LP Fraktur
LP Fraktur
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, baik bersifat total maupun
sebagian yang ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare,
2002). Fraktur ekstremitas atas yaitu fraktur yang terjadi pada tulang yang
membentuk lokasi ektremitas atas baik pada tangan, pergelangan tangan, lengan,
siku, lengan atas dan gelang bahu (UT Southwestern Medical Center, 2016).
kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang yang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak
Fraktur juga dapat diakibatkan oleh penekanan yang berulang atau keadaan
patologis dari tulang itu sendiri. Apabila fragmen fraktur tersebut mengenai dan
merobek kulit disebut sebagai fraktur terbuka, sedangkan apabila fragmen dan
tenaga dari luar fraktur tidak sampai merobek kulit dikatakan sebagai fraktur
struktur tulang klavikula yang terjadi sekitar 5 - 10% dari seluruh kejadian
fraktur. Fraktur klavikula sering disebabkan oleh trauma langsung, yaitu jatuh
dengan persentase sebesar 39,6%. Fraktur klavikula sering terjadi pada pria
dewasa muda dan wanita lanjut usia (De Giorgi et al., 2011). Lebih dari 80%
kasus, lokasi fraktur terletak pada sepertiga tengah klavikula (Smeltzer & Bare,
kejadian fraktur dan sekitar 3% -5% dari semua fraktur di sendi bahu (Voleti,
2012). Fraktur skapula biasanya terjadi bersamaan dengan cedera lain, termasuk
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 DEFINISI
tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering
cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligamen yang
robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang pecah sehingga dapat
fungsi tulang dan tarletak ostion. Ostioklas adalah sel multi nukliar
kanselus.
2.3 ETIOLOGI
otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi
retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun.
Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang
tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah
menjadi:
a. Cedera traumatik
b. Fraktur patologik
mengakibatkan :
terkendali
3) Rakhitis
terbuka. Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi
cedera tulang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka,
Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:
a. Fraktur tertutup
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka
pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah
b. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya
banyak. Tulang yang patah juga ikut menonjol keluar dari permukaan
c. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian
dislokasi.
lain:
a. Fraktur transversal
b. Fraktur kuminutif
c. Fraktur oblik
terhadap tulang.
d. Fraktur segmental
e. Fraktur impaksi
f. Fraktur spiral
2.5 PATOFISIOLOGI
Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin
hanya retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan
mobil, maka tulang dapat pecah berkeping- keping. Saat terjadi fraktur, otot
yang melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme
dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat
menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti
femur.
Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun
bagian distal dapat bergeser karena faktor penyebab patah maupun spasme pada
otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut
(membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga dapat
Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari
tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering terjadi
cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau
cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi
disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang
a) Deformitas
b) Pembengkakan
c) Memar
d) Spasme otot
e) Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi
fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-
dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang
f) Ketegangan
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau
i) Perubahan neurovaskular
struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau
kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
j) Syok
2.7 KOMPLIKASI
lain :
d. Cedera saraf
dan tungkai klien yang sakit teraba dingin, ada perubahan pada
e. Sindroma kompartemen
Kompartemen otot pada tungkai atas dan tungkai bawah dilapisi
oleh jaringan fasia yang keras dan tidak elastis yang tidak akan
f. Kontraktur Volkman
Emboli lemak serupa dengan emboli paru yang muncul pada pasien
b. Nekrosis avaskular
proksimal dari leher femur. Hal ini terjadi karena gangguan sirkulasi
c. Malunion
tidak tepat sebagai akibat dari tarikan otot yang tidak seimbang serta
gravitasi. Hal ini dapat terjadi apabila pasien menaruh beban pada
tungkai yang sakit dan menyalahi instruksi dokter atau apabila alat
fraktur.
d. Penyatuan terhambat
Penyatuan menghambat terjadi ketika penyembuhan melambat tapi
e. Non-union
f. Penyatuan fibrosa
jaringan lunak.
kerusakan vaskuler.
tulang. Cara pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau
fraktur iga dan fraktur klavikula pada anak. Cara kedua adalah imobilisasi
luar tanpa reposisi, biasanya dilakukan pada patah tulang tungkai bawah
tanpa dislokasi. Cara ketiga adalah reposisi dengan cara manipulasi yang
selama masa tertentu. Hal ini dilakukan pada patah tulang yang apabila
yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Cara keenam berupa
dengan fiksasi interna yang biasa disebut dengan ORIF (Open Reduction
i. Reduksi
garis tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi
solid. Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan
j. Retensi
k. Rehabilitasi
atas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
evaluasi.
2. Pengkajian :
a. Anamnesis
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu
menusuk
c) Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah
terjadi.
kemampuan fungsinya.
(Padila, 2012).
6) Riwayat psikososial
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
7) Pola-pola
c) Pola eliminasi
simpatis.
e) Pola aktivitas
banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji
(Padila, 2012).
1) Keadaan umum :
merokok.
a) Sistem integumen
b) Kepala
c) Leher
d) Muka
e) Mata
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
g) Hidung
i) Thoraks
j) Paru
dengan paru
tambahan lainnya
k) Jantung
teraba
m) Inguinal-genetalis-anus
n) Sistem muskuloskeletal
dan pilihan anastesia dan juga potensial penarikan diri post operasi
fraktur.
2) Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk
jaringan lunak.
vaskuler.
ansietas.
terpajan informasi.
edema, dan cedera jaringan, alat traksi atau imobilisasi, stress, ansietas
Kriteria hasil :
Intervensi
kooperatif.
skala nyeri.
klien.
Kriteria hasil :
diri.
Intervensi
optimal.
pulih kembali.
Kriteria hasil :
Intervensi :
luka
mempermudah intervensi.
misalnya debridement
infeksi.
Kriteria hasil :
a) 0 = mandiri penuh
pengawasan, pengajaran
Intervensi
peralatan
ketahanan otot.
mobilitas pasien.
Intervensi :
patogen.
terpajan informasi
Kriteria hasil :
suatu tindakan
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan
kondisinya sekarang
makanannya
penyembuhan.
telah diberikan
5. Implementasi
dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan
6. Evaluasi
kumpulkan data subyektif dan obyektif dari klien, keluarga dan anggota
tim kesehatan lain. Selain itu, evaluasi juga dapat meninjau ulang
evaluasi dari tindakan mobilisasi dini baik ROM aktif maupun ROM pasif
C. Mobilisasi Dini
1. Pengertian Mobilisasi
biasanya dialami pada klien yang tirah baring. Tirah baring adalah
sistem saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik.
terjadi pada individu yang menjalani tirah baring lama karena dapat
a. Kesejajaran tubuh
b. Keseimbangan tubuh
ROM, nafas dalam, dan juga batuk efektif yang berguna untuk
luka operasi yang masih belum sembuh yang baru saja dikerjakan.
tentunya setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat digerakkan
baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk di atas tempat
memiliki hambatan fisik untuk berjalan dengan posisi infus tetap terjaga.
Bergerak pada pasien post operasi selain dihambat oleh rasa nyeri
terutama didaerah luka operasi, bisa juga oleh beberapa selang yang
masa mobilisasi. Pada operasi di daerah kepala, tulang wajah, dan lain-
3. Menurut Majid, Judha, dan Istianah (2011) tujuan mobilisasi dini antara
lain:
penyembuhan luka
psikologis
a. Hari 1
adduksi.
9) Mendudukan pasien
b. Hari ke-2
c. Hari ke-3
a. Gaya hidup
Gaya hidup dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain status ekonomi
b. Kebudayaan
c. Tingkat energi
mobilisasi.