AKUNTANSI PANCASILA
I Nyoman Darmayasa
Politeknik Negeri Bali, Jl. Raya Uluwatu No.45, Kabupaten Badung 80361
surel: nyomandarmayasa2016@gmail.com
http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2019.04.10002
Implementasi amnesti pajak telah ber Di sisi lain, revisi UndangUndang Ke
akhir pada 31 Maret 2017. Namun, suasana tentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
kebatinannya masih terasa. Perasaan lega (UU KUP) harus dilakukan setelah amnes
yang merupakan semboyan dari amnesti pa ti pajak. Mulai muncul banyak komentar
jak sepertinya belum terwujud seutuh nya. dan pandangan dari berbagai pemerhati
Berbagai kebijakan pasca-amnesti pajak terhadap rencana otoritas pajak
perpajakan
sebagai upaya menegakkan aturan terlihat merevisi UU KUP. Rancangan UU KUP bisa
menyasar mereka yang mengikuti amnes dengan mudah diakses di media sosial bah
ti pajak. Beberapa penelitian menguraikan kan sudah menjadi materi pelatihan atau
bahwa yang seharusnya Wajib Pajak (WP) seminar perpajakan. Peneliti mencoba me
yang tidak mengikuti amnesti pajak (Amalia, runut komentarkomentar tersebut. Abib,
2017; Natania & Davianti, 2018; Sa’adah, Yulistyowati, & Sihotang (2017) berpandang
2017). Peneliti mencoba mengurai pandang an bahwa RUU KUP terlihat government-
an tersebut. Dugaan awal peneliti bahwa centered. Yang lebih memihak pemerintah
penegakan hukum pasca-amnesti pajak de karena usulannya berasal dari pemerintah.
ngan melakukan pemeriksaan pajak untuk Momentum revisi RUU KUP menuju kebijak
kewajiban pajak tahun 2016 dan seterusnya an berpihak sejalan dengan hasil peneli
cukup mencemaskan WP. tian Mangoting, Sukoharsono, & Nurkholis
22
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 23
(2017) untuk mecegah kecurangan pajak. pemungutan pajak yang adil harus me
Temuan Levaggi & Menoncin (2013) adalah menuhi syarat equality (kesamaan) dan equ
bahwa kecurangan pajak dipi cu oleh keti ity (keadilan), certainty (kepastian hukum),
dakadilan sistem perpajakan. Di sinilah convenience of payment dalam artian pajak
peran pemerhati perpajakan dalam menyi dipungut pada waktu yang sesuai, econo
kapi fenomena-fenomena sosial WP demi mics of collection (biaya pemungutan) (Smith,
perwujudan RUU KUP yang berpihak. Kata 1776). Implikasinya pola pikir manusia
berpihak yang peneliti maksudkan adalah ekonomikus mengalami kesalahan filosofis
berpihak pada landasan ideologi bangsa yai yang dipengaruhi oleh pemikiran Adam
tu Pancasila. Jika dijabarkan lebih lanjut, Smith yang menggiring segala tindakan yang
RUU KUP seyogyanya mampu mewujudkan menguntungkan pribadi manusia secara
keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. WP ekonomi (Glaze, 2015; Lima & Guizzo, 2015;
adalah bagian dari masyarakat dan otoritas Rahim, 2018). Pandangan dari Adam Smith
pajak merupakan bagian dari masyarakat melalui formula klasik the four maxims ten
juga (Aneswari & Darmayasa, 2016). tunya belum sesuai dengan nilai-nilai Pan
Kewajiban melaksanakan pembukuan casila sehingga terdapat kecenderungan
(akuntansi) atau pencatatan bagi WP untuk ketentuan perpajakan dan prinsip akun
mengetahui besarnya penghasilan kena pa tansi di Indonesia memunculkan banyak
jak diatur dalam pasal 28 UU KUP. RUU KUP celah yang bisa digunakan oleh WP untuk
tidak ada yang menyentuh pasal 28 KUP ten memaksimalkan keuntungan mereka (Dono
tang pembukuan atau pencatatan. Padahal, hoe, 2015; Hanlon, Hoopes, & Shroff, 2014;
akuntansi perpajakan saat ini sebagai sara Holtzblatt, Geekie, & Tschakert, 2016). Men
na perencanaan untuk menekan kewajiban jadi tugas kita bersama menjaga peradaban
pajak WP. Terdapat perbedaan pendekatan ini berjalan sesuai dengan alurnya, melalui
antara akuntansi komersial (principal based) proyeksi revisi RUU KUP dengan preskrip
dengan akuntansi fiskal (law based) dalam tif Pancasila. Proyeksi terhadap sesuatu hal
menentukan penghasilan kena pajak. Mun yang akan terjadi pada masa depan dengan
cul praktik-praktik dengan memanfaatkan landasan yang kuat dan ilmiah melalui pre
perbedaan prinsip akuntansi tersebut un skriptif Pancasila. Proyeksi RUU KUP peneli
tuk melakukan manajemen laba (Aditama & ti lakukan dengan menelisik dari landasan,
Purwaningsih, 2014; Towery, 2017). Praktik asas, menimbang, sampai dengan pasal-pa
ini sangat beralasan ketika peneliti mencoba sal pelaksanaannya. Sebelumnya Darmaya
memahami pandangan Hales, Matsumura, sa, Sudarma, Achsin, & Mulawarman (2018)
Moser, & Payne (2016), Kamayanti (2014), sudah melakukan penelitian terhadap am
dan Zeff (2018) bahwa akuntansi saat ini nesti pajak dan RUU KUP, tetapi belum ber
identik dengan angka yang dikuantifika sifat holistik. Pada kesempatan ini peneliti
si dengan mengedepankan objektivitas dan fokus hanya pada objek RUU KUP dengan
rasionalisme. Untuk memusatkan nilai Pan pendekatan preskriptif Pancasila.
casila dalam akuntansi, Sitorus (2015) men Penelitian ini bertujuan untuk mem
definisikan ulang akuntansi sebagai suatu proyeksikan revisi RUU KUP dengan pre
proses penyeimbangan jasmani (objektivitas) skriptif Pancasila untuk mewujudkan akun
dengan rohani (subjektivitas) pada tataran tansi berkesadaran dan kebijakan yang
proses pelaporan keuangan. Lebih lan berpihak. Penelitian ini memiliki beberapa
jut Sitorus (2016) memandang seyogyanya kebaharuan, yaitu metode preskriptif Pan
akuntansi pertanggungjawaban sosial ber casila merupakan metode yang tepat yang
landasakan nilai-nilai Pancasila sehingga mampu merumuskan usulan RUU KUP yang
tidak terjebak hanya pada konsep triple bot- sesuai dengan karakteristik bangsa Indo
tom line. Peneliti meyakini akuntansi yang nesia, isu RUU KUP merupakan isu terkini
mengutamakan objektivitas mengarahkan pasca-amnesti pajak, dan hasil penelitian ini
perilaku rasionalitas WP dalam penyusunan sejalan dengan upaya DJP mewujudkan ke
pembukuan demi menghemat kewajiban pa sadaran inklusi sebagai pondasi perwujudan
jaknya. Menjadi suatu hal yang mendesak kepatuhan sukarela. Penelitian ini berkon
untuk merevisi RUU KUP demi terwujudnya tribusi secara teoritis sebagai diskursus-di
sistem perpajakan yang baik dan berpihak. skursus landasan akademis penyusunan
Secara historis pajak telah muncul dari RUU KUP. Kontribusi secara praktis adalah
jaman Babilonia Romawi hingga muncul dengan menyeimbangkan government-cen-
nya buku Adam Smith (1723-1790) bahwa tered melalui peningkatan profesional oto
24 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41
ritas pajak dan bagi WP menuju kesadaran dengan nilai-nilai Pancasila. Tahapan beri
inklusi. Penyajian penelitian diawali dengan kutnya dengan menginternalisasikan nilai-
pendahuluan yang melatarbelakangi peneli nilai Pancasila pada tataran landasan, asas,
tian, dilanjutkan dengan metode preskriptif dan menimbang. Tahapan akhir dilakukan
Pancasila untuk memproyeksikan RUU KUP dengan memusatkan nilai Pancasila pada
dengan tahapan-tahapan ilmiah, hasil dan pasal-pasal pelaksanaan RUU KUP.
pembahasan dibagi dalam tema-tema pene Pengumpulan data dilakukan melalui
litian, dan bagian akhir penelitian merupa wawancara secara mendalam dengan infor
kan simpulan dari esensi temuan penelitian. man. Hasil wawancara dituangkan dalam
tema-tema yang membentuk alur pembaha
METODE san penelitian. Tema penelitian ini adalah
Penelitian ini merupakan penelitian kesadaran mendalam informan penelitian
kualitatif meskipun tidak bisa digenerali mulai dari kesadaran secara umum sampai
sasikan (Darmayasa & Aneswari, 2015b; pada kesadaran yang membentuk kesadaran
Neuman, 2013:244). Penelitian kualita inklusi. Tema penelitian diawali dari pan
tif memberikan keleluasaan peneliti untuk dangan umum WP terhadap pajak, upaya
terlibat langsung dalam pengumpulan data pencegahan, dan perencanaan pajak melalui
secara alamiah dalam konteks revisi RUU implementasi akuntansi berkesadaran Pan
KUP. Penelitian kualitatif menggunakan casila. Tema selanjutnya adalah upaya
pendekat an induktif, dimulai dari feno mengantarkan WP menjadi manusia berke
mena-fenomena khusus menuju pada te sadaran Pancasila. Tema berikutnya adalah
ma-tema umum. Fenomena RUU KUP yang RUU KUP yang terkesan government-cen-
government-centered memberikan nuansa tered. Tema penelitian berikutnya sebagai
pengarusutamaan objektivitas. Pembentuk upaya perwujudan RUU KUP yang berpi
an karakter WP yang merupakan unsur hak, tema selanjutnya mengenai preskriptif
subjektivitas dinegasikan dalam RUU KUP. RUU KUP, bagian akhir pembahasan peneli
Fenomena tersebut selanjutnya perlu ditin ti menggunakan intuisi untuk merancang
daklanjut i serta disusun dalam tema-tema usulan revisi RUU KUP dengan preskriptif
umum menuju realitas peradaban baru per Pancasila sebagai upaya mewujudkan kesa
pajakan. daran inklusi. Pembahasan penelitian disu
Penelitian ini tidak menggunakan para sun secara bersamaan dengan pengumpul
digma khusus layaknya paradigma menurut an data. Rentang waktu wawancara dan
Burrell & Morgan (1979) yaitu paradigma kedekatan peneliti dengan informan peneli
positif, paradigma interpretive, paradigma tian secara tidak langsung menjadi bukti va
radical humanist, dan paradigma radical liditas data (Kamayanti, 2016; Taylor, 2018).
structuralist. Peneliti menggunakan metode Wawancara yang berulang dan kedekatan
preskriptif Pancasila melalui tahapan-tahap peneliti dengan informan memudahkan per
an ilmiah menuju usulan RUU KUP yang cakapan tanpa ada rasa canggung sehingga
berpihak. Peneliti terinspirasi dari proses data yang diperoleh bersifat konsisten dan
penyusunan disertasi peneliti sendiri yang mampu menggali pengalaman yang paling
menggunakan metode historisitas, rasio dalam (Berger, 2015; Fowler & Keeper, 2016;
nalitas, dan aktualitas paripurna Pancasila Parker & Northcott, 2016).
yang mengacu pada pemikiran Latif (2011). Informan penelitian yang terlibat dalam
Metode peneliti kembangkan dengan proyek penelitian ini adalah WP, konsultan pajak,
si preskriptif. Inspirasi berikutnya bersum dan akademisi pajak. Pemilihan informan
ber dari buku karya Mulawarman (2016). penelitian dengan pertimbangan akademi
Inspirasi lainnya bersumber dari upaya si memahami UU KUP secara akademik,
DJP untuk mewujudkan kesadaran inklusi kon sultan pajak menguasai UU KUP da
melalui penerbitan buku Kesadaran Pajak. lam praktik profesionalnya, dan WP yang
Tahapan preskriptif Pancasila dilaku mengimplementasikan UU KUP dalam pe
kan melalui tahapan ilmiah, pemahaman menuhan kewajiban perpajakannya. Daftar
tekstural RUU KUP, sampai dengan mem nama informan, peran, dan waktu wawan
proyeksikan RUU KUP. Tahapan ilmiah di cara terdapat pada Tabel 1.
mulai dengan menelisik ketidakkonsistenan Pengalaman peneliti dalam pemenuhan
landasan RUU KUP dengan ideologi bangsa kewajiban perpajakan akan menghasilkan
yaitu Pancasila. Tahapan selanjutnya dengan proses pengayaan analisis dan pembahasan.
menelusuri pasal-pasal yang tidak sesuai Peneliti adalah salah satu instrumen pene
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 25
litian yang digunakan untuk mengelaborasi LPD tidak tunduk pada ketentuan lembaga
data hasil wawancara dengan para infor keuangan mikro. Namun, LPD dapat me
man sebagai bentuk verifikasi data. Dalam menuhi kewajiban perpajakannya dikom
penelitian ini subjektivitas peneliti sangat pensasikan dengan kontribusi langsung
berperan untuk mengobjektifkan data-data pada daerah setempat dengan landasan filo
subjektif. Pengalaman peneliti dalam mem sofi Tri Hita Karana.
berikan pembekalan program relawan pajak Falsafah pajak berdasar pada falsafah
dari 60 mahasiswa-mahasiswi Politeknik Pancasila menurut pasal 23 A UUD Tahun
Negeri Bali pada 11 Pebruari 2019 merupa 1945 sama dengan falsafah pajak di Inggris
kan pengayaan pembahasan sebagai suatu dan falsafah pajak di Amerika (Pravasanti,
proses observasi terhadap tumbuhnya ke 2018; Rosa & Yuni, 2017; Sholihah, 2016).
sadaran WP dan profesionalitas otoritas Oleh karena itu, otoritas pajak memiliki ke
pajak. Pembahasan penelitian ini peneliti wenangan untuk memungut pajak untuk
antarkan dengan suatu preskriptif penyeim sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
bangan baik objektivitas dengan subjektivi Merujuk pada indikator tax effort bahwa
tas WP maupun otoritas pajak demi mem otoritas pajak hanya bisa menggali peneri
bumikan nilai Pancasila dalam preskriptif maan dari sektor pajak sebesar 47% dari po
revisi RUU KUP. tensinya (Guerra & Harrington, 2018; Mon
grain & Wilson, 2018; Postali, 2015). Hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN menyisakan permasalahan kepatuhan pajak
Pandangan WP terhadap pajak. Tidak yang belum kunjung meningkat. Bahkan,
ada yang ikhlas membayar pajak (Darmaya tax ratio yang hanya 11 % tergolong rendah
sa, Sudarma, Achsin, & Mulawarman, 2018), dibandingkan dengan negara tetangga (Amir,
sebagai cerminan dari pandangan Benjamin Asafu-adjaye, & Ducpham, 2013).
Franklin bahwa yang pasti di dunia ini ada Berbagai upaya dilakukan WP untuk
lah pajak dan kematian (Ross & Buckwalter, menghindari pemenuhan kewajiban perpa
2013). Kewajiban membayar pajak tidak bisa jakan mulai dari tidak melapor Surat Pem
dihindari seperti halnya kematian. Karena beritahuan (SPT) atau melaporkan SPT yang
tidak bisa menghindari, WP melakukan ber isinya belum lengkap, benar, dan jelas. Di
bagai upaya mengurangi beban pajak. Se lain pihak otoritas pajak memiliki kewenang
yogyanya pajak dimaknai sebagai kewajiban an untuk menguji kepatuhan WP dengan
bukan suatu beban. Namun, masyarakat melakukan pemeriksaan pajak yang diatur
menyikapi kewajiban pajak sebagai suatu dalam pasal 29 (1a) UU KUP Tahun 2009.
beban. Wajar kiranya pajak menjadi momok Sudah menjadi rahasia umum bahwa WP
di masyarakat untuk dihindari. lebih memilih menghindar membayar pajak
Pandangan WP terhadap pajak sangat setelah terdapat pemeriksaan oleh otoritas
dipengaruhi oleh nilai lokalitas yang me pajak, efek jeranya baru memperbaiki ting
lingkupi keseharian WP. Filosofi yang men kat kepatuhannya (Devos, 2013; Pickhardt &
jadi keyakinan masyarakat merupakan pan Prinz, 2014). Namun, hanya sedikit WP yang
duan berpikir, berkata, dan berbuat dalam mengalami pemeriksaan.
menghadapi fenomena sosial. Darmayasa Pandangan WP terhadap pajak masih
& Aneswari (2016) memandang bahwa nilai berada pada tataran beban, belum berpan
Tri Hita Karana merupakan landasan kehar dangan sebagai suatu kewajiban. Melalui
monisan hubungan manusia dengan Tuhan, RUU KUP Tahun 2009 dengan mengganti
hubungan manusia dengan sesama, beserta istilah WP menjadi pembayar pajak diklaim
keharmonisan hubungan manusia dengan oleh otoritas pajak sebagai upaya menghar
alam sekitar. Inilah yang menjadi pijakan gai pembayar pajak. Pada pasal 1 RUU KUP
Lembaga Pengkreditan Desa (LPD) untuk istilah WP diubah menjadi Pembayar Pajak
memenuhi kewajiban perpajakannya. Ber (PP) yang sesuai dengan terjemahan istilah
dasarkan UU No. 1 Tahun 2013, pasal 39 (3), taxpayer. Istilah Nomor Pokok Wajib Pajak
26 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41
(NPWP) diubah menjadi Nomor Identitas berikutnya peneliti antarkan pada upaya
Pembayar Pajak (NIPP). Penggalian pandang meminimalkan perencanaan pajak melalui
an informan terkait RUU KUP peneliti awali implementasi akuntansi berkesadaran Pan
dari informan Pamungkas yang merupakan casila.
WP. Pamungkas pada prinsipnya menga Upaya mencegah perencanaan pajak
presiasi perubahan terminologi Wajib Pajak melalui implementasi akuntansi berke-
menjadi Pembayar Pajak (PP) merujuk pada sadaran Pancasila. Pada bagian penda
istilah asing tax payer. huluan peneliti mengutarakan maraknya
praktik-praktik perencanaan pajak yang
“Saya setuju istilah Wajib Pajak memanfaatkan metode pembukuan atau
diganti dengan istilah Pembayar akuntansi. Akar permasalahan dipicu oleh
Pajak karena Wajib Pajak merasa Pendidikan akuntansi yang lebih menitikbe
lebih dihargai dengan penggantian ratkan pada aspek materialitas dalam wujud
istilah Wajib Pajak menjadi Pem kuantifikasi angka-angka. Pola Pendidikan
bayar Pajak” (Pamungkas). akuntansi yang lebih mengutamakan as
pek objektivitas memicu pengarusutamaan
Pandangan berbeda disampaikan oleh rasionalitas (Boyce, Greer, Blair, & Davids,
Pogba yang kesehariannya berprofesi se 2012; Kamayanti, 2014; Tan, Chatterjee, &
bagai konsultan pajak. Pogba terkesan ku Bolt, 2014). Rasionalitas dalam ranah perpa
rang sepakat dengan revisi RUU KUP tahun jakan dalam hal ini Pasal 28 KUP yang hanya
2009 dengan mengganti istilah WP menjadi mengatur kewajiban WP untuk menyusun
Pembayar Pajak. Pernyataan Pogba sebagai pembukuan atau jika tidak mampu pem
berikut. bukuan bisa dengan menyusun pencatatan
untuk mengetahui besarnya penghasilan
“Aneh, kalau istilah Wajib Pajak kena pajak.
diubah menjadi Pembayar Pajak. Mengingat pandangan umum masya
Kalau kita melihat Wajib Pajak itu rakat terhadap pajak masih pada tataran be
lebih luas dan Wajib Pajak lebih ban, implikasi logisnya masih muncul upa
berkaitan dengan kewajiban. Wa ya untuk mengurangi besarnya penghasilan
jib Pajak tidak hanya membayar kena pajak. Melalui preskriptif RUU KUP,
pajak, tetapi juga menghitung, peneliti usulkan revisi pasal 28 KUP dengan
membayar, dan melaporkan pa konsep-konsep definisi akuntansi sesuai
jak. Tapi kalau Pembayar Pajak pandangan Sitorus (2015) menghadirkan
hanya membayar pajak saja dan kesadaran holistis berdasarkan cinta dalam
artinya lebih sempit juga, bisa jadi akuntansi menurut pandangan Kamayanti
orang yang disuruh bayar pajak (2014), pandangan Setiawan (2016) tentang
dianggap sebagai Pembayar Pajak” akuntansi holistik, dan pandangan konsep
(Pogba). kepatuhan yang menggunakan pendekatan
nilai lokalitas sehingga terwujud akuntansi
Perbedaan pandangan ini sangatlah yang menginternalisasikan nilai-nilai Pan
wajar mengingat latar belakang yang ber casila.
beda dari masing-masing informan. Peneliti Preskriptif akuntansi Pancasila melalui
berupaya menarik benang merah dari per tataran historisitas dimulai dari pemaha
bedaan pandangan tersebut yang mengeru man awal akuntansi Pancasila, selanjutnya
cut pada penggantian istilah sebagai upaya melangkah menuju pemahaman pendidikan
menyelaraskan istilah asing (kata aslinya) akuntansi Pancasila yang pada akhirnya
tanpa ada perubahan mendasar pada diri WP mampu mewujudkan akuntansi perpajakan
itu sendiri. Istilah Pembayar Pajak menurut yang Pancasilais. Implementasi akuntansi
Pogba bermakna sempit, hanya mewakili Pancasila yang holistik merupakan unsur
mereka yang telah membayar pajak. Pan objektif yang mensyaratkan WP yang Pan
dangan Pamungkas istilah Pembayar Pajak casilais sehingga mampu mencegah perenca
bermakna lebih baik daripada Wajib Pajak naan pajak yang menurunkan penghasilan
dalam artian telah memenuhi kewajiban kena pajak. Pemaparan berikutnya adalah
membayar pajak. Peneliti memandang isti pada upaya mengantarkan wajib pajak men
lah Pembayar Pajak lebih bersifat tekstur jadi manusia berkesadaran Pancasila.
al yang belum menyentuh pada substansi Mengantarkan Wajib Pajak menjadi
pemenuhan kewajiban perpajakan. Uraian manusia berkesadaran Pancasila. Karakte
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 27
bab dengan 129 pasal. Pada hasil penelusur bersifat government-centered yang memberi
an teks terdapat pasal-pasal RUU KUP yang kan kewenangan lebih kepada otoritas pajak.
lebih berpihak kepada otoritas pajak, yaitu Kewenangan lebih diawali dengan pemben
pasal 59, 62, 68, dan 82. Pasal 59 RUU KUP tukan Badan Penerimaan Pajak (BPP) yang
terkait peningkatan kewenangan otoritas pa berada di bawah Presiden yang sebelumnya
jak untuk melakukan pemeriksaan berulang di bawah Kementerian Keuangan yang diatur
yang mencederai self-assessment system. dalam pasal 95 (3) RUU KUP. Pasal 96 RUU
Pasal 62 terkait jangka waktu penyusunan KUP sudah melibatkan masyarakat atau PP
Surat Ketetapan Pajak atau SKP yang ma untuk berperan aktif membantu pencegahan
sih 12 bulan tidak sesuai dengan praktik ataupun penindakan terhadap pelanggaran
lazimnya sesuai dengan ketentuan OECD ketentuan perpajakan.
maksimal selama enam bulan. Pada pasal Penggalian pandangan selanjutnya de
68 terkait keberatan WP yang tidak menun ngan mewawancarai Pogba yang mengikuti
da pemenuhan kewajiban pajak WP beserta perkembangan pembahasan RUU tentang
pasal 82 yang menyasar penanggung pajak Konsultan Pajak. Beliau mengutarakan pan
pada pemegang saham dan pihak lain yang dangannya dari sudut RUU Konsultan Pajak
tidak ada dalam akta perusahaan. sebagai berikut.
Otoritas pajak meningkatkan kewe
nangannya dalam mengumpulkan peneri “Dengan RUU Konsultan Pajak
maan negara yang tidak memberikan insen yang baru, konsultan pajak kan
tif pertumbuhan dunia usaha. Otoritas pajak kebal hukum, orang pajak yang
lebih menekankan rasionalitas kewenangan terlibat di dalamnya juga tidak be
yang bisa memaksa dalam pengumpulan pa rani main-main” (Pogba).
jak. Peningkatan kewenangan tercermin dari
adanya peningkatan sanksi administratif ke Lebih lanjut peneliti menggali pandang
terlambatan pelaporan SPT masa PP Badan an Pogba terkait kuasa WP Badan. Pogba ter
dari Rp100.000,00 menjadi Rp500.000,00 lihat dengan serius menanggapi pertanyaan
(RUU KUP Pasal 32 (2c)). Pengenaan sank peneliti sambil sesekali menghisap rokok.
si lebih tinggi menganut pemikiran Devos Manuskrip wawancaranya yaitu:
(2013) tentang deterrence economic, bahwa
PP akan patuh jika ada sanksi yang tinggi. “Lebih baik kembali ke KUP yang
Rasionalitas RUU KUP lebih menekankan lama dengan pertimbangan yang
aspek materialis dengan pengenaan sanksi bertanggung jawab sudah jelas se
material untuk meningkatkan kepatuhan suai di akta, tapi kalau dilibatkan
PP. semua yang berperan seperti yang
Otoritas pajak memaknai RUU KUP disebutkan di RUU KUP, banyak
merupakan reformasi sistem perpajakan orang yang akan kena bias. Jadi,
menuju peradaban baru pasca-amnesti pa bukan hanya konsultan pajak,
jak. Sementara itu, PP memandang RUU KUP bagian accounting pun bisa jadi
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 29
an atau harus terus di-update. Pernyataan Pogba dan Messi seirama de
Kalau pemeriksaan saya setuju ngan pernyataan Pamungkas.
kalau rutin, karena tidak semua Peneliti melakukan penelusuran terha
Wajib Pajak mengalami pemerik dap pasal 68 mengenai pengajuan keberatan
saan, sehingga rasa keadilan di oleh WP yang tidak menunda pemenuhan ke
WP kelihatannya tidak ada” (Pog wajiban WP untuk membayar pajak beserta
ba). pelaksanaan penagihan sesuai dengan nas
kah akademik RUU KUP mengacu pada prak
Pandangan senada juga disampaikan tik di Amerika Serikat melalui otoritas pajak
oleh Messi yang mengatakan bahwa peme nya Internal Revenue Service (IRS). Terkait
riksaan pajak menguras energi, waktu, dan dengan penanggung pajak dalam RUU KUP
konsentrasi WP. Jika dilakukan lebih dari mengisyaratkan bahwa penanggung pajak
sekali untuk tahun pajak yang sama, bisa tidak terbatas pada mereka yang ada dalam
mengganggu operasional perusahaan dan akta perusahaan, tetapi termasuk mereka
tidak ada kepastian hukumnya. Pandangan yang secara nyata terlibat dalam pemenuh
Pamungkas, Pogba, dan Messi sama terha an kewajiban perpajakan WP. Pamungkas
dap ketidaksepahamannya dengan RUU memandang aturan ini terlalu memberat
KUP yang memberikan ruang pada otoritas kan WP karena terlalu banyak melibatkan
pajak melakukan pemeriksaan lebih dari pihak-pihak. Pihak yang bertanggung jawab
sekali dalam tahun pajak yang sama. Selain terhadap perusahaan adalah mereka yang
dari sudut pandang tidak adanya kepastian ada dalam akta perusahaan. Singkat kata,
hukum bagi WP terhadap Surat Ketetapan Pamungkas menyatakan kembalikan saja
Pajak (SKP) yang diperoleh dari hasil peme pada aturan yang lama. Pembahasan selan
riksaan pajak, ketentuan ini juga membuka jutnya peneliti antarkan pada tema preskrip
ruang adanya pemeriksaan pajak yang ku tif RUU KUP.
rang profesional dan objektif. Jangan sampai Preskriptif RUU KUP. Berdasarkan lo
kebijakan pajak yang terlalu eksesif meng gosentrisme pasal-pasal yang government-
arah pada hancurnya peradaban (Sarjono, centered peneliti mengusulkan beberapa re
2018). Kebijakan yang terlalu eksesif yang visi dengan menegakkan ideologi Pancasila
diterapkan pada masa milenial berpotensi dalam RUU KUP. Hal ini tersaji pada Tabel 3.
menjadi viral dalam artian negatif. Kebijak Terkait dengan adanya peningkatan
an eksesif dalam artian kebijakan untuk sanksi atas keterlambatan pelaporan SPT
menggali penerimaan pajak setinggi-tinggi masa WP Badan, Pogba menyetujui adanya
nya tetapi kurang memperhatikan implikasi sanksi nominal. Hal ini termuat pada kutip
nya terhadap pertumbuhan usaha WP. Oleh an sebagai berikut.
karena itu, hal kecil saja dalam keseharian
masyarakat milenial menjadi pembahasan “Setuju dengan kenaikan sank
yang meluas dan dikhawatirkan akan men si denda SPT masa Badan dari
jadi potensi penurunan tingkat kepatuhan 100 ribu menjadi 500 ribu yang
WP. mana akan lebih memberikan efek
Berbeda dengan adanya kewenangan jera, kalau itu diperbesar setuju
otoritas pajak untuk melakukan pemerik supaya betul-betul mendapatkan
saaan pajak lebih dari sekali dalam seta perhatian lebih sehingga sanksi
hun, jika mengalami Lebih Bayar (LB) proses masa sudah dikasi sanksi besar
pengembalian kelebihan pajaknya sampai kemudian sanksi keterlambatan
dengan satu tahun. Hal ini tidak sejalan bayar kena sanksi bunga 1% dika
dengan praktik internasional pada umum li dua puluh empat maksimal juga
nya, yang hanya maksimal 6 (enam) bulan. sudah bagus karena sudah nego
Terlihat sesuatu yang berpihak kepada WP siasinya di masa” (Pogba).
relatif sulit terwujud dalam RUU KUP. Hal
ini disampaikan oleh informan Pamungkas Pandangan berbeda disampaikan oleh
yaitu “untuk pengembalian uang WP sebaik Messi. yang mencoba melihat dari sudut
nya dipercepat”. Hal ini penting mengingat pandang selain aspek materi. Hal ini ter
negara melalui otoritas pajaknya hadir di muat pada pernyataan berikut ini.
tengah-tengah masyarakat dalam hal ini WP
dalam upaya memberikan pelayanan prima. “Sebaiknya sanksi moral dikede
pankan karena sanksi sosial ter
32 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41
sebut lebih memberikan efek jera ment sehingga tidak menciptakan kepas
dibandingkan dengan sanksi ma tian hukum yang berkeadilan bagi WP. Pe
terial” (Messi). neliti mengusulkan penyeimbangan antara
pening katan kewenangan otoritas pajak
Pandangan Pogba dan Messi terhadap dengan pemenuhan rasa keadilan kepada
kenaikan sanksi administrasi keterlambat WP. Pemenuhan rasa keadilan bisa diwujud
an penyampaian SPT Masa Badan terli kan dengan preskriptif RUU KUP yang kem
hat berbeda. Perbedaan yang disebabkan bali pada UU KUP yang sudah berlaku saat
oleh latar belakang profesi mereka. Peneliti ini. Usulan peneliti disajikan dalam Tabel 6
menarik simpulan bahwa sanksi moral un sebagai pertimbangan otoritas pajak dalam
tuk pelaporan masa relatif sulit diterapkan menyusun RUU KUP.
menimbang implikasi sosialnya yang lebih Hadirnya otoritas pajak sebagai ben
besar daripada manfaat ketaatan yang di tuk pelayanan kepada WP sedikit tidaknya
peroleh. Perlu juga dipertimbangkan adanya bisa diwujudkan dengan memberi pelayanan
kerahasiaan data WP untuk dipublikasikan yang lebih cepat dari sebelumnya. Pada ja
sebelum adanya keputusan yang bersifat man milenial dengan berbagai bantuan tek
mengikat sesuai dengan Pasal 34 UU KUP. nologi informasi tentunya harus diimbangi
Ketentuan tersebut sedikit tidaknya meng dengan percepatan proses yang selama ini
hambat perwujudan sanksi sosial terhadap belum bisa terwujud. Hal yang sangat se
WP yang belum memenuhi kewajiban per derhana dan menjadi dambaan bagi semua
pajakannya secara benar. Berpijak dengan WP yang mengalami kelebihan pembayaran
berbagai pertimbangan tersebut, peneliti pajak untuk memperoleh haknya sesegera
mengajukan usulan RUU KUP terkait de mungkin. Proses penyeimbangan antara ob
ngan sanksi administratif yang disajikan jektivitas dengan subjektivitas sangat rele
pada Tabel 4 dan Tabel 5. van diterapkan untuk menegakkan ideologi
Peningkatan wewenang otoritas pajak Pancasila dalam RUU KUP. Secara objektif
tidak sejalan dengan filosofi self-assess- WP telah memenuhi kewajiban pajaknya,
bahkan sampai lebih bayar. Secara subjek Imperatif yaitu tanpa menunggu
tif WP memiliki hak untuk memperoleh pe keputusan hukum yang lebih ting
layanan profesional dari otoritas pajak de gi itu harus dieksekusi. Katakan
ngan memperoleh pengembalian kelebihan lah proses keberatan ada penga
pembayaran pajak. juan keberatan yang paling lambat
Pelayanan profesional otoritas pajak ke tiga bulan di SKPKB, kemudian
pada WP yang mulai patuh atau sudah patuh proses keberatan terdapat beber
seiring dengan pandangan dari Sarjono apa jumlah pajak, itu juga kon
(2018) dalam suatu usulan model kepatuh sekuensinya pemerintah harus
an berbasis reward and punishment. Model berani memberikan pengembalian
kepatuhan ini bahkan peneliti sampaikan bunga. Dibandingkan yang lama
pada kesempatan pemberian pembekalan misalkan dari 1 miliar hanya setu
kepada 60 relawan pajak dari Politeknik ju 300 kemudian oleh DJP masih
Negeri Bali pada Senin, 11 Februari 2019. ada lagi sebesar 700 yang harus
Tanggapan positif dari Humas DJP terkait dibayar ditambah dengan sanksi
pandangan tersebut yang secara langsung sebesar 50% kan lumayan sekali.
memverifikasi bahwa WP berhak terhadap Akan tetapi, jika kasusnya antara
pelayanan profesional setelah memenuhi ke yang setuju dengan tidak setuju
wajiban pajaknya dengan baik. Berdasarkan tidak terlalu jauh beda, maka un
pandangan informan dan intuisi peneliti di dang-undangnya memang impera-
tuangkan dalam bentuk usulan preskriptif tive” (Pogba).
RUU KUP terkait dengan pemenuhan perce
patan pengembalian kelebihan pembayaran Menyimak pandangan Pogba, peneliti
pajak dalam Tabel 7 yang merupakan alter merenung sesaat dan mencoba memahami
natif membumikan nilai keadilan Pancasila bahwa UU pajak merupakan UU imperatif.
dalam RUU KUP. Pengajuan keberatan dalam upaya memper
Peneliti menggali pandangan Pogba oleh keadilan bagi WP sehingga belum ada
me ngenai pengajuan keberatan yang tidak keputusan yang bersifat final harus diek
menunda pemenuhan kewajiban membayar sekusi oleh otoritas pajak. Dapat disimpul
pajak WP beserta pelaksanaan penagihan kan bahwa peran penting konsep perpajak
pajak. Hal ini termuat pada Pogba sebagai an diterapkan bahwa pajak tidak hanya
berikut. berfungsi sebagai sumber anggaran sehing
ga setiap keputusan harus segera dieksekusi
“Itu mengacu ke hukum pajak di demi penerimaan negara. Seyogyanya aspek
Indonesia yang bersifat imperatif. lain seperti pengaturan ekonomi juga perlu
dipertimbangkan. Faktor ekonomi di sini da RUU KUP yang peneliti usulkan dari Tabel
lam artian memberikan kesempatan kepada 3 sampai dengan Tabel 9 merupakan suatu
WP membayar sesuai dengan yang mereka upaya menyeimbangkan objektivitas de
setujui terlebih dahulu. Preskriptif RUU KUP ngan subjektivitas dalam RUU KUP. Dalam
terkait dengan penundaan pembayaran pa tataran filosofis RUU KUP wajib berlandas
jak, peneliti sajikan dalam Tabel 8. kan pada nilai-nilai Pancasila. Pandangan
Peneliti mempunyai pengalaman ba Adam Smith tentang the four maxims lebih
gaimana proses pemeriksaan pajak yang menekankan aspek objektivitas yang perlu
melelahkan, menyita waktu, dan bahkan bi diseimbangkan dengan pemenuhan aspek
sa memp engaruhi psikologis pada pihak-pi subjektivitas. Pembentukan karakter WP
hak yang terlibat di dalamnya. Pengalaman yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila di
peneliti tersebut jika dihubungkan dengan tuangkan dalam pasal-pasal turunan dari
RUU KUP tentang penanggung pajak sangat RUU KUP. Oleh karena itu, dalam tataran
relevan. Sebagai contoh seorang karyawan filosofis landasan RUU KUP adalah Panca
bagian pembukuan dengan upah minimal sila dalam tataran praktis dituangkan dalam
sesuai dengan kebijakan kabupaten atau pasal-pasal yang memberikan keberpihakan
provinsi setempat menghadapi pemeriksaan kepada WP sesuai dengan preskriptif revisi
pajak yang begitu melelahkan harus ikut RUU KUP dalam Tabel 3 sampai dengan Ta
bertanggungjawab terhadap hasil pemerik bel 9. Besar harapan peneliti perencanaan
saan tersebut. Menurut peneliti kebijakan pajak yang mengedepankan rasionalitas
ini berpeluang menghilangkan rasa nyaman menurut Jensen & Meckling (1976) bisa di
bekerja dari karyawan yang tidak seharus minimalisasi dengan berpegang pada nilai-
nya bertanggungjawab seperti layaknya pe nilai adat ketimuran (Pepper & Gore, 2015).
ngurus yang ada dalam akta perusahaan. Tujuan akhir dari setiap kebijakan per
Beranjak dari hasil wawancara dengan Pog pajakan, tidak terbatas pada RUU KUP, ada
ba dan pengalaman yang peneliti alami, pe lah mewujudkan kesadaran inklusi menuju
neliti sintesiskan menjadi suatu usulan pre peningkatan kepatuhan WP. Peneliti berpan
skriptif RUU KUP terkait penanggung pajak dangan bahwa kesadaran inklusi yang me
mengacu pada sila kedua Pancasila terkait rupakan aspek subjektivitas dan objektivitas
kemanusian disajikan pada dalam Tabel 9. dalam wujud profesionalitas otoritas pajak
Preskriptif RUU KUP sebagai upaya merupakan modal sosial dari perwujudan
mewujudkan kesadaran inklusi. Preskriptif kepatuhan pajak. Pendapatan pajak yang
tinggi tentunya ditopang oleh kepatuhan mengenal program inklusi pajak pada pen
yang tinggi dengan pondasi kesadaran in didikan formal sehingga sangat logis belum
klusi WP dan profesionalitas otoritas pajak. tumbuh kesadaran pajak dari hati mereka.
Profesionalitas otoritas pajak dalam model Upaya lainnya yang bisa dilakukan selain
yang dikemukakan oleh Gangl, Hofmann, & pendidikan formal yang menyasar WP yang
Kirchler (2015), Im (2018), Ritsatos (2014), tidak mengenyam pendidikan formal adalah
dan Rothengatter (2016) yaitu Slippery Slope pembuktian melalui kerja nyata pemerintah
Framework merupakan penegakan hukum bahwa hasil pajak memang kembali kepada
otoritas pajak. Sementara itu, kesadaran in masyarakat melalui program pembangunan
klusi WP merupakan kepercayaan terhadap berkeadilan. Pelibatan tokoh masyarakat
otoritas pajak. Kedua pondasi tersebut baik dan pemuka agama melalui penyebaran ka
objektivitas maupun subjektivitas harus ta-kata bijak dan bajik mampu menyubur
diseimbangkan untuk mewujudkan pening kan kesadaran akan peran aktif masyarakat
katan kepatuhan pajak. melalui pembayaran pajak untuk memba
Upaya menumbuhkan kesadaran in ngun bangsa dan negara.
klusi pada WP yang berkesinambungan di Salah satu tujuan DJP meluncurkan
yakini merupakan salah satu pondasi efekti program kesadaran inklusi pajak melalui
vitas implementasi Self Assessment System. pendidikan generasi muda yaitu menjadikan
Kesadaran pajak merupakan masalah psi warga negara yang sadar akan kewajiban
kologis yang diibaratkan kesadaran pajak nya berbangsa dan bernegara. Pembentukan
sama dengan mencintai seseorang yang ti karakter masyarakat yang sadar akan pajak
dak boleh dipaksakan (Muehlbacher, Harti, menjadi program jangka panjang dengan
& Kirchler, 2017). Secara psikologis pemak membudayakan perilaku sadar pajak. Peri
saan akan menciptakan perlawanan, baik laku sadar pajak akan menjadi budaya bela
pasif maupun aktif. Akumulasi perlawanan negara jaman “Now”.
bisa menjadi pembangkangan, sehingga Budaya sadar pajak diyakini mam
upa
ya perwujudan kesadaran inklusi akan pu merombak momok rendahnya tingkat
semakin jauh dari harapan (Stam & Verbeet kepatuhan pajak yang hanya 11%, relatif
en, 2017). rendah dibandingkan dengan negara tetang
Masalah kesadaran inklusi merupakan ga yang berada pada kisaran 14% sampai
masalah bersama bangsa sehingga harus dengan 16%. Masyarakat Indonesia den
melibatkan berbagai pihak tidak terbatas gan Ideologi Pancasila berasumsikan ma
pada sektor pendidikan formal. Informan nusia yang menyeimbangkan unsur materi
penelitian merupakan generasi yang belum al dengan unsur emosional. Kebijakan dan
36 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41
Kepatuhan P ajak
diawali dari menimbang untuk membentuk syarakat Madani, 7(1), 1-18. https://
karakter WP yang patuh sebagai cerminan doi.org/10.26623/humani.v7i1.1019
manusia berkesadaran Pancasila. Pasal-pa Aditama, F., & Purwaningsih, A. (2014). Pe-
sal pelaksanaan mulai metode pembukuan ngaruh Perencanaan Pajak terhadap
atau akuntansi dari sanksi administratif dan Manajemen Laba pada Perusahaan
bunga, peningkatan kewenangan otoritas Nonmanufaktur yang Terdaftar di Bur
pajak, batas waktu pengembalian kelebih sa Efek Indonesia. Modus, 26(1), 33–
an pajak, penundaan pembayaran pajak, 50. https://doi.org/10.24002/modus.
dan penanggung pajak diseimbangkan an v26i1.576
tara kepentingan otoritas pajak dengan WP. Allingham, G. M., & Sandmo, A. (1972). In-
Penelitian ini mengusulkan RUU KUP yang come Tax Evasion: A Theoretical Analy
mewujudkan akuntansi berkesadaran dan sis. Journal of Public Economics, 1, 323–
berpihak sebagai awal peradaban bangsa. 338. https://doi.org/10.1016/0047-27
Perimbangan dan pemenuhan kepentingan 27(72)90010-2
otoritas pajak dan WP merupakan solusi ter Amalia, M. (2017). Kebijakan Hukum terha-
baik menuju otoritas pajak yang profesional dap Pelaksanaan Pengampunan Pajak
dan perwujudan kesadaran inklusi WP. (Tax Amnesty) dalam Meningkatkan
Preskriptif RUU KUP yang telah menye Kesejahteraan Masyarakat Bangsa In
imbangkan objektivitas (peningkatan ke donesia. Jurnal Hukum Mimbar Justitia,
wenangan otoritas pajak) dengan subjekti 3(1), 17-34. https://doi.org/10.35194/
vitas (pemenuhan hak dan kewajiban WP) jhmj.v3i1.8
merupakan pondasi perwujudan kesadaran Amir, H., Asafu-adjaye, J., & Ducpham, T.
inklusi. Perlu disadari bahwa menumbuh (2013). The Impact of the Indonesian
kan kesadaran inklusi merupakan suatu Income Tax Reform: A CGE Analy
proses pendekatan humanis, sehingga nilai- sis. Economic Modelling, 31, 492–501.
nilai karakter yang membentuk kesadar https://doi.org/10.1016/j.econ
an inklusi secara terus menerus dipupuk mod.2012.12.018
melalui kehadiran otoritas pajak yang ber Aneswari, Y. R., & Darmayasa, I. N. (2016).
jiwa humanis. Kesadaran inklusi yang tum Konsep Kepatuhan Pajak Berlandas
buh dalam diri WP merupakan ruh kepatuh kan Tat Twam Asi. In Temu Masyarakat
an sukarela WP. Peningkatan kepatuhan Akuntansi Multiparadigma Indonesia
pajak yang didasarkan oleh suatu kesadaran Nasional. Jakarta.
yang tumbuh dalam diri WP diyakini mam Badan Pembinaan Hukum Nasional. (2018).
pu meningkatkan penerimaan pajak jangka Rancangan Undang-Undang tentang
panjang sebagai suatu outcome dari sistem Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpa-
kepatuhan (output). jakan. Jakarta: Kementerian Hukum
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan Hak Asasi Manusia.
pada pemerolehan Daftar Inventarisasi Ma Berger, R. (2015). Now I See It, Now I Don’t:
salah (DIM) masing-masing fraksi di Dewan Researcher’s Position and Reflexivi
Perwakilan Rakyat (DPR) secara utuh. Pe ty in Qualitative Research. Qualitative
neliti melibatkan informan penelitian hanya Research, 15(2), 219–234. https://doi.
dari WP, konsultan pajak, dan akademisi org/10.1177/1468794112468475
perpajakan sehingga belum mampu meng Boyce, G., Greer, S., Blair, B., & Davids, C.
gali pandangan dari DPR dan otoritas pajak. (2012). Expanding the Horizons of Ac
Diharapkan penelitian berikutnya mampu counting Education: Incorporating So
memenuhi keterbatasan penelitian dengan cial and Critical Perspectives. Account-
memperoleh DIM dan menggali pandangan ing Education, 21(1), 47-74. https://
dari DPR dan otoritas pajak sehingga usulan doi.org/10.1080/09639284.2011.5867
RUU KUP lebih komprehensif. 71
Burrell, G., & Morgan, G. (1979). Sociologi-
DAFTAR RUJUKAN cal Paradigms and Organisational Anal-
Abib, A. S., Yulistyowati, E., & Sihotang, A. ysis: Elements of The Sociology of Cor-
P. (2017). Implikasi Penerapan Un porate Life. London: Heinemann Educa
dang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tional Books.
tentang Pengampunan Pajak (Tax Am Darmayasa, I. N. (2017). Yadnya sebagai Pe-
nesty) dalam Meningkatkan Kepatuhan maknaan Lain atas Nilai Wajar Harta
Wajib Pajak. Jurnal Hukum dan Ma Amnesti Pajak. Jurnal Akuntansi Multi-
38 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41
nal of Financial Economics, 3(4), 305– an (?): Indonesia dalam Ayunan Pera
360. https://doi.org/10.1016/0304-40 daban. Jakarta: Yayasan Rumah Pe
5X(76)90026-X neleh.
Im, D. K. (2018). The Heuristic Value of the Mulawarman, A. D., & Kamayanti, A. (2018).
Social: The Effect of Social Quality and Towards Islamic Accounting Anthro
Trust on Welfare and Tax Attitudes. In- pology: How Secular Anthropology Re
ternational Sociology, 33(3), 407–432. shaped Accounting in Indonesia. Jour-
https://doi.org/10.1177/0268580918 nal of Islamic Accounting and Business
760429 Research, 9(4), 629–647. https://doi.
Kamayanti, A. (2014). Integrasi Pancasila da- org/10.1108/JIABR-02-2015-0004
lam Pendidikan Akuntansi melalui Pen Natania, E. S., & Davianti, A. (2018). An Ac-
dekatan Dialogis. Journal of Accounting counting Perspective of Tax Amnesty in
and Business Education, 2(2), 1–16. Indonesia. Journal of Accounting Audit-
https://doi.org/10.26675/jabe.v2i2.6- ing and Business, 1(1), 1-18. https://
063 doi.org/10.24198/jaab.v1i1.15645
Kamayanti, A. (2016). Metodologi Penelitian Natsif, F. A. (2017). Pancasila dalam Perspek-
Kualitatif Akuntansi: Pengantar Religi- tif Hukum Konstitusi Indonesia. Juris-
ositas Keilmuan. Jakarta: Yayasan Ru prudentie, 4(2), 122-129. https://doi.
mah Peneleh. org/10.24252/jurisprudentie.v4i2.40
Latif, Y. (2011). Negara Paripurna: Historis- 57
itas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pan- Parker, L. D., & Northcott, D. (2016). Quali-
casila. Jakarta: PT. Gramedia. tative Generalising in Accounting Re
Levaggi, R., & Menoncin, F. (2013). Optimal search: Concepts and Strategies. Ac-
Dynamic Tax Evasion. Journal of Eco- counting, Auditing & Accountability
nomic Dynamics and Control, 37(11), Journal, 29(6), 1100-1131. https://doi.
2157–2167. https://doi.org/10.1016/j. org/10.1108/AAAJ-04-2015-2026
jedc.2013.06.007 Pattipeilohy, S. (2018). Ketuhanan yang Ber-
Lima, I. V. D., & Guizzo, D. (2015). An Ar- kebudayaan: Memahami Pancasila se
chaeology of Adam Smith’s Epistemic bagai Model Interkulturalitas. GEMA
Context. Review of Political Economy, TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual
27(4), 585-605. https://doi.org/10.108 dan Filsafat Keilahian, 3(2), 121-146.
0/09538259.2015.1082819 https://doi.org/10.21460/gema. 2018.
Mangoting, Y., Sukoharsono, E. G., & Nurk- 32.363
holis. (2017). Menguak Dimensi Kecu Pepper, A., & Gore, J. (2015). Behavioral
rangan Pajak. Jurnal Akuntansi Multi- Agency Theory: New Foundations for
paradigma, 8(2), 274–290. https://doi. Theorizing About Executive Compen
org/10.18202/jamal.2017.08.7054 sation. Journal of Management, 41(4),
Mongrain, S., & Wilson, J. D. (2018). Tax 1045–1068. https://doi.org/10.1177/
Competition with Heterogeneous Capi 0149206312461054
tal Mobility. Journal of Public Economics, Pickhardt, M., & Prinz, A. (2014). Behavioral
167, 177-189. https://doi.org/10.10- Dynamics of Tax Evasion - A Survey.
16/j.jpubeco.2018.08.005 Journal of Economic Psychology, 40,
Muehlbacher, S., Hartl, B., & Kirchler, E. 1–19. https://doi.org/10.1016/j.joep.
(2017). Mental Accounting and Tax Com 2013.08.006
pliance: Experimental Evidence for the Postali, F. A. S. (2015). Tax Effort and Oil
Effect of Mental Segregation of Tax Due Royalties in the Brazilian Municipali
and Revenue on Compliance. Public Fi- ties. Economia, 16(3), 395-405. https://
nance Review, 45(1), 118–139. https:// doi.org/10.1016/j.econ.2015.08.001
doi.org/10.1177/1091142115602063 Prabhakar, R. (2015). Does the Financial
Mulawarman, A. D. (2013). Nyanyian Metod- Crisis Create Opportunities for Taxing
ologi Akuntansi Ala Nataatmadja: Wealth? A Study of Tax Policy Debates
Melampaui Derridian Mengembangkan in the United Kingdom. Social & Legal
Pemikiran. Jurnal Akuntansi Multipa Studies, 24(2), 271–287. https://doi.
radigma, 4(1), 149–164. https://doi. org/10.1177/0964663915572501
org/10.18202/jamal.2013.04.7189 Prasetyo, T. (2014). Membangun Hukum Na-
Mulawarman, A. D. (2016). 2024 Hijrah un- sional Berdasarkan Pancasila. Jurnal
tuk Negeri Kehancuran atau Kebangkit Hukum dan Peradilan, 3(3), 213-222.
40 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41