Tugas 2 Definisi
Tugas 2 Definisi
DISUSUN OLEH :
NAMA: FANNA
STAMBUK :N21018025
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Negara maju hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di
Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh
para tenaga kesehatan yang bekerja di pelayanan kesehatan primer karena angka
pravelensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya. Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi di bagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain.
Secara epidemologis 30% penduduk di dunia peka terhadap keracunan garam
dapur yang dapat menyebabkan hipertensi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prevensi hipertensi seperti ras, umur, obesitas, asupan garam yang berlebih, dan adanya
riwayat hipertensi pada keluarganya. Untuk gejala dari hipertensi itu sendiri biasanya
pasien mengeluhkan nyeri kepala, mata berkunang-kunang, mual, Hipertensi memang
bukan penyakit pembunuh sejati, tetapi ia digolongkan sebagai The Sillent Killer
( pembunuh diam – diam ). Penyakit ini gejalanya tidak nyata dan harus diwaspadai serta
perlu diobati sedini mungkin karena hipertensi yang kronis jika diabaikan, secara tiba –
tiba akan membawa malapetaka, seperti serangan jantung dan stroke. ( Aziza, Lucky,
2007 )
Di Amerika Serikat 15 % golongan kulit putih dewasa dan 25 % - 30 % golongan
kulit hitam dewasa adalah pasien hipertensi. Menurut laporan National Health and
Nutrition Examinition Survey dalam dua dekade terakhir ini terjadi terjadi kenaikan
prosentase kewaspadaan masyarakat terhadap hipertensi dari 50 % menjadi 84 %,
prosentasi pasien hipertensi yang mendapatkan pengobatan yaitu dari 36 % menjadi 73 %
dan prosentase pasien hipertensi yang tekanan darahnya terkendali dari 16 % menjadi 55
%. ( Suyono, Slamet, 2003 )
Di Indonesia sampai saat ini belum terdapat penyelidikan yang bersifat nasional
multisenter, yang dapat menggambarkan prevensi hipertensi secara tepat. Menurut
Boedie Darmojo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian
melaporkan bahwa 1,8 – 28,6 % penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun adalah
pasien hipertensi
Berdasrkan laporan kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, kasus
tertinggi hipertensi adalah ada di kota Semarang yaitu 67.101 kasus ( 19,56 % ) di
banding dengan jumlah kasus hipertensi di kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah.
Kasus yang paling sedikit dijumpai adalah di kabupaten tegal yaitu 516 kasus ( 0,15 % ).
Sementara di daerah Surakarta sendiri jumlah penderita hipertensi sekitar 27,8 %. ( Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004 )
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik rumah sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta, penderita hipertensi yang dirawat inap di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2011 sebanyak 309 kasus, dan pada tahun 2012 ini
terhitung mulai dari bulan januari – april 2012 sebanyak 130 kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
objektif
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(Koes Irianto, 2014). 10
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular.
Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia,
gagal jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N
Ejournal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016) 2.
2. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering
dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu
(WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi
yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh
utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat
dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan
metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti
obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah. 11
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab
khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung,
ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang
sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk
resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer
(Reni, 2010). Penyebab terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu yang
dapat dirubah dan tidak dapat dirubah. Factor yang tidak dapat dirubah diantaranya factor
usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga (Pratiwi, 2013).
Dan untuk factor yang dapat dirubah yaitu factor gaya hidup diantaranya
kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebih, konsumsi lemak jenuh, dan obesitas,
kurang aktivitas fisik (Kartikasari, 2012).
2) Umur Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di
usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat.
Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin
meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi
dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
2) Kurang olahraga Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan
perifer, sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
6) Minum kopi Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam
satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10 mmHg.
5. Manifestasi klinis
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi umumnya
tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi mungkin
merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung, perut mual, masalah
pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan, cemas atau gelisah,
detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara 11 berdenging di telinga,
disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut.
(Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi
biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual
dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya pembengkakan
karena meningkatnya tekanan kapiler.
6. Patofisiologi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa rerjadi
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi
kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk
mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya darah
dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air
dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika
aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar
dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan
didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan
tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan
mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan
darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi,
yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ
peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan
pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan
arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan
hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah
(Triyanto 2014). pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekwensinya ,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan curah
jantunng dan meningkatkan tahanan perifer (Prima,2015).
7. Pencegahan hipertensi
Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya diperlukan
disiplin dan kepatuhan dalam menjalani terapi hipertensi atau pola hidup yang sehat,
sabar, dan ikhlas dalam mengendalikan perasaan dan keinginan atau ambisi. Disamping
itu berusaha untuk memperoleh kemajuan, selalu sadar atau mawas diri untuk ikhlas
menerima kegagalan atau kesulitan.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya
tidak menjadi lebih parah, tentunya harus disertai obat-obatan yang ditentukan oleh
dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (Stop High Blood Presure), antara lain dengan cara sebagai berikut
(Gunawan, 2006).
a. Mengurangi Konsumsi Garam Pembatasan mengkonsumsi garam sangat
dianjurkan, maksimal 2 gram garam dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari Kegemukan Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan
menjaga berat badan normal atau tidak. Batasan kegemukan adalah jika
berat badan lebih dari 10% dari berat badan normal.
c. Membatasi Konsumsi Lemak Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar
kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol hipertensi
dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding
pembuluh darah. Lama-kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah
akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah.
Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak
langsung memperparah hipertensi. 10 Kadar kolesterol normal dalam
darah dibatasi maksimal 200 mg – 250 mg per 100 cc serum darah. Untuk
menjaga agar kadar kolesterol darah tidak bertambah tinggi. Himpunan
Ahli Jantung Amerika AHA menganjurkan agar konsumsi kolesterol
dalam makanan dibatasi tidak lebih dari 300 mg setiap hari.
d. Makan Banyak Buah dan Sayuran Segar Buah dan sayuran segar
megandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung
mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.
e. Tidak Merokok dan Tidak Minum Alkohol Nikotin yang ada di dalam
rokok dapat mempengaruhi seseorang, bisa melalui pembentukan plak
aterosklerosis, efek langsung nikotin terhadap pelepasan hormone
epinephrine dan norepinephrine, ataupun melalui efek CO dalam
peningkatan sel darah merah.
f. Latihan Relaksasi atau Meditasi Relaksasi dan meditasi berguna untuk
mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan
mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan
sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula
dilakukan dengan mendengarkan music, atau bernyanyi.
g. Berusaha dan Membina Hidup yang Positif Dalam kehidupan dunia
modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang
menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap
orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya
tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa
tidur, ataupun timbul hipertensi.
Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina
hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah
sebagai berikut :
8. Komplikasi hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit kepala secara tiba-tiba,
seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu
bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau
lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri
secara mendadak.
b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi
kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak.
Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu 12 dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi kronik.
d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung
dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu, kaki dan jaringan
lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas,
timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Neuronneuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
9. Penatalaksanaan
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. . Terapi non-farmakologi Penatalaksanaan non farmakologi merupakan
pengobatan tanpa obatobatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara
ini, perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan
menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1) Pembatasan asupan garam dan natrium
2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3) Olahraga secara teratur
4) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5) menghindari stress
6) menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat) selain cara terapi non-farmakologi,
terapi dalam obat menjadi hal yang utama. Obat-obatan anti hipertensi yang
sering digunakan dalam pegobatan, antara lain obat-obatan golongan diuretik,
beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat konfersi enzim angiotensi.
1) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam
dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah
cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding
pembuluh darah.
2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah
dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah
sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan
tekanan darah.
4) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan
pembuluh darah.
c. Terapi non farmakologi
1) Terapi herbal banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi
dimanfaatkan sebagai obat hipertensi.
2) Terapi Diet
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari agar seseorang tetap sehat, dan bagi orang sakit bertujuan
meningkatkan status gizi dan membantu kesembuhan, serta mencegah
permasalahan lain misalnya diare atau intoleransi terhadap jenis makanan
tertentu. Terapi diet ini dikenal dengan istilah DASH (Dietary
Approaches to Stop Hipertension).
Pengobatan ini pada umumnya mengubah pola makan dan gaya
hidupnya. Mungkin merasakan sebagian perbahan terasa lebih berat
dibandingkan terapi dengan yang lainnya(Sotomo, 2006).
a) Macam Diet dan Indikasi Pemberian Diet rendah garam diberikan
kepada penderita dengan oedema atau hipertensi sebagaimana
terdapat pada penyakit decompensasi cordis, chirosis hepatis, penyakit
ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial. Diet
ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit,
dapat diberikan berbagai tingkat diet rendah garam (Gunawan, 2006).
b) Diet Rendah Garam I (200 mg – 400 mg Na) Dalam pemasakan tidak
ditambahkan garam dapur. Bahan makanan tinggi garam dihindarkan.
Makanan ini diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites,
dan/atau hipertensi berat. Meskipun melakukan diet rendah garam,
dalam mengkonsumsi makanan harus diperhatikan ukuran/tekanan
darah dan nilai gizi makan yang dikonsumsi.
c) Diet Rendah Garam II (600 mg – 800 mg Na) Pemberian dalam
pemasakan diperbolehkan menggunakan 0,25 sdt garam dapur (1 gr),
bahan makanan tinggi Natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan
kepada penderita oedema, ascietas, dan hipertensi tidak terlalu berat.
d) Diet Rendah Garam III (1000 mg – 1200 mg Na) Pemberian dalam
pemasakan diperbolehkan menggunakan 0,5 sdt (2 gr) garam dapur.
Makanan ini diperbolehkan kepada penderita dengan oedema atau
penderita hipertensi ringan.
d. Terapi olahraga
Penelitian menunjukkan bahwa melakukan olah raga berhubungan erat
dengan penurunan tekanan darah. Mekanismenya tidak seluruhnya jelas,
tetapi kemungkinan berkaitan dengan perubahan pola makan yang sering
dilakukan pada saat berolahraga secara teratur.
Namun, jika saat menderita hipertensi, maka perlu berpikir secara tepat
untuk menentukan program olahraganya. Secara umum semua jenis olahraga
ringan boleh dilakukan. Jika berada di udara terbuka bisa berjalan kaki, dan
bersepeda. Mulailah dengan perlahan-lahan secara bertahap dengan
menambah jaraknya. Olahraga ini mudah dipelajari, melibatkan hampir
semua otot karena ritmenya yang tepat (Simbolon, 2002).
Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah tinggi adalah
olahraga aerobic dengan intensitas sedang (70-80%). Frekuensi latihannya 3-
5 kali seminggu, dengan lama latihan 30-60 menit sekali latihan. Olahraga
seperti jalan kaki atau jogging yang dilakukan selama 16 minggu akan
mengurangi kadar hormone norepineprin (noradrenalin) dalam tubuh yakni
zat yang dikeluarkan system saraf yang dapat menaikkan tekanan darah
(Wolf, 2008)