Anda di halaman 1dari 20

PRESKRIPTIF KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN PADA PERSPEKTIF

AKUNTANSI PANCASILA

I Nyoman Darmayasa

Politeknik Negeri Bali, Jl. Raya Uluwatu No.45, Kabupaten Badung 80361
surel: nyomandarmayasa2016@gmail.com

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2019.04.10002

Abstrak: Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif


Akuntansi Pancasila. Penelitian ini bertujuan memproyeksi revisi keten­
tuan umum perpajakan dengan perspektif akuntansi Pancasila. Proyeksi
preskriptif Pancasila digunakan sebagai metode. Hasil penelitian menun­
jukkan penyeimbangan government-centered (objektivitas) dengan pem­
bentukan karakter wajib pajak (subjektivitas) merupakan perwujudan
akuntansi berkesadaran dan kebijakan yang berpihak. Preskriptif revisi
ketentuan umum perpajakan mampu membentuk karakter wajib pajak.
Karakter wajib pajak yang menggunakan akuntansi berkesadaran ber­
landaskan Pancasila membentuk kesadaran inklusi. Kesadaran inklusi
merupakan pondasi kepatuhan sukarela wajib pajak dengan harapan
optimalisasi penerimaan pajak jangka panjang bisa terwujud.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL

Volume 10 Abstract: The Prescriptive of General Taxation Provisions in Pan-
Nomor 1 casila Accounting Perspective. This study aims to project a revision of
Halaman 22-41 the general provisions of taxation with the perspective of Pancasila ac-
Malang, April 2019
ISSN 2086-7603
counting. The Pancasila prescriptive projection is used as a method. The
e-ISSN 2089-5879 results show that government-centered balancing (objectivity) with the for-
mation of taxpayer character (subjectivity) is a manifestation of conscious
Tanggal Masuk: accounting and siding policies. Prescriptive revisions to the general provi-
18 Februari 2019 sions of taxation can shape the character of taxpayers who use conscious
Tanggal Revisi: accounting based on Pancasila. This character forms inclusion awareness.
15 April 2019 This awareness is the foundation of voluntary compliance in the hope that
Tanggal Diterima: the optimization of long-term tax revenues can be realized.
30 April 2019
Kata kunci: wajib pajak, objektivitas, otoritas pajak

Implementasi amnesti pajak telah ber­ Di sisi lain, revisi Undang­Undang Ke­
akhir pada 31 Maret 2017. Namun, suasana tentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ­
kebatinannya masih terasa. Perasaan lega (UU KUP) harus dilakukan setelah amnes­
yang merupakan semboyan dari amnesti pa­ ti pajak. Mulai muncul banyak komentar
jak sepertinya belum terwujud seutuh­ nya. dan pandangan dari berbagai pemerhati
Berbagai kebijakan pasca-amnesti pajak ­ terhadap rencana otoritas pajak
perpajakan
sebagai upaya menegakkan aturan terlihat merevisi UU KUP. Rancangan UU KUP bisa
menyasar mereka yang mengikuti amnes­ dengan mudah diakses di media sosial bah­
ti pajak. Beberapa penelitian menguraikan kan sudah menjadi materi pelatihan atau
bahwa yang seharusnya Wajib Pajak (WP) seminar perpajakan. Peneliti mencoba me­
yang tidak mengikuti amnesti pajak (Amalia, runut komentar­komentar tersebut. Abib,
2017; Natania & Davianti, 2018; Sa’adah, Yulistyowati, & Sihotang (2017) berpandang­
2017). Peneliti mencoba mengurai pandang­ an bahwa RUU KUP terlihat government-
­

an tersebut. Dugaan awal peneliti bahwa centered. Yang lebih memihak pemerintah
pe­ne­gakan hukum pasca-amnesti pajak de­ karena usulannya berasal dari pemerintah.
ngan melakukan pemeriksaan pajak untuk Momentum revisi RUU KUP menuju kebijak­
kewajiban pajak tahun 2016 dan seterusnya an berpihak sejalan dengan hasil peneli­
cu­kup mencemaskan WP. tian Mangoting, Sukoharsono, & Nurkholis

22
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 23

(2017) untuk mecegah kecurangan pajak. pemungutan pajak yang adil harus me­
Temuan Levaggi & Menoncin (2013) adalah menuhi syarat equality (kesamaan) dan equ­
bahwa kecurangan pajak dipi­ cu oleh keti­ ity (keadilan), certainty (kepastian hukum),
dakadilan sistem perpajakan. Di sinilah convenience of payment dalam artian pajak
pe­ran pemerhati perpajakan dalam menyi­ dipungut pada waktu yang sesuai, econo­
kapi fenomena-fenomena sosial WP demi mics of collection (biaya pemungutan) (Smith,
perwujudan RUU KUP yang berpihak. Kata 1776). Implikasinya pola pikir manusia
berpihak yang peneliti maksudkan adalah ekonomikus mengalami kesalahan filosofis
berpihak pada landasan ideologi bangsa yai­ yang dipengaruhi oleh pemikiran Adam
tu Pancasila. Jika dijabarkan lebih lanjut, Smith yang menggiring segala tindak­an yang
RUU KUP seyogyanya mampu mewujudkan menguntungkan pribadi manusia secara
keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. WP ekonomi (Glaze, 2015; Lima & Guizzo, 2015;
adalah bagian dari masyarakat dan otoritas Rahim, 2018). Pandangan dari Adam Smith
pajak merupakan bagian dari masyarakat melalui formula klasik the four ma­xims ten­
juga (Aneswari & Darmayasa, 2016). tunya belum sesuai dengan nilai-nilai Pan­
Kewajiban melaksanakan pembukuan casila sehingga terdapat kecenderungan
(akuntansi) atau pencatatan bagi WP untuk ketentuan perpajakan dan prinsip akun­
mengetahui besarnya penghasilan kena pa­ tansi di Indonesia memunculkan banyak
jak diatur dalam pasal 28 UU KUP. RUU KUP celah yang bisa digunakan oleh WP untuk
tidak ada yang menyentuh pasal 28 KUP ten­ memaksimalkan keuntungan mereka (Dono­
tang pembukuan atau pencatatan. Padahal, hoe, 2015; Hanlon, Hoopes, & Shroff, 2014;
akuntansi perpajakan saat ini sebagai sara­ Holtzblatt, Geekie, & Tschakert, 2016). Men­
na perencanaan untuk menekan kewajiban jadi tugas kita bersama menjaga peradaban
pajak WP. Terdapat perbedaan pendekatan ini berjalan sesuai dengan alurnya, melalui
antara akuntansi komersial (principal based) proyeksi revisi RUU KUP dengan preskrip­
dengan akuntansi fiskal (law based) dalam tif Pancasila. Proyeksi terhadap sesuatu hal
menentukan penghasilan kena pajak. Mun­ yang akan terjadi pada masa depan dengan
cul praktik-praktik dengan memanfaatkan landasan yang kuat dan ilmiah melalui pre­
perbedaan prinsip akuntansi tersebut un­ skriptif Pancasila. Proyeksi RUU KUP peneli­
tuk melakukan manajemen laba (Aditama & ti lakukan dengan menelisik dari landasan,
Purwaningsih, 2014; Towery, 2017). Praktik asas, menimbang, sampai dengan pasal-pa­
ini sangat beralasan ketika peneliti mencoba sal pelaksanaannya. Sebelumnya Darmaya­
memahami pandangan Hales, Matsumura, sa, Sudarma, Achsin, & Mulawarman (2018)
Moser, & Payne (2016), Kamayanti (2014), sudah melakukan penelitian terhadap am­
dan Zeff (2018) bahwa akuntansi saat ini nesti pajak dan RUU KUP, tetapi belum ber­
identik dengan angka yang dikuantifika­ sifat holistik. Pada kesempatan ini peneliti
si dengan mengedepankan objektivitas dan fokus hanya pada objek RUU KUP dengan
rasionalisme. Untuk memusatkan nilai Pan­ pendekatan preskriptif Pancasila.
casila dalam akuntansi, Sitorus (2015) men­ Penelitian ini bertujuan untuk mem­
definisikan ulang akuntansi sebagai suatu proyeksikan revisi RUU KUP dengan pre­
proses penyeimbangan jasmani (objektivitas) skriptif Pancasila untuk mewujudkan akun­
dengan rohani (subjektivitas) pada tataran tansi berkesadaran dan kebijakan yang
proses pelaporan keuangan. Lebih lan­ berpihak. Penelitian ini memiliki beberapa
jut Sitorus (2016) memandang seyogyanya kebaharuan, yaitu metode preskriptif Pan­
akuntansi pertanggungjawaban sosial ber­ casila merupakan metode yang tepat yang
landasakan nilai-nilai Pancasila sehingga mampu merumuskan usulan RUU KUP yang
tidak terjebak hanya pada konsep triple bot- sesuai dengan karakteristik bangsa Indo­
tom line. Peneliti meyakini akuntansi yang nesia, isu RUU KUP merupakan isu terkini
mengutamakan objektivitas mengarahkan pasca-amnesti pajak, dan hasil penelitian ini
perilaku rasionalitas WP dalam penyusunan sejalan dengan upaya DJP mewujudkan ke­
pembukuan demi menghemat kewajiban pa­ sadaran inklusi sebagai pondasi perwujudan
jaknya. Menjadi suatu hal yang mendesak kepatuhan sukarela. Penelitian ini berkon­
untuk merevisi RUU KUP demi terwujudnya tribusi secara teoritis sebagai diskursus-di­
sistem perpajakan yang baik dan berpihak. skursus landasan akademis penyusunan
Secara historis pajak telah muncul dari RUU KUP. Kontribusi secara praktis adalah
jaman Babilonia Romawi hingga muncul­ dengan menyeimbangkan government-cen-
nya buku Adam Smith (1723-1790) bahwa tered melalui peningkatan profesional oto­
24 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41

ritas pajak dan bagi WP menuju kesadaran dengan nilai-nilai Pancasila. Tahapan beri­
inklusi. Penyajian penelitian diawali dengan kutnya dengan menginternalisasikan nilai-
pendahuluan yang melatarbelakangi peneli­ nilai Pancasila pada tataran landasan, asas,
tian, dilanjutkan dengan metode preskriptif dan menimbang. Tahapan akhir dilakukan
Pancasila untuk memproyeksikan RUU KUP dengan memusatkan nilai Pancasila pada
dengan tahapan-tahapan ilmiah, hasil dan pasal-pasal pelaksanaan RUU KUP.
pembahasan dibagi dalam tema-tema pene­ Pengumpulan data dilakukan melalui
litian, dan bagian akhir penelitian merupa­ wawancara secara mendalam dengan infor­
kan simpulan dari esensi temuan penelitian. man. Hasil wawancara dituangkan dalam
tema-tema yang membentuk alur pembaha­
METODE san penelitian. Tema penelitian ini adalah
Penelitian ini merupakan penelitian kesadaran mendalam informan penelitian
kualitatif meskipun tidak bisa digenerali­ mulai dari kesadaran secara umum sampai
sasikan (Darmayasa & Aneswari, 2015b; pada kesadaran yang membentuk kesadaran
Neuman, 2013:244). Penelitian kualita­ inklusi. Tema penelitian diawali dari pan­
tif memberikan keleluasaan peneliti untuk dangan umum WP terhadap pajak, upaya
terlibat langsung dalam pengumpulan data pencegahan, dan perencanaan pajak melalui
secara alamiah dalam konteks revisi RUU implementasi akuntansi berkesadaran Pan­
KUP. Penelitian kualitatif menggunakan casila. Tema selanjutnya adalah upaya
pendekat­ an induktif, dimulai dari feno­ meng­antarkan WP menjadi manusia berke­
mena-fenomena khusus menuju pada te­ sadaran Pancasila. Tema berikutnya adalah
ma-tema umum. Fenomena RUU KUP yang RUU KUP yang terkesan government-cen-
government-centered memberikan nuansa tered. Tema penelitian berikutnya sebagai
pengarusutamaan objektivitas. Pembentuk­ upaya perwujudan RUU KUP yang berpi­
an karakter WP yang merupakan unsur hak, tema selanjutnya mengenai preskriptif
subjektivitas dinegasikan dalam RUU KUP. RUU KUP, bagian akhir pembahasan peneli­
Fenomena tersebut selanjutnya perlu ditin­ ti menggunakan intuisi untuk merancang
daklanjut­ i serta disusun dalam tema-tema usulan revisi RUU KUP dengan preskriptif
umum menuju realitas peradaban baru per­ Pancasila sebagai upaya mewujudkan kesa­
pajakan. daran inklusi. Pembahasan penelitian disu­
Penelitian ini tidak menggunakan para­ sun secara bersamaan dengan pengumpul­
digma khusus layaknya paradigma menurut an data. Rentang waktu wawancara dan
Burrell & Morgan (1979) yaitu paradigma kedekatan peneliti dengan informan peneli­
positif, paradigma interpretive, paradigma tian secara tidak langsung menjadi bukti va­
radical humanist, dan paradigma radical liditas data (Kamayanti, 2016; Taylor, 2018).
structuralist. Peneliti menggunakan metode Wawancara yang berulang dan kedekatan
preskriptif Pancasila melalui tahapan-tahap­ peneliti dengan informan memudahkan per­
an ilmiah menuju usulan RUU KUP yang cakapan tanpa ada rasa canggung sehingga
berpihak. Peneliti terinspirasi dari proses data yang diperoleh bersifat konsisten dan
penyusunan disertasi peneliti sendiri yang mampu menggali pengalaman yang paling
menggunakan metode historisitas, rasio­ dalam (Berger, 2015; Fowler & Keeper, 2016;
nalitas, dan aktualitas paripurna Pancasila Parker & Northcott, 2016).
yang mengacu pada pemikiran Latif (2011). Informan penelitian yang terlibat dalam
Metode peneliti kembangkan dengan proyek­ penelitian ini adalah WP, konsultan pajak,
si preskriptif. Inspirasi berikutnya bersum­ dan akademisi pajak. Pemilihan informan
ber dari buku karya Mulawarman (2016). penelitian dengan pertimbangan akademi­
Inspirasi lainnya bersumber dari upaya si memahami UU KUP secara akademik,
DJP untuk mewujudkan kesadaran inklusi kon­ sultan pajak menguasai UU KUP da­
melalui penerbitan buku Kesadaran Pajak. lam praktik profesionalnya, dan WP yang
Tahapan preskriptif Pancasila dilaku­ mengimplementasikan UU KUP dalam pe­
kan melalui tahapan ilmiah, pemahaman menuhan kewajiban perpajakannya. Daftar
tekstural RUU KUP, sampai dengan mem­ nama informan, peran, dan waktu wawan­
proyeksikan RUU KUP. Tahapan ilmiah di­ cara terdapat pada Tabel 1.
mulai dengan menelisik ketidakkonsistenan Pengalaman peneliti dalam pemenuhan
landasan RUU KUP dengan ideologi bangsa kewajiban perpajakan akan menghasilkan
yaitu Pancasila. Tahapan selanjutnya de­ngan proses pengayaan analisis dan pembahasan.
menelusuri pasal-pasal yang tidak sesuai Peneliti adalah salah satu instrumen pene­
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 25

Tabel 1. Daftar Informan Penelitian (Nama Samaran)


Nama Informan Peran
Pogba Konsultan Pajak
Me ssi Akade mi si Pe rpajakan
Pamungkas Waji b Pajak

litian yang digunakan untuk mengelaborasi LPD tidak tunduk pada ketentuan lembaga
data hasil wawancara dengan para infor­ keuangan mikro. Namun, LPD dapat me­
man sebagai bentuk verifikasi data. Dalam menuhi kewajiban perpajakannya dikom­
penelitian ini subjektivitas peneliti sangat pensasikan dengan kontribusi langsung
berpe­ran untuk mengobjektifkan data-data pada daerah setempat dengan landasan filo­
subjektif. Pengalaman peneliti dalam mem­ sofi Tri Hita Karana.
berikan pembekalan program relawan pajak Falsafah pajak berdasar pada falsafah
dari 60 mahasiswa-mahasiswi Politeknik Pancasila menurut pasal 23 A UUD Tahun
Negeri Bali pada 11 Pebruari 2019 merupa­ 1945 sama dengan falsafah pajak di Inggris
kan pengayaan pembahasan sebagai suatu dan falsafah pajak di Amerika (Pravasanti,
proses observasi terhadap tumbuhnya ke­ 2018; Rosa & Yuni, 2017; Sholihah, 2016).
sadaran WP dan profesionalitas otoritas Oleh karena itu, otoritas pajak memiliki ke­
pajak. Pembahasan penelitian ini peneliti wenangan untuk memungut pajak untuk
antarkan dengan suatu preskriptif penyeim­ sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
bangan baik objektivitas dengan subjektivi­ Merujuk pada indikator tax effort bahwa
tas WP maupun otoritas pajak demi mem­ otoritas pajak hanya bisa menggali peneri­
bumikan nilai Pancasila dalam preskriptif maan dari sektor pajak sebesar 47% dari po­
revisi RUU KUP. tensinya (Guerra & Harrington, 2018; Mon­
grain & Wilson, 2018; Postali, 2015). Hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN menyisakan permasalahan kepatuhan pajak
Pandangan WP terhadap pajak. Tidak yang belum kunjung meningkat. Bahkan,
ada yang ikhlas membayar pajak (Darmaya­ tax ratio yang hanya 11 % tergolong rendah
sa, Sudarma, Achsin, & Mulawarman, 2018), dibandingkan dengan negara tetangga (Amir,
sebagai cerminan dari pandangan Benjamin Asafu-adjaye, & Ducpham, 2013).
Franklin bahwa yang pasti di dunia ini ada­ Berbagai upaya dilakukan WP untuk
lah pajak dan kematian (Ross & Buckwalter, menghindari pemenuhan kewajiban perpa­
2013). Kewajiban membayar pajak tidak bisa jakan mulai dari tidak melapor Surat Pem­
dihindari seperti halnya kematian. Karena beritahuan (SPT) atau melaporkan SPT yang
tidak bisa menghindari, WP melakukan ber­ isinya belum lengkap, benar, dan jelas. Di
bagai upaya mengurangi beban pajak. Se­ lain pihak otoritas pajak memiliki kewenang­
yogyanya pajak dimaknai sebagai kewajiban an untuk menguji kepatuhan WP dengan
bukan suatu beban. Namun, masyarakat melakukan pemeriksaan pajak yang diatur
menyikapi kewajiban pajak sebagai suatu dalam pasal 29 (1a) UU KUP Tahun 2009.
beban. Wajar kiranya pajak menjadi momok Sudah menjadi rahasia umum bahwa WP
di masyarakat untuk dihindari. lebih memilih menghindar membayar pajak
Pandangan WP terhadap pajak sangat setelah terdapat pemeriksaan oleh otoritas
dipengaruhi oleh nilai lokalitas yang me­ pajak, efek jeranya baru memperbaiki ting­
lingkupi keseharian WP. Filosofi yang men­ kat kepatuhannya (Devos, 2013; Pickhardt &
jadi keyakinan masyarakat merupakan pan­ Prinz, 2014). Namun, hanya sedikit WP yang
duan berpikir, berkata, dan berbuat dalam mengalami pemeriksaan.
menghadapi fenomena sosial. Darmayasa Pandangan WP terhadap pajak masih
& Aneswari (2016) memandang bahwa nilai berada pada tataran beban, belum berpan­
Tri Hita Karana merupakan landasan kehar­ dangan sebagai suatu kewajiban. Melalui
monisan hubungan manusia dengan Tuhan, RUU KUP Tahun 2009 dengan mengganti
hubungan manusia dengan sesama, beserta istilah WP menjadi pembayar pajak diklaim
keharmonisan hubungan manusia dengan oleh otoritas pajak sebagai upaya menghar­
alam sekitar. Inilah yang menjadi pijakan gai pembayar pajak. Pada pasal 1 RUU KUP
Lembaga Pengkreditan Desa (LPD) untuk istilah WP diubah menjadi Pembayar Pajak
memenuhi kewajiban perpajakannya. Ber­ (PP) yang sesuai dengan terjemahan istilah
dasarkan UU No. 1 Tahun 2013, pasal 39 (3),­ taxpayer. Istilah Nomor Pokok Wajib Pajak
26 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41

(NPWP) diubah menjadi Nomor Identitas berikutnya peneliti antarkan pada upaya
Pembayar Pajak (NIPP). Penggalian pandang­ meminimalkan perencanaan pajak melalui
an informan terkait RUU KUP peneliti awali implementasi akuntansi berkesadaran Pan­
dari informan Pamungkas yang merupakan casila.
WP. Pamungkas pada prinsipnya menga­ Upaya mencegah perencanaan pajak
presiasi perubahan terminologi Wajib Pajak melalui implementasi akuntansi berke-
menjadi Pembayar Pajak (PP) merujuk pada sadaran Pancasila. Pada bagian penda­
istilah asing tax payer. huluan peneliti mengutarakan maraknya
prak­tik-praktik perencanaan pajak yang
“Saya setuju istilah Wajib Pajak me­manfaatkan metode pembukuan atau
diganti dengan istilah Pembayar akuntansi. Akar permasalahan dipicu oleh
Pajak karena Wajib Pajak merasa Pendidikan akuntansi yang lebih menitikbe­
lebih dihargai dengan penggantian ratkan pada aspek materialitas dalam wujud
istilah Wajib Pajak menjadi Pem­ kuantifikasi angka-angka. Pola Pendidikan
bayar Pajak” (Pamungkas). akuntansi yang lebih mengutamakan as­
pek objektivitas memicu pengarusutamaan
Pandangan berbeda disampaikan oleh rasionalitas (Boyce, Greer, Blair, & Davids,
Pogba yang kesehariannya berprofesi se­ 2012; Kamayanti, 2014; Tan, Chatterjee, &
bagai konsultan pajak. Pogba terkesan ku­ Bolt, 2014). Rasionalitas dalam ranah perpa­
rang sepakat dengan revisi RUU KUP tahun jakan dalam hal ini Pasal 28 KUP yang hanya
2009 dengan mengganti istilah WP menjadi mengatur kewajiban WP untuk menyusun
Pembayar Pajak. Pernyataan Pogba sebagai pembukuan atau jika tidak mampu pem­
berikut. bukuan bisa dengan menyusun pencatatan
untuk mengetahui besarnya penghasilan
“Aneh, kalau istilah Wajib Pajak kena pajak.
diubah menjadi Pembayar Pajak. Mengingat pandangan umum masya­
Kalau kita melihat Wajib Pajak itu rakat terhadap pajak masih pada tataran be­
lebih luas dan Wajib Pajak lebih ban, implikasi logisnya masih muncul upa­
berkaitan dengan kewajiban. Wa­ ya untuk mengurangi besarnya penghasilan
jib Pajak tidak hanya membayar kena pajak. Melalui preskriptif RUU KUP,
pajak, tetapi juga menghitung, peneliti usulkan revisi pasal 28 KUP dengan
membayar, dan melaporkan pa­ konsep-konsep definisi akuntansi sesuai
jak. Tapi kalau Pembayar Pajak pandangan Sitorus (2015) menghadirkan
hanya membayar pajak saja dan kesadaran holistis berdasarkan cinta dalam
artinya lebih sempit juga, bisa jadi akuntansi menurut pandangan Kamayanti
orang yang disuruh bayar pajak (2014), pandangan Setiawan (2016) tentang
dianggap sebagai Pembayar Pajak” akuntansi holistik, dan pandangan konsep
(Pogba). kepatuhan yang menggunakan pendekatan
nilai lokalitas sehingga terwujud akuntansi
Perbedaan pandangan ini sangatlah yang menginternalisasikan nilai-nilai Pan­
wajar mengingat latar belakang yang ber­ casila.
beda dari masing-masing informan. Peneliti Preskriptif akuntansi Pancasila melalui
berupaya menarik benang merah dari per­ tataran historisitas dimulai dari pemaha­
bedaan pandangan tersebut yang mengeru­ man awal akuntansi Pancasila, selanjutnya
cut pada penggantian istilah sebagai upaya melangkah menuju pemahaman pendidikan
menyelaraskan istilah asing (kata aslinya) akuntansi Pancasila yang pada akhirnya
tanpa ada perubahan mendasar pada diri WP mampu mewujudkan akuntansi perpajakan
itu sendiri. Istilah Pembayar Pajak menurut yang Pancasilais. Implementasi akuntansi
Pogba bermakna sempit, hanya mewakili Pancasila yang holistik merupakan unsur
mereka yang telah membayar pajak. Pan­ objektif yang mensyaratkan WP yang Pan­
dangan Pamungkas istilah Pembayar Pajak casilais sehingga mampu mencegah perenca­
bermakna lebih baik daripada Wajib Pajak naan pajak yang menurunkan penghasilan
dalam artian telah memenuhi kewajiban kena pajak. Pemaparan berikutnya adalah
membayar pajak. Peneliti memandang isti­ pada upaya mengantarkan wajib pajak men­
lah Pembayar Pajak lebih bersifat tekstur­ jadi manusia berkesadaran Pancasila.
al yang belum menyentuh pada substansi Mengantarkan Wajib Pajak menjadi
pemenuhan kewajiban perpajakan. Uraian manusia berkesadaran Pancasila. Karakte­
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 27

ristik manusia modern lebih mengedepankan Konsep menginternalisasikan nilai-nilai


optimalisasi, rasionalisasi, dan bersifat indi­ Pancasila diusulkan oleh Darmayasa, Su­
vidual bukan komunal (Vaida & Ormenişan, darma, Achsin, & Mulawarman (2016) dalam
2013). Lebih lanjut Mulawarman (2013) ber­ kebijakan pengampunan pajak. Nilai lokali­
pandangan bahwa manusia modern adalah tas wajib dikedepankan dalam penyu­sunan
manusia yang berpusat pada dirinya dan kebijakan UU Pengampunan Pajak sampai
memandang hal di luar dirinya tidak berpe­ dengan kebijakan terkait lainnya seperti Per­
ran termasuk Tuhan. Ciri manusia modern nyataan Standar Laporan Keuang­an (PSAK)
adalah individualis, rasionalis, dan materia­ dan Tanya Jawab (TJ) dalam audit (Darma­
lis (Delpachitra & Rafizadeh, 2014; Soufian, yasa, Sudarma, Achsin, & Mulawarman,
Forbes, & Hudson, 2014). Selanjutnya Mula­ 2017). Dewan standar penyusun PSAK
warman (2013) menyatakan bahwa moderni­ hendaknya tidak mengadopsi budaya barat
tas bahkan meniadakan keberadaan Tuhan. tanpa melalui proses filterisasi dengan nilai
Tentunya hal ini sangat tidak sesuai dengan lokalitas bangsa (Mulawarman & Kamayan­
asumsi dasar manusia Pancasila yang akan ti, 2018). Sejatinya DJP sudah berupaya
peneliti hadirkan dengan preskriptif Panca­ menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila
sila pada RUU KUP. dalam materi terbuka kesadaran pajak pada
Pancasila merupakan pandangan hidup Bab V “Bagaimana Pajak Berperan Sebagai
masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan Perwujudan Sila-Sila Pancasila?”. Peneliti
landasan dari semua landasan hukum (Nat­ memandang uraian tersebut belum mem­
sif, 2017; Prasetyo, 2014). Nilai-nilai Pan­ bumikan nilai-nilai Pancasila pada tataran
casila yang wajib menjadi landasan seluruh praktis pada pasal-pasal kebijakan perpa­
perundang-undangan adalah nilai inti dari jakan. Cara pandang kebijakan perpajakan
masing-masing sila Pancasila. Sila pertama ibaratkan sebuah cermin. Otoritas pajak
menjadi ruh sila kedua, sila ketiga, sila ke­ pada saat menyusun kebijakan harus me­
empat, dan ruh dari sila kelima. Demikian mandang dirinya sebagai WP. Demikian juga
juga sebaliknya sila kelima berlandaskan dengan WP pada saat memenuhi kewajiban
pada sila-sila sebelumnya. Secara ontologis pajaknya memandang dirinya sebagai otori­
manusia Pancasila terdiri dari rohani yang tas pajak. Sudut pandang seperti ini sesuai
memiliki sifat kodrati sebagai mahluk indivi­ dengan nilai-nilai Pancasila yaitu bertakwa,
du dan juga sebagai mahluk sosial. humanis, mempersatukan, gotong royong,
Sila-sila Pancasila juga mengandung dan mewujudkan keadilan sosial.
kesatuan nyata antara objektivitas dan sub­ Penelitian terhadap kebijakan perpajak­
jektivitas, materialitas pada diri manusia, an yang belum menginternalisasikan nilai-
pada tatanan sosial masyarakat beserta nilai Pancasila (Darmayasa, Sudarma, Ach­
spiritualitas pada diri sosial dan masyarakat sin, & Mulawarman 2016) sejalan dengan
yang takwa kepada Tuhan (Pattipeilohy, program kerja Unit Kerja Presiden dalam
2018). Terkait dengan akuntansi Pancasi­ bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-
la, Setiawan (2016) mendefinisikan sebagai PIP) bahwa prioritas kerja tahun 2017-2018
akuntansi yang bersifat holistik. Dengan kata UKP-PIP adalah mengevaluasi konsistensi
lain, akuntansi holistik merupakan akuntan­ regulasi yang ada dengan nilai-nilai Pan­
si yang mendekatkan pada orientasi kesatu­ casila. Oleh karena itu, nilai lokalitas yang
an objektif dengan subjektif, mendekatkan selama ini dimarginalkan dalam kebijakan
sesuatu yang nyata dan sesuatu yang tidak perpajakan, dalam penelitian ini peneliti pu­
nyata, antara aspek kuantitatif dan aspek satkan dengan preskriptif RUU KUP yang
kualitatif. Objektivitas menekankan ukuran berpihak. Pembahasan berikutnya peneliti
suatu objek yaitu materialitas. Dalam ranah antarkan pada pandangan WP terhadap go­
akuntansi Firdaus, Sari, & Kamayanti (2016) vernment-centered RUU KUP.
mengusulkan konsep akuntansi nilai tam­ Government-centered RUU KUP. Pe­
bah yang menyeimbangkan unsur objekti­ neliti melakukan penelusuran terhadap
vitas dengan subjektivitas berdasarkan nilai landasan, asas, dan menimbang RUU KUP.
Pancasila. Merujuk pandangan kedua pe­ Hasil penelusuran landasan, asas, dan me­
neliti tersebut, mengenai akuntansi holistik, nimbang RUU KUP dalam naskah akademik
peneliti juga berpandangan bahwa RUU KUP RUU KUP disajikan dalam Tabel 2.
mendekati orientasi kesatuan antara objektif Secara historis UU No. 16 Tahun 2009
dan subjektif dengan menyeimbangkan un­ tentang KUP terdiri dari XI bab dengan 70
sur kuantitatif dan kualitatif. pasal, sedangkan RUU KUP terdiri dari XXIII
28 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41

Tabel 2. Landasan, Asas, dan Menimbang RUU KUP


Bagian RUU KUP
Landasan Filosofis, Yuridis, dan Sosiologis
Asas Keadilan, Kepastian Hukum, dan Kemanfaatan
Menimbang “…pembiayaan negara dan pembangunan nasional” (Badan Pembi­
naan Hukum Nasional, 2018).
“…diperlukan suatu basis data yang akurat sebagai pedoman pe­
mungutan pajak melalui berbagai sumber ….” (Badan Pembinaan
Hukum Nasional, 2018).
“….Pajak dan pungutan lain dengan sifat memaksa demi keperlu­
an negara berlandaskan undang-undang” (Badan Pembinaan Hu­
kum Nasional, 2018).
“….KUP belum sesuai dengan kondisi perkembangan hukum saat
ini, keperluan masyarakat, dan belum mengikuti perkembangan
teknologi informasi, sehingga perlu disesuaikan…” (Badan Pembi­
naan Hukum Nasional, 2018).

bab dengan 129 pasal. Pada hasil penelusur­ bersifat government-centered yang memberi­
an teks terdapat pasal-pasal RUU KUP yang kan kewenangan lebih kepada otoritas pajak.
lebih berpihak kepada otoritas pajak, yaitu Kewenangan lebih diawali dengan pemben­
pasal 59, 62, 68, dan 82. Pasal 59 RUU KUP tukan Badan Penerimaan Pajak (BPP) yang
terkait peningkatan kewenangan otoritas pa­ berada di bawah Presiden yang sebelumnya
jak untuk melakukan pemeriksaan berulang di bawah Kementerian Keuangan yang diatur
yang mencederai self-assessment system. dalam pasal 95 (3) RUU KUP. Pasal 96 RUU
Pasal 62 terkait jangka waktu penyusunan KUP sudah melibatkan masyarakat atau PP
Surat Ketetapan Pajak atau SKP yang ma­ untuk berperan aktif membantu pencegahan
sih 12 bulan tidak sesuai dengan praktik ataupun penindakan terhadap pelanggaran
lazimnya sesuai dengan ketentuan OECD ketentuan perpajakan.
maksimal selama enam bulan. Pada pasal Penggalian pandangan selanjutnya de­
68 terkait keberatan WP yang tidak menun­ ngan mewawancarai Pogba yang mengikut­i
da pemenuhan kewajiban pajak WP beserta perkembangan pembahasan RUU tentang
pasal 82 yang menyasar penanggung pajak Konsultan Pajak. Beliau mengutarakan pan­
pada pemegang saham dan pihak lain yang dangannya dari sudut RUU Konsultan Pajak
tidak ada dalam akta perusahaan. sebagai berikut.
Otoritas pajak meningkatkan kewe­
nangannya dalam mengumpulkan peneri­ “Dengan RUU Konsultan Pajak
maan negara yang tidak memberikan insen­ yang baru, konsultan pajak kan
tif pertumbuhan dunia usaha. Otoritas pajak kebal hukum, orang pajak yang
lebih menekankan rasionalitas kewenangan terlibat di dalamnya juga tidak be­
yang bisa memaksa dalam pengumpulan pa­ rani main-main” (Pogba).
jak. Peningkatan kewenangan tercermin dari
adanya peningkatan sanksi administratif ke­ Lebih lanjut peneliti menggali pandang­
terlambatan pelaporan SPT masa PP Badan an Pogba terkait kuasa WP Badan. Pogba ter­
dari Rp100.000,00 menjadi Rp500.000,00 lihat dengan serius menanggapi pertanyaan
(RUU KUP Pasal 32 (2c)). Pengenaan sank­ peneliti sambil sesekali menghisap rokok.
si lebih tinggi menganut pemikiran Devos Manuskrip wawancaranya yaitu:
(2013) tentang deterrence economic, bahwa
PP akan patuh jika ada sanksi yang tinggi. “Lebih baik kembali ke KUP yang
Rasionalitas RUU KUP lebih menekankan lama dengan pertimbangan yang
aspek materialis dengan pengenaan sanksi bertanggung jawab sudah jelas se­
material untuk meningkatkan kepatuhan suai di akta, tapi kalau dilibatkan
PP. semua yang berperan seperti yang
Otoritas pajak memaknai RUU KUP disebutkan di RUU KUP, banyak
merupakan reformasi sistem perpajakan orang yang akan kena bias. Jadi,
menuju peradaban baru pasca-amnesti pa­ bukan hanya konsultan pajak,
jak. Sementara itu, PP memandang RUU KUP bagian accounting pun bisa jadi
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 29

kena karena bagian accounting Perwujudan RUU KUP yang berpihak.


yang mengolah data atau mem­ Hasil penelitian Darmayasa (2017) mene­
perhitungkan data perusahaan” mukan bahwa amnesti pajak yang meng­
(Pogba). gunakan self-assessment system bagi WP
tertentu malahan menjadi kebebasan yang
Dalam RUU KUP terlihat government-­ kebablasan dengan melaporkan nilai har­
centered memberikan kewenangan lebih ke­ ta berdasarkan nilai menurut WP tanpa
pada otoritas pajak. Kewenangan ini menurut didukung dengan dokumentasi yang mema­
informan Pamungkas menunjukkan peme­ dai. Memang kondisi masyarakat yang belum
rintah lebih berpihak pada penerimaan pa­ sadar hukum implementasi self-assessment
jak sebanyak-banyaknya dari rakyat. Per­ system menimbulkan berbagai praktik mo­ral
wakilan dari APINDO juga memandang RUU hazard (Ross & Buckwalter, 2013). Dalam
KUP tidak memberikan iklim positif kepada praktiknya WP yang dibantu oleh konsultan
perkembangan dunia usaha. Penghargaan pajak yang memiliki latar belakang spiritu­
kepada pembayar pajak yang patuh atau al mampu mengarahkan pada pola edukasi
WP menuju patuh setelah amnesti pajak wa­ menuju kepatuhan jangka panjang (Darma­
jib menjadi pertimbangan dalam RUU KUP. yasa & Aneswari, 2015a). Namun, konsultan
Oleh karena itu, RUU KUP sejalan dengan pajak seperti itu relatif sedikit. Oleh karena
upaya otoritas pajak untuk mewujudkan itu, diperlukan perubahan mendasar dalam
kepatuhan inklusi. Perwujudan kepatuhan sistem perpajakan yang dimulai dari revisi
inklusi adalah melalui pendidikan formal UU KUP.
dengan meningkatkan kesadaran pemenuh­ Pemberitaan mengenai pembahasan
an kewajiban perpajakan WP. RUU KUP di DPR sudah memasuki tahun
Kepatuhan inklusi tidak bisa terwujud ketiga semenjak usulan RUU KUP diserah­
hanya dengan membangun struktur dalam kan oleh pemerintah dari tahun 2016. Sam­
bentuk UU KUP. Kepatuhan inklusi harus pai dengan penelitian ini disusun, RUU KUP
diikuti dengan wujud nyata bahwa pajak belum disahkan menjadi UU KUP. Secara
yang dibayar oleh WP bermanfaat untuk historisitas KUP sudah mengalami perubah­
masyarakat luas demi keadilan sosial. Pra­ an keempat dari UU No. 6 Tahun 1983 men­
bhakar (2015) dan Walker & Bueltel (2018) jadi UU No. 16 Tahun 2009. Historisitas ti­
menyatakan bahwa pemerintah harus me­ dak hanya masa yang sudah lampau, tetapi
nyeimbangkan antara tuntutan WP untuk juga kondisi saat ini, dan masa depan. His­
taat membayar pajak dengan representa­ torisitas masa kini terkait dengan implemen­
si keadilan bagi WP dalam bentuk manfaat tasi UU KUP No. 16 (2009) dan historisitas
peningkatan kesejahteraan penyediaan sa­ masa yang akan datang merupakan revisi
rana dan prasarana. Penyeimbangan pe­ UU KUP.
ningkatan otoritas pajak yang tercermin Revisi UU KUP merupakan momentum
dari RUU yang government-centered harus yang tepat untuk menata kembali sistem
diseimbangkan dengan penghargaan kepada perpajakan nasional. Penataan sistem per­
WP dan kemudahan-kemudahan yang tertu­ pajakan yang bersifat tambal sulam tidak
ang dalam RUU KUP. akan menciptakan kepastian hukum bagi
Sebagai langkah awal usulan revisi WP, bahkan cenderung menciptakan keti­
RUU KUP yang terasa government-centered dakjelasan arah kebijakan perpajakan na­
dengan mewujudkan RUU KUP yang berpi­ sional. KUP merupakan hukum formal un­
hak. Kesadaran pajak tidak bisa terwujud tuk melaksanakan hukum material yang
jika karakteristik dari ketentuan tersebut mencerminkan visi, prinsip, asas-asas, be­
government-centered. Kebijakan go­vernment- serta arah kebijakan sistem perpajakan na­
centered hanya mementingkan fungsi pene­ sional.
rimaan negara dengan menegasikan fungsi Secara normatif falsafah Pancasila su­
pengaturan ekonomi yang berpihak kepada dah dituangkan dalam naskah akademik
WP. Perwujudan kebijakan yang berpihak RUU KUP. Namun, yang menjadi renungan
adalah dengan menyeimbangkan pemenuh­ peneliti adalah belum atau tidaknya imple­
an kepentingan otoritas pajak dan menghar­ mentasi pada tataran praksis dan pasal-pa­
gai hak WP. Uraian berikutnya peneliti an­ salnya. Manusia merupakan makhluk homo
tarkan pada pembahasan perwujudan RUU economikus menurut Jensen & Meckling
KUP yang berpihak. (1976), sehingga rasionalitas tindakan­ nya
30 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41

lebih mementingkan keuntungan secara yang KB adalah untuk menghindari peme­


material. Mengacu pada asumsi manusia riksaaan pajak. Apalagi ada wacana dalam
homo economikus, maka penurunan sanksi RUU KUP yang memungkinkan pemeriksaan
bunga 2% menjadi 1% menguntungkan WP. lebih dari sekali dalam setahun. Peneliti
Namun, penurunan sanksi bunga ini perlu menggali pandangan Pamungkas terkait wa­
diikuti dengan upaya edukasi karakter WP cana tersebut sebagai berikut.
dengan penekanan pada asumsi sosial ma­
nusia. Pernyataan dari informan Pamungkas “Saya tidak setuju dengan adanya
terkait dengan RUU KUP yang menurunkan ketentuan pemeriksaan pajak bisa
sanksi bunga sebagai berikut. lebih dari sekali dalam satu tahun,
karena pemeriksaan dilakukan
“Penurunan sanksi bunga dari 2% se­­
enaknya seperti tanpa adanya
menjadi 1% dalam RUU KUP, saya kepastian hukum” (Pamungkas).
setuju, bagi WP hal ini lebih meri­
ngankan tetapi jika ini diterapkan Pandangan lainnya disampaikan oleh
dapat menurunkan kepatuhan Pogba yang lebih menitikberatkan pada pe­
dalam membayar pajak” (Pamung­ meriksaan pajak yang merupakan suatu me­
kas). dia untuk meningkatkan kepatuhan. Hal ini
termuat pada pernyataan sebagai berikut.
Selanjutnya peneliti menggali pandang­
an Pogba terkait RUU KUP yang menurun­ “Reason orang mengenai peme­
kan sanksi bunga 2% menjadi 1%. Dalam riksaan yang bisa lebih dari satu
suasana santai Pogba mengutarakan pan­ kali di tahun pajak yang sama itu
dangan sebagai berikut: masuk akal kalau diperiksa kem­
bali. Kalau dulu yang saya tahu
“Setuju dengan penurunan sanksi pemeriksaan kembali hanya ter­
bunga SKP yang semula 2% men­ jadi jika ada data baru. Nah, ka­
jadi 1%, karena ketika WP kena lau sekarang tidak ada data baru
STP yang ada pokok dan bunga periksa-periksa gitu aja kapan
yang maksimal 48%, bayar pokok­ selesainya, sekalipun di pasal 13,
nya saja sudah berat apalagi di­ itu pun kadaluarsa terutang 5 ta­
tambah bunganya” (Pogba). hun tapi belum 5 tahun sudah
diperiksa lagi, ya kepastian hu­
Penggalian pandangan informan pene­ kumnya sih, cari dulu kepastian
litian lainnya peneliti lakukan dengan Messi hukumnya. Dari segi pemeriksa
yang menyatakan setuju dengan penurunan bisa jadi dia ada suatu permain­
sanksi bunga dari 2% menjadi 1%. Pandang­ an-permainan, nah masalahnya
an informan Pamungkas, Pogba, dan Mes­ kalau kita diperiksa akan meng­
si mencerminkan bahwa sepanjang asumsi ganggu semua lini di perusahaan
dasar manusia belum diseimbangkan de­ngan dan akan juga menghabiskan
asumsi dasar manusia sosial terdapat ke­ energi dan waktu untuk peme­
cenderungan WP memanfaatkan kemudah­ riksaan tersebut, semua data di­
an tersebut untuk menunda pembayaran minta misalnya data bank dan
pajak. Pandangan informan Pamungkas se­ data lainya, ini dapat menyebab­
jalan dengan hasil penelitian Ross & Buck­ kan terganggunya siklus bisnis
walter (2013) bahwa self-assessment system perusahaan. Saran saya berkaitan
pada masyarakat yang belum sadar hukum dengan kepatuhan sebaiknya pe­
memicu moral hazard. meriksaan dilakukan lebih intens.
Memang otoritas pajak berdasarkan Sumbernya itu kan dari data juga
pasal 29 (1) a UU KUP bisa menguji kepatuh­ bisa dan dari informasi juga bisa,
an WP melalui pemeriksaan pajak. Bagi WP dari data itu maksudnya terus
pemeriksaan pajak merupakan hal yang pa­ dilakukan penyesuaian terhadap
ling dihindari mengingat sangat menguras benchmarking jangan dari tahun
energi, waktu, bahkan hasil pemeriksaan 2005 sampai sekarang masih ber­
cenderung menghasilkan Kurang Bayar laku, seperti hotel atau restoran
(KB) yang relatif besar. Terdapat pandangan untuk benchmarking harus terus
umum bahwa WP yang menghindari SPT disesuaikan dengan perkembang­
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 31

an atau harus terus di-update. Pernyataan Pogba dan Messi seirama de­
Kalau pemeriksaan saya setuju ngan pernyataan Pamungkas.
kalau rutin, karena tidak semua Peneliti melakukan penelusuran terha­
Wajib Pajak mengalami pemerik­ dap pasal 68 mengenai pengajuan keberatan
saan, sehingga rasa keadilan di oleh WP yang tidak menunda pemenuhan ke­
WP kelihatannya tidak ada” (Pog­ wajiban WP untuk membayar pajak beserta
ba). pelaksanaan penagihan sesuai dengan nas­
kah akademik RUU KUP mengacu pada prak­
Pandangan senada juga disampaikan tik di Amerika Serikat melalui otoritas pajak­
oleh Messi yang mengatakan bahwa peme­ nya Internal Revenue Service (IRS). Terkait
riksaan pajak menguras energi, waktu, dan dengan penanggung pajak dalam RUU KUP
konsentrasi WP. Jika dilakukan lebih dari mengisyaratkan bahwa penanggung pajak
sekali untuk tahun pajak yang sama, bisa tidak terbatas pada mereka yang ada dalam
mengganggu operasional perusahaan dan akta perusahaan, tetapi termasuk mereka
tidak ada kepastian hukumnya. Pandangan yang secara nyata terlibat dalam pemenuh­
Pamungkas, Pogba, dan Messi sama terha­ an kewajiban perpajakan WP. Pamungkas
dap ketidaksepahamannya dengan RUU memandang aturan ini terlalu memberat­
KUP yang memberikan ruang pada otoritas kan WP karena terlalu banyak melibatkan
pajak melakukan pemeriksaan lebih dari pihak-pihak. Pihak yang bertanggung jawab
sekali dalam tahun pajak yang sama. Selain terhadap perusahaan adalah mereka yang
dari sudut pandang tidak adanya kepastian ada dalam akta perusahaan. Singkat kata,
hukum bagi WP terhadap Surat Ketetapan Pamungkas menyatakan kembalikan saja
Pajak (SKP) yang diperoleh dari hasil peme­ pada aturan yang lama. Pembahasan selan­
riksaan pajak, ketentuan ini juga membuka jutnya peneliti antarkan pada tema preskrip­
ruang adanya pemeriksaan pajak yang ku­ tif RUU KUP.
rang profesional dan objektif. Jangan sampai Preskriptif RUU KUP. Berdasarkan lo­­
kebijakan pajak yang terlalu eksesif meng­ gosentrisme pasal-pasal yang government-­
arah pada hancurnya peradaban (Sarjono, centered peneliti mengusulkan beberapa re­
2018). Kebijakan yang terlalu eksesif yang visi dengan menegakkan ideologi Pancasila
diterapkan pada masa milenial berpotensi dalam RUU KUP. Hal ini tersaji pada Tabel 3.
menjadi viral dalam artian negatif. Kebijak­ Terkait dengan adanya peningkatan
an eksesif dalam artian kebijakan untuk sanksi atas keterlambatan pelaporan SPT
menggali penerimaan pajak setinggi-tinggi­ masa WP Badan, Pogba menyetujui adanya
nya tetapi kurang memperhatikan implikasi­ sanksi nominal. Hal ini termuat pada kutip­
nya terhadap pertumbuhan usaha WP. Oleh an sebagai berikut.
karena itu, hal kecil saja dalam keseharian
masyarakat milenial menjadi pembahasan “Setuju dengan kenaikan sank­
yang meluas dan dikhawatirkan akan men­ si denda SPT masa Badan dari
jadi potensi penurunan tingkat kepatuhan 100 ribu menjadi 500 ribu yang
WP. mana akan lebih memberikan efek
Berbeda dengan adanya kewenangan jera, kalau itu diperbesar setuju
otoritas pajak untuk melakukan pemerik­ supaya betul-betul mendapatkan
saaan pajak lebih dari sekali dalam seta­ perhatian lebih sehingga sanksi
hun, jika mengalami Lebih Bayar (LB) proses masa sudah dikasi sanksi besar
pengembalian kelebihan pajaknya sampai kemudian sanksi keterlambatan
dengan satu tahun. Hal ini tidak sejalan bayar kena sanksi bunga 1% dika­
dengan praktik internasional pada umum­ li dua puluh empat maksimal juga
nya, yang hanya maksimal 6 (enam) bulan. sudah bagus karena sudah nego­
Terlihat sesuatu yang berpihak kepada WP siasinya di masa” (Pogba).
relatif sulit terwujud dalam RUU KUP. Hal
ini disampaikan oleh informan Pamungkas Pandangan berbeda disampaikan oleh
yaitu “untuk pengembalian uang WP sebaik­ Messi. yang mencoba melihat dari sudut
nya dipercepat”. Hal ini penting mengingat pandang selain aspek materi. Hal ini ter­
negara melalui otoritas pajaknya hadir di muat pada pernyataan berikut ini.
tengah-tengah masyarakat dalam hal ini WP
dalam upaya memberikan pelayanan prima. “Sebaiknya sanksi moral dikede­
pankan karena sanksi sosial ter­
32 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41

Tabel 3. Preskriptif RUU KUP [Menimbang]


RUU KUP Usulan RUU KUP
“…pembiayaan negara dan pembangunan nasio­ “Diperlukannya membangun karakter patuh
nal” (Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2018). membayar pajak sebagai perwujudan manusia
Pancasila”
“…diperlukan suatu basis data yang akurat se­ “….KUP belum sesuai dengan kondisi perkem­
bagai pedoman pemungutan pajak melalui ber­ bangan hukum saat ini, keperluan masyarakat,
bagai sumber….” (Badan Pembinaan Hukum Na­ dan belum mengikuti perkembangan teknologi
sional, 2018). informasi, sehingga perlu disesuaikan …”
“Pajak dan pungutan lain dengan sifat memaksa “…diperlukan suatu basis data yang akurat se­
demi keperluan negara berlandaskan undang-un­ bagai pedoman pemungutan pajak melalui ber­
dang” (Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2018). bagai sumber ….”
“KUP belum sesuai dengan kondisi perkembangan “…pembiayaan negara beserta pembangunan
hukum saat ini, keperluan masyarakat, dan be­ nasional”
lum mengikuti perkembangan teknologi informasi,
sehingga perlu disesuaikan…” (Badan Pembinaan
Hukum Nasional, 2018).

sebut lebih memberikan efek jera ment sehingga tidak menciptakan kepas­
dibandingkan dengan sanksi ma­ tian hukum yang berkeadilan bagi WP. Pe­
terial” (Messi). neliti mengusulkan penyeimbangan antara
pening­ katan kewenangan otoritas pajak
Pandangan Pogba dan Messi terhadap dengan pemenuhan rasa keadilan kepada
kenaikan sanksi administrasi keterlambat­ WP. Pemenuhan rasa keadilan bisa diwujud­
an penyampaian SPT Masa Badan terli­ kan dengan preskriptif RUU KUP yang kem­
hat berbeda. Perbedaan yang disebabkan bali pada UU KUP yang sudah berlaku saat
oleh latar belakang profesi mereka. Peneliti ini. Usulan peneliti disajikan dalam Tabel 6
menarik simpulan bahwa sanksi moral un­ sebagai pertimbangan otoritas pajak dalam
tuk pelapor­an masa relatif sulit diterapkan menyusun RUU KUP.
menimbang implikasi sosialnya yang lebih Hadirnya otoritas pajak sebagai ben­
besar daripada manfaat ketaatan yang di­ tuk pelayanan kepada WP sedikit tidaknya
peroleh. Perlu juga dipertimbangkan adanya bisa diwujudkan dengan memberi pelayanan
kerahasiaan data WP untuk dipublikasikan yang lebih cepat dari sebelumnya. Pada ja­
sebelum adanya keputusan yang bersifat man milenial dengan berbagai bantuan tek­
mengikat sesuai dengan Pasal 34 UU KUP. nologi informasi tentunya harus diimbangi
Ketentuan tersebut sedikit tidaknya meng­ dengan percepatan proses yang selama ini
hambat perwujudan sanksi sosial terhadap belum bisa terwujud. Hal yang sangat se­
WP yang belum memenuhi kewajiban per­ derhana dan menjadi dambaan bagi semua
pajakannya secara benar. Berpijak dengan WP yang mengalami kelebihan pembayaran
berbagai pertimbangan tersebut, peneliti pajak untuk memperoleh haknya sesegera
mengajukan usulan RUU KUP terkait de­ mungkin. Proses penyeimbangan antara ob­
ngan sanksi administratif yang disajikan jektivitas dengan subjektivitas sangat rele­
pada Tabel 4 dan Tabel 5. van diterapkan untuk menegakkan ideologi
Peningkatan wewenang otoritas pajak Pancasila dalam RUU KUP. Secara objektif
tidak sejalan dengan filosofi self-assess- WP telah memenuhi kewajiban pajaknya,

Tabel 4. Preskriptif RUU KUP [Sanksi Administratif]


Pasal RUU KUP Usulan RUU KUP
Pasal 32 (c) “Sanksi administratif atas keter­ “Sanksi administratif atas keter­
lambatan pelaporan SPT sebesar lambatan pelaporan SPT masa
Rp500.000,00 (lima ratus ribu ru­ sebesar Rp100.000,00, sehing­
piah) untuk Surat Pemberitahuan ga selaras dengan ketentuan
Masa lainnya yang disampaikan pada Pasal 32 (2b) RUU KUP”
oleh Pembayar Pajak Badan” (Ba­
dan Pembinaan Hukum Nasional,
2018).
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 33

Tabel 5. Preskriptif RUU KUP [Sanksi Bunga]


Pasal RUU KUP Usulan RUU KUP
Pasal 47 ayat 1 “Surat Tagihan Pajak yang terdapat “Sanksi administratif Surat Tagihan
dalam Pasal 46 (a) dan (b) terdiri Pajak (STP) karena pajak pengha­
dari jumlah kekurangan Pajak Ter­ silan tidak atau kurang dibayar se­
utang ditambah dengan sanksi ad­ besar 1 %, sehingga selaras dengan
ministratif sebesar 2% dikenakan sanksi administratif sebesar 1%
dari jumlah kekurangan Pajak Ter­ pada pasal 20 (5), pasal 21 (2), dan
utang per bulannya” (Badan Pembi­ pasal 22 (2) RUU KUP”
naan Hukum Nasional, 2018).

bahkan sampai lebih bayar. Secara subjek­ Imperatif yaitu tanpa menunggu
tif WP memiliki hak untuk memperoleh pe­ keputusan hukum yang lebih ting­
layanan profesional dari otoritas pajak de­ gi itu harus dieksekusi. Katakan­
ngan memperoleh pengembalian kelebihan lah proses keberatan ada penga­
pembayaran pajak. juan keberatan yang paling lambat
Pelayanan profesional otoritas pajak ke­ tiga bulan di SKPKB, kemudian
pada WP yang mulai patuh atau sudah patuh proses keberatan terdapat beber­
seiring dengan pandangan dari Sarjono apa jumlah pajak, itu juga kon­
(2018) dalam suatu usulan model kepatuh­ sekuensinya pemerintah harus
an berbasis reward and punishment. Model berani memberikan pengembalian
kepatuhan ini bahkan peneliti sampaikan bunga. Dibandingkan yang lama
pada kesempatan pemberian pembekalan misalkan dari 1 miliar hanya setu­
kepada 60 relawan pajak dari Politeknik ju 300 kemudian oleh DJP masih
Negeri Bali pada Senin, 11 Februari 2019. ada lagi sebesar 700 yang harus
Tanggapan positif dari Humas DJP terkait dibayar ditambah dengan sanksi
pandangan tersebut yang secara langsung sebesar 50% kan lumayan sekali.
memverifikasi bahwa WP berhak terhadap Akan tetapi, jika kasusnya antara
pelayanan profesional setelah memenuhi ke­ yang setuju dengan tidak setuju
wajiban pajaknya dengan baik. Berdasarkan tidak terlalu jauh beda, maka un­
pandangan informan dan intuisi peneliti di­ dang-undangnya memang impera-
tuangkan dalam bentuk usulan preskriptif tive” (Pogba).
RUU KUP terkait dengan pemenuhan perce­
patan pengembalian kelebihan pembayaran Menyimak pandangan Pogba, peneliti
pajak dalam Tabel 7 yang merupakan alter­ merenung sesaat dan mencoba memahami
natif membumikan nilai keadilan Pancasila bahwa UU pajak merupakan UU imperatif.
dalam RUU KUP. Pengajuan keberatan dalam upaya memper­
Peneliti menggali pandangan Pogba oleh keadilan bagi WP sehingga belum ada
me­ ngenai pengajuan keberatan yang tidak keputusan yang bersifat final harus diek­
menunda pemenuhan kewajiban membayar sekusi oleh otoritas pajak. Dapat disimpul­
pajak WP beserta pelaksanaan penagihan kan bahwa peran penting konsep perpajak­
pajak. Hal ini termuat pada Pogba sebagai an diterapkan bahwa pajak tidak hanya
berikut. berfungsi sebagai sumber anggaran sehing­
ga setiap keputusan harus segera dieksekusi
“Itu mengacu ke hukum pajak di demi penerimaan negara. Seyogyanya aspek
Indonesia yang bersifat imperatif. lain seperti pengaturan ekonomi juga perlu

Tabel 6. Preskriptif RUU KUP [Peningkatan Kewenangan Pemeriksaan Pajak]


Pasal RUU KUP Usulan RUU KUP
Pasal 59 ayat 1 “Surat Ketetapan Pajak atau SKP “Otoritas pajak meningkatkan kewenang­
yang menyatakan kurang bayar an dengan melakukan pemeriksaan ter­
dapat diterbitkan, dalam hal pajak hadap PP secara berulang pada tahun pa­
yang kurang dibayar nilainya lebih jak yang sama. Pasal 59 (1) tidak sesuai
besar dari kekurangan pembayaran dengan filosofi self-assessment sehingga
yang telah ditetapkan” (Badan Pem­ tidak menciptakan kepastian hukum yang
binaan Hukum Nasional, 2018) berkeadilan bagi PP”
34 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41

Tabel 7. Preskriptif RUU KUP [Batas Waktu Pengembalian Kelebihan Pajak]


Pasal RUU KUP Usulan RUU KUP
Pasal 62 ayat 1 “Pimpinan Otoritas Lembaga setelah meram­ “Penerbitan Surat Ketetapan Pa­
pungkan Pemeriksaan Pajak dari permohon­ jak dalam kurun waktu paling
an WP untuk pengembalian kelebihan pem­ lama 6 bulan sesuai dengan best
bayaran pajak WP yang diajukan dengan practice OECD
Surat Pemberitahuan wajib menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak dalam kurun waktu
paling lama 12 bulan terhitung dari Surat
Pemberitahuan telah diterima secara leng­
kap sesuai ketentuan” (Badan Pembinaan
Hukum Nasional, 2018).

dipertimbangkan. Faktor ekonomi di sini da­ RUU KUP yang peneliti usulkan dari Tabel
lam artian memberikan kesempatan kepada 3 sampai dengan Tabel 9 merupakan suatu
WP membayar sesuai dengan yang mereka upaya menyeimbangkan objektivitas de­
setujui terlebih dahulu. Preskriptif RUU KUP ngan subjektivitas dalam RUU KUP. Dalam
terkait dengan penundaan pembayaran pa­ tataran filosofis RUU KUP wajib berlandas­
jak, peneliti sajikan dalam Tabel 8. kan pada nilai-nilai Pancasila. Pandangan
Peneliti mempunyai pengalaman ba­ Adam Smith tentang the four maxims lebih
gaimana proses pemeriksaan pajak yang menekankan aspek objektivitas yang perlu
melelahkan, menyita waktu, dan bahkan bi­ diseimbangkan dengan pemenuhan aspek
sa memp engaruhi psikologis pada pihak-pi­ subjektivitas. Pembentukan karakter WP
hak yang terlibat di dalamnya. Pengalaman yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila di­
peneliti tersebut jika dihubungkan dengan tuangkan dalam pasal-pasal turunan dari
RUU KUP tentang penanggung pajak sangat RUU KUP. Oleh karena itu, dalam tataran
relevan. Sebagai contoh seorang karyawan filosofis landasan RUU KUP adalah Panca­
bagian pembukuan dengan upah minimal sila dalam tataran praktis dituangkan dalam
sesuai dengan kebijakan kabupaten atau pasal-pasal yang memberikan keberpihakan
provinsi setempat menghadapi pemeriksaan kepada WP sesuai dengan preskriptif revisi
pajak yang begitu melelahkan harus ikut RUU KUP dalam Tabel 3 sampai dengan Ta­
bertanggungjawab terhadap hasil pemerik­ bel 9. Besar harapan peneliti perencanaan
saan tersebut. Menurut peneliti kebijakan pajak yang mengedepankan rasionalitas
ini berpeluang menghilangkan rasa nyaman menurut Jensen & Meckling (1976) bisa di­
bekerja dari karyawan yang tidak seharus­ minimalisasi dengan berpegang pada nilai-
nya bertanggungjawab seperti layaknya pe­ nilai adat ketimuran (Pepper & Gore, 2015).
ngurus yang ada dalam akta perusahaan. Tujuan akhir dari setiap kebijakan per­
Beranjak dari hasil wawancara dengan Pog­ pajakan, tidak terbatas pada RUU KUP, ada­
ba dan pengalaman yang peneliti alami, pe­ lah mewujudkan kesadaran inklusi menuju
neliti sintesiskan menjadi suatu usulan pre­ peningkatan kepatuhan WP. Peneliti berpan­
skriptif RUU KUP terkait penanggung pajak dangan bahwa kesadaran inklusi yang me­
mengacu pada sila kedua Pancasila terkait rupakan aspek subjektivitas dan objektivitas
kemanusian disajikan pada dalam Tabel 9. dalam wujud profesionalitas otoritas pajak
Preskriptif RUU KUP sebagai upaya merupakan modal sosial dari perwujudan
mewujudkan kesadaran inklusi. Preskriptif kepatuhan pajak. Pendapatan pajak yang

Tabel 8. Preskriptif RUU KUP [Penundaan Pembayaran Pajak]


Pasal RUU KUP Usulan RUU KUP
Pasal 68 “Pengajuan keberatan yang tidak menun­ “Pasal 25 ayat 3a KUP Pada kondisi WP
da pemenuhan kewajiban membayar pa­ atau PP mengajukan keberatan terhadap
jak WP beserta pelaksanaan penagihan surat ketetapan pajak, WP atau PP wajib
pajak” (Badan Pembinaan Hukum Nasi­ menunaikan pajak yang masih terutang
onal, 2018). sedikitnya sesuai dengan jumlah yang
disetujui oleh WP atau PP pada pembahas­
an tahap akhir hasil pemeriksaan, yang
diupayakan sebelum Surat Keberatan di­
serahkan”
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 35

Tabel 9. Preskriptif RUU KUP [Penanggung Pajak]


Pasal RUU KUP Usulan RUU KUP
Pasal 82 PP atau WP yang bertanggung jawab ter­ Pasal 32 ayat 1a UU KUP
hadap pembayaran Pajak Terutang ter­
masuk:
a. …. “…….. pemenuhan hak dan kewa­
b. “orang pribadi (OP) dan atau Badan jiban PP atau WP sesuai dengan
selaku pemilik (pemegang saham) mayo­ ketentuan peraturan perpajakan, PP
ritas yang terkait langsung atau tidak atau WP dapat diwakili oleh:”
terkait secara langsung, ketentuan ini
untuk perusahaan terbuka”
c. “seluruh pemilik (pemegang saham) a. “badan diwakili oleh pengurus”
yang terkait langsung atau tidak terkait b …
secara langsung untuk perusahaan ter­
tutup”
d. “orang pribadi (OP) dan atau Badan
yang tidak tercantum dalam akta namun
secara nyata-nyata memiliki kewenang­
an untuk menentukan kebijakan dan
mengambil keputusan” (Badan Pembi­
naan Hukum Nasional, 2018).

tinggi tentunya ditopang oleh kepatuhan mengenal program inklusi pajak pada pen­
yang tinggi dengan pondasi kesadaran in­ didikan formal sehingga sangat logis belum
klusi WP dan profesionalitas otoritas pajak. tumbuh kesadaran pajak dari hati mereka.
Profesionalitas otoritas pajak dalam model Upaya lainnya yang bisa dilakukan selain
yang dikemukakan oleh Gangl, Hofmann, & pendidikan formal yang menyasar WP yang
Kirchler (2015), Im (2018), Ritsatos (2014), tidak mengenyam pendidikan formal adalah
dan Rothengatter (2016) yaitu Slippery Slope pembuktian melalui kerja nyata pemerintah
Framework merupakan penegakan hukum bahwa hasil pajak memang kembali kepada
otoritas pajak. Sementara itu, kesadaran in­ masyarakat melalui program pembangunan
klusi WP merupakan kepercayaan terhadap berkeadilan. Pelibatan tokoh masyarakat
otoritas pajak. Kedua pondasi tersebut baik dan pemuka agama melalui penyebaran ka­
objektivitas maupun subjektivitas harus ta-kata bijak dan bajik mampu menyubur­
diseimbangkan untuk mewujudkan pening­ kan kesadaran akan peran aktif masyarakat
katan kepatuhan pajak. melalui pembayaran pajak untuk memba­
Upaya menumbuhkan kesadaran in­ ngun bangsa dan negara.
klusi pada WP yang berkesinambungan di­ Salah satu tujuan DJP meluncurkan
yakini merupakan salah satu pondasi efekti­ program kesadaran inklusi pajak melalui
vitas implementasi Self Assessment System. pendidikan generasi muda yaitu menjadikan
Kesadaran pajak merupakan masalah psi­ warga negara yang sadar akan kewajiban­
kologis yang diibaratkan kesadaran pajak nya berbangsa dan bernegara. Pembentukan
sama dengan mencintai seseorang yang ti­ karakter masyarakat yang sadar akan pajak
dak boleh dipaksakan (Muehlbacher, Harti, menjadi program jangka panjang dengan
& Kirchler, 2017). Secara psikologis pemak­ membudayakan perilaku sadar pajak. Peri­
saan akan menciptakan perlawanan, baik laku sadar pajak akan menjadi budaya bela
pasif maupun aktif. Akumulasi perlawanan negara jaman “Now”.
bisa menjadi pembangkangan, sehingga Budaya sadar pajak diyakini mam­
upa­­
ya perwujudan kesadaran inklusi akan pu merombak momok rendahnya tingkat
semakin jauh dari harapan (Stam & Verbeet­ kepatuhan pajak yang hanya 11%, relatif
en, 2017). rendah dibandingkan dengan negara tetang­
Masalah kesadaran inklusi merupakan ga yang berada pada kisaran 14% sampai
masalah bersama bangsa sehingga harus dengan 16%. Masyarakat Indonesia den­
melibatkan berbagai pihak tidak terbatas gan Ideologi Pancasila berasumsikan ma­
pada sektor pendidikan formal. Informan nusi­a yang menyeimbangkan unsur materi­
penelitian merupakan generasi yang belum al de­ngan unsur emosional. Kebijakan dan
36 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41

P enerimaan Pajak yang


Optimal

Kepatuhan P ajak

Internalisasi Nilai Humanis


P rofesionalitas P ancasila pada Otoritas Pajak Kesadaran Inklusi
Otoritas P ajak dan Wajib P ajak

Akuntansi/Pembukuan P embentukan Karakter


Mengutamakan Manusia P ancasila
Objektivitas (Subjektivitas)

P reskriptif RUU KUP [Menyeimbangkan


Objektivitas dengan Subjektivitas]

Gambar 1. Preskriptif RUU KUP Mewujudkan Kesadaran Inklusi

sistem perpajakan lebih menekankan unsur mewujudkan kesadaran inklusi disajikan


material, sedangkan unsur emosional belum dalam Gambar 1.
menjadi prioritas. Hal ini baru muncul pada Gambar 1 merupakan sintesis hasil
program kesadaran inklusi. wawancara penelitian yang dilengkapi de­
Penyeimbangan unsur objektivitas (ma­ ngan kontemplasi intuisi peneliti. Preskrip­
terial) dengan unsur subjektivitas (emosion­ tif RUU KUP yang berlandaskan nilai-nilai
al) mengarah pada pembentukan manusia ideologi Pancasila merupakan usulan pe­
yang holistik. Pendekatan holistik merupa­ neliti untuk menyeimbangkan objektivitas
kan pendekatan yang paling sesuai untuk (unsur materi UU KUP dan profesionalitas
mengurai permasalahan terkait sudut pan­ otoritas pajak) dengan subjektivitas WP (hak
dang yang keliru dari masyarakat terhadap memperoleh pelayanan) untuk mewujud­
pajak. Pembentukan paradigma akan kewa­ kan kesadaran inklusi WP. Outcome dari
jiban bersama untuk membangun bangsa sistem kepatuhan yang menyeimbangkan
dan negara melalui kesadaran inklusi pajak pendekat­ an kuantitatif dengan kualitatif
menjadi keniscayaan dan tanggung jawab membuahkan peningkatan pendapatan pa­
bersama. jak yang bersifat jangka panjang. Gambar
Peneliti mencoba menuangkan pres­ 1 mencerminkan pondasi preskriptif RUU
kriptif RUU KUP sebagai suatu upaya KUP untuk membentuk WP yang berkarak­
mewujudkan kesadaran inklusi dalam ben­ ter sehingga mampu menumbuhkan kes­
tuk bagan. Peneliti terinspirasi oleh konsep adaran inklusi dalam diri yang menjadi ruh
yang diutarakan oleh Sarjono (2018) terkait kepatuh­an sukarela WP.
peneri­maan pajak adalah outcome dari sistem
kepatuhan (output). Konsep tersebut peneli­ SIMPULAN
ti kembangkan dengan pondasi preskiptif Hasil penelusuran pandangan informan
RUU KUP dengan membumikan nilai-nilai penelitian mengantarkan peneliti pada sim­
Pancasila. Preskriptif RUU KUP yang peneliti pulan bahwa RUU KUP government-centered.
usulkan melalui penyeimbangan objektivitas Nilai lokalitas ideologi bangsa yakni nilai
dengan subjektivitas menuju peningkatan Pancasila yang seharusnya menjadi pondasi
kesadaran WP sebagai pondasi peningkatan utama RUU KUP belum tampak dijadikan pi­
kepatuhan pajak menuju penerimaan pajak jakan dari menimbang sampai dengan pas­
yang lebih baik. Bagan preskriptif RUU KUP al-pasal pelaksanaannya. Usulan RUU KUP
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 37

diawali dari menimbang untuk membentuk syarakat Madani, 7(1), 1-18. https://
karakter WP yang patuh sebagai cerminan doi.org/10.26623/humani.v7i1.1019
manusia berkesadaran Pancasila. Pasal-pa­ Aditama, F., & Purwaningsih, A. (2014). Pe-
sal pelaksanaan mulai metode pembukuan ngaruh Perencanaan Pajak terhadap
atau akuntansi dari sanksi administratif dan Manajemen Laba pada Perusahaan
bunga, peningkatan kewenangan otoritas Nonmanufaktur yang Terdaftar di Bur­
pajak, batas waktu pengembalian kelebih­ sa Efek Indonesia. Modus, 26(1), 33–
an pajak, penundaan pembayaran pajak, 50. https://doi.org/10.24002/modus.
dan penanggung pajak diseimbangkan an­ v26i1.576
tara kepentingan otoritas pajak dengan WP. Allingham, G. M., & Sandmo, A. (1972). In-
Penelitian ini mengusulkan RUU KUP yang come Tax Evasion: A Theoretical Analy­
mewujudkan akuntansi berkesadaran dan sis. Journal of Public Economics, 1, 323–
berpihak sebagai awal peradaban bangsa. 338. https://doi.org/10.1016/0047-27
Perimbangan dan pemenuhan kepentingan 27(72)90010-2
otoritas pajak dan WP merupakan solusi ter­ Amalia, M. (2017). Kebijakan Hukum terha-
baik menuju otoritas pajak yang profesional dap Pelaksanaan Pengampunan Pajak
dan perwujudan kesadaran inklusi WP. (Tax Amnesty) dalam Meningkatkan
Preskriptif RUU KUP yang telah menye­ Kesejahteraan Masyarakat Bangsa In­
imbangkan objektivitas (peningkatan ke­ donesia. Jurnal Hukum Mimbar Justitia,
wenangan otoritas pajak) dengan subjekti­ 3(1), 17-34. https://doi.org/10.35194/
vitas (pemenuhan hak dan kewajiban WP) jhmj.v3i1.8
merupakan pondasi perwujudan kesadaran Amir, H., Asafu-adjaye, J., & Ducpham, T.
inklusi. Perlu disadari bahwa menumbuh­ (2013). The Impact of the Indonesian
kan kesadaran inklusi merupakan suatu Income Tax Reform: A CGE Analy­
proses pendekatan humanis, sehingga nilai- sis. Economic Modelling, 31, 492–501.
nilai karakter yang membentuk kesadar­ https://doi.org/10.1016/j.econ­
an inklusi secara terus menerus dipupuk mod.2012.12.018
melalui kehadiran otoritas pajak yang ber­ Aneswari, Y. R., & Darmayasa, I. N. (2016).
jiwa humanis. Kesadaran inklusi yang tum­ Konsep Kepatuhan Pajak Berlandas­
buh dalam diri WP merupakan ruh kepatuh­ kan Tat Twam Asi. In Temu Masyarakat
an sukarela WP. Peningkatan kepatuhan Akuntansi Multiparadigma Indonesia
pajak yang didasarkan oleh suatu kesadaran Nasional. Jakarta.
yang tumbuh dalam diri WP diyakini mam­ Badan Pembinaan Hukum Nasional. (2018).
pu meningkatkan penerimaan pajak jangka Rancangan Undang-Undang tentang
panjang sebagai suatu outcome dari sistem Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpa-
kepatuhan (output). jakan. Jakarta: Kementerian Hukum
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan Hak Asasi Manusia.
pada pemerolehan Daftar Inventarisasi Ma­ Berger, R. (2015). Now I See It, Now I Don’t:
salah (DIM) masing-masing fraksi di Dewan Researcher’s Position and Reflexivi­
Perwakilan Rakyat (DPR) secara utuh. Pe­ ty in Qualitative Research. Qualitative
neliti melibatkan informan penelitian hanya Research, 15(2), 219–234. https://doi.
dari WP, konsultan pajak, dan akademisi org/10.1177/1468794112468475
perpajakan sehingga belum mampu meng­ Boyce, G., Greer, S., Blair, B., & Davids, C.
gali pandangan dari DPR dan otoritas pajak. (2012). Expanding the Horizons of Ac­
Diharapkan penelitian berikutnya mampu counting Education: Incorporating So­
memenuhi keterbatasan penelitian dengan cial and Critical Perspectives. Account-
memperoleh DIM dan menggali pandangan ing Education, 21(1), 47-74. https://
dari DPR dan otoritas pajak sehingga usulan doi.org/10.1080/09639284.2011.5867
RUU KUP lebih komprehensif. 71
Burrell, G., & Morgan, G. (1979). Sociologi-
DAFTAR RUJUKAN cal Paradigms and Organisational Anal-
Abib, A. S., Yulistyowati, E., & Sihotang, A. ysis: Elements of The Sociology of Cor-
P. (2017). Implikasi Penerapan Un­ porate Life. London: Heinemann Educa­
dang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tional Books.
tentang Pengampunan Pajak (Tax Am­ Darmayasa, I. N. (2017). Yadnya sebagai Pe-
nesty) dalam Meningkatkan Kepatuhan maknaan Lain atas Nilai Wajar Harta
Wajib Pajak. Jurnal Hukum dan Ma­ Amnesti Pajak. Jurnal Akuntansi Multi-
38 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41

paradigma, 8(1), 166–182. https://doi. https://doi.org/10.2308/atax-50907


org/10.18202/jamal.2017.04.7046 Firdaus, A., Sari, M. K., & Kamayanti, A.
Darmayasa, I. N., & Aneswari, R. Y. (2015a). (2016). Mengaksikan Wacana Akuntan­
The Ethical Practice of Tax Consultant si Berbasis Pancasila Melalui Dekon­
Based on Local Culture. Procedia - So- struksi Makna Stakeholders: Kritik
cial and Behavioral Sciences, 211, 142– atas Kapitalisme. Jurnal Riset Akuntan-
148. https://doi.org/10.1016/j.sbspro. si dan Perpajakan, 3(1), 23-51.
2015.11.021 Fowler, C. J., & Keeper, T. (2016). Twenty
Darmayasa, I. N., & Aneswari, Y. R. (2015b). Years of Accounting History, 1996–
Paradigma Interpretif pada Penelitian 2015: Evidence of the Changing Faces of
Akuntansi Indonesia. Jurnal Akuntansi Accounting History Research. Account-
Multiparadigma, 6(5), 350–361. https:// ing History, 21(4), 389–418. https://
doi.org/10.18202/jamal.2015.12.6028 doi.org/10.1177/1032373216657842
Darmayasa, I. N., & Aneswari, Y. R. (2016). Gangl, K., Hofmann, E., & Kirchler, E. (2015).
The Role of Local Wisdom toward Tax New Ideas in Psychology Tax Autho­
Compliance. Jurnal Akuntansi Multi- rities’ Interaction with Taxpayers: A­
paradigma, 7(1), 110–119. https://doi. Aonception of Compliance in Soci­al Di­
org/10.18202/jamal.2016.04.7010 lemmas by Power and Trust. New Ideas
Darmayasa, I. N., Sudarma, I. M., Achsin, M., in Psychology, 37, 13–23. https://doi.
& Mulawarman, A. D. (2016). Decon­ org/10.1016/j.newideapsych. 2014.12.
struction of Equitable Tax Amnesty. In- 001
ternational Journal of Applied Business Glaze, S. (2015). Schools Out: Adam Smith
and Economic Research, 14(11), 8167– and Pre-disciplinary International Po­
8179. litical Economy. New Political Economy,
Darmayasa, I. N., Sudarma, I. M., Achsin, M., 20(5), 679-701. https://doi.org/10.108
& Mulawarman, A. D. (2017). Decon­ 0/13563467.2014.999757
struction of Tax Amnesty in Based on Guerra, A., & Harrington, B. (2018). Attitude
Pancasila Values: The Case of Indone­ Behavior Consistency in Tax Compli­
sia. International Journal of Accounting ance: A Cross-National Comparison.
and Business Society, 25(1), 61–70. Jour­ nal of Economic Behavior & Orga-
https://doi.org/10.21776/ub.ijabs. nization, 156, 184-205. https://doi.
2017.25.1.2 org/10.1016/j.jebo.2018.10.013
Darmayasa, I. N., Sudarma, I. M., Achsin, Hales, J., Matsumura, E. M., Moser, D. V., &
M., & Mulawarman, A. D. (2018). Con­ Payne, R. (2016). Becoming Sustain­
structed Interpretation of Tax Compli­ able: A Rational Decision Based on
ance through the Historicity, Rational­ Sound Information and Effective Pro­
ity, and Actuality of Pancasila (Cases cesses? Journal of Management Account-
in Indonesia). International Journal of ing Research, 28(2), 13-28. https://doi.
Trade and Global Markets, 11(1/2), 67– org/10.2308/jmar-51394
76. https://doi.org/10.1504/IJTGM. Hanlon, M., Hoopes, J. L., & Shroff, N.
2018.092481 (2014). The Effect of Tax Authority Moni­
Delpachitra, S., & Rafizadeh, S. (2014). The toring and Enforcement on Financial
Switching Decision: Are Members of Reporting Quality. The Journal of the
Su­perannuation Funds Rational and American Taxation Association, 36(2),
Informed Investors? Australasian Ac- 137-170. https://doi.org/10.2308/at-
counting, Business and Finance Journal, ax-50820
8(4), 45-62. https://doi.org/10.14453/ Holtzblatt, M. A., Geekie, J., & Tschakert, N.
aabfj.v8i4.4 (2016). Should U.S. and Global Regula­
Devos, K. (2013). The Role of Sanctions and tors Take a Bigger Tax Bite Out of Tech­
other Factors in Tackling International nology Companies? A Case on Apple’s
Tax Fraud. Common Law World Review, International Tax Minimization and Re­
42(1), 1–22. https://doi.org/10.1350/ porting Strategies. Issues in Accounting
clwr.2013.42.1.0246 Education, 31(1), 33-148. https://doi.
Donohoe, M. P. (2015). Financial Derivatives org/10.2308/iace-51235
in Corporate Tax Avoidance: A Concep­ Jensen, C., & Meckling, H. (1976). Theory of
tual Perspective. The Journal of the Ame­ the Firm: Managerial Behavior, Agency
rican Taxation Association, 37(1), 37-68. Costs and Ownership Structure. Jour-
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 39

nal of Financial Economics, 3(4), 305– an (?): Indonesia dalam Ayunan Pera­
360. https://doi.org/10.1016/0304-40 daban. Jakarta: Yayasan Rumah Pe­
5X(76)90026-X neleh.
Im, D. K. (2018). The Heuristic Value of the Mulawarman, A. D., & Kamayanti, A. (2018).
Social: The Effect of Social Quality and Towards Islamic Accounting Anthro­
Trust on Welfare and Tax Attitudes. In- pology: How Secular Anthropology Re­
ternational Sociology, 33(3), 407–432. shaped Accounting in Indonesia. Jour-
https://doi.org/10.1177/0268580918 nal of Islamic Accounting and Business
760429 Research, 9(4), 629–647. https://doi.
Kamayanti, A. (2014). Integrasi Pancasila da- org/10.1108/JIABR-02-2015-0004
lam Pendidikan Akuntansi melalui Pen­­ Natania, E. S., & Davianti, A. (2018). An Ac-
dekatan Dialogis. Journal of Accounting counting Perspective of Tax Amnesty in
and Business Education, 2(2), 1–16. Indonesia. Journal of Accounting Audit-
https://doi.org/10.26675/jabe.v2i2.6- ing and Business, 1(1), 1-18. https://
063 doi.org/10.24198/jaab.v1i1.15645
Kamayanti, A. (2016). Metodologi Penelitian Natsif, F. A. (2017). Pancasila dalam Perspek-
Kualitatif Akuntansi: Pengantar Religi- tif Hukum Konstitusi Indonesia. Juris-
ositas Keilmuan. Jakarta: Yayasan Ru­ prudentie, 4(2), 122-129. https://doi.
mah Peneleh. org/10.24252/jurisprudentie.v4i2.40
Latif, Y. (2011). Negara Paripurna: Historis- 57
itas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pan- Parker, L. D., & Northcott, D. (2016). Quali-
casila. Jakarta: PT. Gramedia. tative Generalising in Accounting Re­
Levaggi, R., & Menoncin, F. (2013). Optimal search: Concepts and Strategies. Ac-
Dynamic Tax Evasion. Journal of Eco- counting, Auditing & Accountability
nomic Dynamics and Control, 37(11), Journal, 29(6), 1100-1131. https://doi.
2157–2167. https://doi.org/10.1016/j. org/10.1108/AAAJ-04-2015-2026
jedc.2013.06.007 Pattipeilohy, S. (2018). Ketuhanan yang Ber-
Lima, I. V. D., & Guizzo, D. (2015). An Ar- kebudayaan: Memahami Pancasila se­
chaeology of Adam Smith’s Epistemic bagai Model Interkulturalitas. GEMA
Context. Review of Political Economy, TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual
27(4), 585-605. https://doi.org/10.108 dan Filsafat Keilahian, 3(2), 121-146.
0/09538259.2015.1082819 https://doi.org/10.21460/gema. 2018.
Mangoting, Y., Sukoharsono, E. G., & Nurk- 32.363
holis. (2017). Menguak Dimensi Kecu­ Pepper, A., & Gore, J. (2015). Behavioral
rangan Pajak. Jurnal Akuntansi Multi- Agency Theory: New Foundations for
paradigma, 8(2), 274–290. https://doi. Theorizing About Executive Compen­
org/10.18202/jamal.2017.08.7054 sation. Journal of Management, 41(4),
Mongrain, S., & Wilson, J. D. (2018). Tax 1045–1068. https://doi.org/10.1177/
Competition with Heterogeneous Capi­ 0149206312461054
tal Mobility. Journal of Public Econo­mics, Pickhardt, M., & Prinz, A. (2014). Behavioral
167, 177-189. https://doi.org/10.10- Dynamics of Tax Evasion - A Survey.
16/j.jpubeco.2018.08.005 Journal of Economic Psychology, 40,
Muehlbacher, S., Hartl, B., & Kirchler, E. 1–19. https://doi.org/10.1016/j.joep.
(2017). Mental Accounting and Tax Com­ 2013.08.006
pliance: Experimental Evidence for the Postali, F. A. S. (2015). Tax Effort and Oil
Effect of Mental Segregation of Tax Due Royalties in the Brazilian Municipali­
and Revenue on Compliance. Public Fi- ties. Economia, 16(3), 395-405. https://
nance Review, 45(1), 118–139. https:// doi.org/10.1016/j.econ.2015.08.001
doi.org/10.1177/1091142115602063 Prabhakar, R. (2015). Does the Financial
Mulawarman, A. D. (2013). Nyanyian Metod- Crisis Create Opportunities for Taxing
ologi Akuntansi Ala Nataatmadja: Wealth? A Study of Tax Policy Debates
Melampaui Derridian Mengembangkan in the United Kingdom. Social & Legal
Pemikiran. Jurnal Akuntansi Multipa­ Studies, 24(2), 271–287. https://doi.
radigma, 4(1), 149–164. https://doi. org/10.1177/0964663915572501
org/10.18202/jamal.2013.04.7189 Prasetyo, T. (2014). Membangun Hukum Na-
Mulawarman, A. D. (2016). 2024 Hijrah un- sional Berdasarkan Pancasila. Jurnal
tuk Negeri Kehancuran atau Kebangkit­ Hukum dan Peradilan, 3(3), 213-222.
40 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 1, April 2019, Hlm 22-41

http://dx.doi.org/10.25216/JHP.3.3. mika Hukum, 16(3), 273-279. https://


2014.213-222 doi.org/10.20884/1.jdh.2016.16.3.598
Pravasanti, Y. A. (2018). Dampak Kebijakan Sitorus, J. H. E. (2015). Membawa Pancasila
dan Keberhasilan Tax Amnesty bagi dalam Suatu Definisi Akuntansi. Jurnal
Perekonomian Indonesia. Komparte- Akuntansi Multiparadigma, 6(2), 254–
men: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 16(1), 84- 271. https://doi.org/10.18202/jamal.
94. https://doi.org/10.30595/kompar- 2015.08.6021
temen.v16i1.2415 Sitorus, J. H. E. (2016). Pancasila-based So-
Rahim, E. (2018). Marx—From Hegel and cial Responsibility Accounting. Procedia
Feuerbach to Adam Smith: A New Syn­ - Social and Behavioral Sciences, 219,
thesis. International Critical Thought, 700–709. https://doi.org/10.1016/j.
8(2), 193-209. https://doi.org/10.1080 sbspro.2016.05.054
/21598282.2018.1478235 Smith, A. (1776). An Inquiry Into the Nature
Ritsatos, T. (2014). Tax Evasion and Com- and Causes of the Wealth of Nations.
pliance: From the Neo Classical Para­ London: William Strahan.
digm to Behavioural Economics; A Soufian, M., Forbes, W., & Hudson, R. (2014).
Review. Journal of Accounting and Or- Adapting Financial Rationality: Is a New
ganizational Change, 10(2), 244–262. Paradigm Emerging? Critical Perspec-
https://doi.org/10.1108/JAOC-07- tives on Accounting, 25(8), 724-742.
2012-0059 https://doi.org/10.1016/j.cpa.2013.
Rosa, Y. D., & Husni, E. (2017). Reformasi 08.009
Kebijakan Pelayanan Tax Amnesty di In­ Stam, E., & Verbeeten, F. (2017). Tax Com-
donesia. Jurnal Teori dan Riset Adminis- pliance Over the Firm Life Course. Inter-
trasi Publik, 1(1), 49-59. doi:10.24036/ national Small Business Journal, 35(1),
j-trap.v1i1.14 99–115. https://doi.org/10.1177/0266
Ross, J. M., & Buckwalter, N. D. (2013). Stra- 242615615185
tegic Tax Planning for State Tax Amnes­ Tan, A., Chatterjee, B., & Bolt, S. (2014). The
ties: Evidence from Eligibility Period Re­ Rigour of IFRS Education in the USA:
strictions. Public Finance Review, 41(3), Analysis, Reflection and Innovativeness.
275–301. https://doi.org/10.1177/109 Accounting Education, 23(1), 54-70.
1142112461687 https://doi.org/10.1080/09639284.
Rothengatter, M. (2016). Possibilities for and 2013.847306
Limits to Enforcing Tax Compliance Taylor, L. C. (2018). Reassessing and Refin-
Measures on ‘Irregular’ Workers. Journal ing Theory in Qualitative Accounting
of Sociology, 52(2), 139–154. https:// Research: An Illustrative Account of
doi.org/10.1177/1440783313507490 Theorizing. Qualitative Research in Ac-
Sa’adah, N. (2017). Kebijakan Pengampunan counting & Management, 15(4), 510-
Pajak (Tax Amnesty) Berdasarkan 534. https://doi.org/10.1108/QRAM-
Keadilan yang Mendukung Iklim In­ 09-2017-0090
vestasi Indonesia. Masalah-Masalah Towery, E. M. (2017). Unintended Consequen-
Hukum, 46(2), 182-189. https://doi. ces of Linking Tax Return Disclosures
org/10.14710/mmh.46.2.2017.182- to Financial Reporting for Income Tax­
189 es: Evidence from Schedule UTP. The
Sarjono, B. (2018). Mitigasi Risiko Perpajak- Accounting Review, 92(5), 201-226.
an melalui Pengampunan Pajak Pada https://doi.org/10.2308/accr-51660
Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Bisnis Vaida, S., & Ormenişan, M. C. (2013). From
Terapan, 2(2), 201 - 210. https://doi. Plato to Ellis. A Short Investigation of
org/10.24123/jbt.v2i02.1623 the Concept of Emotions. Procedia - So-
Setiawan, A. R. (2016). Mempertanyakan Ni- cial and Behavioral Sciences, 78, 571–
lai-Nilai Pancasila pada Profesi Akuntan: 575. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.
Bercermin pada Kode Etik IAI. Jurnal Il- 2013.04.353
miah Akuntansi, 1(1), 1-21. https://doi. Walker, A. K., & Bueltel, B. L. (2018). A Legal
org/10.23887/jia.v1i1.9980 Analysis of State Tax Policy for Online
Sholihah, I. (2016). The Importance of Tax Sales: The Recipe from Direct Market­
Amnesty Policy in Efforts to Overcome ing. The ATA Journal of Legal Tax Re-
Tax Evasion in Indonesia. Jurnal Dina- search, 16(1), 39-58. https://doi.org/
Darmayasa, Preskriptif Ketentuan Umum Perpajakan pada Perspektif ... 41

10.2308/jltr-52133 cial Accounting. Issues in Accounting


Zeff, S. A. (2018). Instilling Historical Per- Education, 33(3), 95-100. https://doi.
spective and a Critical Faculty in the org/10.2308/iace-51970
First Undergraduate Course in Finan­

Anda mungkin juga menyukai