Anda di halaman 1dari 17

.

3 KISTA RONGGA MULUT


2.3.1 Definisi
Kista adalah rongga patologik yang dapat berisi cairan, semisolid/semifluid, atau gas yang
bukan berasal dari akumulasi pus maupun darah. Kista dapat terjadi dianatara tulang atau
jaringan lunak. Dapat asymptomatic atau dapat dihubungkan dengan nyeri dan pembengkakan.
Pada umumnya kista berjalan lambat dengan lesi yang meluas.
Mayoritas kista beukuran kecil dan tidak menyebabkan pembengkakan di permukaan jaringan.
Apabila tidak ada infeksi, maka secara klinis pembesarannya minimal dan berbatas jelas.
Pembesaran kista dapat menyebabkan asimetri wajah, pergeseran gigi yang terlibat, hilangnya
gigi yang berhubungan atau gigi tetangga.
Dilihat dari gambaran radiograf, terlihat radiolusen yang dikelilingi lapisan radioopak tipis, dapat
berbentuk unilokular atau multilokular.
2.3.2 Klasifikasi
I. Odontogenik
A. Developmental
a. Dental lamina cyst (gingival cyst of infant)
b. Odontogenic cyst (primordial cyst)
c. Dentigerous cyst (follicular cyst)
d. Eruption cyst
e. Lateral periodontal cyst
f. Botryoid odotogenic cyst
g. Glandular odotogenic cyst
h. Gingival cyst of adults
i. Calcifying odontogenic cyst
B. Inflamatory
a. Radicular cyst ( periapical cyst)
b. Residual cyst
c. Paradental cyst
d. Buccal bifurcation cyst
II. Non-odontogenik
a. Naso- palatine duct cyst (incisive canal cyst)
b. Nasolabial cyst (nasoalveolar cyst)
c. Palatal cyst of infant
d. Lymphoepithelial cyst
e. Gastric heterotropic cyst
f. Tryglosal duct cyst
g. Salivary duct cyst
h. Maxillary antrum associated cyst
i. Soft tissue cyst
j. Pseudo cyst
k. Congenital cys
l. Parasitic cyst
2.3.3 Patogenesis Kista
1. Inisiasi kista
Inisiasi kista mengakibatkan proliferasi batas epithelia dan pembentukan suatu kavitas kecil.
Inisiasi pembentukan kista umumnya berasal dari epithelium odontogenic. Bagaimanapun
rangsangan yang mengawali proses ini tidak diketahui. Faktor-faktor yang terlibat dalam
pembentukan suatu kista adalah proliferasi epithelia, akumulasi cairan dalam kavitas kista dan
resorpsi tulang.
2. Pembesaran kista
Proses ini umumnya sama pada setiap jenis kista yang memiliki batas epithelium. Tahap
pembesaran kista meliputi peningkatan volume kandungan kista, peningkatan area permukaan
kantung kista, pergeseran jaringan lunak disekitar kista dan resorpsi tulang.
a. Peningkatan volume kandungan kista
Infeksi pada pulpa non-vital merangsang sisa sel malasez pada membran periodontal periapikal
untuk berproliferasi dan membentuk suatu jalur menutup melengkung pada tepi granuloma
periapikal, yang pada akhirnya membentuk suatu lapisan yang menutupi foramen apikal dan
diisi oleh jaringan granulasi dan sel infiltrasi melebur.
Sel-sel berproliferasi dalam lapisan dari permukaan vaskular jaringan penghubung sehingga
membentuk suatu kapsul kista. Setiap sel menyebar dari membran dasar dengan percabangan
lapisan basal sehingga kista dapat membesar di dalam lingkungan tulang yang padat dengan
mengeluarkan faktor-faktor untuk meresorpsi tulang dari kapsul yang menstimulasi
pembentukan osteoclast.
b. Proliferasi epitel
Pembentukan dinding dalam membentuk proliferasi epitel adalah salah satu dari proses penting
peningkatan permukaan area kapsul dengan akumulasi kandungan seluler. Pola mulrisentrik
pertumbuhan kista membawa proliferasi sel-sel epitel sebagai keratosis mengakibatkan
ekspansi kista. Aktifitas kolagenase meningkatkan kolagenalisis. Pertumbuhan tidak
mengurangi batas epitel akibat meningkatnya mitosis. Adanya infeksi merangsang sel-sel
seperti sisa sel malasez untuk berploriferasi dan membentuk jalur penutup. Jumlah lapisan
epitel ditentukan oleh periode viabilitas tiap sel dan tingkat maturasi serta deskuamasinya.
c. Resorpsi tulang
Seperti percabangan sel-sel epitel, kista mampu untuk membesar di dalam kavitas tulang yang
padat dengan mengeluarkan fakor resorpsi tulang dari kapsul yang merangsang fungsi
osteoklas (PGE2). Perbedaan ukuran kista dihasilkan dari kuantitas pengeluaran prostaglandin
dan faktor-faktor lain yang meresorpsi tulang.

Kista Odontogenik
Kista odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epithelium pembentuk gigi
(epithelium odontogenik). Kista odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang berasal dari
developmental dan inflammatory. Kista developmental adalah kista yang tidak diketahui
penyebabnya, dan tidak terlihat sebagai hasil dari reaksi inflamasi. Sedangkan inflammatory
merupakan kista yang terjadi karena adanya inflanmasi.
Etilogi
Ada tiga macam sisa jaringan yang masing-masing berperan sebagai asal kista odontogenik.
1. The epithelial rest or glands of Serres yang tersisa setelah terputusnya dental lamina.
Odontogenik keratosis dapat berasal dari jarinagn ini, dan beberapa kista lain seperti kista
gingival.
2. Email epithelium tereduksi yang berasal dari organ email dan selubung gigi yang belum
erupsi namun telah terbentuk sempurna. Kista dentigerous dan kista erupsi berasal dari
jaringan ini.
3. The rests of Malassez yang terbentuk melalui fragmentasi dari epithelium root selubung
Hertwig.

a. Kista Radikular
Definisi
Kista radikular adalah suatu kista yang berasal dari sisa-sisa epitel Malassez yang berada di
ligamen periodontal, karena suatu infeksi gigi (gangren pulpa, gangren radik) ataupun trauma
yang menyebabkan gigi nekrosis.
Etiologi
Suatu kista radikular mensyaratkan injuri fisis, kimiawi ataupun bakterial yang menyebabkan
matinya pulpa, diikuti oleh stimulasi sisa epitel Malassez, yang biasanya dijumpai pada ligamen
periodontal.
Gejala-gejala
Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan suatu kista, kecuali yang kebetulan
diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk secara nyata menjadi
pembengkakan.
Tekanan kista cukup untuk menggerakkan gigi yang bersangkutan, yang disebabkan oleh
timbunan cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang bersangkutan menjadi
renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi juga dapat menjadi goyang. Bila
dibiarkan tidak dirawat, suatu kista dapat terus tumbuh dan merugikan rahang atas atau rahang
bawah.
Diagnosis
Pulpa gigi dengan kista radikular tidak bereaksi terhadap stimuli listrik atau termal, dan hasil tes
klinis lainnya adalah negatif, kecuali radiografik. Pasien mungkin melaporkan suatu riwayat sakit
sebelumnya. Biasanya pada pemeriksaan radiograf, terlihat tidak adanya kontinuitas lamina
dura, dengan suatu daerah rerefaksi. Daerah radiolusen biasanya bulat dalam garis bentuknya,
kecuali bila mendekati gigi sebelahnya, yang dalam kasus ini dapat mendatar atau mempunyai
bentuk oval. Daerah radiolusen lebih besar dari pada suatu granuloma dan dapat meliputi lebih
dari satu gigi, baik ukuran maupun bentuk daerah rerefaksi bukan indikasi definitif suatu kista.
Diagnosis Banding
Gambaran radiografik kista akar yang kecil tidak dapat dibedakan dari gambaran granuloma.
Meskipun suatu perbedaan positif antara suatu kista dan granuloma tidak dapat dibuat dari
radiograf saja, sifat-sifat tertentu dapat memberi kesan adanya suatu kista. Suatu kista
biasanya lebih besar dari pada granuloma dan dapat menyebabkan akar berdekatan
merenggang karena tekanan terus-menerus dari akumulasi cairan kista.

Bakteriologi
Suatu kista mungkin atau tidak mungkin terinfeksi. Sebagai suatu granuloma, suatu kista
menunjukkan suatu reaksi defensif jaringan terhadap iritan ringan. Organisme actinomyces
pernah diisolasi dari kista periapikal.
Histopatologi
Kista radikular terdiri dari suatu kavitas yang dilapisi oleh epitelium skuamus berasal dari sisa
sel Malassez yang terdapat didalam ligamen periodontal. Suatu teori pembentukan kista adalah
bahwa perubahan inflamatori periradikular menyebabkan epitelium berpoliferasi. Bila epitelium
tumbuh dalam suatu massa sel, bagian pusat kehilangan sumber nutrisi dari jaringan periferal.
Perubahan ini menyebabkan nekrosis di pusat, suatu kavitas terbentuk, dan tercipta suatu kista.
Perawatan
Pengambilan secara bedah seluruh kista radikular sehingga bersih tidak perlu dilakukan pada
semua kasus. Kista di jumpai pada sekitar 42% atau kurang pada daerah rerefaksi akar gigi.
Resolusi (hilangnya inflamasi) daerah rerefaksi ini terjadi setelah terapi saluran akar pada 80
sampai 98% kasus. Drainase juga bisa mengurangi tekanan kista pada dinding kavitas tulang
dan merangsang fibroplasia dan perbaikan dari perifer lesi.
Prognosis
Prognosis tergantung pada gigi khususnya, perluasan tulang yang rusak, dan mudah
dicapainya perawatan.
Gambaran RO
• Lokasinya
Mendekati apeks gigi-gigi non-vital, tanpa pada permukaan mesial akar gigi, pada pembukaan
canal aksesoris atau pada pocket periodontal gigi dalam.
• Batas dan Bentuk
Biasanya memiliki batas kortical. Jika kista menjadi infeksi sekunder, reaksi inflamasi disekitar
tulang menyebabkan hilangnya lapisan luar (corteks) atau cortex berubah menjadi lebih banyak
pinggiran sklerotik.
• Struktur internal
Pada kebanyakan kasus, struktur internal kista ini adalah radiolusen. Kadang-kadang kalsifikasi
distrofik bisa berkembang pada kista lama (menetap), kelihatan seperti penyebaran tipis,
radioopasitas kecil.

2. Kista residual
Gambaran klinis
• Asymtomatik
• Sering ditemukan pada pemeriksaan RO daerah edentulous
• Mungkin terjadi ekspansi pada rahang atau nyeri pada kasus dengan infeksi sekunder
Gambaran RO
• Lokasi
 Terjadi pada kedua rahang
 Lebih sering pada mandibula
 Epicenter terletak pada lokasi periapikal
 Pada mandibula ; epicenter selalu diatas canal inferior alveolar nerve
• Batas dan Bentuk
Memiliki garis tepi cortical kecuali jika menjadi infeksi sekunder. Bentuk kista residual ini adalah
oval atau bulat.
• Struktur Internal
Radiolusen, kalsifikasi bisa terdapat pada kista lama.
Kista residual dapat menyebabkan displacement gigi atau resorbsi. Kista bisa invaginasi pada
antrum maxilla atau menekan saluran inferior alveolar nerve.
3. Dentigerous Cyst
Gambaran Klinis
• Berkembang disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi/ gigi supernumerary
• Pemeriksaan klinis menunjukkan suatu missing, pembengkakan yang keras (hard swelling)
dan biasanya mengakibatkan asimetri wajah.
• Khasnya pasien tidak merasakan nyeri dan ketidaknyamanan
Gambaran RO
• Lokasi
Epicenter kista tepat diatas mahkota gigi yang bersangkutan, biasanya M3 maxilla atau
mandibula, atau yang paling sering terjadi adalah C maxilla. Kista melekat pada CEJ.
Terkadang kista berkembang dari aspek lateral follicle, menempati area disamping mahkota.
• Batas Luar dan Bentuk
Secara khas memiliki batas luar yang tegas (well-defined cortex) dengan garis berkurva atau
sirkular.
• Struktur Internal
Bagian internal radiolusen secara menyeluruh kecuali mahkota gigi.
• Pengaruh pada struktur sekitar
Kista ini cenderung memindahkan (menggerakkan) dan meresorbsi gigi geligi tetangganya.
Biasanya pada direksi apical. Contohnya : M3 mandibula dapat digerakkan pada region condilar
atau coronoid/ hingga cortex inferior dr mandibula.
4. Buccal Bifurcation Cyst (BBC)
Gambaran klinis
• Tertundanya erupsi M1 dan M2 mandibula
• Pada pemeriksaan klinis, molar mungkin missing atau puncak cusp lingual bisa abnormal
menonjol keluar melalui mukosa, lebih tinggi dari pada posisi cusp buccal.
• Gigi geligi selalu vital
• Hard swelling bisa terdapat pada buccal molar dan jika terdapat infeksi sekunder, pasien bisa
merasakan nyeri.
Gambaran RO
• Lokasi
 Paling sering terjadi pada m1 mandibula
 Terkadang terjadi secara bilateral
 Selalu terdapat pada furkasi buccal dari molar yang bersangkutan
• Batas Luar dan Bentuk
 Pada beberapa kasus tidak ada batas luar, lesi bisa sangat halus region radiolusen berlapis
pada gambaran akar molar.
 Beberapa kasus, lesi memiliki bentuk sirkular dengan tepi cortical yang tegas
• Struktur Internal
Radiolusen
5. Odontogenik Keratocyst (OKC)
Gambaran klinis
• Terkadang terbentuk disekitar gigi yang tidak erupsi
• Biasanya asymtomatik walaupun terdapat pembengkakan ringan
• Nyeri bisa terjadi dengan infeksi sekunder
• Aspirasi menunjukkan suatu material tebal, kuning dan cheesy material (keratin)
• Kista ini cenderung berulang
Gambaran RO
• Lokasi
 Badan posterior mandibula dan ramus mandibula
 Epicenter terdapat pada superior hingga inferior alveolar nerve canal
• Batas luar dan bentuk
Menunjukkan tepi kortical seperti kista-kista lainnya kecuali jika terjadi infeksi sekunder, smooth
round atau berbentuk oval atau scalloped outline.
• Struktur internal
 Radiolusen, adanya keratin internal tidak meningkatkan radioopasitas.
 Pada beberapa kasus dapat menunjukkan septa internal berkurang, memberikan gambaran
lesi multilocular.
6. Basal Cell Nevus Syndrome
Gambaran klinis
Mulai terlihat pada awal-awal kehidupan, biasanya setelah umur 5 tahun dan sebelum 3 tahun,
dengan perkembangan kista rahang dan karsinoma sel basal kulit. Lesi terjadi sebagai OKC
multiple pada rahang, biasanya pada beberapa kuadran. Lesi kulit kecil, flat, berwarna daging
atau papul-papul coklat yang dapat terjadi dimana saja pada tubuh khususnya pada muka dan
leher.

Gambaran RO
• Lokasi
Multiple keratosis dapat berkembang secara bilateral dan dapat berukuran macam-macam
mulai dari 1mm-beberapa cm diameternya.
7. Lateral Periodontal Cyst
Gambaran klinis
• Lesi biasanya asymtomatik dan diameternya kurang dari 1cm. jika kista terinfeksi sekunder,
maka lesi ini akan menunjukkan suatu abses lateral periodontal.

Gambaran RO
• Lokasi
50-75% berkembang pada mandibula, umumnya pada I1-P2, pada maxilla I1-C’
• Batas luar dan bentuk
Radiolusensi berbatas tegas dengan kortical boundary dan berbentuk bulat oval.
• Struktur internal
Aspek internal biasanya radiolusen
• Pengaruh pada struktur sekitar
Kista kecil bisa mempengaruhi lamina dura gigi tetangga. Kista yang berukuran besar dapat
menggeser gigi-gigi tetangga dan mengakibatkan ekspasi.

Kista Non odontogenik


1. Kista duktus nasopalatin
Kista ini mengandung sisa duktus nasopalatin organ primitif hidung dan juga pembuluh darah
dan serabut saraf dari area nasopalatin.
Gambaran klinis
• Asimtomatik atau dengan gejala minor yang dapat di tolerir dalam jangka waktu yang lama.
• Kista ini berbentuk kecil, pembengkakan berbatas tegas tepat pada posterior papila palatin.
• Pembengkakan biasanya fluktuan dan berwarna biru jika terdapat di permukaan.
• Perluasan kista dapat berpenetrasi pada plate labial dan mengakibatkan pembengkakan
dibawah frenulum labial maksila. Terkadang lesi dapat meliputi rongga hidung dan merusak
septum nasal.
• Mengakibatkan gigi geligi menjadi divergen
Gambaran Radiograf
• Kista ini terletak pada foramen nasopalatin meluas ke posterior untuk melibatkan palatum
durum.
• Kista ini berbatas jelas, bayangan dari nasal spine terkadang superimpose yang
mengakibatkan kista berbentuk seperti hati.
• Struktur interna radiolusensi secara total, terkadang terjadi kalsifikasi distrofik interna yang
mengakibatkan radioopasitis menyebar.
• Efek kista ini mengakibatkan divergensi akar insisif sentral dan resorpsi akar serta pergeseran
dari nasal fosa ke arah superior.

2. Kista Nasolabial
Asal dari kista ini bisa jadi suatu kista fisural yang muncul dari suatu sisa epitel dalam garis fusi
globular, lateral nasal, dan prosesus maksila.
Gambaran klinis
• Pembengkakan unilateral pada pembungkus nasolabial dan dapat menyebabkan nyeri atau
ketidaknyamanan jika kista berukuran kecil.
• Jika kista berukuran besar dapat masuk ke dalam kavitas nasal yang dapat menyebabkan
obstruksi, pengembangan alae hidung, distorsi nostril hidung da pembesaran bibir atas
Gambaran Radiograf
• Lokasinya dekat prosesus alveolaris diatas apeks insisif karena kista ini merupakan lesi
jaringan lunak sehingga radiograf tidak cukup jelas.
• Lesi berbentuk sirkular atau oval dengan peninggian ringan jaringan lunak pada tepi kista.
• Struktur internal radiolusensi homogen
• Mengakibatkan erosi tulang , peningkatan prosesus alveolar dibawah kista dan apikal insisif,
distorsi border inferior fosa nasal.

3. Kista Dermoid
Suatu kista yang berasal dari sel-sel embrionik yang terperangkap. Kista dibatasi oleh
epidermis dan diisi dengan keratin atau material sebasea.
Gambaran klinis
• Pembengkakan, nyeri dan dapat berkembang hingga diameternya bertambah besar beberapa
senti meter.
• Jika terdapat pada leher atau lidah maka dapat mengganggu pernapasan, bicara dan makan
• Pada palpasi kista bisa fluktuan
Gambaran Radiograf
• Kista ini merupakan kista jaringan lunak sehingga di gunakan CT atau MRI.
• Kista ini memiliki batas yang jelas dan jaringan lunak disekitarnya lebih radioopak.
• Struktur internalnya radiolusen

2.4 PENATALAKSANAAN KISTA


2.4.1 Enukleasi
Merupakan proses pengangkatan seluruh lesi kista tanpa terjadinya perpecahan pada kista.
Kista itu sendiri dapat dilakukan enukleasi karena lapisan jaringan ikat antara komponen
epitelial (melapisi aspek anterior kista) dan dinding kista yang bertulang pada rongga mulut.
Lapisan ini akan lepas dan kista dapat diangkat dari kavitas yang bertulang. Proses enukleasi
sama dengan pengangkatan periosteum dari tulang. Enukleasi pada kista seharusnya dilakukan
secara hati – hati untuk mencegah terjadinya lesi rekuren.

Indikasi :
• Pengangkatan kista pada rahang
• Ukuran lesi kecil, sehingga tidak banyak melibatkan struktur jaringan yang berdekatan

Keuntungan :
• Pemeriksaan patologi dari seluruh kista dapat dilakukan
• Pasien tidak dilakukan perawatan untuk kavitas marsupialisasi dengan irigasi konstan
• Jika akses flap mucoperiosteal sudah sembuh, pasien tidak merasa terganggu lebih lama oleh
kavitas kista yang ada

Kerugian :
Jika beberapa kondisi diindikasikan untuk marsupialisasi, enukleasi bersifat merugikan seperti :
• Fraktur rahang
• Devitalisasi pada gigi
• Impaksi gigi
• Banyak jaringan normal yang terlibat

Teknik :
• Insisi
• Flap mucoperiosteal
• Pembuangan tulang pada aspek labial dari lesi
• Osseous window untuk membuka bagian lesi
• Pengangkatan kista dari kavitas menggunakan hemostate & kuret
• Menjahit daerah pembedahan
• Penyembuhan mukosa & remodelling tulang, dimana terbentuk jaringan granulasi pada
dinding kavitas yang bertulang dalam waktu 3-4 hari. Dan remodelling tulang akan terjadi
selama 6 – 12 bulan.

2.4.2 Marsupialisasi
Merupakan metode pembedahan yang menghasilkan surgical window pada dinding kista,
mengevakuasi isi kista dan memelihara kontinuitas antara kista dan rongga mulut, sinus
maksilary atau rongga nasal. Proses ini mengurangi tekanan inrakista dan meningkatkan
pengerutan pada kista. Marsupialisasi dapat digunakan sebaga terapi tunggal atau sebagai
tahap preeliminary dalam perawatan dengan enukleasi.

Indikasi :
• Jumlah jaringan yang terluka
Dekatnya kista dengan struktur vital berarti keterlibatan jaringan tidak baik jika dilakukan
enukleasi.
Contoh : jika enuklesi pada kista menyebabkan luka pada struktur neurovaskular mayor atau
devitalisasi gigi sehat, sebaiknya diindikasikan metode marsupialisasi.

• Akses pembedahan
Jika akses untuk pengangkatan kista sulit, sebaiknya dilakukan marsupialisasi untuk mencegah
lesi rekuren.
• Bantuan erupsi gigi
Jika gigi tidak erupsi (dentigerous cyst), marsupialisasi dapat memberikan jalur erupsi ke
rongga mulut.

• Luas pembedahan
Untuk pasien dengan kondisi medik yang kurang baik, marsupialisasi merupakan alternatif yang
tepat dibandingkan enukleasi, karena prosedurnya yang sederhana dan sedikit tekanan untuk
pasien.

• Ukuran kista
Pada kista yang sangat besar, adanya resiko fraktur rahang selama enukleasi. Ini lebih baik
dilakukan marsupialisasi, setelah remodelling tulang dapat dilakukan enukleasi.

Keuntungan :
• Prosedur yang dilakukan sederhana
• Memisahkan struktur vital dari kerusakan akibat pembedahan

Kerugian :
• Jaringan patologi kemungkinan masih tertinggal di dalam kavitas
• Tidak dapat dilakukan pemeriksaan histologi secara teliti
• Terselip debris makanan akibat adanya kavitas
• Pasien harus irigasi kavitas beberapa kali setiap hari

Teknik :
• Diberikan antibiotik sistemik, untuk pasien dengan kondisi yang tidak sehat
• Pemberian anastesi lokal
• Aspirasi kista, jika aspirasi dapat memperkuat diagnosis kista, prosedur marsupialisasi dapat
dilakukan
• Insisi awal, biasanya sirkular / ellips dan menghasilkan saluran yang besar (1 cm atau lebih
besar) di dalam kavitas kista.
• Jika lapisan atas tulang tebal, osseous window dibelah secara hati – hati dengan round bur
atau rongeurs
• Pengambilan isi kista
• Menjahit tepi luka hingga membentuk sseperti kantung
• Irigasi kavitas kista untuk menghilangkan beberapa fragmen residual debris
• Masukkan iodoform gauze ke dalam kavitas kista
• Irigasi kavitas rutin selama 2 minggu
• Menjahit daerah pembedahan

2.4.3 Enukleasi dengan kuretase


Dimana setelah dilakukan enukleasi, dilakukan kuretase untuk mengangkat 1 – 2 mm tulang
sekitar periphery kavitas kista. Ini dilakukan untuk membuang beberapa sel epitelial yang
tersisa pada dinding kavitas.

Indikasi :
• Jika dokter melakukan pengangkatan keratosis odontogenik, dimana keratosis odontogenik
memiliki potensi yang tinggi untuk rekuren.
• Jika terdapat beberapa kista rekuren setelah dilakukan pengangkatan kista

Keuntungan :
Jika enukleasi meninggalkan sel – sel epitelium, kuretase dapat mengangkat sisa – sisa
epitelium tersebut, sehingga kemungkinan untuk rekuren minimal.

Kerugian :
Kuretase lebih merusak tulang dan jaringan yang berdekatan. Pulpa gigi kemungkinan akan
hilang suplai neurovaskularnya ketika kuretase dilakukan dekat dengan ujung akar. Kuretase
harus dilakukan dengan ketelitian yang baik untuk mencegah terjadinya resiko ini.

Teknik :
• Kista dienukleasi atau diangkat
• Memeriksa kavitas serta stryktur yang berdekatan dengannya
• Melakukan kuretase dengan rigasi steril untuk mengangkat lapisan tulang 1 – 2 mm sekitar
kavitas kista
• Dibersihkan dan ditutup

2.4.4 Marsupialisasi disertai enukleasi


Dilakukan jika terjadi penyembuhan awal setelah dilakukan marsupialisasi tetapi ukuran kavitas
tidak berkurang.

Teknik :
• Kista pertama kali dimarsupialisasi
• Menunggu penyembuhan tulang, untuk mencegah terjadinga fraktur rahang saat melakukan
enukleasi
• Terjadi penurunan ukuran kista
• Dilakukan enukleasi

2.5 PERTIMBANGAN PENATALAKSANAAN KISTA PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT


JANTUNG
2.5.1 Penyakit jantung Aterosklerotik/angina.
Penyakit jantung aterosklerotik termasuk dalam golongan penyakit yang mengakibatkan
kematian dan sering ditemukan pada pasien lanjut usia. Penyakit jantung iskemik akan
mengarah ke aritmia, gangguan konduksi, gagal jantung, angina pectoris dan infark miokardial.
Gejala subyektif yang paling nyata adalah angina pectoris, suatu proksimal sakit retrosternum
yang melilit, yang sering menyebar ke pundak kiri, lengan atau mandibula. Pencegahan
dilakukan dengan cara mengurangi stress sebelum operasi dengan menggunakan sedative,
pengontrol rasa sakit yang memadai dengan menggunakan anastesi local dan kadang-kadang
dilakukan pemberian senyawa nitrat profilaktik [nitrogliserin, 0,03 mg (1/200 gr) sublingual] 5-10
menit sebelum memulai tindakan bedah.
Penatalaksanaan angina pectoris yang terjadi ketika dilakukan perawatan adalah menghentikan
operasi, mengatur posisi pasien agak tegak atau sedikit condong, memberikan nitrogliserin
sublingual (diulangi 5 menit apabila tidak efektif), dan oksigen. Apabila sakitnya tetap atau
bertambah parah, maka harus diperkirakan terjadinya infark kardiak. Segera member tahu
dokter yang bersangkutan dan membawa pasien ke unit perawatan yang peralatannya
memadai untuk kasus tersebut, resusitasi jantung-paru (CPR) harus dilakukan sesegera
mungkin.
2.5.2 Gagal Jantung
Gagal jantungh kongestif disebabkan oleh proses jantung yang menyimpang, dan oleh karena
itu dipertimbangkan kemungkinannya padas emua pasien lanjut usia dan pada pasien yang
mempunyai riwayat tanda-tanda kelainan jantung. Keadaan ini ditandai dengan adanya
dispnea, napas pendek, ortopnea, batuk kronis, sianosis, edema dependen dan kadang-kadang
bronkopasme. Pasien ini juga didefinisikan berdasarkan pengobatan yang dialaminya yang
biasanya berupa obat-obatan digitalis atau diuretic.
2.5.3 Hipertensi
Hipertensi sering teridentifikasi dari riwayat kesehatan rutin yang diperiksa sebelum operasi.
Pasien hipertensi yang terkontrol dengan baik tidak banyak menimbulkan masalah. Pasien yang
tidak terkontrol dengan baik dan menderita penyakit jangka panjang dengan gejala seperti
pusing-pusing, sakit kepala, perdarahan hidung atau gejala seperti stroke, harus dievaluasi
secara cermat. Penatalaksanaan untuk pasien hipertensi dimodifikasi berdasarkan kebutuhan
individual, dengan mempertimbangkanhasil pemeriksaan tekanan darah pra bedah, usia,
riwayat kesehatan dan riwayat pengobatan dibandingkan dengan urgensi dan sifat
pembedahan yang akan dilakukan.
Pasien yang menderita hipertensi sedang atau ringan dengan tekanan darah yang distabilisir
dengan pengobatan, boleh dirawat melalui kerja sama dengan dokter pribadinya. Biasanya
anestesi yang afektif untuk bedah dentoalveolar diperoleh dengan pemberian mepivacaine 3%
(carbocaine). Meskipun peranan hipertensi essential masih dipertanyakan dalam meningkatkan
perdarahan, tetapi tidak adanya vasokonstriktor benar-benar meningkatkan kemungkinan
terjadinya perdarahan intraoperatif. Jika epinefrin digunakan, dosis totalnya dibatasi hanya
sampai 0,2 mg (setara dengan 10 Carpules dari epinefrin 1:100.00). prinsip penggunaan
anestesi local minimal yang efektif dapat diterapkan pada pasien hipertensi seperti yang
biasanya diperlakukan terhadap pasien yang lain. Mungkin diperlakukan sedative ringan pra
bedah, tetapi harus sepengetahuan dokternya. Karena banyak pasien hipertensi menderita
hipotensi ortostatik (postural), akibat pengobatan antihipertensi (baik diuretic atau inhibitor
adrenergic), maka menaikkan tinggi kursi unit sebaiknya dilakukan perlahan-lahan, dan
diperlakukan seseorang untuk membantu pada waktu pasien berdiri.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kasus:
“Seorang Ibu usia 47 tahun dating ke Poliklinik Bedah Mulut. Ia mengeluh terdapat benjolan
rahang bawah kanan sejak ± 2tahun yang lalu. Ia merasakan benjolan tersebut bertambah
besar dan wajah semakin asimetris. Ia tidak pernah mengeluh sakit, tetapi ia merasakan gigi
rahang bawah kanannya semakin bergeser dan goyang. Gigi 47 dan 48 tidak erupsi. Dan terjadi
pembesaran rahang ke arah bukal. Ibu ini mempunyai riwayat kelainan jantung.
Pembahasan kasus:
1. Diagnosis kasus: Kista Dentigerous (kista follikular)
2. Definisi kista dentigerous: suatu rongga patologi yang mengelilingi suatu gigi yang belum
erupsi.
3. Etiologi : kista dentigerous disebabkan karena penumpukan atau akumulasi cairan antara
sisa- sisa organa email dan mahkota gigi dan kadang- kadang didalam organa email itu sendiri.
4. Gambaran klinis:
• Berkembang disekitar makota gigi yang belum erupsi atau gigi supernumerary
• Pemeriksaan klinis menunjukkan tidak tumbuhnya gigi pada region yang membengkak,
adanya pergeseran letak gigi yang ekstri, dan pemebengkakan wajah yang menyebabkan
keasimetrisan wajah
• Khasnya pasien tidak merasakan nyeri atau sakit bila terjadi infeksi. Kista ini dapat terinfeksi
secxara hematogen.
5. Gambaran radiograf: daerah radiolusensi yang mengelilingi gigi yang tidak erupsi
6. Diagnosis banding: ameloblastoma, odontogenik keratosis dan tumor odontogenik
7. Rencana perawatannya:
• rujuk pasien dikarenakan ada riwayat kelainan jantung
• anamnesis
• pemeriksaan ektraoral dan intraoral
• pemeriksaan detail pembengkakan dan nyeri (jika ada)
• pemeriksaan selanjutnya untuk penegakan diagnosis( radiograf dan biopsy secara aspirasi)
• kurangi tingkat stress dan kecemasan pasien sebelum perawatan
• Anastesi menggunakan vasokonstriktor yang nonadrenalin
• Kista dentigerous mudah diangkat dengan cara enukleasi, gigi yang berhubungan juga
dilakukan ekstraksi. Untuk kista yang lebih besar harus dilakukan dengan cara marsupialisasi
karena jika dilakukan enukleasi dan ekstraksi gigi dapat merusak saraf dan pembuluh darah
terhadap gigi
8. Prognosis: prognosis baik jika manajemen perwatannya dilakukan dengan benar dan
memperhatikan keadaan pasien yang mempunyai kelainan penyakit jantung. Kista dentigerous
jarang terjadi rekurensi jika pengankatan kistanya dilakukan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Burket. Oral Medicine diagnosis & treatment 10th edition. BC Decker.Inc.London : 2003. Hal 9 –
20
Bhalaji. Oral and maxillofacial surgery.
White SC & Pharoah. Oral Radiology 5th ed. Mosby. St Louis. 2000
Peterson. Contemporary oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed. CV Mosby Company. 1993
Label: fall

Anda mungkin juga menyukai