Anda di halaman 1dari 44

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Marasmus-kwashiorkor atau kurang energi protein adalah keadaan kurang

gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam

makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).

2. KLASIFIKASI

Sistem Wellcome Trust Working Party membedakan jenis malnutrisi energi

protein berdasarkan berat badan dan edema sebagai berikut :

a. Jenis kwashiorkor jika BB lebih dari 60% BB baku disertai edema

b. Jenis marasmus-kwashiorkor jika BB kurang dari 60% BB baku dan

disertai edema

c. Jenis marasmus jika BB kurang dari 60% BB baku

Klasifikasi malnutrisi energi protein berdasarkan BB/TB adalah:

a. Mild jika BB/TB sama dengan 80%-90% atau TB/U 90%-94%

b. Moderate jika BB/TB 70%-79% atau TB/U 85%-89%

c. Severe jika BB/TB < 70% atau dengan edema atau TB/U < 85%.

3. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi.

Berdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76.178 balita

mengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensi

balita gizi buruk sebesar 8.8%. Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatan

1
sediaan
ASUPANmakanan diPerawatan
MAKANAN rumah anak dan ibu hamil
GIZI KURANG Pelayanan
PENYAKIT Penyebab
kesehatan
INFEKSI tak langsung
Akar masalah
Krisis ekonomi
Kemiskinan, kurang langsung
pendidikan, kurang keterampilan Penyebab langsung
Pokok masalah

jumlah kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di dua

propinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Marasmus-kwashiorkor paling sering terjadi pada anak usia kurang dari

5 tahun, karena pada periode ini kebutuhan energi meningkat dan kemungkinan

terjadinya peningkatan infeksi virus dan bakteri.

4. ETIOLOGI

Bagan 1: Faktor penyebab gizi kurang

5. PATOGENESIS
a. Patogenesis Marasmus

Pada keadaan ini yang mencolok ialah pertumbuhan yang kurang atau

terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada

awalnya kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan

hidup, jaringan tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makan yang

diberikan, jika hal ini tidak terpenuhi maka harus didapat dari tubuh sendiri

sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi.

Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori juga tidak saja membantu

memenuhi kebutuhan energi, akan tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan

metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik

sehingga pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang

normal, dikarenakan hati masih dapat membentuk cukup albumin.

b. Patogenesis kwashiorkor

Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel

menyebabkan edema dan perlemakan hati. Kelainan ini merupakan gejala yang

mencolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan

yang sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah

kalori yang cukup dalam dietnya.

Namun kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan

berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam

diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan

sebagian asam amino dalam serum menurun sehingga pembentukan albumin oleh

hepar turun dan timbul edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan

3
pembentukan lipoprotein-beta sehingga transpor lemak dari hati ke depot lemak

juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar.

0100090000031602000002009601000000009601000026060f002203574d464301000

0000000010057cb0000000001000000000300000000000000030000010000006c0000

000000000000000000350000006f0000000000000000000000f9420000165f00002045

4d4600000100000300001000000002000000000000000000000000000000c0120000a

a1a0000cb00000021010000000000000000000000000000c0190300c7680400160000

000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000d20

f000075160000520000007001000001000000a4ffffff00000000000000000000000090

0100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000

000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000

00000000000000001100b0b311001000000014b7110094b411005251603214b711000

cb41100100000007cb51100f8b611002451603214b711000cb411002000000049642f3

10cb4110014b7110020000000ffffffff2c4ad200d0642f310d000500ffff0180ffff01800f

020180ffffffff000001000008000000080000d4fb880301000000000000005802000025

000000632e90010008020f0502020204030204ef0200a07b2000400000000000000000

9f00000000000000430061006c006900620072000000000041007200690061006c002

00052006f0075006e0040b411009c38273106000000010000007cb411007cb41100e87

8253106000000a4b411002c4ad2006476000800000000250000000c00000001000000

250000000c00000001000000250000000c00000001000000120000000c00000001000

000180000000c0000000000000254000000540000000000000000000000350000006f

0000000100000055558740637b87400000000057000000010000004c0000000400000

00000000000000000d20f000076160000500000002000000036000000460000002800
00001c0000004744494302000000ffffffffffffffffd30f000076160000000000004600000

014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c00

00000e0000800e0000001400000000000000100000001400000004000000030108000

50000000b0200000000050000000c020d032502040000002e0118001c000000fb02f4ff

0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000

000000000000000000000000000040000002d010000040000002d010000040000002d

0100000400000002010100050000000902000000020d000000320a0c0000000100040

00000000024020d03202b07001c000000fb020200010000000000bc02000000000102

022253797374656d00000000000000000000000000000000000000000000000000000

40000002d010100040000002d010100030000000000

6. MANIFESTASI KLINIK

Gejala marasmus :

a. Pertumbuhan berkurang atau terhenti

b. Anak masih menangis walau telah mendapat susu

c. Sering terbangun pada waktu malam hari

d. Konstipasi

e. Diare

f. Jaringan lemak di bawah kulit akan hilang sehingga turgor turun dan kulit

tampak keriput

g. Vena superfisialis tampak jelas

h. Ubun-ubun besar cekung

i. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol

j. Perut buncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas

5
k. Atrofi otot

Gejala kwashiorkor :

a. Pertumbuhan terganggu

b. Perubahan mental, biasanya anak cengeng

c. Edema

d. Anoreksia

e. Perubahan tekstur dan warna rambut

f. Kulit penderita kering dan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih dalam

dan lebar

g. Pembesaran hati

h. Anemia ringan

Gejala maramus kwashiorkor merupakan gabungan dari kedua gejala tersebut di

atas.

7. DIAGNOSIS

Diagnosis untuk marasmus-kwashiorkor dapat dilakukan berdasarkan :

1. Klinik : anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta

penyakit yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik

2. Laboratorik : terutama Hb, albumin serum turun, serum ferritin, ketonuria

pada awal karena kurang makan tapi sering hilang pada stadium akhir,

glukosa darah turun, asam amino essensial plasma turun, kaliun dan

magnesium turun, kolesterol serum rendah dan kembali normal setelah

pengobatan, anemia, pertumbuhan tulang terlambat


3. Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan

menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat

badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi

badan)

Dari pemeriksaan antropometrik dapat diklasifikasikan menurut Wellcome

Trust Party, klasifikasi menurut Waterlow, dan klasifikasi Jelliffe.

8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan anak dengan marasmus-kwashiorkor dapat diuraikan pada

penjelasan berikut.

Tindakan yang dapat dilakukan pada anak gizi buruk disesuaikan dengan hasil

pemeriksaan dan kondisi anak, dikelompokkan menjadi 5 yaitu :

Kondisi I

Jika ditemukan : Renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi.

Lakukan Rencana I, dengan tindakan segera, yaitu :

1. Pasang O2 1-2L/menit

2. Pasang infus Ringer Laktat dan Dextrosa/Glukosa 10% dengan perbandingan 1:1

(RLG 5%)

3. Berikan glukosa 10% intravena (IV) bolus, dosis 5ml/kgBB bersamaan dengan

4. ReSoMal 5ml/kgBB melalui NGT

7
Kondisi II

Jika ditemukan : letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi.

Lakukan Rencana II, dengan tindakan segera, yaitu :

1. Berikan bolus glukosa 10 % intravena, 5ml/kgBB

2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak

50ml

3. 2 jam pertama

- berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5ml/kgBB setiap

pemberian

- catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit

Kondisi III

Jika ditemukan : muntah dan atau diare atau dehidrasi.

Lakukan Rencana III, dengan tindakan segera, yaitu :

1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (oral/NGT)

2. 2 Jam pertama

- berikan ReSoMal secara oral/NGT setiap 30 menit, dosis 5ml/kgBB setiap

pemberian

- catat nadi, frekuensi nafas dan beri ReSoMal setiap 30 menit

Kondisi IV

Jika ditemukan : letargis

Lakukan Rencana IV, dengan tindakan segera, yaitu :

1. Berikan bolus glukosa 10% intravena, 5ml/kgBB


2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak

50ml

3. 2 Jam pertama

- berikan F 75 setiap 30 menit, ¼ dari dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat

badan (NGT)

- catat nadi, frekuensi nafas

Kondisi V

Jika tidak ditemukan : renjatan (syok), letargis, muntah dan atau diare atau

dehidrasi. Lakukan Rencana V, dengan tindakan segera, yaitu :

1. Berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% oral

2. Catat nadi, pernafasan dan kesadaran

Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di Rumah Sakit
terdapat 5 (lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan:

A. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama)

B. Pengobatan penyakit penyerta

C. Kegagalan pengobatan

D.Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas

E. Tindakan pada kegawatan.

9
A. Prinsip dasar pengobatan rutin 10 langkah utama

1. Penanganan hipoglikemi

2. Penanganan hipotermi

3. Penanganan dehidrasi

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5. Pengobatan infeksi

6. Pemberian makanan

7. Fasilitasi tumbuh kejar

8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro

9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

N Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilit Tindak


o. Pelayanan asi lanjut
H 1- H 3- H8 -14 Minggu Minggu
2 7 3-6 7-26
1. Mencegah dan
mengatasi

Hipoglikemia
2. Mencegah dan
mengatasi
hipotermia
3. Mencegah dan
mengatasi
dehidrasi
4. Memperbaiki
gangguan
keseimbangan
elektrolit
5. Mengobati infeksi

6. Memperbaiki Tanpa Fe Dengan Fe


kekurangan zat gizi
mikro
7. Memberikan
makanan untuk
stabilisasi dan
transisi
8. Memberikan
makanan untuk
tumbuh kejar
9. Memberikan
stimulasi untuk
tumbuh kembang
10 Mempersiapkan
. untuk tindak lanjut
di rumah

Tabel 1: Skema tatalaksana gizi buruk menurut waktu

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah

rendah)

Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan

KEP berat / Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah.

Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan

saring/cair setiap 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat

minum) berikan air gula dengan sendok.

Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama, seringkali

sebagai tanda adanya infeksi. Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia ( suhu

ketiak <36°C/suhu dubur <36°C). Pemberian makanan yang sering penting untuk

mencegah kedua kondisi tersebut.

Bila kadar gula darah dibawah 50 mg/dl, berikan:

11
1. 50 ml “bolus” (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutan sukrosa 10%

(1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau pipa naso-gastrik.

2. Selanjutnya berikan larutan tsb. setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali

berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)

3. Berikan antibiotika (lihat langkah 5)

4. Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah 6)

Pemantauan :

- Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah dari

ujung jari atau tumit setelah 2 jam.

- Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit

- Bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml (bolus)

larutan glukosa 10% atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap 30 menit sampai

stabil.

- Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila <36°C dan/atau kesadaran

menurun.

Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP

berat/gizi buruk menderita hipoglikemia dan atasi segera dengan ditatalaksana

seperti tersebut di atas. Untuk pencegahan, mulai segera pemberian makan setiap 2

jam (langkah 6), sesudah dehidrasi yang ada dikoreksi, dan selalu memberikan

makanan sepanjang malam.

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada
keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau

orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode

Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas.

Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan

meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi

sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu

anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu sudah normal

dan stabil, anak tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak

tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia. Tidak dibenarkan penghangatan anak

dengan menggunakan botol berisi air panas.

3. Pengobatan dan Pencegahan Kekurangan Cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat / Gizi

buruk dengan dehidrasi adalah : ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat

kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin,anak tidak buang

air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

- Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam

sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan

rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap

30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut

ReSoMal.

- Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat / Gizi buruk dapat

13
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,

lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan

NaCL dengan perbandingan 1:1.

Cairan ReSoMal terdiri dari :

Air 2 liter

Bubuk WHO-ORH untuk 1 liter(*) 1 pak

Gula Pasir 50 gram

Larutan elektrolit/mineral (**) 40 cc

Setiap 1 liter cairan ReSoMal ini mengandung 45 mEq Natrium, 40 mEq Kalium

dan 1,5 mEq Magnesium

(*) : Bubuk WHO ORS untuk 1 liter mengandung 3,5 g NaCL, 2,9 g trisodium

citrat dihidrat, 1,5 g KCL dan 20 g glukosa

(**) : Larutan elektrolit mineral terdiri atas : KCL 224 gr, Tripotassium citrat

81gr MgCL2.6H2O 76 gr Zn asetat 2H2O 8,2 gr CuSO4.5 H2O 1,4gr dan air

sampai larutan menjadi 2500 ml

Bila tidak memungkinkan untuk membuat larutan elektrolit/mineral seperti di atas,

sebagai alternatif atau pengganti ReSoMal dapat dibuat larutan sebagai berikut:

Air 2 liter
Bubuk WHO-ORS untuk 1 liter (*) 1 pak
Gula pasir 50 gr

Bubuk KCL 4 gr

Atau bila sudah ada WHO-ORS yang siap pakai (sudah dilarutkan), dapat dibuat

larutan pengganti sebagai berikut:

Larutan WHO-ORS 1 liter


Air 1 liter
Gula pasir 50 gr
Bubuk KCL 4 gr

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka

berikan makanan yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan

MgSO4 50% secara intramuskular 1 X dengan dosis 0.3 ml/Kg BB dengan

maksimum 2 ml.

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP berat / Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan

elektrolit diantaranya : kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma

rendah, defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk

pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan

oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr

KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang

banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam

15
bentuk makanan lumat/lunak.

5. Lakukan Pengobatan dan Pencegahan Infeksi

Pada KEP berat / Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya

infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP

berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis

sebagai berikut :

UMUR KOTRIMOKSASOL AMOKSISILIN


ATAU (Trimetoprim + Sulfametoksazol) B Beri 3 kali
BERAT  Beri 2 kali sehari selama 5 hari sehari ununtuk
BADAN 5 hari
Tablet dewasa Tablet Anak Sirup/5ml Sirup
80 mg trimeto 20 mg trimeto 40 mg trimeto
prim + 400 mg prim + 100 mg prim + 200 mg 125 mg
sulfametok sulfametok sulfametok per 5 ml
sazol sazol sazol
2 sampai 4
bulan ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
(4 - < 6 kg)
4 sampai
12 bulan ½ 2 5 ml 5 ml
(6 - < 10
Kg)
12 bln s/d 5
thn 1 3 7,5 ml 10 ml
(10 - < 19
Kg)
Tabel 2. Dosis antibiotik untuk KEP berat/Gizi buruk

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan

Catatan :

• Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk

umumnya juga menderita penyakit infeksi,

maka lakukan pengobatan untuk mencegah

agar infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila

tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi

rujuk ke Rumah Sakit Umum.

- Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan

berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati.

Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare

berlanjut segera rujuk ke rumah sakit

1. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk

Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :

Fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi

1. Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena

keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik

berkurang.Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan

dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi

metabolisma basal saja. Formula khusus seperti Formula WHO

17
75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus

disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan

persyaratan diet sebagai berikut :

- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

- Energi : 100 kkal/kg/hari

- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari

- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)

- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO

75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila

anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet

- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan

jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan

anak

Keterangan :

- Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan

pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)

- Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO

75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan sisa formula

tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas )

- Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari

- Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi

setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4
jam

- Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya

- Banyaknya muntah

- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja

- Berat badan (harian)

- selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan

edema , mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat

badan naik

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)

Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :

Fase Transisi (minggu ke 2)

- Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan

untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak

mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

- Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100

ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9

gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi

bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan

19
energi dan protein yang sama.

- Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit

formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali

pemberian (200 ml/kgbb/hari)

Pemantauan pada fase transisi:

1. frekwensi nafas, 2.frekwensi denyut nadi, Bila terjadi peningkatan

frekuensi nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit dalam

pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian

formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti

di atas, 3.Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak

terbatas dan sering.

- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari

- Protein 4-6 gram/kg bb/hari

- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula

WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI

tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah

tidak terbatas dan sering


- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari

- Protein 4-6 g/kgbb/hari

- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan

makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI

tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

- Setiap minggu kenaikan BB dihitung, baik bila kenaikan BB ≥ 50 g/Kg

BB/minggu, kurang bila kenaikan BB < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-

evaluasi menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET


FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU
PENGGANTI
FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 Ô
FORMULA WHO 100 ATAU
PENGGANTI
FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU
PENGGANTI) ↓ MAKANAN
KELUARGA
Tabel 3 . Tahapan pemberian diet untuk fase stabilisasi, fase transisi dan fase

rehabilitasi

Cara membuat Formula WHO :

Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan dengan

air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume menjadi

21
1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum, atau dihangatkan selama 4 menit jika

anak diare atau disentri

Bahan Per 100 ml F 75 F 100 F 135


FORMULA WHO
Susu skim bubuk g 25 85 90
Gula pasir g 100 50 65
Minyak sayur g 30 60 75
Larutan elektrolit Ml 20 20 27
Tambahan air s/d Ml 1000 1000 1000
NILAI GIZI
Energi Kalori 750 1000 1350
Protein g 9 29 33
Lactosa g 13 42 48
Potasium Mmol 36 59 63
Sodium Mmol 6 19 22
Magnesium Mmol 4.3 7.3 8
Seng Mg 20 23 30
Copper Mg 2.5 2.5 3.4
% energi protein - 5 12 10
% energi lemak - 36 53 57
Osmolality Mosm/l 413 419 508
Tabel 4. Formula WHO

FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI


Bahan Makanan F75 F75 F75 M½ F100 M1 MII F135 MIII
I II
III
Susu skim bubuk 25 - - 100 - 100 100 - -
(g)
Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120
Susu sapi segar - - 300 - - - - - -
(ml)
Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75
Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -
Tempe (g) - - - - - - - 150 -
Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -
Margarine (g) - - - - - - 50 - 50
Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -
Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1

23
*) M : Modisco

Tabel 5. Modifikasi Formula WHO

1. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan

mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat

besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik

(biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat

memperburuk keadaan infeksinya.

Berikan setiap hari :

- Tambahan multivitamin lain

- Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk

tablet besi folat atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut :

UMUR TABLET BESI/FOLAT SIRUP BESI


DAN Sulfas ferosus 200 mg + Sulfas ferosus 150 ml
BERAT BADAN 0,25 mg Asam Folat  Berikan 3 kali sehari
 Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan ¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5 ½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
tahun
Tabel 6. Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi

- Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis

tunggal sebagai berikut :


UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT
(125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet
1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet
3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet
Tabel 7. Dosis pemberian Pirantel Pamoat

- Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis

Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A

200.000 IU 100.000 IU
6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul
12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -
Tabel 8. Dosis pemberian vitamin A

Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional

Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan

perilaku, karenanya berikan :

- Kasih sayang

- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

25
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain

dsb)

10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat

dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa.

Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah

setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan sesuai ketentuan, dan

aktifitas bermain.

Nasehatkan kepada orang tua untuk :

- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di

Puskesmas

- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh

PMT-Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat

lampiran 5) dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara

teratur di posyandu/puskesmas.

- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien

yang padat

- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu

- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal

- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau

100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

B. Pengobatan penyakit penyerta


1. Defisiensi vitamin A

Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan

14 atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis

diberikan vit. A dengan dosis :

ii.umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali

iii.umur 6 - 12 bulan : 100.000 SI/kali

iv.umur 0 - 5 bulan : 50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata diberikan : tetes mata khloramfenikol atau salep mata

tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari, teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali

sehari selama 3-5 hari, tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

2. Dermatosis

Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi (kulit

mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi

sekunder, antara lain oleh Candida.

Tatalaksana :

a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-

permanganat) 1% selama 10 menit

b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)

c. usahakan agar daerah perineum tetap kering

d. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

3. Parasit/cacing

Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat

antihelmintik lain.

27
4. Diare melanjut

Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.

Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan

Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,

lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap

8 jam selama 7 hari.

5. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali

anergi)dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai

pedoman pengobatan TB.

C. Kegagalan Pengobatan

Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan:

1. Tingginya angka kematian

Bila mortalitas >5%, perhatikan saat terjadi kematian

- dalam 24 jam pertama: kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis

yang terlambat atau tidak terdeteksi, atau proses rehidrasi kurang tepat.

- dalam 72 jam: cek apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan

formula tidak tepat

- malam hari: kemungkinan terjadi hipotermia karena selimut kurang

memadai, tidak diberi makan, perubahan konsentrasi formula terlalu cepat.

2. Kenaikan berat-badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi

Penilaian kenaikan BB: - baik : ≥ 50 gram/kgBB/minggu


- kurang : <50 gram/kgBB/minggu

Kemungkinan penyebab kenaikan BB <50 gram/kgBB/minggu antara lain:

- pemberian makanan tidak adekuat

- defisiensi nutrien tertentu; vitamin, mineral

- infeksi yang tidak terdeteksi, sehi

- ngga tidak diobati.

- masalah psikologik.

D. Penanganan Pasien Pulang Sebelum Rehabilitasi Tuntas

Rehabilitasi dianggap lengkap dan anak siap dipulangkan bila gejala klinis sudah

menghilang, berat badan/umur mencapai minimal 70% atau berat badan/tinggi

badan mencapai minimal 80%.

Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, dirumah harus diberi

makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6

gram/kgBB/hari):

- beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein) dengan porsi paling sedikit 5

kali sehari

- beri makanan selingan diantara makanan utama

- upayakan makanan selalu dihabiskan

- beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit

- teruskan ASI.

E. Tindakan kegawatan

1. Syok (renjatan)

29
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit

membedakan keduanya secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan

intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap

terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan :

a. Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer

dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam

pertama. Evaluasi setelah 1 jam.

b. Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan

status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti

di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian

Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10

jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).

c. Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal

ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi

darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam).

Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)

2. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila :


i.Hb < 4 g/dl

ii.Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung

Transfusi darah :

b. Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.

c. Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cells untuk

transfusi dengan jumlah yang sama.

d. Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok).

Bila pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4

g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Malnutrisi diakses dari www.emedicine.com tanggal 4 februari 2010

2. Supariasa,I Dewa Nyoman.Penilaian Status Gizi.Jakarta:EGC.2002.hl 13.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Masyarakat. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk-Buku I. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2007.

4. Indonesian Nutrition Network. Pedoman Tatalaksana Kurang Energi Protein (KEP)

diakses dari http://www.gizi.net/pedoman-gizi/ tanggal 14 Februari 2010

5. Staf pengajar FKUI.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.Jilid I.Jakarta:FKUI.2002.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)

KLB Gizi Buruk. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.

7. Kurang Energi Protein

diakses dari

www.pediatrik.com tanggal
4 februari 2010

8. Murray,K Robert.Biokimia Harper.Edisi 25.Jakarta: EGC.2003.hl 814.

9. Malnutrisi diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Malnutrition tanggal 5 februari

2010.

10. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI; 1991.hl 164.

11. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Masyarakat. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk-Buku II. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2007.

BAB II

LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur/ : Farhan/ Laki-laki/ 1 tahun 7 bulan

b. Pekerjaan/pendidikan : Tidak bekerja

33
c. Alamat : Jl Bunda Raya RT04/RW03 UKU, Padang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah Anak/ Saudara : 7 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : Kurang Mampu ,


penghasilan ayah pasien Rp.1.500.000/bulan
yang bekerja sebagai seorang penjual sate

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi.

- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi udara kurang baik,
pencahayaan kurang, kamar pasien dan kakak pasien terlihat agak sempit
dan sumpek..

- WC dalam rumah

- Listrik ada

- Sumber air : air sumur gali, sumber air minum air gallon

- Halaman rumah tidak terlalu luas dan kebersihannya agak kurang.

- Ada sepatu-sepatu lama yang tidak digunakan serta papan papan kayu
yang dilonggokkan di sudut pintu belakang rumah.

- Bak mandi kelihatan kurang bersih dan hanya dikuras 1 x/bulan.

- Sampah dibakar

- Rumah dihuni oleh orang tua pasien serta 7 orang anak termasuk diri
pasien.

Kesan : Higiene dan sanitasi buruk

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk

- Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain sangat dekat

- Lingkungan sekitar terlihat kurang bersih

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Hubungan dengan keluarga baik

- Faktor stress dalam keluarga (-)

- Anaknya malas makan dan selalu memuntahkan makanan yang di


makannya, dan si ibu tidak membujuk anaknya untuk makan

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama : mencret sejak ± 1 hari yang lalu.

 Demam ada sejak 2 hari yang lalu, tidak tinggi, hilang timbul, tidak
berkeringat dan tidak menggigil

 Mencret sejak ± 1 hari yang lalu, frekuensinya 3 kali sehari, banyaknya


lebih kurang satu sendok makan, ampas tidak ada, lendir dan darah ada.

 Muntah tidak ada

 Batuk pilek tidak ada

35
 Sesak nafas tidak ada

 Riwayat memakan makanan yang tidak biasa tidak ada

 Minum mau.

 BAK ada satu jam yang lalu warna dan jumlah biasa.

 Anak sangat malas makan, dari posyandu tiap bulan berat badannya
selalu di bawah garis merah, di posyandu hanya diberi makanan kacang
hijau atau roti untuk balita gizi kurang tapi beratnya tetap tidak naik.

 Berat badannya tidak naik sejak setelah gempa 30 september kemaren,


karena pasien masih berumur 3 bulan dan keluarganya hidup di
pengungsian selama 3 minggu, selama ini anaknya selalu mencret dan
demam, di pengungsian anak tidak ada diberi obat. Semenjak ini anak
selalu sakit-sakitan dan sering mencret-mencret.

 Riwayat keluar cacing dari anus tidak ada, dan belum pernah di beri obat
cacing.

5. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Sering menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

- Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita mencret-mencret saat


ini.

Riwayat Kehamilan:

Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil,
tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol kontrol ke Puskesmas tidak
teratur. Suntikan imunisasi TT 2X, hamil cukup bulan.

Riwayat Kelahiran:

Lahir spontan ditolong oleh dokter, cukup bulan, saat lahir langsung menangis
kuat, berat badan lahir 4000 gram, panjang badan 50 cm, langsung menangis.

Riwayat Makanan dan Minuman:

Bayi : ASI Eksklusif : 0 – 6 bulan

Susu Formula : 6 bulan - sekarang

Bubur susu : 4 bulan – 12 bulan

Makanan biasa : 12 bulan – sekarang, diberikan 3 kali sehari tidak


habis 1 porsi cuma dimakan 2 sendok saja,
makanan terdiri dari sayuran, daging tidak ada
hanya air rebusan daging saja, ikan 1 kali
seminggu, makan telur cuma putihnya saja, tahu
dan tempe ada 2 kali seminggu.

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan dan minuman kurang.

Riwavat Imunisasi:

BCG : 1x, usia 2 bulan, scar ada

DPT : 1x, usia 2bulan

Polio : 1x, usia 2bulan

37
Hepatitis B : 2x, usia 1,2bulan

Campak : 9 bulan

Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap

Riwayat Tumbuh Kembang

Perkembangan fisik

Tengkurap : 5 bulan

Duduk : 6 bulan

Berdiri : 11 bulan

Berjalan : 12 bulan

Gigi pertama : 11 bulan

Bicara satu suku kata : 12 bulan

Pada usia sekarang bicara pasien mengerti apa yang diinginkan tapi tidak bisa
untuk mengucapkannya.

Perkembangan Mental

Isap jempol tidak ada, gigit kuku tidak ada, mengompol ada,

Kesan : Perkembangan fisik terutama bahasa dan bicara agak terlambat dan
mental normal.

6. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang


Kesadaran : CMC

Nadi : 110x/ menit

Nafas : 24/menit

TD :-

Suhu : 37,5 0C

BB : 8 Kg

PB : 77 cm

Status gizi : BB/Tb = 75, 47% kesan gizi kurang

Kepala : lingkar kepala 45,5 cm kesan mikrosefal standar


nellhaus, rambut warna pirang dan kasar, mudah
di cabut, UUB telah menutup

Mata : Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik, mata


cekung tidak ada, air mata ada

Kulit : pucat tidak ada, sianosis tidak ada.

THT : tidak ada kelainan

Leher : tidak ada pembesaran KGB

Dada

Paru

Inspeksi : simetris ki=ka

Palpasi : fremitus sukar dinilai

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

39
Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung sukar dinilai

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur,


bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak sedikit membuncit

Palpasi : Hati ¼ - ¼ sudut tajam, permukaan licin,


konsistensi kenyal, dan lien tidak teraba,
Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Punggung : Nyeri tekan dan nyeri ketok CVA tidak ada.

Alat kelamin : Tidak diperiksa

Anus : eritemanatum (-)

Anggota gerak : Rf +/+, Rp -/-

7. Laboratorium : tidak dilakukan


8. Pemeriksaan anjuran :

• Pemeriksaan Hb, Leukosit dan diffcount

• Pemeriksaan feses rutin

9. Diagnosis Kerja

• Diare akut tanpa dehidrasi ec susp disentri amoeba

• Kurang Energi Protein tipe moderate dengan BB/TB 75, 45%

10. Diagnosis Banding :

• Diare akut tanpa dehidrasi ec susp infeksi bakteri

11. Manajemen

a. Preventif :

• Menjaga kebersihan lingkungan sekitar

• Menjaga agar makanan selalu tertutup dengan rapi

• Selalu biasakan cuci tangan sebelum makan

• Makan makanan yang bergizi terdiri dari karbohidrat, protein, sayur-


sayuran dan buah.

• Berikan imunisasi yang lengkap

• Berikan makanan sesuai dengan umur pasien

• Selalu melakukan stimulasi pada anak agar tumbuh kembangnya baik

41
b. Promotif :

1. Memberikan penyuluhan tentang bagaimana perilaku hidup bersih dan


sehat

2. Memberikan penyuluhan tentang bagimana pola makanan sehat

3. Memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara menyajikan makanan


yang baik sehingga anak tidak bosan untuk makan.

4. Menjelaskan kepada ibu-ibu betapa pentingnya makanan yang bergizi itu


untuk pertumbuhan dan perkembangan si anak

5. Menjelaskan kepada ibu-ibu bagaimana pola makanan yang seharusnya


sesuai dengan umur anak.

6. Menjelaskan tentang pentingnya imunisasi yang lengkap

c. Kuratif :

• Istirahat dan makan makanan yang bergizi

• Banyak minum

Medikamentosa :

• Parasetamol tab 80 mg

• Oralit 1 bungkus tiap BAB

• Zinkid 1x 1 tab selama 10 hari

d. Rehabilitatif :
Jika terdapat tanda-tanda bahaya umum seperti anak malas minum, anak
tampak lesu dan tidak bergairah, memuntahkan semua makanan segera
dibawa ke puskesmas atau ke Rumah sakit. Kunjungan ulang dilakukan 2
hari lagi

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Ulak Karang

Dokter : Suyastri

Tanggal : 30 Desember 2010

R/ Paracetamol tab 80 mg

Mf pulv dtd No X

∫ 3 dd pulv I

__________________________________________£

43
R/ Zinc tab 20 mg No V

∫ 1 dd tab 1

__________________________________________£

R/ oralit sachet No VI

∫ prn (tiap mencret)

__________________________________________£

Pro : Farhan

Umur : 1 tahun 7 bulan

Alamat : Jl Bunda raya RT04/RW06 UKU, Padang

Anda mungkin juga menyukai