Anda di halaman 1dari 18

NAMA : NURMALIZA ULFA

NIM : G1B117032

BLOK : KEPERAWATAN MENJELANG AJAL & PALLIATIVE


CARE

1. Uraikan apa yang kalian pahami tentang Paliatif Care ?


2. Uraikan prinsip komunikasi dalam paliatif Care ?
3. Berikan satu kasus penyakit terminal atau kronis dan buatlah rencana asuhan
keperawatan paliatif serta tinjauan Psikologis, spiritual dan sosial budaya ?
4. Jelaskan Bagaimana manajemen nyeri pada asuhan perawatan paliatif?
5. Jelaskan Teknik Penyampaian Berita Buruk?
Jawab :
1. Uraikan apa yang kalian pahami tentang Paliatif Care ?
Ungkapan Palliative berasal dari bahasa latin yaitu: “pallium “ yang
artinya menutupi atau menyembunyikan. Perawatan paliatif ditunjukan untuk
menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan memberikan kenyamanan
ketika tujuan penatalaksanaan tidak mungkin disembuhkan. perawatan paliatif
adalah perawatan dalam pendekatan pada peningkatan kualitas hidup pasien
dan keluarga mereka dalam menghadapi penyakit yang mengancam kehidupan
melalui pencegahan, penilaian, pengobatan sakit, dan masalah fisik, psikologis,
dan spiritual. Tujuan utama perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas
hidup pasien.
Adapun peran utama perawat paliatif adalah sebagai berikut :
a. Memberikan rasa nyaman
b. Responsif selama proses kematian
c. Respon terhadap rasa marah ps / kel
d. Memberikan support perkembangan individu
e. Respon terhadap sejawat
f. Meningkatkan kualitas hidup / kualitas meninggal dengan damai
g. Respon terhadap keluarga
Prinsip Asuhan Keperawatan Paliatif diantaranya :
1. Melakukan pengkajian à secara cermat, mendengarkan keluhan dengan
sungguh- sungguh
2. Menetapkan diagnosis / masalah kep dengan tepat à sebelum bertindak
3. Melaksanakan tindakan / asuhan à pemberian obat, perawatan luka dll à
secara tepat dan akurat
4. Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat

2. Uraikan prinsip komunikasi dalam paliatif Care ?


Prinsip komunikasi dalam paliatif Care :
a. Asuhan paliatif berarti asuhan intensif & komprehensif
b. Jangan mengatakan tindakan yang dilakukan telah maksimal dan tidak
dapat berbuat lagi (hopeless)à tapi selalu ada yg dapat diperbuat
walaupun sederhana
c. Selalu pelajari hal baru dari setiap pasien
d. Semua anggota tim sepakat untuk mendukung rencana tindakan yg telah
disusun
e. Melibatkan keluarga
f. Gunakan bahasa yang mudah dipahami
g. Beri kesempatan bertanya dan jawab dengan jujur
h. Jelaskan perkembangan, keadaan dan rencana lanjut
i. Jangan memberikan janji kosong
j. Melakukan konseling, pelatihan kepada pasien, keluarga, care giver
k. Mempermudah kelancaran perawatan di rumah / di rumah sakit
l. Mampu melakukan modifikasi lingkungan rumah dalam pelaksanaan
asuhan
m. Memperhatikan aspek religius pasien
n. Tunjukan rasa empati, keseriusan serta sikap yg mendukung untuk siap
membantu
o. Pertimbangkan latar belakang pasien / keluarga
p. Hindarkan memberi ramalan waktu kematian
q. Bila pasien tidak ingin diberi tahu tentang kondisinya, tunggu waktu yang
tepat
Sikap yang harus dimiliki perawat yang merawat pasien paliatif :
a. Mempunyai falsafah hidup yang kokoh, agama dan sistem nilai
b. Mempunyai kemampuan untuk tidak “judmental” terhadap pasien yang
mempunyai sistem nilai berbeda
c. Mempunyai kemampuan mendengar dengan baik dan memotivasi pasien
d. Tidak menunjukkan reaksi berlebihan jika terdapat bau ataupun kondisi
yang tidak wajar
e. Mampu mengkaji, mengevaluasi secara cermat dari perilaku non verbal
f. Senantiasa menemukan cara untuk menangani setiap masalah Menunjukan
perilaku caring
Adapun contoh-contoh fase komunikasi pada pasien paliatif adalah

Tiap fase yang di alami oleh pasien kritis mempunyai karakteristik


yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda
pul. Dalam berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien
tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam
menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.
1) Fase Denial ( pengikraran )
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah
syok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu
terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu
terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit
kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik
yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual,
diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah
dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir
dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.
Teknik komunikasi yang di gunakan :
a) Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang
kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian
b) Selalu berada di dekat klien
c) Pertahankan kontak mata
2) Fase anger ( marah )
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan
yang terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang
meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di
sekitarnya, orang –orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya
sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar,
menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak
becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka
merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
a) Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan menggunakan
teknik respek
3) Fase bargening ( tawar menawar )
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa
marahnya secara intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar
dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka
dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya
akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka ini di alami keluarga,
maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit
bukan anak saya
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
a) Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan
menanyakan kepada pasien apa yang di inginkan.

4) Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik
diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang
sangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan
keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di
perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo
menurun
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
a) Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan
keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5) Fase acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa
yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu
dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau
penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu
tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase
penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada
fase penerimaan.
Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah:
a) Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk
mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien
1. Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien
yang tidak sadar, hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:
a. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada
keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yang
mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak
sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari
lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.
b. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat.
Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan
memperhatikan materi ucapan yang perawat sampaikan dekat klien.
c. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien.
Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang
sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran.
d. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk
membantu klien fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.

3. Berikan satu kasus penyakit terminal atau kronis dan buatlah rencana
asuhan keperawatan paliatif serta tinjauan Psikologis, spiritual dan
sosial budaya ?

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA KLIEN DENGAN CA


PARU

Tn.Y usia 50 tahun alamat jln kenanga beragama islam, suku jawa
indonesia sudah menikah, pendidikan SMA dirawat di RSUD Lavender
dengan keluhan nyeri pada dada, nyeri bahu/tangan (khususnya pada sel besar
atau adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul, sesak nafas, tidak ada
nafsu makan, kelihatan lemah, lesu, kelihatan takut dan gelisah. Pasien
biasanya juga mengalami insomnia. Klien tampak meringis menahan nyeri.
Pasien mengalami Batuk yang kadang-kadang disertai sesak nafas dan
batuk. Sesak yang dirasa oleh pasien juga disertai nyeri pada dada sebelah
kanan, adanya obstruksi ditandai dengan suara nafas stridor, suara serak.
Pasien mempunyai riwayat penyakit seperti ca paru, pneumoni, efusi pleura,
trauma. Istri klien mengatakan Ada anggota keluarga yang menderita
penyakit Ca paru seperti efusi pleura, asma, TB paru. Klien tampak Cemas,
takut, menarik diri. Ketika klien mulai merasa cemas klien sering
mendengarkan rekaman lantunan ayat suci al-qur’an untuk mengatasi rasa
cemasnya.
Hasil pemeriksaan fisik TD 130/90, RR, 25x/menit, N 112x/menit, S 37,5°
celcius. Keluarga terlihat cemas dan sedih atas apa yang dialami Tn.Y.

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.Y
Umur : 50 Thn
Alamat rumah : Jln kenanga
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa, indonesia
Bahasa yang dipakai : Indonesia
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Identitas penanggungjawab
Nama : Ny.N
Umur : 48 Tahun
Suku : jawa
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien : Istri
2. Keluhan Utama
Mengeluhkan nyeri pada dada, nyeri bahu/tangan (khususnya pada sel besar
atau adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul, sesak nafas, tidak ada
nafsu makan, kelihatan lemah, lesu, kelihatan takut, gelisah dan insomnia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami Batuk yang kadang-kadang disertai sesak nafas dan
batuk. Sesak yang dirasa oleh pasien juga disertai nyeri pada dada sebelah
kanan, adanya obstruksi ditandai dengan suara nafas stridor, suara serak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit seperti ca paru, pneumoni, efusi pleura,
trauma.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita penyakit Ca paru seperti efusi pleura,
asma, TB paru.
6. Riwayat Psikososial
Cemas, takut, menarik diri

7. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Pernafasan : 25x/menit
Nadi              : 112x/menit
Suhu                 : 37,5° celcius
2. Head to toe
a. Kepala
Inspeksi : keadaan kepala normal bentuknya sismetris, berwarna hitam
dan kulit kepala tampak sedikit kotor,dan tidak ada lesi dikulit kepala.
Palpasi : tidak terdapat benjolan pada kepala.
b. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada ikterik dan konjungtiva
anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, ada serumen
d. Hidung
Inspeksi : bentuk tulang hidung, kesimetrisan lobang hidung, perubahan
warna, cuping hidung, pengeluaran, karakter, jumlah dan warnanya dalam
keadaan normal dan simetris.
Palpasi: tidak ada benjolan.
e. Mulut
Inspeksi :
a) Bibir : mukosa bibir kering
b) Gigi : tidak ada karies gigi, gigi tanpak kurang bersih
c) Gusi : merah muda, lembab, sedikit tidak teratur tanpa rongga atau
edema
d) Lidah : merah muda dan tidak ada jamur atau keputihan pada lidah.
Palpasi : tidak ada kelainan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut dan tidak ada pembesaran kelenjer
tiroid, dan odema massa
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid
Trakea : kedudukan trakea tepat tidak ada perubahan atau kelainan pada
saat pemeriksaan
g. Dada dan Paru
Inpeksi dada : dari depan tidak simetris klavikula, sternum tulang rusuk
anatara kiri dan kanan. Dari belakang bentuk tulang belakang, scapula
tidak simetris dan adanya retraksi interkostalis selama bernafas
Palpasi : tidak fremitusnya antara kiri dan kanan
Perkusi : bunyi pekak saat diperkusi
Auskultasi : terdengar bunyi ronki saat bernafas
h. Jantung
Inspeksi : ictus lkordis tidak terlihat
Palpasi : istulkordis teraba di RIC,IRC ke 5
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama jantung sinus
i. Payudara
Inspeksi :
a) Mamae : tidak simetris kiri dan kanan
b) Axilla : tidak ada pembengkakan atau kemerahan
Palpasi :
a) Mamae : tidak teraba pembengkakan
b) Axilla : tidak ada pembengkakan
j. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak adanya jaringan parut, tidak asites
Palpasi : tidak teraba hepar dan limpa
Perkusi : bunyi tympani pada abdomen
Askultasi : bising usus 4x/menit
k. Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan

B. Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Pasien mengatakan Nyeri Nyeri akut invasi kanker ke
pada dada, nyeri bahu/tangan pleura dinding
(khususnya pada sel besar atau dada
adenokarsinoma), nyeri abdomen
hilang timbul
DO: klien tampak meringis
menahan nyeri
2. Ds : pasien dan keluarga Ansietas kurangnya
mengatakan cemas atas apa yang pengetahuan dan
dialami Tn.Y ancaman
Do : terlihat gelisah dan lesu

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dinding dada
2. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungannya penuh dengan
stres (tempat perawatan)
3. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan ancaman

D. Intervensi
No. Dx Keiteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut 1. Klien mampu 1. Tanyakan pasien tentang
berhubungan mengontrol nyeri nyeri, karakteristik nyeri,
dengan invasi (tahu penyebab rentang intensitas pada
kanker ke nyeri, mampu skala 0-10
pleura dinding menggunakan 2. Kaji pernyataan verbal
dada ditandai tehnik dan non verbal nyeri
dengan pasien nonfarmakologi pasien
gelisah untuk mengurangi 3. Catat kemungkinan
nyeri, mencari penyebab nyeri
bantuan). patofisiologi dan
2. Mampu mengenali psikologis
nyeri (skala, 4. Evaluasi keefektifan
intensitas, pemberian obat
frekuensi dan 5. Dorong menyatakan
tanda nyeri). perasaan tentang nyeri
3. Menyatakan rasa 6. Berikan tindakan
nyaman setelah kenyamanan (sering ubah
nyeri berkurang. posisi, pijatan punggung,
sokongan bantal)
penggunaan teknik
relaksasi
7. Jadwalkan periode
istirahat, berikan
lingkungan tenang
2. Perubahan 1. Megungkpakan 1. Luangkan waktu bersama
proses keluarga akan keluarga atau orang
yang kekhawatirannya terdekat klien dan
berhubungan mengenai tunjukkan pengertian yang
dengan prognosis klien empati.
gangguan 2. Menungkapkan 2. Izinkan keluarga klien
kehidupan kekawtirannnya atau orang terdekat untuk
keluarga, takut mengenai mengekspresikan
akan hasil lingkkunagntempat perasaan, ketakutan dan
(kematian) perawatan kekawatiran.
dengan 3. Melaporkan fungsi 3. Jelaskan tindakan
lingkungnnya keluarga yang keperawatan dan
penuh dengan adekuat dan kemajuan postoperasi
stres (tempat kontiniu selam yang dipikirkan dan
perawatan) perawatan klien berikan informasi spesifik
tentang kemajuan klien
4. Anjurkan untuk sering
berkunjung dan
berpartisipasi dalam
tindakan perawan
5.
3. Berduka yang 1. Mengungkapakan 1. Berikan kesempatan pada
behubungan kehilangan dan klien da keluarga untuk
dengan perubahan mengungkapkan perasaan,
penyakit 2. Mengungkapakan didiskusikan kehilangan
terminal dan perasaan yang secara terbuka, dan gali
kematian yang berkaitan makna pribadi dari
dihadapi, kehilangan dan kehilangan.jelaskan bahwa
penurunan perubahan berduka adalah reaksi
fungsi 3. Menyatakan yang umum dan sehat.
perubahan kematian akan 2. Berikan dorongan
konsep diri dan terjadi penggunaan strategi
menarik diri koping positif yang
dari orang lain terbukti yang memberikan
keberhasilan pada masa
lalu.
3. Bantu klien mengatakan
dan menerima kematian
yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan
jujur.
4. Tingkatkan harapan
dengan perawatan penuh
perhatian, menghilangkan
ketidak nyamanan dan
dukungan

4. Ansietas 1. Mengunkapkan 1. Identifikasi persepsi


berhubungan ketakutannya yang pasien tentang ancaman
dengan brhubungan yang ada dari situasi.
kurangnya dengan gangguan 2. Observasi/awasi
pengetahuan 2. Menceriktakan respons fisik, contoh
dan ancaman tentang efek gelisah, perubahan tanda
kematian ganmguan pada vital, gerakan berulang.
fungsi normal, Catat kesesuaian
tanggungn jawab, komunikasi verbal/non-
peran dan gaya verbal.
hidup 3. Dorong pasien/orang
terdekat untuk mengakui
dan menyatakan rasa
takut.
4. dentifikasi kekuatan
koping sebelumnya dari
pasien/orang terdekat dan
area kontrol/kemampuan

Tinjauan Psikologis, spiritual dan sosial budaya ?

A. Psikologis (Klien terlihat cemas dan menarik diri)

Tahapan reaksi psikologis saat mengetahui diagnosis (E. Kubler-Ross)

1. Denial/Penyangkalan

2. Marah

3. Menawar

4. Penyesuaian Depresi

5. Menerima

B. Spiritual (klien sering mendengarkan rekaman lantunan ayat suci al-qur’an


untuk mengatasi rasa cemasnya).
C. Sosial Budaya (pasien dan keluarga sedikit tahu tentang penyakit yang diderita
Tn.Y karena keluarga Tn.Y juga mempunyai Riwayat penyakit tersebut).

4.. Jelaskan Bagaimana manajemen nyeri pada asuhan perawatan paliatif?


Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa
nyaman bagi pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan
non farmakologi. Tapi Tindakan mengatasi nyeri – pain management, yang
dapat dilakukan oleh perawat sebagai penyedia asuhan keperawatan.
1. Managemen Nyeri Farmakologikal
Yaitu terapi farmakologis untuk menanggulangi nyeri dengan cara
memblokade transmisi stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan
dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri. Adapun obat yang
digunakan untuk terapi nyeri adalah :
a. Analgesik Narkotik, Menghilangkan nyeri dengan merubah aspek
emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri).
b. Analgesik Lokal, Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf
saat diberikan langsung keserabut saraf.
c. Analgesik yang dikontrol klien, Sistem analgesik yang dikontrol klien
terdiri dari impus yang diisi narotika menurut resep, dipasang dengan
pengatur pada lubang injeksi intravena.
d. Obat – obat nonsteroid, Obat-obat non steroid non inflamasi bekerja
terutama terhadap penghambat sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah
obat-obat ini bersifat analgesik. Pada dosis tinggi obat ini bersifat anti
inflamatori, sebagai tambahan dari khasiat analgesik.
2. Management Nyeri Non Farmakologikal
Merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan
menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain
dengan distraksi, relaksasi, massage, akupuntur oleh akupunturist, therapy
music, pijatan, dan guided imaginary yang dilakukan oleh seseorang yang
ahli dibidangnya dan disebut sebagai therapist. Setiap individu membutuhkan
rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada tiap
orang. Dalam konteks asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan
dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami oleh klien
diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.
5. Jelaskan Teknik Penyampaian Berita Buruk?
Berita buruk adalah sebuah berita yang kurang menyenangkan untuk
didengar, dan mungkin juga dapat merubah sikap seseorang yang
mendapatkan berita tersebut. Teknik Penyampaian Berita Buruk dapat
dilakukan dengan menggunakan Metode SPIKES. Metode SPIKES mengacu
pada enam tahap dalam penyampaian berita buruk.
1. Setting up the interview
a. Aturlah privasi
Idealnya, disiapkan ruangan khusus. Penyampaian berita buruk
harus dilakukan pada tempat yang nyaman yangmenyediakan privasi
bagi pasien dan relatif tenang. Ruangan harus cukup luas untuk
menampung para staf atau perawat serta seluruh anggota keluarga
pasien yang mendampingi pasien saat penyampaian berita buruk
(Buckman, 1996; Maynard, 1991). Siapkan tissue untuk berjaga-jaga
apabila pasien menangis (Baile dkk, 2000).
b. Libatkan orang lain.
Kebanyakan pasien biasanya ingin ditemani oleh orang lain.
Namun, orang tersebut haruslah pilihan pasien. Ketika ada anggota
keluarga pasien, mintalah pasien memilih satu atau dua perwakilan
keluarga (Baile dkk, 2000).
c. Duduk.
Posisi duduk akan membuat pasien lebih relaks dan menandakan
bahwa dokter tidak terburu buru. Pemilihan waktu dalam penyampaian
berita buruk sangat penting. Penjadwalan ulang atau pemilihan waktu
lain perlu dilakukan agar dapat menyampaikan berita buruk kepada
pasien pada saat yang tepat. Jika terburu-buru, dokter dapat dianggap
tidak peduli dengan pasien dan proses. Bukti menunjukkan bahwa
dokter mungkin menunda pencairan berita buruk meskipun pada
kenyataannya sebagian besar pasien ingin mendengarnya (Blanchard
dkk, 1988; Hopper dan Fischbach, 1989) dan beberapa dokter
menghindari situasi untuk membicarakan prognosis (Seale, 1991).
Ketika duduk, usahakan tidak ada batas antara dokter dan pasien.
Mengatur koneksi dengan pasien. Melakukan kontak mata mungkin
saja terasa kurang nyaman, namun ini merupakan cara penting untuk
membangun sebuah hubungan. Memegang lengan atau tangan pasien
apabila pasien bersedia juga merupakan cara mencapainya. Mengelola
waktu dan interupsi. Ketika menyampaikan kabar buruk pada pasien
usahakan jangan ada interupsi. Sebaiknya seorang dokter mengatur
telepon genggamnya dalam keadaan diam (Baile dkk, 2000).
2. Assesing the Patient’s PERCEPTION
Langkah kedua dan ketiga dari SPIKES merupakan interview yang
menerapkan “sebelum berkata, tanyalah”. Sebelum mendiskusikan hasil
medis, dokter menggunakan pertanyaan terbuka untuk menilai persepsi
pasien akan keadaannya. Contohnya, “Sejauh mana anda tahu mengenai
penyakit anda” atau “Apakah anda tahu kenapa kami melakukan
MRI?”. Berdasarkan informasi yang diperoleh, dokter dapat
mengoreksi informasi yang salah dan menyesuaikan kabar buruk
dengan pemahaman pasien. Dari sini juga dapat dilihat apakah pasien
menyangkal suatu penyakit: angan angan ataupun harapan pengobatan
yang tidak realistis (Baile dkk, 2000).
3. Obtaining the patient’s INVITATION
Kebanyakan pasien menginginkan informasi penuh akan diagnosis,
prognosis, hingga detail penyakit yang pasien derita. Namun beberapa
pasien tidak. Penting untuk menanyakan kepada pasien sedetail apa
informasi yang mereka inginkan. Pertanyaan yang bisa dokter tanyakan
misalnya, “Bagaimana anda ingin saya menyampaikan hasil tes anda?
Apakah anda ingin saya menyampaikan semuanya atau hanya gambaran
besar dan kita akan berdiskusi mengenai perawatannya?” (Baile dkk,
2000).
4. Giving KNOWLEDGE and information to the patient
Memulai percakapan dengan kalimat seperti, “Saya khawatir bahwa
kabar yang saya sampaikan adalah kabar yang kurang baik” atau
“Dengan berat hati saya sampaikan bahwa...” dapat mengurangi syok
pada pasien saat mendengarkan berita buruk.
Dalam menyampaikan hasil medis, terjemahkan istilah medis kedalam
Bahasa Indonesia, misalnya gunakan kata “menyebar” untuk
menggantikan kata “metastasis”. Dokter juga harus menghindari
pernyataan yang berlebihan seperti “Kanker yang anda derita sangat
buruk. Meskipun anda diobati secepatnya, anda akan tetap tidak dapat
bertahan”. Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikan untuk
berhenti menjelaskan untuk memastikan bahwa pasien paham dengan
apa yang dijelaskan (Baile dkk, 2000).
5. Adressing the patient’s EMOTIONS with emphatic responses
Merespons emosi pasien merupakan salah satu hal sulit dalam
menyampaikan berita buruk. Pasien dapat bereaksi dengan diam,
menangis, menyangkal, hingga marah, Pada situasi seperti ini, seorang
dokter dapat memberi dukungan dan solidaritas dengan memberi
respons empati. Diskusi tidak akan dapat berlanjut selama emosi pasien
masih ada (Baile dkk, 2000).
6. Strategy and Summary
Sebelum menentukan rencana perawatan, prnting untuk
menanyakan apakah pasien sudah siap untuk berdiskusi. Buatlah
rencana langkah demi langkah dan berikan penjelasan yang lengkap
kepada pasien mengenai rencana perawatannya. Libatkan pasien dalam
pengambilan keputusan sebagai antisipasi jika terjadi suatu hal yang
tidak diinginkan selama perawatan (Baile dkk, 2000).

Anda mungkin juga menyukai