LP Glaukoma
LP Glaukoma
PENDAHULUAN
hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan
terdapat kelemahan fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan pandang dan
kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik, yang
produksi cairan mata oleh badan siliar atau karena berkurangnya pengeluaran
cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil (Ilyas dan Yulianti,
2014).
aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata
depan (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke sistem
morbiditas yang tidak proporsional di antara wanita dan orang Asia (Stamper et
diperkirakan
1
± 60,7 juta orang di tahun 2010, akan menjadi 79,4 juta di tahun 2020 (Artini,
yaitu glukoma sudut terbuka, glaukoma sudut tertutup, dan glaukoma pada anak-
suspect), dan glaukoma sudut terbuka sekunder. Glaukoma sudut tertutup juga
block, glaukoma sudut tertutup akut, glaukoma sudut tertutup subakut, glaukoma
sudut tertutup kronik, glaukoma sudut tertutup sekunder dengan dan tanpa blok
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Glaukoma sesuai standar keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengkajian pada pasien dengan Glaukoma beserta keluarganya.
b) Mampu menganalisa data pada pasien dengan Glaukoma
c) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien Glaukoma
2
d) Mampu mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien
Glaukoma
e) Mampu melaksanakan implementasi pada pasien Glaukoma
f) Mengetahui evaluasi pada pasien dengan Glaukoma
1.4 Manfaat
1) Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan
dalam penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit Glaukoma dan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Glaukoma
2) Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan tentang perawatan
pada pasien Glaukoma
3) Bagi Institusi Pelayanan
Memberikan bantuan yang mempengaruhi perkembangan klien untuk
mencapai tingkat asuhan keperawatan dan tindak lanjut untuk perawatan mutu
pasien khusus penderita Glaukoma
4) Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan pada pasien
Glaukoma terutama dibidang dokumentasi asuhan keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 GLAUKOMA
4
2.2 ANATOMI FISIOLOGI
humor aquos dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor
aquos merupakan cairan jernih yang mengisi kamera okuli anterior dan
5
Tabel 2. Perbandingan komposisi plasma dan humor aquos8
mmol/KgH₂O
Na 146 163
Cl 109 134
HCO₃ 28 20
Glukosa 6 3
melalui pupil. Setelah melewati kamera okuli anterior cairan humor aquos
Schlemm yang akhirnya masuk ke sistem vena. Aliran humor aquos akan
humor aquos keluar dari mata melalui otot siliaris menuju ruang
a. Umur
Resiko glaukoma akan meningkat pada umur 40-64 tahun sebesar 1% dan
b. Riwayat keluarga
dalam keluarga ada yang menderita glaukoma, untuk itu setiap anggota keluarga
perlu memeriksakan mata secara rutin bila mencapai umur 40 tahun. Resiko yang
lebih besar akan terjadi pada hubungan kakak-beradik dan hubungan orang tua-
anak. Apabila dalam keluarga ada yang menderita glaukoma, maka anggota
keluarga lain akan beresiko 4-8 kali lebih besar untuk terserang glaukoma.
2.Faktor organ
Cidera mata akan lebih fokus pada trauma yang disebabkan oleh kelainan mata,
seperti kelainan lensa, kelainan uvea, pembedahan katarak, atau radang mata.
Penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid dalam jangka panjang akan lebih
tetes mata yang mengandung steroid tanpa kontrol dokter, obat inhaler untuk penderita
asma, obat steroid pada radang sendi dan pemakaian obat yang memakai steroid secara
rutin lainnya.
b. Diabetes Melitus
Penyakit Diabetes Melitus (DM) beresiko 2 kali lebih sering terserang glaukoma,
dan sebesar 50% penderita DM mengalami penyakit mata dengan resiko kebutaan
25 kali lebih besar. Pada pasien DM, gula dalam darah tinggi yang menyebabkan
darah semakin kental, di saat itulah tekanan pembuluh darah di mata akan
c. Hipertensi
dan mengeras seiring waktu karena tekanan berlebihan dan berkelanjutan terhadap
dinding pembuluh darah. Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan saraf optik
d. Migrain
Migrain jenis ini lebih sering disebut retina migrain, yaitu kehilangan sementara,
sebagaian atau seluruh penglihatan pada satu mata, disertai rasa nyeri di belakang
2.4 KLASIFIKASI
Glaukoma Primer
Glaukoma Sekunder
2.5 PATOFISILOGI
Patofisiologi Glaukoma
saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus
saraf pada bola mata. Pada bola mata normal tekanan intraokuler memiliki
akut pada iris yang disertai dengan edema kornea dan kerusakan nervus
optikus
2.6 MANIFESTASI KLINIK
1) Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
5) Visus menurun.
6) Edema kornea.
7) Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
2.7 KOMPLIKASI
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma, glaukoma penutupan sudut akut
adalah suatu kedaruratan medis. agens topikal yang digunakan untuk mengobati
glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek
Penilaian Glaukoma
Tonometri
usia lanjut rentang tekanan normal lebih tinggi yaitu sampai 24 mmHg.
Gonioskopi
okuli anterior.10,13
humor aquos.16
terapi inisial baik secara tunggal atau kombinasi terapi dengan miotik.
Indikasi lainnya dapat diberikan pada glaukoma inflamasi, hipertensi
pemakaian obat ini apabila pasien dengan mono amin oksidase (MAO)
katekolamin.5,19,20
a. Asetasolamid Oral
pemberian dapat bertahan selama 4-6 jam dan menurun dengan cepat
dan urolithiasis. 21
diuresis, sedangkan efek lain yang dapat muncul apabila digunakan dalam
jangka lama antara lain metalic taste, malaise, nausea, anoreksia, depresi,
kornea dan sklera ke epitel tak berpigmen prosesus siliaris sehingga dapat
sebesar 15-20%.14
urtikaria.21
Kolinomimetik
Kontraksi otot Tetes topikal atau
Pilokarpin, karbakol,
gel
fistotigmin, ekotiofat, siliaris, membuka
demekarium trabekula
meshwork,
meningkatkan aliran
keluar humor aquos
Agonis α
Meningkatkan Tetes topikal
Tidak
selektif aliran keluar
3.1 PENGKAJIAN
3.2 DIAGNOSA
Pre Operasi
Post Operasi
3.3 NCP
Pre Operasi
Tujuan :
Klien dapat meneteskan obat dengan benar
Kooperatif dalam tindakan
Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen
Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut
Kriteria Hasil :
Klien dapat meningkatkan sendori penglihatan
Rencana Tindakan :
1) Kaji dan catat ketajaman pengelihatan
Rasional :
Menetukan kemampuan visual
2) Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak.
Tujuan :
o Berkurangnya perasaan gugup
o Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan
o Posisi tubuh rileks
Kriteria Hasil :
Setelah tindakan keperawatan diharapkan cemas dapat menurun
Rencana Tindakan :
1) Hati-hati menyampaikan hilangnya pengelihatan secara permanen
Rasional :
Kalau klien belum siap, akan menambah kecemasan
Rasional :
Pengekspresikan perasaan membantu klien mengidentifikasi sumber cemas
4) Siapakn bel di tempat tidur dan intruksikan klien memberikan tanda bila
mohon bantuan.
Rasional:
Dengan memberikan perhatian akan menambah kepercayaan klien
Post Operasi
Tujuan :
Tampak rileks
Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
Mengekspresikan penurunan nyeri
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mengontrol nyeri dan mampu mengekspresikan nyeri
Rencana Tindakan:
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala
0-10)
Rasional:
Membantu klien mengkaji keluhan nyeri yang dirasakan
2) Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
Rasional:
Memberi pengetahuan klien tentang sensasi payudara klien
3) Bantu pasien menemukan posisi nyaman
Rasional :
Agar pasien dapat nyaman dan aman
4) Berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik relaksasi
Rasional :
Memberikan kenyamanan pada pasien
5) Sokong dada saat latihan nafas dalam
Rasional :
Membantu pasien mengurangi rasa nyeri
6) Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri
berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan
Rasional :
Membantu mengurangi rasa nyeri
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
Rasional :
Untuk mengetahui karakteristik luka
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Menurunkan infeksi pada luka pasie