sebagaimana diketahui bahwa untuk penetapan lahirnya suatu hak

harus melalui proses penelitian terhadap riwayat tanah yang cermat

sehingga dapat menghidari terjadinya kesalahan data yuridis maupun

data fisik pendaftaran tanah.

Sertifikat sebagai tanda bukti, diterbitkan untuk kepentingan

pemegang hak yang bersangkutan, sesuai dengan data fisik yang

ada dalam surat ukur dan data yuridis yang telah didaftarkan dalam

buku tanah, sertifikat adalah hak pemegang hak atas tanah yang

33
dijamin oleh undang-undang. Sertifikasi hanya boleh diserahkan pada

pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang

bersangkutan sebagai pemeggang hak atau pihak lain yang dikuasai

olehnya, dalam hal pemegang hak sudah meninggal dunia, sertifikat

diterima kepada ahli waris dengan persetujuan para ahli waris lain,

pembuatan buku sertifikat adalah seperti pembuatan buku tanah,

dengan ketentuan bahwa catatan-catatan yang bersifat sementara

dihapuskan dan dicantumkan lagi.

34
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa begitu pentingnya pendaftaran yang dimiliki oleh orang / individu

pemilik tanah, kerena disamping sebagai tertib administrasi pertanahan yang

berlaku dinegara kita, hal yang lebih pokok yang sangat diperlukan dalam hal

kepemilikan tanah dan penguasaanya yaitu bukti kongkrit penguasaannya baik

berupa akta atau sertifikat yang dikeluarkan oleh badan pertanahan yang terlebih

dahulu dilakukan pengesahan dan pemeriksaan tertib administrasi Oleh PPAT

Dimana hubungan antara pemilik hak atas tanah dan tanah yang

dikuasainya, memerlukan jaminan kepastian hukum, untuk menjaga utuhnya dan

legalitas hukum atas kepemilikan tanah tersebut, seperti yang telah diterangkan di

atas dalam hal suatu bidang tanah telah diterbitkan sertifikat, secara sah atas

nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad

baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai

hak atas tanah tersebut tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan haknya tersebut,

apabila dalam jangka 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat tersebut tidak

mengajukan keberatan secara tertulis atas terbitnya sertifikat kepada pemegang

hak dan keberatan secara tertulis kepada kantor pertanahan yang bersangkutan

atau tidak mengajukan gugatan kepengadialn mengenai penguasaan tanah atau

terbitnya sertifikat tersebut. Hal ini sangat diperlukan mengingat kian

35
meningkatnya pertumbuhan penduduk sehingga menyebabkan meningkatnya

kebutuhan akan tanah sebagai salah satu kebutuhan pokok untuk meneruskan

kelangsungan kehidupan. Dimana saat ini sering kita dengar persengketaan-

persengketaan mengenai kepemilikan tanah yang dimiliki oleh masyarakat. Yang

merasa mempunyai hak yang sama atas individulais yang menguasai tanah.

Dengan pendaftaran kepemilikan maka kita sebagai pemilik hak atas tanah

tersebut telah memiliki bukti yang sah atau legal apabila dikemudian hari timbul

hal-hal yang tidak kita inginkan menyangkut kepemilikan terhadap tanah yang kita

kuasai, dengan kata lain kita telah memiliki dasar hukum yang kuat yang dijamin

oleh undang-undang atas kepemilikan hak atas satu bidang tanah yang telah kita

kuasai

B. Saran

Dalam penulisan karya tulis ini menyangkut pokok bahasan mengenai

pendaftaran tanah penulis menitik beratkan saran atau masukan yang pokok guna

suksesnya program pendaftaran di negara kita yakni :

1. Pemangkasan birokrasi pendaftaran guna menerbitkan sertifikat,

dimana peraturan perundang-undangan saat ini masih terlalu rumit

dan memerlukan banyak pemangkas, contohnya dimana setelah

proses pendaftaran yang dilakukan PPAT, masyarakat masih harus lagi

mendaftarkan pendaftaran yang telah dilaksanakan PPAT tersebut ke

kantor pertanahan guna diterbitkannya sertifikat tanah oleh BPN.

36
Menurut hemat penulis hal ini sangat memberatkan dan

membingungkan bagi si pemilik tanah, karena sangat menyita waktu

dan biaya, alangkah baiknya bila hal ini dapat dipermudah sehingga

masyarakat tidak perlu terlalu lama untuk melakukan kepengurusan

tanah miliknya, sehingga efisien, efektif dan praktis.

2. Sosialisasi terhadap masyarakat, karena penulis memandang

sosialisasi mengenai pertanahan sangat minim, sehingga kesadaran

akan mendaftarkan tanah yang harus dilaksanakan, masyarakat juga

tidak mengetahui jelas mengenai pentingnya pendaftaran atas tanah

yang dimilikinya. Untuk itu penulis memandang perlu memberikan

saran agar kiranya pemerintah dalam hal ini BPN dapat

memprogramkan sosialisasi pertanahan kepada masyarakat secara

kontinyu kepada setiap lapisan masyarakat.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. BOEDI HARSONO, HUKUM AGRARIA INDONESIA, PENERBIT

DJAMBATAN, 1999

2. BAHRUDIN ARITONAG, UNDANG-UNDANG OTONOMI DAEAH, PUSTAKA

PERGAULAN, 2004

3. DEPDAGRI RI, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2005, PPRI

2005

4. BPN PROV SUMSEL, PENDAFTARAN TANAH INDONESIA, 2006

5. BPN PROV SUMSEL, PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK TANAH, 2006

38

Anda mungkin juga menyukai