Anda di halaman 1dari 22

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

Dosen Pengampu

Suparmin ,S.ST., M.Kes

DISUSUN OLEH:

NAMA : HASNI NURAZIZAH

NIM : P1337433119004

KELAS : 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PRODI D III SANITASI

2020/2021
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

PENGAMBILAN SAMPEL LIMBAH CAIR

PADA BERBAGAI JENIS LIMBAH CAIR

A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui teknik pengambilan sampel limbah cair
pada berbagai jenis limbah cair.

B. Dasar Teori

Berdasarkan keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I tentang


prosedur impor limbah, menyatakan bahawa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari
suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang
dapat dimakan oleh manusia dan hewan. Pengertian limbah menurut WHO yaitu sesuatu
yang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut Peraturan Pemerintah RI
No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
menjelaskan pengertian dari limbah yaitu sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang
berwujud cair. Pengertian limbah cair lainnya adalah sisa hasil buangan proses produksi atau
aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan
buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok diantaranya yaitu:

 Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contohnya yaitu:
air sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.
 Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industri.
Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri
pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.
 Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke
dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air limbah dapat merembes ke dalam
saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat
melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung kepermukaan. Contohnya
yaitu: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan
industri, serta pertanian atau perkebunan.
 Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat melewati dan membawa
partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem
prosesnya. Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air sehingga dalam proses
pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang
misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air
ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis
perlakuan ini mengakibatkan buangan air.

Limbah cair yang tidak ditangani atau diolah dengan baik dapat menimbulkan dampak
yang besar bagi pencemaran lingkungan serta dapat menjadi sumber penyakit bagi
masyarakat. Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang
limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri
pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah
memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Selain itu, limbah cair
domestik biasanya tidak terlalu diperhatikan dengan baik padahal kalau dibiarkan terus
menerus dalam jangka waktu lama dapat menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Sebagai contoh, limbah air deterjen sisa cucian apabila dibiarkan dalam jangka
panjang akan menjadi sumber pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penyakit bagi
masyarakat. Mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair
bagi lingkungan, sehingga penting bagi sektor industri maupun domestik untuk memahami
dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun
harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Teknologi pengolahan
yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: pengolahan secara biologi,
pengolahan secara fisika, dan pengolahan secara kimia.

TABEL CARA PENGAWETAN SAMPEL


Waktu
Volum 1) pengawetan
Analisa Cara pengawetan
sampel maksimum
anjuran/batasan
Alkaliniti 200 Didinginkan 1/14 hari
BOD 1000 Didinginkan 6 jam/14 hari
CO2 10 Dianalisa segera 0
COD 100 Ditambah H2SO4 sp pH<2 7/28 hari
Daya Hantar
500 Didinginkan 28 hari
listrik
Penyaringan; segera; lalu
Fosfat PO43- 2)
100 2 hari
dibekukan pada –10OC
Kekeruhan - Disimpan di tempat gelap, ½ hari
Kesadahan Ca2+ 100 Ditambah NO3 sp pH<2 6 bulan
Ca2+, Mg2+
Klor Cl2 500 Dianalisa segera 0,5/2 jam
Penyaringan; segera;
Logam 3) - ditambahkan HNO3 sp 6 bulan
pH<2
Dianalisa segera, atau
Nitrogen-amoniak
500 ditambah H2SO4 sp pH<2 7/28 hari
NH3
dan didinginkan
Ditambah H2SO4 sp pH<2
Nitrat NO3- 100 2 hari
dan didinginkan
Dianalisa segera atau
Nitrat + nitrit 200 0/28 hari
dibekukan –20OC
Dianalisa segera atau
Nitrit NO2- 100 0,2 hari
dibekukan –20OC
Didinginkan atau ditambah
Nitrogen Kjeldahl 500 7/28 hari
H2SO4 sampai pH<2
-Cara elektroda khusus 0,5/1 jam
*Dianalisa segera
Oksigen O2 4) 300 -Cara titrasi winkler 8 jam
*Dianalisa segera, atau
ditambah H2SO4
sampai pH<2
PH 100 Dianalisa segera 2 jam
Suhu - Dianalisa segera -
Warna 500 Didinginkan 2 hari
Zat tersuspensi 200 Didinginkan 7/14 hari
Catatan:
1)
Dingin berarti suhu sekitar 4OC
2)
Botol (terbuat dari gelas) harus dibilas dahulu dengan asam 1 + 1 HNO 3.
3)
Botol (gelas atau plastik jenis polietilin) harus dibilas dahulu dengan asam 1 + 1 HNO 3.
4)
Botol BOD atau Winkler, terbuat dari kaca.

 Persyaratan alat pengambil sampel


Alat pengambil sampel harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh
b) Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya
c) Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya
d) Mudah dana man di bawa
e) Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian

Penentuan titik pengambilan sampel

Kriteria umum dalam penentuan titik pengambilan sample:

1. Titik-titik pengambilan sampel harus mewakili berbagai sumber air yang mungkin masuk
dalam system
2. Titik-titik tersebut harus meliputi bagian-bagian yang mewakili suatu kondisi dari sistem
yang tidak baik serta tempat yang kemungkinan memperoleh kontaminasi
3. Titik-titik sampel harus secara seragam menyebar ke seluruh system
4. Titik-titik pengambilan sampel harus terletak di dalam kedua tipe system distribusi
sebanding dengan jumlah sambungan atau cabang
5. Titik-titik pengambilan sampel secara umum harus dipilih sedemikian rupa sehingga
mewakili secara keseluruhan dan bagian pokok dari system
6. Titik-titik harus terletak disuatu tempat sedemikian rupa sehingga air berasal dari tangki
cadangan atau reservoir
7. Pada system yang mempunyai lebih dari satu sumber, titik-titik pengambilan sampel
harus berasal dari system sehingga jumlahnya sebanding dengan penduduk yang dilayani
dari masing-masing sumber
8. Harus ada sedikitnya satu titik pengambilan memperoleh pengolahan yang langsung
sesudah air bersih

C. Alat dan Bahan

1. Pengambilan Sampel Air Untuk Pemeriksaan Fisika dan Kimia


a. Botol timba
b. Jerigen plastik (volume  5 liter)
c. Botol volume 500 ml
d. Botol oksigen (jika diperlukan untuk analisis DO,BOD dan COD
e. Kertas label, spidol, catatan
f. Pengukur suhu, pH dan sisa klor
g. Pengawet sampel
h. Tas Lapangan
2. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan mikrobiologis
a. Botol gelas volume 250 ml
b. Kertas pembungkus/kertas paying
c. Tali
d. Natrium thiosulfate
e. Kapas
f. Korek api
g. Ethanol
h. Bunsen
i. Pengukur pH
j. Pengukur sisa klor
k. Krustang

D. Prosedur Kerja

1. Sampel fisika dan kimia


a. Air dari jaringan pipa, air sumur gali, air sumur pompa tangan dan air mata air
1). Botol timba yang akan digunakan dan semua wadah yang akan diisi dibilas
dengan contoh air 3 kali. Pada waktu mengisiskan air ke dalam botol dari wadah
yang lain dihindarkan terjadinya aerasi.
2). Contoh yang diperlukan sangat tergantung dari analisis parameter yang akan
dilaksanakan.
 1 botol oksigen untuk pemerksaan bod, cod maupun co2 agresif
 5 liter dalam jerigen
 2 botol 500 ml diisi 3/4 volume masing-masing diawetkan dengan toluol dan
asam sulfat pekat sebanyak 3 tetes
3). Parameter yang harus diperiksa di lapangan , bau, rasa, temperatur udara dan air,
sisa klor dan ph
4). Contoh air sebaiknya langsung diperiksa di laboratorium, apabila tidak
memungkinkan contoh dapat diperiksa dengan selang waktu maksimal 72 jam
b. Air sungai, rawa, danau, waduk, air laut dan saluran air.
1). Botol timba yang akan digunakan dan semua wadah yang akan diisi dibilas
dengan contoh air 3 kali. Pada waktu mengisikan air ke dalam botol dari wadah
yang lain dihindarkan terjadinya aerasi.
2). Contoh yang diperlukan sangat tergantung dari analisis parameter yang akan
dilaksanakan.
 2 botol oksigen diisi penuh
 5 liter dalam jerigen
 2 botol 500 ml diisi 3/4 volume masing-masing diawetkan dengan toluol dan
asam sulfat pekat sebanyak 3 tetes
3). Parameter yang harus diperiksa di lapangan , bau, rasa, temperatur udara dan air,
sisa klor dan ph
4). Contoh air sebaiknya langsung diperiksa di laboratorium, apabila tidak
memungkinkan contoh dapat diperiksa dengan selang waktu maksimal 72 jam
2. Sampel mikrobiologi
a. Pengambilan contoh air dari jaringan pipa dan sumur pompa tangan
1) Kran dibuka penuh dan dibiarkan mengalir selama 2-3 menit atau dalam waktu
yang dianggap cukup untuk membersihkan pipa persil, kemudian ditutup.
2) Kran dipanaskan/diaseptis dengan nyala api dari alkohol atau spiritus
3) Kran dibuka 1-2 menit kemudian penutup botol dilepas dengan tangan kiri dan
botol dipegang dengan tangan kanan
4) Botol diisi sampai 2/3 volume botol ( lebih besar dari 100 ml
5) Botol yang telah berisi contoh air, dibungkus kembali dengan kertas pembungkus
seperti sediakala, diikat pada bagan leher botolnya, kemudian diberi label
/keterangan yang meliputi;
a) Jenis air, misalnya air perpipaan, air sumur gali dll
b) Lokasi dan waktu pengambilan
c) Pengawetan yang diberikan
d) Nama dan tandatangan pengambil sampel
Catatan;

 Air harus jelas berasal dari pipa persil yang dihubungkan dengan pipa
induk
 Contoh sebaiknya diambil dari kran yang sering dipakai
 Dihindarkan pengambilan contoh air dari alat-alat tambahan yang
dipasang pada kran atau dari kran yang bocor
b. Pengambilan contoh air sumur gali, rservoir, kolam renang dan mata air
1). Contoh diambil dengan botol yang diberi pemberat di bagian bawah dan bertali 
20 meter yang diikat pada pertengahan botol. Sebelum disterilkan botol dibungkus
seluruhnya dengan kertas. Sebelum mengambil contoh air, tangan dibasuh dengan
alkohol 70% atau dengan spiritus.
2). Botol dipegang di bagian bawah bungkus, kertas dibuka, tangan jangan bersentuhan
langsung dengan botol.
3). Tali dilepas dan botol diturunkan dengan pelan-pelan sampai mulut botol masuk
minimum 10 cm ke dalam air, jika tinggi air memungkinkan
4). Setelah terisi penuh, botol diangkat dan isi dibuang sampai volume contoh air
menjadi 2/3 volume botol
5). Botol yang telah berisi contoh air dibungkus kembali dengan kertas pembungkus,
diikat pada bagian leher botlnya dan ditempeli dengan kertas label yang berisi
keterangan seperti telah disebutkan terdahulu.
Catatan:

 Botol dihindarkan bersentuhan dengan dinding sumber airnya


 Botol pemeriksaan untuk sisa klor dan ph contoh diambil dengan botol yang lain
yang tidak diberi natrium thiosulfat
c. Pengambilan contoh air sungai, danau dan waduk
1). Botol contoh dipegang di dekat dasarnya dan lehernya diarahkan ke bawah di
bawah permukaan
2). Botol selanjutnya diputar sampai ujung leher sedikit ke atas dan mulut botol
mengarah pada arah aliran
3). Bila tidak terdapat aliran, misalnya air waduk perlu dibuat dengan cara mendorong
maju horisontal dengan arah menjauh dari tangan
4). Bila menggunakan perahu, pengambilan contoh air dilakukan pada tempat-tempat
yang dekat perahu
5). Bila tidak memungkinkan dengan cara seperti yang telah tersebut di atas, maka
pengambilan contoh air dilakukan seperti untuk sumur gali.
Catatan;

 Contoh air dari sungai sebaiknya diambil dari bagian yang mengalir dan dekat
dengan permukaan
 Bagian sungai yang diam sebaiknya dihindari
 Untuk sungai yang lebar dan lurus, contoh diambil dari tepi tetapi pada jarak
paling sedikit 1 meter dari sungai
 Pengambilan contoh air sungai yang tidak terjangkau tangan , dapat diambil
dengan menggunakan botol pemberat.

E. Hasil dan Pembahasan


Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari data hasil praktikum
pada 2019.
Laporan praktikum pengambilan sampel air limbah kolam IPAL kampus 7 Poltekkes
Kemenkes Semarang untuk pemeriksaan Fisika, Kimia, dan Biologi.
1. Pengambilan Sampel Parameter Fisika
 Prinsipnya diambil dan diperiksa langsung dilapangan.
 Alat dan Bahan : Botol jeriken
2. Pengambilan Sampel Parameter Kimia
 Prinsipnya tidak boleh terjadi aerasi pada saat pengambilan sampel.
 Alat dan Bahan : Botol Timba
3. Pengambilan Sampel Parameter Biologi
 Prinsipnya Aseptis dan steril.
 Alat dan Bahan :
- Alkohol
- Bunsen
- Korek api
- Botol Sampel
- Kapas
- Kertas Payung
- Tali
Sampel Air limbah diambil pada outlet untuk mengetahui apakah limbah tersebut sudah
memenuhi baku mutu atau belum memenuhi baku mutu ,sebelum dibuang ke lingkungan.
Sedangkan kualitas kerja IPAL diukur menggunakan sampel yang terdapat pada bak
Aerasi . Alat – alat bantu seperti gayung , sangat dibutuhkan untuk membantu pada tempat
yang sulit dijangkau atau sesuai dengan kondisi di lapangan.

F. Kesimpulan
Dari praktikum pengambilan sampel limbah cair berbagai parameter, praktikan dapat
mengetahui prinsip yang digunakan pada saat pengambilan sampel limbah cair parameter
fisika adalah langsung diperiksa di lapangan, untuk parameter kimia, ketika pengambilan
sampel tidak boleh terjadi aerasi. Dan untuk parameter mikrobiologi prinsipnya selama
pengambilan sampel harus aseptis dan steril.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN PARAMETER FISIK SUHU DAN TSS

A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan pengukuran suhu dan kandungan zat
padat tersuspensi dalam sampel air.

B. Metode
 Metode yang digunakan dalam menentukan suhu suatu larutan adalah dengan termometer
 Metode yang digunakan dalam menentukan kadar TSS dalam suatu larutan adalah
Gravimetri

C. Prinsip
Partikel tersuspensi akan tertahan oleh saringan dari kertas saring Wathman. Jumlah zat
tersuspensi yang tertahan dalam filter tersebut ditimbang dengan timbangan analitik
merupakan zat padat tersuspensi atau total suspended solid.

D. Dasar Teori

Dalam air terdapat dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul
organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan pokok
antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel. Alaerts
dan Santika (1987, h.130) membagi skala ukuran diameter sebagai berikut:
Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen air secara lengkap,
juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam bidang air minum
maupun dalam air buangan.
Dalam metode analisa zat padat, pengertian zat padat total adalah semua zat-zat yang
tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan
pada suhu tertentu. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi yang
dapat bersifat organis dan anorganis.
Cara pemisahan zat tersuspensi dari larutannya dengan menggunakan filter. Terdapat
berbagai jenis filter yang digunakan dalam penentuan zat padat dalam air, antara lain filter
kertas biasa dan filter fiberglass. Filter kertas terbuat dari bahan kertas biasa dengan ukuran
diameter pori ± 10 µm. Filte ini menahan semua zat tersuspensi, dan sebagian kecil zat
koloidal yang dapat diabaikan (karena lubang pori akan tertutup selama filtrasi sehingga
partikel kecil ikut tertahan. Filter ini menyerap kelembaban udara, yang mengakibatkan
bertambahnya berat sampai 5% dari beratnya sendiri. Oleh karena itu maka filter kertas ini
harus ditentukan beratnya dalam keadaan kering sebelum filtrasi dengan jalan filter
dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam lalu didinginkan selama 15 menit dalam
desikator, kemudian ditimbang dengan cepat.

E. Alat dan Bahan


1. Timbangan analitik
2. Desikator
3. Oven
4. Gelas ukur 100ml
5. Gelas kimia 300 ml
6. Corong gelas 1 buah
7. Penjepit stainless steel
8. Kertas saring wathman
9. Aquadest
10. Thermometer

F. Prosedur Kerja
 Pengukuran Suhu
1. Masukkan termometer ke dalam larutan.
2. Tunggu selama beberapa menit (± 3 menit).
3. Catat hasilnya.

 Pengukuran TSS

1. Penyiapan kertas saring


Ambil kertas saring Wathman dan masukkan ke dalam oven suhu 103-1050C selama
1 jam , ambil dan masukkan ke dalam desikator selama 15 menit. Ambil dan timbang
dengan teliti ( misa: A mg )
2. Perlakuan sampel
Ambil sampel sebanyak 50 ml dan saring dengan kertas saring yang telah diketahui
beratnya sampai asat. Setelah asat kertas saring beserta filtratnya masukkan ke dalam
oven suhu 103-1050C selama 1 jam , ambil dan masukkan ke dalam desikator selama
15 menit. Ambil dan timbang dengan teliti ( misa: B mg )
3. Hitung jumlah zat tersuspensinya dengan rumus:

1000
TSS = X (B  A) mg / lt
50

G. Hasil dan Pembahasan


Data yang digunakan merupakan data sekunder, diambil dari hasil praktikum pada 2019
 Pengukuran Suhu
Berdasarkan praktikum pengukuran suhu limbah cair dengan sampel air dari
kolam IPAL Kampus 7 Polyekkes Kemenkes Semarang yang telah dilakukan didapat
data suhu air limbah = 25oC

 Pengukuran TSS
Diketahui:
A= 0,4273
B= 0,4999
Ditanya: TSS?
Jawab:
1000
TSS = x (B-A) mg/lt
50
1000
TSS = x (0,4999 – 0,4273)mg/lt
50

TSS = 20 x 0,0726 mg/lt


TSS = 1,452 mg/lt

H. Pembahasan
Suhu air limbah saat pengukuran dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar seperti
keadaan lingkungan, aktivitas mikroorganisme dan suhu lingkungan (pengukuran saat
siang/malam). Pengolahan terhadap suhu limbah cair bisa dengan pendinginan dengan model
saluran air limbah.
Total Suspended Solid (TSS) merupakan parameter yang wajib di periksi di limbah cair.
TSS berkontruksi untuk kekeruhan (turbidity) karena membatasi fotosintesis/metabolism
makhluk dalam limbah yang mengurangi limbah. Pengukuran kadar TSS dapat dilakukan
dengan mengukur berat kering sampel, dikurangi dengan berat awal kertas saring. Untuk
menurunkan kadar TSS dalam limbah cair dapat digunakan beberapa metode yaitu dengan
bioremidiasi (mikroorganisme dan tanaman air). Penggunaan tanaman air untuk bioremidiasi
dinamakan dengan fitoremidiasi. Tumbuhan akan menghancurkan dan stabilisasi kontaminan
agar jadi tidak berbahaya ataupun mengurangi bahaya.

I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran suhu limbah cair dengan sampel air kolam
IPAL Kampus 7 Poltekkes Semarang didapat data suhu 25 oC. Sedangkan, untuk TSS didapat
hasil 1,452 mg/lt. berdasarkan peratutan yang berlaku yaitu Permen LH No.5 Tahun 2014
bahwa kadar tertinggi parameter TSS limbah cair adalah 100mg/lt. Maka dapat disimpulkan
kadar TSS limbah cair tersebut memenuhi syarat.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN PARAMETER COD LIMBAH CAIR

A. Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui Chemical Oxygen Demand, yaitu jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam satu liter air

B. Metode
Titrasi Iodeometri tidak langsung dengan menggunakan K2Cr2O7 sebagai Oxydizing Agent
atau sumber oksigen.

C. Prinsip

Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam
keadaan asam yang mendidih (reaksi 1):

CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+ (1)


Ag2SO4
(warna kuning) (warna hijau)

Selama reaksi yang berlangsung kurang lebih 2 jam ini, uap direfluks oleh alat kondensor
agar zat volatil tidak menguap keluar. Perak sulfat Ag2SO4sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi, sedangkan mercuri sulfat ditambahkan untuk mengurangi gangguan
yang disebabkan oleh clorida yang biasanya ada pada air buangan.
Untuk memastikan bahwa semua zat organis habis teroksidasi, maka zat pengoksidasi
K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah refluks, K2Cr2O7yang tersisa di dalam larutan tersebut
digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut
ditentukan melalui titrasi dengan fero amonium sulfat (FAS), dimana reaksi yang
berlangsung adalah sebagai berikut :
6Fe2+ + Cr2O7- + 14H+ 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O (2)
Indikator feroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi, yaitu di saat warna hijau-
biru larutan berubah menjadi warna cokelat merah. Sisa K2Cr2O7 dalam blanko adalah
K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang dapat
dioksidasi oleh K2Cr2O7.

D. Dasar Teori
Angka COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran air oleh zat-zat organis yang
secara alamiah dioksidasi oleh proses mikrobiologis, mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut (DO) dalam air.Analisa COD berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan
angka COD dan BOD dapat ditetapkan. Berikut adalah data perbandingan angka COD dan
BOD untuk beberapa jenis air.

Tabel perbandingan rata-rata angka BOD5 dengan COD untuk beberapa jenis air
Jenis Air BOD5 / COD
Air buangan domestic 0,40 - 0,60
Air buangan domestik setelah pengendapan primer 0,60
Air buangan domestik setelah pengolahan secara 0,20
biologis Air sungai 0,10
Angka perbandingan yang lebih rendah dari biasanya, misalnya untuk air buangan
domestik (penduduk) < 0,20, menunjukkan adanya zat-zat bersifat racun bagi organisme.
Tidak semua zat-zat organik dalam air buangan maupun air permukaan dapat dianalisis
dengan tes COD atau BOD. Berikut daftar zat organis yang tidak dapat dioksidasi atau
dianalisis dengan tes COD dan tes BOD.
Jenis Zat Organis Atau Inorganis Dapat Dioksidasi Melalui Tes
COD BOD
a
Zat organis yang "Biodegradable" x x
(protein, gula, dan sebagainya)

Selulosa dan sebagainya x -

b
N organis yang "Biodegradable" x x

c
N organis yang "Nonbiodegradable" x -
NO2-, Fe2+, S2-, Mn3+
NH4 bebas (nitrifikasi) - xb

Hidrokarbon aromatik dan rantai xc -


Keterangan:
a
: Biodegradable = dapat dicerna/diuraikan
b
: Mulai setelah 4 hari dapat dicegah dengan pembubuhan inhibitor.
c : Dapat dioksidasi karena adanya katalisator
Theoreical Oxygen Demand (ThOD) atau kebutuhan oksigen teoritis adalah
kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi zat organis dalam air yang dihitung secara
teoritis. Jumlah oksigen itu dihitung bila komposisi zat organik telah diketahui dan
dianggap semua C, H dan N habis teroksidai menjadi CO2, H2O,NO3-. Untuk masing-
masing jenis air (air sungai, air buangan penduduk, air limbah industri) terdapat angka
perbandingan ThOD, COD, dan BOD yang tertentu. Berikut angka perbandingan untuk
air buangan penduduk.
Tabel : Perbandingan ThOD, COD, dan BOD untuk air buangan penduduk
(suhu 20OC bagi tes BOD)
ThOD 100 %
COD (Metode standar) 83 %
COD (Tes cepat) 70 %
BOD20 (BOD Ultimate) dengan nitrifikasi 69 %
BOD20 (BOD Ultimate) nitrifikasi ditiadakan 59 %
BOD5 dengan nitrifikasi 48 %
BOD5 tanpa nitrifikasi 42 %
Keterangan :
Angka-angka diatas dapat menyimpang sebesar 10 %

E. Alat dan Bahan


1. Kondensor liebig dengan sistem ground glass joint
2. Tabung refluks
3. Pipet ukur
4. Beaker glass
5. Pipet tetes
6. Pipet filler
7. Kristal HgSO4
8. 2-3 butir batu didih
9. Larutan FAS
10. Larutan H2SO4 .Ag2SO4
11. K2Cr2O7 0,25 N
12. Sampel air

F. Prosedur Kerja
1. Dalam tabung refluks tambahkan :
a. 0,4 gr H2SO4
b. 2-3 butir batu didih
c. 20 ml K2Cr2O7 0,25 N
d. 5 ml H2SO4 .Ag2SO4
2. Rangkaikan dengan kondensor di atas pemanas, setelah siap tambahkan lagi 25ml H2SO4
lewat kondensor, dan panaskan hingga mendidih selama 2 jam.
3. Biarkan tabung refluks dingin dari kondensor, dinginkan larutan kemudian encerkan
dengan akuades sabanyak 25-50 ml (sampai volume tabung reflks menjadi 100ml).
4. Lepaskan tabung refluks dari kondensor, dinginkan larutan kemudian encerkan dengan
akuades sampai volume menjadi dua kali volume semula atau awal.
5. Tambahkan 4-5 tetes indicator feroin
6. Tetesi dengan FAS 0,1N sampai terjadi perubahan warna dari hijau kebiruan menjadi
cokelat kemerahan, catat banyaknya FAS yang dipakai (missal a ml)
7. Buat blanko dari 20 ml akuades yang mengandung reagen dari larutan sampel dan titrasi
dengan FAS, catat FAS yang terpakai (missal b ml)
8. Hitung dengan rumus :
1000
COD = x (b - a) x NFAS x BE O
20

G. Hasil dan Pembahasan


Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari hasil praktikum pada 2019
- Hasil
a. Contoh air = 20 ml
b. Kadar COD = 180 mg/L
1000
COD = x (b - a) x NFAS x BE O
20

1000
COD = x (7,5 - 3) x 0,1 x 8
20

COD = 180 mg/L

- Pembahasan
Dari praktikum yang kami lakukan diperoleh hasil 180 mg/lt, regulasi yang
digunakan untuk baku mutu air limbah yaitu LAMPIRAN XLVII PERATURAN
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN
2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH. Berdasarkan regulasi tersebut,
pemeriksaan COD dikatakan memenuhi syarat apa bila tidak melebihi baku mutu
golongan 1 (100 mg/lt) – 300 mg/lt(2) , jadi hal tersebut menunjukan bahwa hasil COD
yang kita peroleh memenuhi standar baku mutu tersebut.

H. Kesimpulan
Dari praktikum pemeriksaan kadar COD limbah cair dengan hasil 180 mg/lt, dapat
disimpulkan bahwa sampel tersebut memenuhi standar baku mutu Air Limbah parameter
COD yaitu tidak melebihi baku mutu golongan 1 (100-300 mg/lt).
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN PARASIT CACING PADA LUMPUR LIMBAH CAIR

A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan parameter mikroorganisme indicator lumpur
aktif

B. Dasar Teori

C. Alat dan Bahan


1. Sendok
2. Beker glass
3. Objek glass
4. Cover glass
5. Mikroskop
6. Sampel lumpur
7. Air limbah

D. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil sampel limbah cair dari IPAL (Bak aerasi)
3. Siapkan kaca preparat dan teteskan sebanyak 2 tetes air limbah ke atas kaca preparat
tersebut dan pasang di meja objek mikroskop dengan perbesaran 100x
4. Cocokkan dengan gambar kunci identifikasi terhadap mikro biota yang ditemukan dan
lakukan perekaman gambar (dengan softwere atau manual)
5. Kelompokkan kondisi limbah cair dalam kondisi pembeban normal, sedang atau berat

E. Hasil
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari hasil praktikum pada
2019.
Berdasarkan praktikum pemeriksaan parasite pada limbah cair dengan sampel air IPAL
Kampus 7 Poltekkes Semarang ditemukan mikro biota spesies Paramecium sp. Ciri-ciri
Paramecium sp :
- Ujung depan tubuhnya tumpul, dan bagian belakang meruncing (seperti sandal)
- Mempunyai dinding sel
- Tubuhnya berukuran anatar 120-130 mikron
- Memiliki dua inti yaitu makronukleus dan mikronukleus
- Memiliki vakuola kontraktir dan nonkontraktil
- Bergerak dengan menggoyangkan silianya
- Reproduksi secara vegetative (pembelahan biner) dan generative (konjungsi)
- Memiliki tubuh yang seluruhnya atau sebagian ditutupi oleh silia.
- Bergerak dengan kecepatan 1500 μ/detik atau lebih

Klasifikasi Paramecium :

- Kingdom : Animalia
- Philum : Protozoa
- Sub phylum : Ciliophora
- Class : Ciliate
- Subclass : Holotricha
- Ordo : Hymenostomatida
- Family : Paramecidae
- Genus : Parameacium
- Species : Paramecium sp

F. Pembahasan
Keberadaan Paramecium dalam sampel air limbah menandakan adanya kandungan zat
organic yang tinggi dalam air. Paramecium merupakan hewan yang rakus, makanan
utamanya adalah mikroorganisme seperti bakteri, atau protozoa. Seekor paramecium mampu
memakan 500 bakteri setiap hari dan mampu berperan dalam Self Purification, sehingga
keberadaannya digunakan sebagai indikator logam berat di WS.
G. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan lumpur limbah cair yang dilakukan, ditemukan
microbiota Paramecium sp yang menunjukkan bahwa air limbah IPAL belum tercemar
logam berat dan masih dalam kategori ringan bebannnya.

Anda mungkin juga menyukai